Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji

syukur

kehadirat

Allah

SWT,

atas

rahmat,

taufik,

serta

hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaikbaiknya.Serta tak lupa kita panjatkan salawat serta salam kepada Nabi
Muhamad SAW, yang safaatnya kita nantikan di hari akhir kelak.
Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Guru kami Ibu
Nurlaela, atas segala arahannya, ilmunya yang telah di berikan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan diberikan pula ucapan
terima kasih kepada teman-teman dan sahabat kami atas bantuannya juga.
Kami berharap makalah ini dapat membantu semua rekan-rekan
sekalian dalam pemahaman terhadap materi. Dan kami memohon maaf, bila
mana ada kesalahan di dalam penyusunan, dan pembuatan, serta dalam diri
kami
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................1
Daftar Isi............................................................................2
BAB I Pendahuluan..............................................................3
A. Latar Belakang.........................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................3
C. Tujuan.....................................................................3
D. Metode....................................................................3
BAB II Pembahasan.............................................................4
A. Pengertian Hubungan Internasional.............................4
B. Pentingnya Hubungan Internasional bagi suatu negara...5
C. Sarana Hubungan Internasional..................................5
D. Pengertian Organisasi Internasional.............................6
E. Macam-macam Organisasi Internasional......................7
F. Fungsi Organisasi Internasional...................................7
BAB III Penutup..................................................................8
A. Kesimpulan..............................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu mawaris adalah ilmu yang sangat penting dalam Islam, karena
dengan ilmu mawaris harta peninggalan seseorang dapat disalurkan kepada
yangberhak, sekaligus dapat mencegah kemungkinan adanya perselisihan
karenamemperebutkan bagian dari harta peninggalan tersebut. Dengan ilmu
mawaris ini,maka tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Karena
pembagian hartawarisan ini adalah yang terbaik dalam pandangan Allah dan
manusia. DariAbdullah Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah saw. bersabda:"Pelajarilah
Al-Qur'an dan ajarkanlah kepada orang lain, serta pelajarilahfaraid dan
ajarkanlah kepada orang lain. Sesungguhnya aku seorang yang bakalmeninggal,
dan ilmu ini pun bakal sirna hingga akan muncul fitnah. Bahkan akanterjadi dua
orang yang akan berselisih dalam hal pembagian (hak yang mesti iaterima),
namun keduanya tidak mendapati orang yang dapat menyelesaikanperselisihan
tersebut. " (HR Daruquthni)
Permasalahan yang muncul sekarang adalah banyak orang yang
tidakmemahami ilmu mawaris, sehingga sangat sulit mencari orang yang benarbenarmenguasai ilmu ini. Di sisi lain banyak anggota masyarakat yang tidak
mau tahudengan ilmu mawaris, sehingga akibatnya mereka membagi harta
warisanmenurut kehendak mereka sendiri dan tidak berpijak pada cara-cara
yang benarmenurut hukum Islam. Misalnya pembagian harta warisan sama rata
antara semua2anak. Bahkan anak angkat memperoleh bagian, cucu mendapat
bagian walaupunada anak almarhum (yang meninggal) dan lain-lain. Kenyataan
ini terutama akibat tidak memahaminya aturan yang digariskan dalam ilmu
mawaris.
Oleh karena itu penulis akan menjelaskan poin-poin penting tersebut yang
bersumber dari buku dan artikel artikel yang telah dibaca dan ditambah dengan
referensi-referensi lainnya

B. Rumusan Masalah

Untuk mengkaji makalah ini, penyusun merumuskan masalah sebagai berikut :


1) Apa hukumnya mempelajari ilmu mawaris?
2) Bagaimana cara pembagian harta waris menurut ajaran islam?

C. Tujuan

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah agar kita mengetahui cara
pembagian harta warisan yang benar

D. Metode

Untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penyusunan makalah ini,

digunakan metode: Metode keperpustakaan yaitu pengambilan data melalui


buku-buku, internet dan lain-lain. Dan metode kuantitatif yaitu menarik
kesimpulan dari informasi data yang kami peroleh.

BAB II
PEMBAHASAN
A. HUKUM WARIS

1. Pengertian ilmu mawaris

Mawaris adalah bentuk jamak dari kata mirats yang artinya harta yang
ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia. Sedangkan menurut istilah ialah
lmu untuk mengetahui orang-orang yang berhak menerima warisan, orangorang yang tidak berhak menerimanya, bagian masing-masing ahli waris dan
cara pembagiannya
2. Hukum mempelajari ilmu mawaris
Hukum mempelajari ilmu mawaris adalah wajib. Sebagaimana diterangkan
dalam QS An-Nisa' 4:11-12



"







Artinya: Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan;
dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari
harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo
harta. Dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga;
jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan)
sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini
adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
(ayat 11).
Pengertian wajib disini adalah wajib kifayah. Jika di suatu tempat tertentu
ada yang mempelaarinya, maka sudah terpenuhi tuntutan rasul. Tapi jika tidak
ada yang mempelajarinya, maka semua orang berdosa.

Permasalahan yang muncul sekarang adalah banyak orang yang tidak


memahami ilmu mawaris, sehingga sangat sulit mencari orang-orang yang
benar menguasai ilmu ini. Di sisi lain banyak juga masyarakat yang tidak mau
tau dengan ilmu mawaris, sehingga membagi rata harta warisan dengan tidak
berpijak pada ajaran islam.

B. PEMBAGIAN HARTA WARISAN


A. Bagian 1/2 (setengah)
Ahli waris yang mendapat bagian 1/2 dengan syarat tertentu adalah sbb:
(i) Suami apabila istri tidak punya anak.
(ii) Anak perempuan apabila sendirian (anak tunggal) dan tidak ada anak lakilaki (alias saudara kandung).
(iii) Cucu perempuan dari anak laki ( ) apabila sendirian serta tidak adanya
anak perempuan atau ahli waris anak laki-laki.
(iv) Saudara perempuan kandung dalam situasi kalalah[1] dan sendirian serta
tidak ada anak perempuan dan cucu perempuan dari anak laki ( ) .
(v) Saudara perempaun sebapak dalam situasi kalalah dan sendirian serta tidak
adanya anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki ( ) , dan saudara
perempuan kandung.
B. Bagian 1/4 (seperempat)
Ahli waris yang mendapat bagian 1/4 dengan syarat tertentu adalah sbb:
(i) Suami apabila ada ahli waris anak laki-laki dari istri.
(ii) Istri apabila tidak ada anak laki-laki.
C. Bagian 1/8 (Seperdelapan)
Yaitu istri apabila ada ahli waris anak laki-laki.
D. Bagian 2/3 (Dua Pertiga)
Yang mendapat bagian 2/3 adalah ahli waris yang mendapat bagian 1/2
(setengah) apabila berkumpul lebih dari satu yaitu
(i) Dua anak perempuan atau lebih.
(ii) Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih.
(iii) Dua saudara perempuan kandung atau lebih
(iv) Dua saudara perempaun sebapak atau lebih
E. Bagian 1/3 (Sepertiga)
Ahli waris yang mendapat bagian 1/3 dengan syarat tertentu adalah sbb:
(i) Ibu apabila tidak ada anak laki-laki dan saudara laki tidak lebih dari satu.
(ii) Dua atau lebih dari saudara laki-laki atau saudara perempuan yang seibu
apabla tidak ada anak laki dan tidak ada bapak/kakek dari pihak laki-laki.
F. Bagian 1/6 (Seperenam)
Ahli waris yang mendapat bagian 1/6 dengan syarat tertentu adalah sbb:
(i) Bapak apabila ada anak laki-laki.
(ii) Kakek apabila ada anak laki-laki dan tidak ada ayah.
(iii) Ibu apabila ada anak laki-laki atau saudara laki yang lebih dari satu.
(iv) Nenek sebapak atau seibu apabila tidak ada ibu.
(v) Saudara laki atau saudara perempuan seibu apabila tidak ada salah satunya
serta tidak adanya anak atau bapak/kakek dari pihak laki-laki.
(vi) Cucu perempuan dari anak laki ( ) apabila bersamaan dengan anak
perempuan yang mendapatkan bagian 1/2 serta tidak adanya cucu laki-laki dari
anak laki () .
(vii) Saudara perempuan

sebapak

apabila

bersamaan

dengan

saudara

perempuan kandung yang mendapat bagian 1/2 serta tidak adanya saudara laki
sebapak.
MASALAH WARIS
Ada sejumlah permasalahan dalam hukum waris yang terjadi dalam sejumlah
kasus yang diperinci dalam uraian di bawah dan penyelesaiannya.
1. MASALAH UMARIYATAIN (UMAR DUA - )
5

Ada dua kasus yang disebut dengan umaroyatain atau gharawain di mana ibu
mendapat 1/3 dari sisa jadi bukan 1/3 dari keseluruhan harta. Contoh kasus
adalah sbb:
KASUS PERTAMA:
Seorang perempuan wafat dan ahli warisnya hanya ada 3 (tiga) orang yaitu
suami, ibu dan bapak.
->> Dalam kasus ini, maka suami mendapat 1/2 (setengah harta), ibu
mendapat 1/3 (sepertiga) dari sisa yakni 1/3 dari sisa yang setengah setelah
diambil suami. Sedang bapak mendapat asabah (sisa).
KASUS KEDUA:
Seorang laki-laki wafat sedang ahli warisnya hanya ada 3 (tiga) orang yaitu istri,
ibu dan bapak.
->>Maka dalam kasus ini istri mendapat bagian 1/4 (seperempat), ibu
mendapat 1/3 (sepertiga) dari sisa setelah diambil istri. Sedang bapak
mendapat bagian seluruh sisanya (asabah).
2. MASALAH AUL
Aul artinya bertambah, maksudnya bertambahnya asal masalah (kpk)
dikarenakan jumlah bagian Ahlul furudh melebihi jumlah asal masalah.
Pokok masalah yang ada di dalam ilmu faraid ada tujuh. Tiga di antaranya
dapat di-aul-kan, sedangkan yang empat tidak dapat.
Ketiga pokok masalah yang dapat di-aul-kan adalah enam (6), dua belas
(12), dan dua puluh empat (24). Sedangkan pokok masalah yang tidak
dapat di-'aul-kan ada empat, yaitu dua (2), tiga (3), empat (4), dan
delapan (8).
Contoh Aul: [1]
a.Asal masalah (kpk): 12
- suami -> 1/4 x 12 = 3/12
- 2 anak pr -> 2/3 x 12 = 8/12
- ibu -> 1/6 x 12 = 2/12
Jumlah 3+8+2 = 13/12
Disebabkan jumlah bagian melebihi kpk, maka kpk dijadikan 13.
- Suami 3/12 dirubah menjadi 3/13 x 52.000=6000;- Dua anak pr 8/12 dirubah menjadi 8/13x52.000=6000;- Ibu 2/12 dirubah menjadi 2/13x52.000=4000;3. MASALAH RADD
Rad[2] adalah berkurangnya pokok masalah dan bertambahnya/lebihnya
jumlah bagian ashhabul furudh. Ar-radd merupakan kebalikan dari al-'aul.
Contoh soal :
(a) Seseorang meninggal, ahli warisnya adalah anak perempuan dan ibu.
Harta warisan senilai Rp. 40 juta.
Cara Penyelesaian:
Bagian anak perempuan 1/2 (setengah) sedangkan ibu 1/6 (seperenam).
Asal masalah adalah 6 (enam).
Anak Perempuan = 1/2 x 6 = 3
Ibu = 1/6 x 6 = 1
Jumlah = 4
Asal masalah adalah 6, sedangkan jumlah bagian 4. Maka solusi dengan
radd, asal masalahnya dikembalikan kepada 4. Caranya sebagai berikut:
Anak perempuan = 3/4 x 40 Juta = Rp. 30.000 (tigapuluh juta)
Ibu = 1/4 x 40 Juta = Rp. 10.000 (sepuluh juta)

MUNASAKHAH
DEFINISI MUNASAKHO
Munasakhah dalam istilah waris Islam adalah



Artinya: Berpindahnya bagian penerimaan ahli waris karena kematiannya
sebelum pelaksanaan pembagian tirkah (yang seharusnya ia terima) kepada
para ahli warisnya. (Yusuf Musa dalam Al-Tirkah wa al-Miras fi al-Islam, hlm.
371)
Atau, Berpindahnya bagian

salah seorang ahli waris kepada ahli waris

lain,karena mati sebelm pelaksanaan pembagian warisan. (Wahab Afifi dalam


103)
MUNASAKHAH ADA 2 MACAM
Munaasakhah itu mempunyai dua bentuk yaitu:
Munasakhoh tipe Pertama:
Ahli waris yang bakal menerima pemindahan bagian pusaka dari orang yang
meninggal belakangan (kedua) adalah juga termasuk ahli waris yang meninggal
dunia terdahulu (pertama).
Contoh kasus:
Pewaris meninggalkan harta warisan Rp900.000,00 (Sembilan ratus ribu
rupiah). Ahli warisnya 4 anak kandung 2 anak laki-laki yaitu Hasan dan Husein,
dan 2 anak perempuan, yaitu Alia dan Talia. Sebelum harta warisan dibagi
kepada empat anak tersebut, Hasan wafat, sehingga ahli waris tinggal tiga yaitu
Husein, Alia, dan Talia. Dalam kasus seperti ini pembagian cukup sekali saja.
Uang tersebut dibagikan kepada ketiga orang tersebut dengan perbandingan
2:1:1 (ashabah bil ghair).
Dengan demikian,penerimaan masing-masing adalah:
1) Husein mendapat 2/4 x Rp900.000,00 = Rp450.000,00
2) Alia mendapat x Rp900.000,00 = Rp225.000,00
3) Talia mendapat x Rp900.000,00 = Rp225.000,00
Jumlah= Rp900.000,00
Seandainya si Hasan juga meninggalkan harta warisan sebesar Rp100.000,00
dan tidak mempunyai ahli waris selain ketiga saudara itu, maka harta pusaka
peninggalan si Hasan di satukan dengan harta pusaka si mayit pertama hingga
menjadi Rp 900.000,00 + Rp100.000,00 = Rp 1.000.000,00.
Apabila demikian, perolehan masing-masing ahli waris adalah:
1) Husein mendapat 2/4xRp1.000.000,00 = Rp500.000,00
2) Alia mendapat 1/4xRp1.000.000,00 =Rp250.000,00
3) Talia mendapat 1/4xRp1.000.000,00 =Rp250.000,00
Munasakhah tipe Kedua:

Ahli waris yang bakal menerima pemindahan bagian warisan dari orang yang
meninggal belakangan (kedua) adalah bukan ahli waris dari orang yang
meninggal terdahulu (pertama). Dalam hal ini, maka dilakukan pembagian
warisan dua kali. Pertama pembagian warisan pewaris pertama, lalu dilakukan
pembagian warisan pewaris kedua.
Contoh kasus:
Seorang lelaki bernama Jalal wafat. Ahli warisnya adalah dua anak kandung lakilaki dan perempuan bernama Riza dan Lina. Harta waris yang ditinggalkan
sebesar Rp300.000,00.
Sebelum dilakukan pembagian harta warisan kepada kedua anaknya Riza
meninggal dunia dengan meninggalkan seorang anak perempuan (Mira), yakni
cucu dari Jalal. Maka dalam hal ini, dilakukan dua kali tahap pembagian warisan.
Penyelesaian tahap pertama:
1. Anak laki-laki (Riza) = 2:2/3xRp300.000 = Rp 200.000
2. Anak perempuan (Lina) = 1 :1/3xRp300.000,00 = Rp 100.000
Jumlah =Rp300.000.
Penyelesaian tahap kedua:
Bagian Riza sebesar Rp200.000 dibagikan kepada ahli warisnya yaitu Mira (anak
perempuan) dan Lina (saudara kandung perempuan), perolehan masing-masing
ahli waris adalah:
1. Anak perempuan (Mira) anak dari (riza) 1/2x2= 1
2. Saudari kandung (Lina) 2-1 = 1
Jumlah: = 2
Jadi bagian mereka masing-masing:
1. Anak perempuan (Mira) 1/2 x Rp. 200.000 = Rp. 100.000
2. Saudari (Line) 1/2 x Rp. 200.000 = Rp. 100.000

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum waris dalam Islam ialah berasal dari wahyu Allah dan
diperjelas oleh rasulNya. Hukum waris ini diciptakan untuk dilaksanakan
secara wajib oleh seluruh umat Islam. Semenjak hukum itu diciptakan
tidak pernah mengalami perubahan, karena perbuatan mengubah hukum
Allah ialah dosa. Semenjak dsahulu sampai sekarang umat Islam
senantiasa memegang teguh hukum waris yang diciptakan Allah yang
bersumber pada kitab suci Al-Quran dan Hadits Rasulullah.

B. SARAN
a) Alangkah lebih baik siswa siswi mempelajari mawaris, agar
mengetahui seluk-beluk mawaris serta menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari
b) Dapat mempermudah pembagian harta warisan kepada ahli waris yang
berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan hukum Islam.

10

Anda mungkin juga menyukai