Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya laporan Kerja Praktek ini dapat
terselesaikan.
Tujuan Kerja Praktek ini adalah agar setiap mahasiswa dapat
menerapkan pengetahuan teoritis yang didapat selama studi dengan
keadaan sesungguhnya di lapangan, diharapkan mahasiswa
mempunyai bekal dan pengalaman yang memadai apabila terjun
dalam pekerjaan bidang teknik sipil nantinya.
Laporan Kerja Praktek ini di susun berdasarkan pengamatan,
keseharian kegiatan, konsultasi, dan wawancara pembimbing
lapangan pada Pekerjaan peningkatan jalan legundi bts kab.
Mojokerto. Dalam penyusunan laporan ini berusaha menyajikan
laporan dalam bentuk sebaik-baiknya.
Selanjutnya dengan rasa hormat, di ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberi motivasi,
bantuan, dan bimbingan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini
terutama kepada :
1. Bapak M. Khoiri, ST.,MT.,PhD selaku dosen
asistensi magang.
2. Bapak Ervan ST,MM selaku pembimbing lapangan
dan,
3. Teman- teman yang telah memberi dukungan dan
motivasi dalam pengerjaan laporan ini.

Mengingat terbatasnya waktu, pengalaman, dan pengetahuan


penulis, untuk itu di harapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca.
Besar harapan kami semoga laporan ini bermanfaat bagi
penyusun sendiri khususnya dan bagi pembaca umumnya. Dan akhir
kata, apabila dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini ada katakata yang kurang berkenan kami selaku penyusun mohon maaf
sebesar-besarnya dan semoga kita semua tetap dalam bimbingan-Nya.
Amin.
Surabaya, September 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ 1
DAFTAR ISI ...................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... 5
DAFTAR TABEL .............................................................................. 6
BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 7
I.1

Latar Belakang ................................................................... 7

1.2

Maksud dan Tujuan ............................................................ 8

12.1
1.3

Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ............................. 8


Lokasi Proyek ..................................................................... 8

BAB II ADMINISTRASI PROYEK ................................................. 9


2.1

Struktur Organisasi ............................................................. 9

2.1.1

Mekanisme Hubungan Kerja ...................................... 9

2.1.2

Struktur Organisasi Proyek....................................... 10

2.1.3

Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana ............... 12

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN ................................... 14


III.1. Trial Mix .............................................................................. 14
III.2. Pekerjaan CTB .................................................................... 16
III.3. Persiapan Pekerjaan LC....................................................... 18
III.4. Pekerjaan LC( Lean Concrete) ............................................ 18
III.5. Rigid Pavement ................................................................... 19
3

BAB IV QUALITY CONTROL ...................................................... 25


IV.2 (Cement Treated Base / ctb) ................................................. 25
IV.2.1 Umum........................................................................... 25
IV.2.2 Material ......................................................................... 26
IV.2.3 Penghamparan Dan Pemadatan ..................................... 28
IV.3 PERKERASAN KAKU ................................................... 29
BAB V PERMASALAHAN KHUSUS ........................................... 38
BAB VI PENUTUP ......................................................................... 40
VI.1 Kesimpulan .......................................................................... 40
VI.2 Saran..................................................................................... 40

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 tes slump .......................................................................... 14


Gambar 2 Pt. merak jaya beton ........................................................ 14
Gambar 3 ruang control batching plan ............................................. 15
Gambar 4 penghampran CTB........................................................... 17
Gambar 5 Tebal galian CTB ............................................................ 17
Gambar 6 pemadatan CTB ............................................................... 17
Gambar 7 meratakan dan menghaluskan LC.................................... 18
Gambar 8 pengahmparan LC ........................................................... 18
Gambar 9 wiregent ........................................................................... 22
Gambar 10 curing compund ............................................................. 23

DAFTAR TABEL
Tabel 1 prosentase lolos ayakan ....................................................... 26
Tabel 2 syarat agregat....................................................................... 27
Tabel 3 Persyaratan agregat ............................................................. 30
Tabel 4 Uji aus menurut SNI ............................................................ 30
Tabel 5 Kuat Lentur Minimun untuk Perkerasan Beton Semen ....... 35

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Jalan raya merupakan suatu lintasan sarana transportasi darat
yang berfungsi melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat
lain. Saat ini kontruksi perkerasan kaku (rigid pavement) lebih
disukai dan banyak jalan terbuat dari beton telah diberi lapis
tambahan. Kelebihan dari kontruksi perkerasan kaku adalah sifat
kekauannya yang mampu menahan beban roda kendaraan dan
menyebarkannya ke tanah dasar secara efisien. Sifat beton yang
mampu menahan beban tekan dijadikan sebagai andalan untuk
menahan beban roda kendaraan, sementara kelemahan dalam
menahan beton yang yang mengakibatkan terjadinya tegangan
tarik dijadikan sebagai kendala dalam merencanakan tebal plat
beton, dampak dari terjadinya tegangan tarik akibat beban yang
melebihi tegangan tarik dari beton adalah terjadinya retak-retak
pada permukaan.
Kendaraan berkapasitas tinggi yang menjadi ujung
permasalahan dijalur ini, jalan legundi wringinanom adalah
kawasan industri yang mempunyai tingkat produksi dan distribusi
barang yang tinggi, kendaraan industri keluar masuk pabrik dapat
mengakibatkan jalan beraspal menjadi bergelombang dan akhirnya
crack. Oleh karena itu Dinas pekerjan umum bina marga
pemerintah provinsi jawa timur selaku owner mencanangkan
peningkatan jalan legundi batas kabupaten mojokerto. Dengan
demikian jalan yang semula dari perkerasan lentur ditingkatkan
menjadi jalan perkerasan kaku.
Dari latar belakang tersebut maka dinas pekerjaan umum bina
marga menunjuk kontraktor Adhi karya sebagai pelaksana

1.2

Maksud dan Tujuan

12.1

1.3

Maksud dan Tujuan Kerja Praktek


a. Sebagai pelaksanaan pengambilan mata kuliah pada
program studi Diploma III Teknik Sipil FTSP ITS. Dapat
mengerti dengan jelas metode pelaksanaan kegiatan
Peningkatan Jalan legundi bts kabupaten Mojokerto.
b. Dapat mengetahui dan memahami pekerjaan Peningkatan
Jalan legundi bts kabupaten Mojokerto, alat-alat dan sumber
daya yang digunakan serta memahami perhitunganperhitungannya.
c. Dapat membuat suatu kesimpulan melalui suatu penyusunan
laporan.
d. Jika dimungkinkan untuk mendapatkan data-data yang akan
dipakai dalam menyusun Tugas Akhir.

Lokasi Proyek
Lokasi dari pekerjaan Peningkatan Jalan legundi bts
kabupaten Mojokerto berada di batas kabupaten mojokerto dan
legundi., yang bertepatan pada sepanjang jalan wringinanom

BAB II
ADMINISTRASI PROYEK
Pemerintah provinsi jawa timur dinas pekerjaan umum bina
marga kegiatan peningkatan jalan dan pembangunan jembatan
provinsi jawa timur paket peningkatan jalan legundi batas kabupaten
mojokerto tahun 2015 dengan spesifikasi sebagai berikut :
Nomor
: 602.1/311/KTR/110/PNK.01/2015
Tanggal
: 2 April 2015
Nilai
: Rp. 42.465.000.000,00
Sumber dana : DPA SKPD APBD Provinsi Jawa timur
Tahun Anggaran 2015
2.1

Struktur Organisasi
Untuk menunjang kelancaran suatu proyek dan menghindari
terjadinya gangguan yang tidak diinginkan seperti keterlambatan
proyek, maka perlu adanya keterpaduan dan kerjasama yang baik
antar organisasi yang terlibat di dalam proyek itu sendiri.
Adapun organisasi yang terlibat di dalam proyek peningkatan
jalan legundi bts kabupaten mojokerto adalah sebagai berikut :
1. Pemilik Proyek
: Dinas Pekerjaan Umum Bina
Marga Pemprov Jawa Timur
2. Kontraktor
: PT. Adhi Karya
3. Konsultan Perencana
: PT. Dhuta Buana Jaya
4. Konsultasi Supervisi
: PT. Dhuta Buana Jaya

2.1.1 Mekanisme Hubungan Kerja


Dari ketiga pihak yang terkait yaitu pemilik proyek, kontraktor, dan
konsultan supervisi pada dasarnya mengikuti hubungan kerja
segitiga fungsional. Dimana pemilik proyek berhak melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan dan hasil kerja dari pihak

konsultan maupun kontraktor. Dari pihak konsultan berhak


melakukan pengawasan terhadap hasil kerja kontraktor. Sedangkan
pihak konsultan dan kontraktor saling melakukan koordinasi untuk
menyelesaikan proyek.
2.1.1.1 Pemilik Proyek
Pemilik dalam hak ini Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga
Pemerintah Provinsi Jawa Timur
2.1.1.2 Konsultan Supervisi
Konsultan supervisi adalah penyedia jasa di bidang pengawasan
jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan
pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai
selesai. Sehingga pelaksanaan proyek dapat sesuai persyaratan,
baik dalam segi teknik maupun dokumen kontrak.
2.1.1.3 Kontraktor Pelaksana
Kontraktor pelaksana adalah pihak yang bergerak dalam bidang
pelaksanaan pembangunan. Dalam pelaksanaannya, kontraktor
selaku pelaksana fisik harus mendapat persetujuan dari konsultan
yang telah ditetapkan dalam perjanjian kontrak.
2.1.2 Struktur Organisasi Proyek
Struktur organisasi proyek adalah pihak yang terlibat dalam proyek
yang mempunyai peran masing-masing sebagai berikut :
2.1.2.1 Kepala Satuan Kerja
Kepala Satuan Kerja berfungsi menyelenggarakan seluruh tugas
satuan kerja terutama pelaksanaan rencana kerja yang telah
ditetapkan dan dituangkan dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran).

10

2.1.2.2 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran, anggaran
belanja, berfungsi melaksanakan sebagian tugas satuan kerja
dalam penyelenggaraan pembangunan Negara dan bertanggung
jawab secara fisik maupun keuangan kepada kepala satuan kerja.
2.1.2.3 Pejabat Pelaksana Teknis dan Pengendalian
Pejabat Pelaksana Teknis dan Pengendalian adalah pejabat yang
ditunjuk oleh PA atau KPA yang melaksanakan satu atau
beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang
tugasnya.
2.1.2.4 Pengawas Utama
Pengawas utama adalah pihak yang ditunjuk untuk mengawasi
pelaksanaan pekerjaan dalam waktu tertentu sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan sebagaimana dalam kontrak paket
pekerjaan tersebut dalam hal ini adalah direksi harian atau
pengawas lapangan.
2.1.2.5 Bendhahara Pengeluaran Pembantu
Bendhahara berfungsi membantu kepala satuan kerja dan PPK
dalam melaksanakan pengelolaan keuangan satuan kerja dan
bertanggung jawab secara operasional kepada kepala satuan
kerja.
2.1.2.6 Pelaksana Administrasi Keuangan
Pelaksana Administrasi Keuangan berfungsi membantu Kepala
Satuan Kerja/PPK dalam melaksankan pengelolaan administrasi
kegiatan. Pelaksana administrasi keuangan bertanggung jawab
secara operasional kepada Kepala Satuan Kerja.

11

2.1.3 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana


2.1.3.1 Site Engineer
Menyiapkan program pelaksana pekerjaan
Melaksanakan pengukuran dan perhitungn MC 0% dan
100% bersama Direksi
Mengendalikan tercapainya target kualitas dan kuantitas per
15 hari
Melaporkan kepada Direksi apabila terdapat perbedaan
antara gambar dan situasi lapangan (L4)
Melaksanakan tugas lainnya atas perintah pemimpin
2.1.3.2 Pelaksana

2.1.3.3

Mempersiapkan keperluan sarana administrasi lapangan


Mempelajari gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat
teknis
Memantapkan rancangan dan rencana yang telah dibuat
Mencatat setiap langkah kerja sejak awal
Membuat laporan hasil kemajuan pekerjaan dan kondisi
pelaksanaan setiap 15 harian
Mengadakan pemeriksaan kuantitas dan kualitas pekerjaan
Asisten Pelaksana
Membantu Pelaksana melaksanakan kegiatan di lapangan
Melaksanakan pekerjaan yang diperintahkan atasnya
Menyiapkan bahan untuk keperluan dilapangan dan
administrasi atas permintaan Site Engineer

12

2.1.3.4 Administrasi
Melaksanakan pekerjaan adminitrasi proyek
administrasi teknik
Melakukan tugas-tugas lain atas perintah pimpinan

dan

2.1.3.5 Surveyor
Melaksanakan pengukuran, pematokan lokasi pekerjaan
yang akan dilaksanakan
Mendata hasil pengukuran dan melakukan penggambaran
shop drawing untuk menghitung MC 0%
2.1.3.6 Juru Gambar
Membuat schedule Shop Drawing dan As Built Drawing
Membuat Shop Drawing yang efisien, jelas dan
menguntungkan
Melakukan control terhadap gambar yang diterima maupun
yg dikeluarkan
2.1.3.7 Quality Control
Melaksanakan control atas pekerjaan di lapangan secara
berkala
Melaksanakan audit atas hasil pelaksana pekerjaan
Melakukan inspeksi, test dan check atas pekerjaan
Membuat laporan hasil audit ke pimpinan dan tim unit
jaminan mutu

13

BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
III.1. Trial Mix
pada pekerjaan peningktan jalan legundi bts kabupaten mojokerto
di butuhkan beberapa kuat tekan mutu beton yang digunakan
sebagai rigid,LC(Lean concrete), caping beam.trial mix ini
dilakukan di batching plan PT Merak Jaya Beton. Bagian bagian

Gambar 1 tes slump

Gambar 2 Pt. merak jaya


beton

dari batching plant ini yaitu sebagai berikut :


1. Cement silo, berfungsi untuk tempat penyimpanan semen
dan menjaga semen agar tetap baik
2. Belt
conveyor,
berfungsi
untuk
menarik
bahan/material(agregat kasar dan agregat halus) keatas
dari bin ke storage bin.
3. Bin,
berfungsi
sebagai
tempat
pengumpulan
bahan/material(agregat kasar dan agregat halus) yang
berasal dari penumpukan bahan di base camp dengan
bantuan wheel loader untuk ditarik keatas (storage bin)
4. Storage bin, digunakan untuk pemisah fraksi agregat.
Storage bin dibagi menjadi 4 fraksi yaitu ; agregat butir

14

kasar(split), butir menengah(screening), butir halus(pasir),


dan fly ash.
5. Timbangan pada alat batching plant dibagi menjadi 3
macam yaitu; timbangan untuk agregat, timbanga untuk
semen dan timbangan untuk air.
6. Dosage pump, digunakan untuk penambahan bhan
admixture seperti retarder.
7. Tempat penampungan air yang berfungsi supply
kebutuhan air pada ready mix.
Kuat tekan beton yang akan dilakukan trial mix yaitu sebagai berikut
:
K 125 : beton ini akan dibuat sebagai pekerjaan LC(Lean
Concrete) atau yang biasa disebut dengan lantai kerja.
K 250 : beton ni digunakan sebagai caping beam yang
nantinya akan dijadikan sebagai tutup dari sheetpile
Fs 45 : Fs 45 setara dengan beton yang berkekuatan K 400, beton dengan kekuatan ini yang akan direncanakan sebagai
rigid pavement(perkerasan kaku ), untuk pengetesan Fs 45

Gambar 3 ruang control


batching plan

15

dilakukan 2 kali yaitu dengan slump 3 dan slump 5.


Karena pada saat pengerjaan rigid metode pengerjaannya
yaitu dengan cara manual dan dengan dibantu alat (wiregent)
Tes ini bertujuan supaya disaat pelaksanaan nanti tidak terjadi
hal yang tidak diingkan seperti kuat tekan yang tidak sesuai,
slump yang tidak sesuai dengan spek, dengan adanya trial mix
adanya sebuah persetujuan dari berbagai pihak mulai dari
owner, kontraktor, konsultan sehingga di saat pelaksanaan
tidak terjadi kesalahpahaman.
III.2. Pekerjaan CTB
Pekerjaan ini mencakup pengadaan Lapis Pondasi Campuran Semen
yang padat, yang terdiri dari agregat dan material semen yang
dicampur di unit pencampur, serta mengangkut, menghampar,
membentuk dan memadatkan campuran tersebut, diatas lapis
permukaan yang telah disiapkan, sesuai dengan persyaratan Seksi ini
dan memenuhi bentuk sesuai Gambar Rencana dalam hal ketinggian,
penampang memanjang dan melintang atau sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Teknik, dan memelihara lapis pondasi yang
telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.
Lapis Pondasi Campuran Semen (Cement Treated Base / CTB), yang
selanjutnya disebut CTB adalah campuran agregat, semen dan air yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan pada kadar air optimum. Secara
umum material agregatnya harus terdiri dari batu pecah, harus kuat,
keras, mudah dipadatkan, tahan gaya geser serta bebas dari material
lunak, retak dan berongga.
Pekerjaan CTB (cement treated base) dengan galian 30 cm,
lebar 2 m, CTB terdiri dari material semen agregat kelas A, pasir
dan air, kadar air maksimum 2%.

16

Gambar 6 pemadatan CTB

Gambar 5 Tebal galian CTB

Gambar 4 penghampran
CTB

Pekerjaan CTB pada peningkatan jalan legundi batas kab.


Mojokerto ini hanya bagian dan sisi tertentu saja, sebagai contoh pada
STA 5000 pada sisi sebelah utara jalan eksisiting terdapat pipa gas
PGN. Hal ini yang mengakibatkan pelabaran lebih di iptimakan
disebelah selatan, karena pada sisi selatan jalan eksisting masih
tersedia 2m untuk pelebaran. Untuk 1 kapasitas 1 truck adalah 90
menit dengan rincian 60 menit perjalanan dari camp dan 30 menit
untuk penghamparan dan dilanjutkan pemadatan dengan baby roller 5

17

ton. Pemadatan dilakukan 8 passing (sesuai data sandcone)


pengangkutan menggunakan dumptruck berkapasitas 8 m3.
Jadi setiap dump truck bisa menyelesaikan sekitar 5 meter.
Setelah selang waktu 30 menit dari waktu penghamparan dan
pemadatan, CTB di curing menggunakan truk tangki
III.3. Persiapan Pekerjaan LC
a. Pengukuran tanah
Pada pekerjaan jalan harus diperhatikan adalah elevasi dan
kemiringan rencana, oleh karena itu dilakukan pengukuran
dengan waterpass di setiap 25 meter digunakan alat theodolite
untuk menentukan koordinat dari patok.
b. Pemasangan bekisting
Bekisting dari pengerjaan LC ini terbuat dari besi canal, cara
pengerjaannya yaitu dengan cara dipasang stick baja pada jarak
25 meter dan ditarik lurus dengan benang. Bagian permukaan
canal diluruskan dengan benang. Canal dikaitkan dengan stick
baja menggunakan kawat bendrat,
III.4. Pekerjaan LC( Lean Concrete)

Gambar 8 pengahmparan LC

Gambar 7 meratakan dan


menghaluskan LC

18

Beton yang digunakan sebagai lantai kerja yaitu K 125 dan


tebal berkisar antar 10 - 15 cm dengan slump 10. Untuk pengujian
slump test dilakukan setiap 10 m3 sekali pemasangan LC dimulai
dilakukan di STA 0+025 dengan lebar 5 meter. Setelah 1 jam proses
pengecoran besi canal terpaksa dilepas, karena canal digunakan
bekesting pengerjaan LC selanjutnya. LC bisa dilewati setelah
berumur 4 jam s/d 8 jam . untuk laju arus lalu lintas digunakan system
buka tutup . Selang 1.5 jam dari proses pengecoran lapisan ditutup
dengan menggunakan plastic geotexstil untuk mengurangi penguapan
yang terjadi pada beton.
III.5. Rigid Pavement
a. Pekerjaan persiapan
Dalam pekerjaan persiapan ini alat dan kelengkapan K3 yang
harus dipersiapkan adalah :
1. Wiregent (alat berat)
Alat penghampar, pemadat dan penghalus otomatis
dengan lebar kurang lebih 4 meter dan tinggi yang bisa
menyesuaikan dengan elevasi yang dinginkan dengan
menggunakan alat sensor.
2. Concrete mixer truck
Alat ini dipakai untuk mengubah batuan dan mineral
alam menjadi suatu bentuk dan ukuran yang diinginkan.
Hasil dari alat ini misalnya adalah batuan
bergradasi,semen, beton dan aspal. Concrete truck
mixer dibutuhkan pada saat pengerjaan LC karena
pengerjaan LC dibutuhkan slump tinggi.
3. Dumptruck

19

4.

5.

6.

7.

8.

Alat berat ini digunakan untuk mengangkut material


misal pasir, kerikil, beton yang berkapasitas mulai dari
5 ton-8 ton. Dumptruck dalam pengerjaan ini
dibutuhkan saat pengerjaan CTB,Sheetpile,rigid dan
pekerjaan yang dirasa membutuhkan dumptruck
sebagai pemindah material yang berkapasitas besar.
Excavator (alat berat )
Untuk menggali dan memuat tanah galian tersebut
kedalam truck atau lokasi penumpukan. Excavator pada
pengerjaan peningkatan jalan ini dibutuhkan saat
pengerjaan CTB dan pekerjaan rigid. Total dari
ekscavator pada pekerjaan ini sebanyak 8 alat.
Gerobak dorong
Digunakan untuk mobilisasi material ringan yang
berada di sekitar area pengerjaan
Vibrator roller
Alat ini berfungsi saat pengambilan sampel beton yang
berada pada cetakan kubus, atau juga di gunakan saat
pengerjaan rigid pavement dengan cara manual.
Cangkul
Selain bantuan mesin, cangkul juga dibutuhkan saat
meratakan rigid yang tidak bisa dijangkau oleh
ekscavator.
Lampu LED
Lampu dijadikan salah satu sumber penerangan
pengerjaan, karena pengerjaan rigid pavement
dilakukan pada saat malam hari. Selain kendaraan yang
melewati tidak seperti pada siang hari, pengerjaan

20

9.

10.

11.
12.

13.

malam hari juga membantu untuk mengurangi


penguapan pada beton itu sendiri.
Grooving tool
Alat yang digunakan untuk membuat
tekstur/permukaan rigid menjadi gari-garis. Dengan
tujuan agar jalan tidak licin
Saw cutter
Digunakan untuk memotong beton yang berada di atas
dowel
Genset
Sebagai sumber listrik di area proyek
Bor listrik
Untuk menancapkan stick baja yang akan dugunakan
sebagai alat sensor dan bekesting pada wirgent.
Perlengkapan bangunan
Alat alat yang dianggap perlu, missal :
palu,paku,gergaji,obeng dll

Untuk mempersiapkan lahan yaitu dengan cara menancapka stick


baja yang berjarak 5 meter di samping kiri dn kanan area LC.
Dilakukan pengukuran elevasi dengan menggunakan waterpass.
Stik baja digunakan sebagai penyangga tali baja yang dalam hal
ini tali baja berfungsi sebagai sensor dari wiregent. Sensor ini
bekerja dengan system mengatur elevasi dan lebar dari beton
yang akan dicetak. Plastik cor di gelar diatas LC, plast cor ini
berfungsi sebagai pemisah antara LC dan rigid agar jika LC
mengalam kerusakan tidak mempengaruhi struktur dari rigid atau
sebaliknya.
b. Pekerjaan Rigid

21

Beton didatangkan dengan menggunakan dumptruck, beton


dihamparkan sepanjang 5 meter dan tebal 20 cm, setelah itu
wiremesh dipasang dan diletakkan sesuai dengan batas antar
dowel. Lalu beton dihamparkan diratakan dengan excavator dan
dibantu dengan manual menggunakan cangkul. Setelah beton
dihamparkan wiregent dioprasikan dengan hati-hati.

Gambar 9 wiregent

Fungsi dan bagian dari wiregent sendiri yaitu sebagai berikut


:
1. Meratakan beton ke samping kanan kiri
2. Menggetarkan material beton sehingga menghilangkan
rongga2 udara akibat tersangga oleh tulangan/wiremesh
3. Memadatkan beton sehingga didapatkan cetakan yang
sempurna dan tidak memerlukan bekesting
4. Menghaluskan beton yang sudah tercetak
c. Pekerjaan Finishing
Setelah dihaluskan dengan alat wiregent, perlu juga
dihaluskan dengan manual. Banyak terjadinya lubang-lubang
yang diakibatkan dari proses penghalusan oleh wirgent. Oleh
karena itu penghalusan manual sangat diperlukan. Setelah

22

beton semi kering, akan dilakukan pembuatan tekstur jalan


menggunakan grooving tool. Grooving tool terbuat dari kayu
tripleks yang berbentuk seper sisir dengan tebal 2 mm
dengan jarak 1,5 cm.
setelah itu tunggu 30 menit untuk curing compound, couring
compound pada proyek ini menggunakan kimia antisol yang
diproduksi oleh Sika. Fungsi dari antisol ini yaitu menghmbat
penguapan akibat dari reaksi kimia dari material beton. Kain
geotekstil juga perlu digelar setelah penyemprotan antisol.

Gambar 10 curing compund

23

24

BAB IV
QUALITY CONTROL
IV.2 (Cement Treated Base / ctb)
IV.2.1 Umum
1. Toleransi
a. Tebal minimum Cement Treated Base (CTB) yang
dihampar tidak kurang dari tebal yang disyaratkan.
Tebal maksimum tidak boleh lebih besar dari 10 mm
dari tebal yang di syaratkan.
b. Tebal rata-rata pada potongan melintang dari survai
lapangan harus tidak lebih atau kurang dari 10 % dari
yang ditentukan.
c. Apabila sebuah mal datar sepanjang 3 meter diletakkan
pada permukaan jalan sejajar dan tegak lurus terhadap
garis sumbu jalan, variasi permukaan yang ada tidak
boleh melampaui 8 mm tiap 3 meter.
d. Cement Treated Base (CTB) tidak boleh di hampar
dengan tebal lapisan melebihi 15 cm tebal padat, dan
tidak dalam lapisan kurang dari 7,5 cm tebal padat.
e. Elevasi permukaan akhir tidak boleh berubah lebih
dari 10 mm ke atas atau ke bawah dari elevasi rencana
dalam setiap titik.
f. Ukuran pada tepi lapisan Cement Treated Base (CTB)
diukur dari garis sumbu rencana tidak boleh kurang dari
yang tertera dalam Gambar Rencana.
2. Rencana Kerja dan Pengaturan Lalulintas
a. Sebaiknya, 14 hari setelah penghamparan Cement
Treated Base (CTB), penghamparan lapis penutup
atas (Asphalt Base Course, Binder Course, Wearing
Course) harus dilaksanakan.
b. Penyedia jasa (kontraktor) harus menjamin bahwa
di lokasi pekerjaan lalulintas tidak diijinkan lewat
di atas Cement Treated Base (CTB), minimum 4
25

hari sesudah pemadatan terakhir dan mengalihkan


lalu lintas dan membuat jalan alternatif.
IV.2.2 Material
1. Semen Portland
a. Semen harus sesuai dengan Standar Industri
Indonesia, SII -13 -1977 Semen Tipe -1.
b. Direksi Teknik mempunyai hak melaksanakan
percobaan material Semen untuk menjamin bahwa
cara pengangkutan dan tempat penyimpanan tidak
dapat merusak Semen.
c. Semua semen harus disimpan terlebih dahulu di
tempat penyimpanan dengan cara yang tepat/cocok.
Tabel 1 prosentase lolos ayakan
Saringan
ASTM(mm)
50
37,5
19,0
4,75
2,35
1,18
0,075

% Lolos
100
95 100
45 80
25 50
8 30
08
05

2. Air
Air harus sesuai dengan AASHTO T26-27 dan
disetujui oleh Direksi Teknik. Air harus bebas dari
endapan dan dari zat yang merusak.
3. Agregat
Secara keseluruhan gradasi agregat harus dalam
batasan seperti berikut :
Persyaratan lain dari agregat adalah sebagai berikut :

26

Tabel 2 syarat agregat


Sifat
Abrasion of coarse agregat
Plasticity Index
Liquid Limit
Clay Lump and friable
Particicle in aggregate

AASHTO
Test
T96 74
T90 70
T89 68
T112 78

Persyaratan
Maks 35 %
Maks 6% Maks 35 %
Maks 1%

27

IV.2.3 Penghamparan Dan Pemadatan


1. Persiapan Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base)
a. Lapisan Pondasi Bawah (Sub Base ) harus sesuai dengan
Seksi ini Seksi 5.1 termasuk, ketebalan, ukuran, elevasi,
seperti terlihat pada Gambar.
b. Permukaan Lapis Pondasi Bawah (Sub Base ) harus bersih
dan rata.
2. Penghamparan Cement Treated Base (CTB)
Cement Treated Base (CTB) harus dihampar dan
ditempatkan di atas perbaikan tanah dasar (sub grade),
dengan metode mekanis, menggunakan alat high density
screed paver dengan dual tamping rammer sesuai instruksi
Direksi Teknik, untuk mendapatkan kepadatan, toleransi
kerataan dan kehalusan permukaan.
3. Pemadatan
a. Pemadatan Cement Treated Base (CTB) harus telah dimulai
dilaksanakan paling lambat 60 menit semenjak
pencampuran material dengan air.
b. Campuran yang telah dihampar tidak boleh dibiarkan tanpa
dipadatkan lebih dari 30 menit.
c. Kepadatan Cement Treated Base (CTB) setelah pemadatan
harus mencapai kepadatan kering lebih dari 95% kepadatan
kering maksimum sebagai ditentukan pada SNI 03-68862002.
d. Test kepadatan lapangan Cement Treated Base dilakukan
berdasarkan SNI 03-2828-1992 atau cara lain yang disetujui
oleh Direksi Teknik.
e. Kadar air pada waktu pemadatan minimal sama dengan
kadar air optimum dan maksimal sama dengan kadar air
optimum 2 %.
f. Pemadatan harus telah selesai dalam waktu 120 menit
semenjak semen dicampur dengan air.

28

4. Perawatan (Curing)
a. Segera setelah pemadatan terakhir dan atas usul Direksi
Teknik bila permukaan telah cukup kering harus ditutup
dengan menggunakan:
Lembaran plastik atau terpal untuk menjaga
penguapan air dalam campuran.
Penyemprotan dengan Bituminous Emulsi CSS-l
dengan batasan pemakaian antara 0,35 -0,50 liter per
meter persegi.
metode lain yang bertujuan melindungi Cement
Treated Base (CTB) adalah dengan karung goni yang
dibasahi air selama masa perawatan (curing).
IV.3 PERKERASAN KAKU
IV.3.1 BAHAN
1. Mutu Perkerasan Beton Semen
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus
sesuai dengan ketentuan Seksi 7.1 dari Spesifikasi ini, kecuali
jika disebutkan lain dalam Seksi ini.
2. Agregat Halus untuk Perkerasan Beton Semen
Agregat halus harus memenuhi SNI 03-6820-2002 dari
Spesifikasi selain yang disebutkan di bawah ini. Agregat halus
harus terdiri dari bahan yang bersih, keras, butiran yang tak
dilapisi apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a. Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM
No. 4 (4,75mm).
b. Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat)
pasir alam.
c. Pasir laut/pantai tidak boleh digunakan dalam campuran
perkerasan beton semen.

29

d. Jika dua jenis agregat halus atau lebih dicampur, maka


setiap sumber harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dalam Seksi ini.
e. Setiap fraksi agregat halus buatan harus terdiri dari batu
pecah dan haruslah bahan yang non-plastis jika diuji
sesuai SNI 1966:2008.

Tabel 3 Persyaratan agregat


Sifat

Ketentuan

Metoda
pengujian
SNI
03-48041998
SNI 1969 :2008

Berat isi lepas

Minimum
1.200 kg/ml
Penyerapan oleh Maksimum 5 %
air
3. Agregat Kasar untuk Perkerasan Beton Semen

Agregat kasar harus memenuhi AASHTO M80 dari


Spesifikasi selain dari yang disebutkan di bawah ini, Ampas
besi dari tungku sembur yang didinginkan dengan udara dapat
digunakan tetapi ampas besi dari pabrik baja tidak dapat
digunakan.

Tabel 4 Uji aus menurut SNI


Sifat
Kehilangan akibat
abrasi los anheles
berat isi lepas
Berat isi lepas

Ketentuan
tidak melampaui
35% untuk
500 putaran
minimum 1.200
kg/m3

Metoda pengujian
2417: 2008

SNI 03-4804-1998

30

Berat jenis

minimum 2,1

SN1 1970:2008

Penyerapan oleh air

ampas besi : maks 6


%
lainnya : maks.
2,5%

SNI 1970:2008

Bentuk partikel
pipih dan lonkong
denga rasio 3:1
Bidang pecah(2 atau
lebih )

masing-masing
maks 25%

ASTM D-4791

minimum 80%SNI

SNI 7619-:20!2

4. Semen dan Abu Terbang


Abu Terbang maksimum yang dapat digunakan adalah 25 % dari berat
bahan pengikat hanya untuk pemakaian Ordinary Portland Cement
(OPC) Tipe I dan tidak dapat digunakan untuk pemakaian semen tipe
Portland Composite Cement (PCC) dan Portland Pozzolana Cement
(PPC).
5. Air
Perbandingan air dan semen untuk agregat kering didasarkan
pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari
0,40 berat total semen.

<

6. Baja Tulangan
Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan
ketentuan Seksi 7.3 dari Spesifikasi ini, dan detailnya
tercantum dalam Gambar. Tulangan anyaman baja harus
sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55. Tulangan

31

tarik harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan


AASHTO M 31.
7. Membran Kedap Air
Membran atau sekat untuk lapisan tahan air yang di bawah
perkerasan harus berupa lembaran polyethene dengan tebal
125 mikron. Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat
tumpang tindih sekurang-kurangnya 300 mm.
8. Bahan Tambah
Bahan Tambahan kimiawi yang digunakan harus sesuai
dengan AASHTO M194-06. Bahan tambahan yang
mengandung calcium chloride, calcium formate dan
triethanolamine tidak boleh digunakan. Kondisi berikut harus
dipenuhi:
a. Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan,
kompatibilas bahan tambahan tersebut harus dinyatakan
dengan sertifikat tertulis dari produsen.
b. Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m,
kontribusi alkali total (dinyatakan dengan Na2O
ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan
pada campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3 Super
plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan
atas persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
9. Bahan untuk Perawatan
Bahan Membran untuk Perawatan haruslah cairan berpigmen
putih yang memenuhi AASHTO M148 atau bahan lain yang
disetujui Direksi Pekerjaan. Bahan membrane tanpa warm
atau bening tidak akan disetujui.
10. Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealer) dan Bahan
Pengisi Sambungan (Joint Filler)

32

a. Bahan penutup yang dituang (poured filler) untuk


sambungan harus memenuhi ketentuan SNI 03-4814-1998
dan AASHTO M 173.
b. Bahan pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk
sambungan harus memenuhi ketentuan-ketentuan SNI 034432-1997, SNI 03-4815-1998, AASHTO M 33,
AASHTO M 153, AASHTO M 213, atau AASHTO M
220, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar atau
oleh Direksi Pekerjaan dan harus dilubangi untuk
memberikan tempat untuk ruji (dowel) jika disyaratkan
dalam Gambar. Bahan pengisi untuk setiap sambungan
harus dikerjakan dalam selembar lunggal untuk lebar dan
kedalaman yang diperlukan untuk sambungan kecuali jika
disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana
penggunaan lebih dari selembar disetujui untuk suatu
sambungan, tepi-tepi lembaran harus diikat dengan rapat,
dan dipasang dengan akurat terhadap bentuk, dengan cara
distapler atau cara pengikat handal lainnya yang dapat
diterima Direksi Pekerjaan.
11. Beton
a. Bahan Pokok Campuran
Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran harus
didasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang
dibuat oleh Penyedia Jasa Untuk menentukan rasio agregat
kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus
dipertahankan seminimum mungkin. Akan tetapi, sekurangkurangnya 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat
haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat
yang lolos ayakan 4.75 mm.
Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan yang lebih
halus dari 0,075 mm sebesar 2% kecuali bahan pozolan.

33

Penyedia Jasa boleh memilih agregat kasar sampai ukuran


maksimum 38 mm, asalkan : campuran tersebut tidak
mengalami segregasi; kelecakan yang memadai untuk
instalasi
yang digunakan dapat dicapai dan kerataan
permukaan yang disyaratkan tetap dapat dipertahankan.
Menurut pendapatnya, Direksi Pekerjaan dapat meminta
Penyedia Jasa untuk mengubah ukuran agregat kasar yang
telah dipilih oleh Penyedia Jasa.
Tindakan-tindakan tambahan, termasuk penurunan ukuran
maksimum agregat. dapat dilakukan untuk mengendalikan
segregasi dari beton dalam acuan gelincir (slip form) yang
berasal oleh truk terakhir.
Ketika proporsi takaran yang sesuai telah diputuskan dan
disetujui, proporsi-proporsi tersebut hanya dapat diubah
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Perbandingan air dan
semen untuk agregat kering didasarkan pada persyaratan
kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari 0,40 berat total
semen.
b. Kadar Bahan Pengikat untuk Perkerasan Beton Semen
Berat semen yang disertakan dalam setiap meter
kubik beton yang terpadatkan untuk Perkerasan Beton Semen
tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluan
pencapaian durabilitas beton dan tidak lebih dari jumlah
semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang tinggi.
Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah semen
maksimum harus tercantum dalam dokumen rancangan
campuran beton sesuai dengan kondisi lingkungan pekerjaan
dan disetujui oleh Pengguna Jasa.
c. Kekuatan
Ketentuan minimum untuk kuat lentur pada umur 28 hari
untuk Perkerasan

34

Beton Semen diberikan dalam tabel berikut ini:


Tabel 5 Kuat Lentur Minimun untuk Perkerasan Beton Semen
Uraian

Syarat
kuat
lentur
(kg/cm2,Mpa)
Beton percobaan campuran
Fs 47 untuk 28 hari
Perkerasan
beton Fs 45 untuk 28 hari
semen(pengendalian
produksi)
Metode pengujian
SNI 03 4431- 1997
Ukuran benda uji
Balok 500 x 150 mm
Catatan :
1) Beton untuk Perkerasan Beton Semen dalam pekerjaan
permanen harus memenuhi ketentuan kuat lentur
minimum untuk Beton Perkerasan yang diberikan dalam
tabel 5. Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat
disesuaikan berdasarkan perbandingan nilai kuat lentur
dan kuat tekan yang dicapai untuk serangkaian pengujian
yang tidak kurang dari 16 pengujian kuat tekan dan kuat
lentur pada rancangan yang disetujui. Penyesuaian Nilai
Kuat tekan minimum untuk pengendalian produksi yang
diberikan dalam Tabel 5.3.2.(3) akan mengikuti perintah
atau persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2) Kuat lentur FS 45 MPa setara dengan kuat tekan
minimal 400 kg/cm
Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan
80% dari kuat lentur lapangan yang terjadi . Direksi Pekerjaan
dapat, menurut pendapatnya, pada setiap saat sebelum atau selama
operasi beton perkerasan, menaikkan atau menurunkan kekuatan
minimum yang terjadi pada umur 7 hari. Kuat tekan rata-rata Lapis

35

Pondasi Bawah Beton Kurus pada umur 28 hari dari produksi


harian adalah 80-110 kg/cm2
.
d. Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump
sesuai dengan SNI 1972 : 2008, Penyedia Jasa harus
mengusulkan slump untuk setiap campuran beton dengan
rentang :
20 - 50 mm untuk beton yang akan dibentuk dengan
acuan berjalan (slipform)
50 - 75 mm untuk beton yang akan dihampar secara
manual (acuan-tetap)
pada daerah lokasi pekerjaan yang tidak dapat dijangkau
peralatan slipform concrete paver atas persetujuan dari
Pengguna Jasa.
Rasio air bebas - semen untuk kondisi agregat jenuh kering
permukaan harus ditentukan dengan berdasarkan kebutuhan
untuk mencapai kekuatan dan durabilitas beton. Nilai rasio air
bebas-semen harus tercantum dalam dokumen rancangan
campuran beton yang disetujui oleh Pengguna Jasa.
e. Pengambilan Benda Uji (Sampling)
Untuk tujuan dari Pasal 5.3.2 dan Pasal 5.3.10 ini, suatu lot
akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk yang dibentuk
dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang
dibentuk dengan acuan tetap. Untuk setiap lot, dua pasang
benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur,
sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya
pada umur 28 hari.

36

Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari
kuat lentur yang disyaratkan dalam Tabel 5.3.2.(3) maka pengambilan
benda uji inti (core) di lapangan, minimum 4 benda uji, untuk
pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat tekan benda uji inti
(core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari
campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat
lentur sebelumnya, maka produk beton ini dapat diterima untuk
pembayaran.

37

BAB V
PERMASALAHAN KHUSUS
Peningkatan jalan legundi batas kabupaten mojokerto yang
dilaksanakan oleh kontraktor PT Adhi karya ini dalam pelaksanaanya
mengalami beberapa kesulitan, diantaranya :
1. lalu lintas yang sangat padat mengakibatkan pengerjaan LC
pada satu lajur terhambat, sehingga dilakukan system buka
tutup. Hal ini yang mengakibatkan kendaraan-kendaraan
pengirim material tidak produktif dalam mendatangkan
material ke lapangan.
2. kendaraan besar yang keluar masuk pabrik mengakibatkan
pengerjaan LC terputus, sehingga harus dikasih jarak untuk
kendaraan pabrik. Hal ini yang menjadikan pertimbangan
dalam produktivitas pengerjaan LC, karena banyak tuntutan
dari pihak LSM dan pekerja dari pabrik yang terkait.
3. Pengerjaan CTB yang terhambat karena adanya saluran yang
terdapat pada area CTB, yang dalam hal ini ppihak penyedia
jasa harus koordinasi pada pihak instansi yang terkait yaitu
PGN ( Perusahaan Gas Negara )
4. Metode saat pemasangan wiremesh pada perkerasan rigid,
karena pada saat pengoperasian alat wiregent posisi wiremesh
jauh dari spek.
5. Kesulitan dalam penyambungan rigid, karena pada saat rigid
diteruskan terjadinya beda tinggi antar rigid lama dan rigid
baru, sehingga harus dilakukan pemotongan pada permukaan.
Tapi masalah ini di antisipasi dengan melakukakn rigid yang

38

dikasih jarak sekitar 5 meter dari rigid lama. Metode


pengerjaan ini seperti melakukan pengerjaan rigid pada
pertama kali.

39

BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
a) Pekerjaan peningkatan jalan legundi batas kabupaten
mojokerto ini menghabiskan dana Rp. 42.465.000.000,00 dari
sumber dana DPA SKPD APBD Provinsi Jawa timur tahun
Anggaran 2015
b) Pekerjaan ini dilengkapi dengan laporan tiap minggu dan tiap
bulan yang baik, sehingga laporan kemajuan ini bisa dipantau
dengan baik oleh pihak owner
c) Pekerjaan ini juga memberikan dampak keuntungan dan
kerugian bagi pengguna jalan yang berada disekitar lokasi
proyek, khususnya pada pabrik-pabrik yang berada
disekitarnya
VI.2 Saran
Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih
penulis kepada pihak pemilik proyek, pada kesempatan ini
penulis ingin memberikan beberapa saran dan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan Peningkatan jalan
batas legundi kab. mojokerto yaitu :
a) Pelaksanaan peningkatan jalaan harus sesuai dengan jadwal.
Jika tidak memungkinkan maka harus berpindah ke item
pekerjaan yang lain. Agar pekerjaan pada tiap minggu
produktif
b) Pada saat proses pekerjaan di lapangan sebaiknya
mendapatkan pengawasan yang baik dari konsultan pengawas
maupun pemilik proyek sehingga jaminan kualitas bangunan
dapat dipertanggungjawabkan dan tidak mudah rusak.

40

41

42

Anda mungkin juga menyukai