Makalah Gizi Buruk 2
Makalah Gizi Buruk 2
Kemiskinan
memicu
kasus
gizi
buruk,
kemiskinan
dan
Apalagi
kalau
persediaan
pangan
keluarga
sudah
menipis.
berkembang. Seorang ibu yang mengalami kurang kalori protein selama kurun
waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah.
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein,
atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala
defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika terjadi
kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor,
juga tidak sedikit.
1). Malnutrisi Primer.
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering
disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi, rendahnya
pengetahuan, dan kurangnya asupan gizi. Gejala kinis malnutrisi primer sangat
bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur
penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus
tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan
yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,
ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang (maturasi) terlambat,
perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak
adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan
rambut.
2).
Malnutrisi Sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan
yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena
adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi
pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung,
ginjal. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi
sekunder.
dan
Mereka
cuma
bisa
menangis
tetapi
tak
mampu
meronta.
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang
ibu yang anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari
ini anaknya hanya makan "air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang
sangat banyak. Akibatnya makanan itu terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih
tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan tulang-belulang yang
ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri memang ada
hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun
berpengaruh
pada
tubuh. Sedangkan
kondisi
malnutrisi
akan
semakin
memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah
masuknya beragam penyakit. Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila
faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Pendidikan gizi diberikan kepada anak
untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan yang lebih baik yang
dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro (keluarga).
BAB I
LATAR BELAKANG
perkembangan
yang
sangat
pesat,
Malnutrisi
masih
saja
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah masalah gizi buruk yang kita ketahui bisa menyerang siapa saja
khusunya balita dan anak anak dengan criteria umur tertentu. Masalah gizi pada
hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja
melainkan dari pendekatan lain. Identifikasi gizi buruk berupa penyebab
penyebab gizi buruk, asupan gizi, malnutrisi primer dan sekunder, dan jumlah data
penderita gizi buruk.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah ingin memberitahukan
kepada masyarakat hal hal apa saja yang menjadi ruang lingkup dari masalah
gizi buruk, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar lebih luas wawasannya
mengenai gizi buruk, memberitahukan jumlah penurunan penderita gizi buruk,
memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit gizi buruk, juga tidak lupa
untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain lain yang bisa berdampak positif
bagi penulis dan para pembaca.
BAB II
A.
TINJAUAN TEORI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
menggambarkan
suatu
keadaan
pathologis
yang
terjadi
akibat
sariawan. Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa
kekurangan zat makanan tertentu atau berlebih. Kekurangan umumnya mencakup
protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya
mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak
perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta
melakukan kegiatan yang baik seperti olah raga, dan lain lain. Konsumsi yang
kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi
kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit gizi di
Indonesia terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering
dihubungkan dengan infeksi yang bisa berhubungan dengan gangguan gizi.
Defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan system imun yang menghambat
reaksi imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akan
memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada berbagai zat gizi yang sangat
mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah kesehatan gizi dapa timbul
dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi.
B.
PEMBAHASAN MASALAH
Jakarta Sepanjang tahun ini banyak sudah bencana kesehatan yang
melanda bangsa ini. Mulai dari demam berdarah, polio dan penyakit busung lapar
yang cukup mengejutkan. Kasus penderita gizi buruk terus bertambah di
sejumlah daerah. Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita dengan latar
belakang ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada
anak-anak dari kurang gizi hingga busung lapar. Betapa banyaknya bayi dan
anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak mereka
dilahirkan. Penyebab utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya karena
masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan dan ketidakmampuan
orang tua menyediakan makanan bergizi bagi anaknya menjadi penyebab utama
meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia, kemiskinan memicu kasus Gizi
Buruk
Fenomena gizi buruk ini biasanya melibatkan kurangnya asupan kalori
baik
dari
karbohidrat
atau
protein
(protein-energy
malnutritionPEM).
Anemia.
punggung kaki,
-
mudah dicabut,
2. MARASMUS
Kasus marasmik atau malnutrisi berat karena kurang karbohidrat
disertai tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah,
gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong,
rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut anak tampak apatis atau
kesadaran yang menurun
Marasmik adalah bentuk malnutrisi primer karena kekurangan
karbohidrat. Gejala yang timbul diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah berwarna kemerahan dan terjadi pembesaran hati, sangat
kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot . Anak-anak penderita
marasmus secara fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan
menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium
yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis
karena selalu merasa lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi
terbungkus kulit,
-
3. MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan
gabungan gejala yang menyertai.
ini tidak ada hujan menjadi kering kerontang Tanaman jagung yang merupakan
penunjang ekonomi keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal
dipanen.
Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di
daerah pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan
gizi yang kuang dan bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan
fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan
sangat kelam dan buram.
Penyebab kedua adalah faktor manusiawi yaitu berasal dari kultur
sosial masyarakat setempat. Kebanyakan masyarakat petani bersifat 'one
dimensional,' yakni masyarakat yang memang sangat tergantung pada satu mata
pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan 'secukup'nya saja, artinya
hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga sampai masa panen
berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil pertanian
mereka demi meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan keluarga.
Adanya budaya 'alternatif' yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk menanam
sayur-mayur demi menunjang kebutuhan sehari-hari.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih
berhubungan
dengan
persoalan
struktural,
yaitu
kurangnya
perhatian
pemerintah. Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja
menghilangkan kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka
akses terhadap penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya,
menciptakan godaan untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak
semua aparat dan pejabat seperti itu. Terlepas dari itu semua nampaknya
masyarakat membutuhkan pendampingan agar mereka memahami hak-hak
individu dan hak-hak sosial mereka sebagai warganegara.
MALNUTRISI PRIMER
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya
sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah ekonomi dan
rendahnya pengetahuan. Gejala klinis malnutrisi primer sangat bervariasi
tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur penderita
dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus tersebut
sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan yang
terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,
ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat,
perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang
tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan
kulit dan rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi
metabolisme di otak sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf.
berpengaruh terhadap perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas
atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita malnutri primer yang berat.
MALNUTRISI SEKUNDER
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan
yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena
adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal
tumbuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem saluran cerna,
metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal dan lain-lain.
Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.
Malnutrisi sekunder ini gangguan peningkatan berat badan yang disebabkan
karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak. pada malnutrisi sekunder
tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat aktif bergerak. Tampilan
berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru tampak lebih cerdas, tidak
ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit muka tampak segar.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang
diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi )
tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan
panduan diagnosis yang ada.
Secara medis penanganan kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan
rumit. Penanganannya harus melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak
seperti bidang gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh
kembang dan lainnya. Gizi buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini
sejak dulu. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan
terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan
kemiskinan. Karena, gizi buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi
atau kurangnya pengetahuan dan pendidikan,
sulit dipenuhi oleh masyarakat Indonesia. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa
menyertainya antara lain:
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan
tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan
perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein
sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal. Langkah penanganan harus
didasarkan pada penyebab serta kemungkinan pemecahnya.
Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena
masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita
pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara
penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status
gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh. Memulihkan keadaan gizinya
dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan taraf gizi, dan mencegah
gejala atau kekambuhan dari gizi buruk
jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai prosedur di rumah sakit
secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga kurang
mampu dan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta pemberian
makanan pendamping ASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga kurang
mampu.
Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh
pemeliharaan bayi seperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
dan penimbangan berat badan bayi secara rutin untuk deteksi dini kasus,
pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan gizi
yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidan di
desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan
pembentukan tim kesehatan keliling di daerah terpencil.
Setiap tahun juga telah meningkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan
gizi. Jika pada 2005 alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar,
maka 2006 ditingkatkan menjadi Rp582 miliar dan kembali ditingkatkan
menjadi Rp600 miliar pada 2007. "Tahun 2008 ini besaran anggarannya masih
dibahas, tapi dipastikan tidak akan lebih rendah dari Rp600 miliar," Dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3
persen untuk biaya kesehatan. Dengan strategi dan langkah yang telah
diterapkan, pemerintah optimistis bisa menurunkan kasus gizi buruk dan kurang
pada balita sesuai target
BAB III
A.
KESIMPULAN
Ada 4 faktor yang melatarbelakangi KKP yaitu : masalah social, ekonomi,
biologi, dan lingkungan. Kemiskinan salah satu determinan social - ekonomi,
merupakan akar dari ketiadaan pangan, tempat mukim yang berjejalan, dan tidak
sehat serta ketidakmampuan mengakses fasilitas kesehatan. Malnutrisi masih saja
melatarbelakangi
penyakit
dan
kematian
anak.
Kurang
kalori
protein
sesungguhnya berpeluang menyerap siapa saja, terutama bayi dan anak yang
tengah tumbuh-kembang. Marasmus sering menjangkiti bayi yang baru berusia
kurang dari 1 tahun, sementara kwashiorkor cenderung menyerang setelah mereka
berusia 18 bulan. Penilaian status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang
menjamin setiap anggota masyarakat mendapatkan makanan yang cukup jumlah
dan mutunya. Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap
hari. Kecukupan zat gizi berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.Kasus
gizi buruk bukanlah jenis penyakit yang datang tiba-tiba begitu saja. Tetapi karena
proses yang menahun terus bertumpuk dan menjadi kronik saat mencapai
puncaknya. Masalah defisiensi gizi khususnya KKP menjadi perhatian karena
berbagai penelitian menunjukan adanya
B.
SARAN
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi
buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita gizi buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi
buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Keseriusan
pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung masyarakat itu sendiri.
Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak
yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu
hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang
diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Tanpa data
dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat
menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Dan
seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk anaknya yang
nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah menyerah
hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pengaruh Gizi Buruk
Pada Balita ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan penulis.
Dalam menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan
semua yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Pare,
Desember 2010
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang................................................................................
1.2
Tujuan..............................................................................................
1.3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian .......................................................................................
Kesimpulan......................................................................................
3.2
Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ERNI YULIANDRIANI
NIM 2010.03.033