Keunggulan:
1. tanaman baru umumnya lekas berbuah
2. memiliki sifat sama dengan tanaman induknya
3. dapat diperoleh sifat yang lebih baik dari induknya (misal hasil penyambungan)
Kelemahan:
1. memiliki perakaran serabut sehingga kurang kuat apabila tertiup angin
2. umur produksi lebih pendek
3. untuk memperoleh tanaman baru dalam jumlah banyak diperlukan waktu yang
cukup lama.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif selain dengan akar, batang/cabang, dan
daun adalah dengan jaringan tanaman yang dikenal dengan kultur jaringan (tissue
culture) dan dengan teknologi baru yaitu bioteknologi yang akan diuraikan dalam bab
Penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian di bagian lain.
Untuk memperoleh tanaman baru yang baik dengan hasil yang tinggi diperlukan
benih yang bermutu tinggi dengan kriteria sebagai berikut (misal pada tanaman
kedelai):
1. daya kecambah tinggi (lebih dari 80 %)
2. vigomya tinggi (tumbuh serentak, sehat, cepat tumbuh)
3. sehat, bernas, tidak luka atau keriput
4. murni (tidak tercampur dengan varietas lain)
5. bersih (tidak tercampur dengan kotoran)
6. masih baru, tidak apek (kurang dari 6 bulan).
Selain kriteria seperti tersebut di atas, untuk mendapatkan hasil yang baik, benih
harus berasal dari tanaman induk yang bersifat produksi tinggi, tahan hama/penyakit/
pengganggu lain atau tanaman induk yang bersifat unggul (varietas unggul). Varietas
unggul ada unggul lokal dan unggul nasional.
Unggul lokal: hanya unggul pada suatu daerah tertentu saja sedang di daerah lain
tidak unggul.
Unggul nasional: unggul pada sebagian besar suatu wilayah atau negara.
contoh unggul lokal: tanaman padi Rojolele di daerah Delanggu
contoh unggul nasional: IR-64, Cisedane, Aromatik.
Presipitasi. Meliputi semua air yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi,
berupa: hujan, salju, kabut dan embun. Faktor hujan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah jumlah/volume hujan, penyebaran/distribusi hujan
dan efektivitas hujan. Jumlah dan distribusi hujan sangat berpengaruh terhadap
macam/jenis tanaman yang dapat dibudidayakan pada suatu daerah. Jumlah
hujan yang tinggi dengan distribusi merata sepanjang pertumbuhan tanaman akan
berpengaruh baik pada tanaman tertentu tetapi tidak baik untuk tan aman yang
lain. Oleh karena itu perlu adanya pemilihan tanaman yang sesuai dengan
keadaan iklim di suatu derah. Untuk daerah-daerah yang curah hujannya tinggi
seperti di Indonsia bagian barat baik digunakan untuk pembudidayaan tanaman
padi pada dataran rendah, tanaman teh dan kopi pada dataran tinggi. Daerah
dengan curah hujan yang kurang (Indonsia bagian timur) baik untuk
membudidayakan tanaman jagung, sorghum, kacang hijau, kapas, dan
sebagainya.
Di daerah tropis basah seperti di Indonesia, adanya curah hujan yang tinggi
dengan suhu yang tinggi menyebabkan susunan atau formasi vegetasi yang
tumbuh paling banyak. Efektivitas hujan diukur dari kemanfaatan air hujan untuk
pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tinggi belum tentu efektif apabila
evaporasi (penguapan lewat permukaan tanah) dan transpirasi (penguapan lewat
permukaan tanaman) lebih besar dari jumlah curah hujan yang jatuh di suatu
daerah. Jadi efektivitas tidak dapat diukur dengan besarnya jumlah curah hujan.
Di Sulawesi Selatan, curah hujan 10 mm yang jatuh pada musim hujan lebih
efektif dari 10 mm yang jatuh pada musim kemarau.
Presipitasi merupakan fungsi linear dari evaporasi, transpirasi, run off (aliran
permukaan), dan infiltrasi (air yang masuk ke dalam tanah). Infiltrasi merupakan
fungsi linear dari perkolasi, rembesan dan kelembaban tanah. Rumusnya adalah
sebagai berikut (Whiteman, 1974)
P = presipitasi
P=E+T+R+I
E=evaporasi
T = transpirasi
R = run off (aliran permukaan) I =
Infiltrasi
I=U+S+A
Kelembaban yang tersimpan dalam tanah (A) berpengaruh sangat nyata untuk
pertumbuhan tanaman, terutama kelembaban tanah yang sesuai (available soil
moisture) yang terdapat antara kapasitas lapang (field capacity) dan titik layu
permanan (the wilting point). Presipitasi yang didominasi oleh air hujan, setelah
jatuh ke bumi akan menjadi:
1)
air higroskopis: air yang terlalu kuat terikat oleh partikel-partikel tanah
dengan kekuatan 15 atm. Air ini tidak dapat diserap tanaman karena
kekuatan akar untuk menyerap air hanya 2 atm.
2)
air gravitasi: air yang mengalir ke bawah (perkolasi) karena adanya gaya
gravitasi bumi. Air ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena
bergerak dengan cepat.
3)
air kapiler: air yang mengisi pori-pori mikro tanah yang berasal dari air
rembesan (lateral seepage). Air ini tersimpan lama dalam tanah,
sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
b. Suhu (temperatur)
Kisaran suhu untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya berkisar antara
15 -40C (59440F). Suhu suatu tempat ditentukan oleh altitude (ketinggian) dan
latitude (garis lintang).
Berdasarkan atas suhu tempat tumbuh tanaman dikenal vegetasi: tropical,
temperate, taiga, tundra dan polar. Beberapa ilmuwan membagi vegetasi di
dunia ini dalam 4 kelas berdasar suhu tempat, yaitu:
1)
2)
3)
4)
Setiap komunitas tanaman mengenal adanya titik kardinal. Untuk daerah tropis
titik kardinal tersebut adalah:
1)
suhu minimum (50-150C): apabila suhu suatu daerah kurang dari suhu ini
tanaman akan terganggu pertumbuhannya bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila suhu tersebut berlangsung cukup lama.
2)
suhu optimum (sekitar 300C): suhu yang paling baik untuk pertumbuhan
tanaman.
3)
2)
3)
4)
5)
nach frost: suhu rendah di malam hari secara tiba-tiba; banyak merusakkan
tanaman apel, kentang, dan teh.
d. Kelembaban
Kelembaban udara pada umumnya dinyatakan dalam kelembaban relatif
yang
mempengaruhi
evapotranspirasi
tanaman.
Evapotranspirasi
akan
2)
3)
4)
secara
penuh
dalam
proses fotosintesisnya.
Tanaman
ini
mempunyai titik kompensasi CO2 50 ppm dan terjadi fotorespirasi yang dapat
mengurangi hasil fotosintat bersih. Fiksasi CO2 dalam proses fotosintesis
dilakukan oleh senyawa RuDP (Ribulose diphosphat) dan membentuk
senyawa fosfoglyserat (phosphoglycerit acid = PGA) dengan rumus:
Karena stomatanya membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari,
maka tanaman ini sangat efisien dalam memanfaatkan air (kebutuhan airnya
sangat kecil) sehingga hasil fotosintesis bersihnya juga kecil.
Contoh: anggrek, kaktus, nanas.
2) Kualitas Cahaya
Kualitas cahaya menunjukkan panjang gelombang yang terkandung dalam
cahaya. Menurut Penman (1968) dari 75 satuan (unit) cahaya yang sampai di
permukaan bumi atau atmosfer, apabila semua unit tidak dipantulkan oleh awan,
kira-kira 44 % mengandung panjang gelombang yang aktif untuk fotosintesis
(photo-synthetically active wavelengths) dengan panjang gelombang 0,4 - 0,7
atau 400-700 mg. Panjang gelombang ini umumnya yang dapat ditangkap/dilihat
oleh mata manusia, yaitu:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Dari panjang gelombang di atas yang efektif untuk fotosintesis adalah oranye,
merah, disusul violet dan biru. Apabila cahaya matahari sampai pada daun, maka
cahaya yang efektif akan disekap, sedangkan sisanya (hijau dan kuning) yang
kurang efektif akan diteruskan ke bawah. Oleh karena itu daun-daun yang ternaung
tidak dapat menghasilkan fotosintat secara maksimal. Untuk mendapatkan hasil
tanaman yang maksimal perlu adanya pengurangan daun sampai pada batas luas
daun tertentu (luas daun yang optimal) yang diukur dengan indeks luas daun. Yang
dimaksud dengan indeks luas daun (leaf area index atau LAI) adalah perbandingan
antara luas daun tanaman dengan luas lahan yang ditempati oleh tanaman tersebut.
LAI optimum untuk tanaman satu berbeda dengan LAI optimum tanaman yang lain,
untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimum.
3) Durasi atau lamanya pencahayaan (fotopepriodisme)
Pada umumnya periode waktu untuk pertumbuhan aktif suatu tanaman setiap
tahun dibatasi oleh sejumlah faktor. Sebagai contoh pada daerah dengan garis
lintang tinggi, pertumbuhan aktif dibatasi oleh suhu rendah selama musim dingin. Di
daerah tropis, kelembaban yang sesuai selama musim kemarau lebih membatasi
panjangnya musim pertumbuhan tanaman.
Dalam pembudidayaan tanaman hams disesuaikan aktivitas tanaman dengan
perubahan kondisi iklim yang terjadi selama setahun. Apabila tanaman hams
bertahan, ia hams menyesuaikan dengan daerah dimana ia tumbuh. Sejumlah
mekanisme atau peristiwa telah terjadi yang memungkinkan tanaman tumbuh pada
waktunya. Salah satu mekanisme yang paling penting adalah fotoperiodisme, atau
kepekaannya pada panjang hari/lamanya pencahayaan (atau malam).
Pengaruh fotoperiodisme paling nyata adalah pada induksi pembungaan yaitu
peralihan tanaman dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Akan tetapi fotoperiodisme
dapat mempenganihi sejumlah aspek lain dari fase reproduktif, meliputi lamanya
pembungaan, panjang periode reproduktif, pembentukan tepungsari yang dapat
hidup (viable) dan pembentukan buah dan biji.
Tanggapan tanaman terhadap fotoperiodisme dikelompokkan dalam:
a) Tanaman hari netral (day neutral plants): tanaman yang dalam pembungannya
tidak dipengaruhi oleh lamanya pencahayaan. Pada tanaman ini suhu yang lebih
tinggi umumnya memacu/mempercepat pembungaan tanaman.
b) Tanaman hari pendek absolut (A bsolut short day plants): tanaman yang hanya
akan berbunga apabila lamanya pencahayaan lebih pendek dari panjang hari
spesifik atau kritis.
c) Tanaman hari panjang absolut (Absolut long day plants): tanaman yang hanya
akan berbunga apabila panjang hari atau lamanya pencahayaan lebih panjang
dari panjang hari spesifik atau kritis.
d) Tanaman hari pendek kuantitatif (Quantitative short day plants): hari pendek
mempercepat pembungaan yaitu tanggapan kuantitatif pada hari pendek yang
ada, tidak memerlukan adanya lama pencahayaan kritis sebelum terjadi
pembungaan. Akan tetapi umumnya tanaman akan berbunga jika mendapatkan
lama pencahayaan yang panjang dalam periode waktu yang cukup. Suhu yang
lebih tinggi umumnya memacu proses pembungaan.
e) Tanaman hari panjang kuantitatif (Quantitative long day plants): pembungaan
tanaman dipacu oleh hari panjang dan dihambat oleh hari pendek. Suhu yang
lebih tinggi umumnya memacu proses pembungaan, teristimewa dalam panjang
hari yang lebih pendek.
Sebagian besar tanaman semusim yang sudah beradaptasi di daerah tropis
termasuk dalam kelompok tanaman hari pendek kuantitatif, misalnya tanaman
kedelai, jagung, padi, dan sorghum.
4) Arah datangnya cahaya
Arah datangnya cahaya berkaitan dengan jumlah cahaya yang dapat
diterima tanaman. Cahaya yang datangnya condong akan memberikan energi
yang lebih kecil daripada yang datangnya dari arah vertikal, sehingga
pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman juga akan berbeda. Cahaya matahari
pada pagi hari lebih baik bagi pertumbuhan tanaman yang masih muda (pada
pembibitan dan pesemaian). Oleh karena itu dalam membuat atap pembibitan
umumnya miring ke arah barat (atap bagian timur lebih tinggi dari bagian barat).
e. Angin
Angin sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama angin yang tidak
terlalu kencang karena angin atau udara yang bergerak merupakan penyedia gas
CO2 yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis.
Dalam budidaya tanaman, pengaturan arah barisan tanaman hams
memperhatikan arah angin. Apabila arah barisan tegak lurus dengan arah
sebanding den gan konsentrasi CO2 udara di sekitar daun tanaman. CO2 yang
terbentuk dalam senyawa organik dalam tanaman kembali ke atmosfer karena
proses respirasi tanaman, tanaman-tanaman yang mati, busuk dan pembakaran
tanaman.
Peningkatan pertumbuhan dan hasil yang lebih besar pada tanaman sayuran
dimungkinkan dengan meningkatkan kandungan CO2 dalam rumah kaca. Gas-gas
tertentu seperti SO2, CO, dan HF di udara dalam jumlah yang cukup akan meracuni
tanaman. Kerusakan tanaman juga telah dilaporkan di dekat pabrik yang
menghasilkan alumina (tawas) dan fosfat, karena dari keduanya dilepaskan fluorin
yang menyebabkan kenisakan. Di dekat pabrik semen, partikel-partikel semen halus
yang jatuh juga menyebabkan kerusakan tanaman.
Kandungan CO2 dalam air tinggi, sehingga tumbuhan air dapat memperoleh
CO2 tersebut dari air. Kandungan CO2 dalam tanah menyebabkan rendahnya laju
respirasi tanaman dan akhirnya mengganggu aktivitas metabolisme akar.
Oksigen: setiap organisme hidup menggantungkan pada oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Jumlah oksigen dalam udara normal tetap karena tanaman
memberikan oksigen selama proses fotosintesis.
Nitrogen: nitrogen dalam atmosfer menjadi tersedia dalam tanah oleh adanya
kilat, hujan dan penambatan (fiksasi) nitrogen oleh mikroorganisme. Bakteri yang
hidup bebas seperti azotobacter, bakteri simbiotik seperti rhizobium, ganggang biru
hijau dan sebagainya penambat nigtrogen yang baik dalam tanah. Proses
dekomposisi protein tanaman dan hewan yang telah mati oleh mikroorganisme juga
menambah kandungan nitrogen dalam tanah. Nitrogen dalam tanah dapat tersedia
bagi tanaman oleh aktivitas bakteri nitrifikasi. Pengikatan senyawa nitrogen di
permukaan tanah berkisar 100 juta ton per tahun, dan 90 %-nya berasal dari
pengikatan secara biologi (Donald, 1960).
Jaringan tanaman sebagian besar dikonsumsi oleh binatang/hewan sebagai
pakan. Bagan nitrogen jaringan tanaman dikembalikan ke dalam tanah dalam
bentuk kotoran atau jaringan hewan yang mati.
2. Faktor Tanah
Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah: a.
kelembaban tanah, b. air tanah, c. suhu tanah, d. bahan mineral tanah, e. komponen
anorganik, f. bahan organik tanah, g. organisme tanah, dan h. reaksi tanah.
a. Kelembaban tanah
Jaringan tanaman mengandung sekitar 90 % air. Kandungan air dalam
tanaman dapat hilang melalui transpirasi yang dapat diganti hanya dengan
penyerapan air dari tanah. Fungsi penting air dalam tanaman adalah:
1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
bentuk dan kandungan unsur yang berbeda dalam mineral, perubahan kimia
seperti hirolisis, hidrasi dan sebagainya, dan konsentrasi garamgaram yang
berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
kandungan lengas tanah.
5)
6)
difusi gas dalam tanah untuk aerasi tergantung pada kandungan lengas
tanah.
Kandungan lengas tanah sangat dinamis dan bervariasi dari waktu ke waktu.
Hubungan air dengan tanah akan dibicarakan dalam mata kuliah lain.
b. Udara dalam tanah
Aerasi tanah mutlak diperlukan untuk absorbsi air oleh akar tanaman. Absorbsi
air oleh akar-akar tanaman terjadi sangat cepat dalam tanah yang aerasinya baik,
sedangkan pada tanah yang padat akan kekurangan persediaan oksigen.
Oksigen diperlukan untuk respirasi akar. Dalam tanah yang aeasinya baik,
CO2 dilepaskan dalam respirasi akar dan mikroorganisme menukarnya dengan
udara di atas tanah. Dalam tanah yang aerasinya jelek akan terjadi penimbunan
karbon dioksida dan mengganggu proses absorbsi air oleh tanaman.
pertumbuhan tanaman.
e. Komponen anorganik
Senyawa-senyawa Si, Ca, Mg, Fe, K, Na dan Al merupakan senyawa penting
penyusun tanah. Di samping senyawa di atas, tanah juga mengandung sejumlah
besar unsur mineral lain seperti B, Mn, Mo, Zn, Cu, Co, J dan F yang diketahui
sebagai unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dan dinamakan unsur
mikro.
Jumlah total unsur yang terkandung dalam tanah tergantumg pada bagian
batuan alam mana ia dibentuk dan umur batuan serta produk larutan yang telah
mengalami perlindian/pencucian. Komposisi kimia pada horison yang berbeda
menunjukkan banyak variasi. Komponen tanah terdiri atas: bahan mineral (30 %),
air tanah (30 %), udara tanah (30 %), dan bahan organik tanah (5-10 %).
Klasifikasi tanah berdasar teksturnya dibedakan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi tanah berdasar tekstur
Nama partikel
clay
silt
very fine sand
fine sand
medium sand
coarse sand
Sumber: Morachan (1978).
Umumnya tekstur tanah yang baik mengikat banyak air yang tersedia bagi
pertumbuhan tanaman dalam periode yang lebih panjang. Penetrasi akar dihambat
oleh banyaknya clay dan silt yang terkandung dalam tanah.
Tanah loam adalah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman apabila
mengandung pasir kasar (coarse sand) sebaik partikel silt dan clay. Tanah loam
memiliki aerasi yang baik, infiltrasi dan pergerakan air baik, penetrasi akar mudah
dan juga kapasitas menyimpan air baik dan subur.
f. Bahan organik
Di samping substansi anorganik, tanah juga mengandung bahan organik
dalam jumlah yang berkisar : kurang dari 1 % pada tanah pasir (sandy soils) sampai
90 % (pada tanah gambut).
Bahan organik ditambahkan pada bahan mineral tanah setiap tahun, meskipun
persentase bahan organik kurang dari 5 % berat kering tanah, hal ini dapat
mempenganuhi sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Bahan organik tanah
sebagian besar berasal dari:
1)
akar-akar tanaman dan organisme hidup dalam tanah yang telah mati.
2)
tanah. Bahan organik juga merupakan amber makanan bagi organisme tanah. Sebagai
sumber hara tanaman, bahan organik mengandung 95 % total nitrogen, 50-60 % total
fosfor dan 10-20 % total sulfur.
g. Organisme tanah
Bahan organik mentah dalam tanah tidak langsung digunakan tanaman
sebagai makanan. Ia hams mengalami perombakan pertama dalam humus dan
kemudian ke dalam produk sederhana sebelum ia dapat dimanfaatkan.
Pekerjaan/perombakan ini dilakukan oleh mikroorganisme berbagai jenis yang
ada di dalam tanah. Gula, pati, dan protein dirombak pertama kali, kemudian
selulose dan substansi lemak (lipoid), dan terakhir lingin (zat kayu) dan substansi
berkayu. Macam/jenis organisme hidup yang terdapat dalam tanah dapat
berbentuk tanaman (bakteri, actinomycetes, fungi, algae, akar-akar; rhizoid dan
rhizome) dan hewan (protozoa, nematoda, tungau, serangga terutama semut dan
kumbang, cacing tanah, tikes, dan sebagainya).
Sejumlah besar bakteri dan fungsi menyebabkan berkurangnya substansi
organik. Mereka melakukan proses mineralisasi menghasilkan berbagai macam
hara yang tersedia bagi tanaman. Bakteri ammonifikasi merubah protein ke
dalam ammonia. Bakteri nitrifikasi mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan
nitrat. Sejumlah bakteri dan ganggang biru hijau menambat nitrogen dalam tanah
dalam kondisi anaerob pada tanah yang tergenang air, bakteri tertentu
menyebabkan denitrifikasi, melepaskan nitrogen bebas yang hilang di udara.
Banyak bakteri dan fungi patogenik
menyebabkan penyakit pada tanaman. Beberapa fungsi
berbentuk
1)
2)
3)
4)
5)
jenis penyakit yang disebabkan oleh fungi tertentu seperti penyakit kudis pada
kentang (potato scab) dipacu oleh tanah yang asam.
Hal yang sama kebasaan tanah yang tinggi (high alkalinity) juga
Pada daerah non irigasi, kompetisi antara gulma dan tanaman besar dalam
memperebutkan air. Koefisien transpirasi untuk Bermuda grass (Cynodon
dactylon) adalah 813, sedangkan untuk sorghum hanya 430. Dengan
membebaskan tanah dari gulma, dalam satu are tanah dengan
kedalaman 6 kaki, dapat dihemat 300-500 ton air. Di
daerah
yang
Azotobacter dan Aerobacter yang hidup secara aerob heterotrof. Bakteri lain
yang hidup secara anaerob heterotrof adalah Clostridium dan Derxia.
Selain dengan tanaman legume, simbiosis dengan tanaman lain (non
legume)
sekarang
sudah
banyak
dikenal,
misalnya
dengan
tanaman
dan
Gymnospermae
(Ceratozamia,
Cycas,
Encephalaaros,
Podocarpus, Macrozamia, dsb). Meskipun demikian, pada simbion tanaman nonlegume ini isolasi terhadap organisme penambat nitrogennya masih sulit
dilakukan, tidak seperti pada tanaman legume. Pada tanaman Alnus dan Myrica
bintil endofit berupa actinomycetes yang menginfeksi pada kortek nodul/bintil,
tidak seperti pada tanaman legume yang menginfeksi pada jaringan intravasculer
(pembuluh). Simbion pada Gymnospermae Podocarpus berupa phycomycetes
yang terjadi dalam sel kortek nodul. Sebaliknya pasangan Gymnospermae
Macrozamia dan Encephalartos adalah ganggang biru hijau (species Nostoc dan
Anabaena) yang terdapat dalam ruang udara khusus dalam nodul. Ganggang biru
hijau juga menambat nitrogen bersama dengan jamur/fungsi (dalam lichenes) dan
dengan paku air Azolla. Pada Azolla, ganggang simbion adalah Anabaena azollae
yang terdapat pada rongga udara di bawah ujung daun (Duckett et al. cit.
Matheson et al., 1975). Bintil penambat nitrogen pada Trema sp. tanaman
tahunan berkayu (Angiospermae) ditemukan akhir-akhir ini (Trinick, 1973 cit.
Matheson et al., 1975). Simbion pada tanaman cowpea (kacangkacangan) telah
diidentifikasi sebagai bakteri Rhizobium.
Sumbangan N pada penambatan tanaman non-legume Angiospermae cukup
besar, sebagai contoh penambatan oleh tanaman Alnus dan Hippophae
menghasilkan 150 kg per hektar per tahun. Akan tetapi sumbangan/kontribusi dari
Gymnospermae sangat kecil. Penambatan nitrogen simbiotik dengan tanaman
legume:
Simbiosis antara legume - Rhizobium telah banyak dipelajari secara luas.
Tanaman ini sangat nyata membantu manusia dalam penyediaan pangan dan
pakan. Peranan legume dalam penyediaan pangan dan pakan karena
kemampuannya dalam menambat nitrogen dari udara/atmosfer. Pada padang
penggembalaan (pasture) legum ditanam berasosiasi dengan spesies rumputan.
Legume menyediakan sumber protein yang tinggi pada tanaman makanan ternak
(forage) dan juga menambat nitrogen untuk kebutuhan dirinya sendiri. Nitrogen
menjadi tersedia bagi rumputan setelah sisa tanaman legume mengalami proses
penyerbuk tanaman yang sangat penting. Ngengat dan kupu-kupu juga mampu
melakukan penyerbukan. Cacing tanah dapat memperbaiki aerasi dan drainase
tanah sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Hewan-hewan kecil dan besar juga sangat mempengaruhi kehidupan
tanaman karena hewan-hewan mengkonsumsi tanaman sebagai pakannya.
Tanaman pertanian yang terdapat di dekat habitat hewan-hewan tersebut akan
mengalami kerusakan besar apabila tidak dilakukan pengendalian/ perlindungan.
4. Faktor fisiografik
Lapisan geologi dan topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Lapisan geologi: macam/jenis lapisan geologik tidak hanya mempengaruhi jenis
batuan induk yang membentuk tanah, tetapi juga mempengaruhi macam tanaman
yang dapat dibudidayakan.
Topografi: sifat atau keadaan alam permukaan tanah dikenal sebagai faktor
topografi, yaitu meliputi:
a. ketinggian tempat
b. keterjalan kemiringan
c. kemiringan yang terkena cahaya dan angin
d. arah rentetan pegunungan.
Faktor topografi berpengaruh pada kehidupan tanaman oleh adanya modifikasi
iklim dan faktor tanah suatu tempat.
ad a. Ketinggian tempat. Ketinggian tempat biasanya berhubungan dengan:
1) penurunan suhu
2) peningkatan presipitasi
3) peningkatan kecepatan angin
Telah diketahui bahwa kenaikan tinggi tempat per 1000 m akan
menurunkan suhu 6-7C kecuali pada lembah dan dataran rendah.
Peningkatan presipitasi dan kekuatan angin mempengaruhi keadaan alam
tanah dan vegetasi. Bahan organik meningkat dan kandungan nitrogen serta
keasaman tanah.
Di pegunungan terjadi perubahan suhu sesuai dengan ketinggan tempat,
memberikan pola sonasi (pengelompokan) vegetasi tertentu seperti halnya
urutan vegetasi yang dijumpai dari daerah equator ke kutub.
ad b. Keterjalan kemiringan. Kemiringan yang terjal mempercepat run-
off setelah hujan. Hal ini menurunkan kandungan lengas tanah. Di samping
tanah menjadi tidak stabil juga akan menyebabkan terjadinya erosi, humus
tidak dapat terakumulasi sehingga batuan gundul akan nampak. Keadaan ini
tidak dapat digunakan untuk meningkatkan hasil tanaman. Oleh karena itu
perlu dilakukan konservasi tanah.
ad c. Kemiringan yang terkena cahaya dan angin. Lereng gunung mendapat/terkena
intensitas cahaya yang rendah/lemah dan tiupan angin yang kuat,
sebagaimana halnya di lereng bagian utara di daerah temperate dan
pegunungan Himalaya tanaman sulit/kurang untuk mendapatkan cahaya dan
kelembaban. Hal sama dijumpai pada kemiringan bagian barat daerah
pegunungan Tamil Nadu didapatkan tanaman yang rusak karena angin.
ad d. Arah deretan pegunungan. Pembagian curah hujan di seluruh negara selama
musim hujan ditentukan oleh arah rentetan pegunungan. Pola hujan sangat
mempengaruhi type atau jenis tanaman yang dibudidayakan dengan kondisi
kering dan tanah yang berbeda.
5. Faktor antrofik
Manusia telah menghasilkan banyak perubahan tanaman di lingkungan/
sekitarnya. Pengaruh perbaikan oleh pemulia tanaman telah meningkatkan hasil
tanaman, introduksi tanaman dari luar negeri sangat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Keberhasilan pertanian tidak hanya tergantung pada pengetahuan fisik, kimia,
dan biologis tanah yang baik, tetapi bahan tanah dan pengelolaannya. Hal yang
paling penting hams diperhatikan dalam budidaya tanaman adalah hubungan antara
tanah dan tanaman yang akan dibudidayakan. Walaupun masalah pengelolaan
tanah sangat berbeda dengan keadaan alam tanah, keadaan iklim dan jenis
tanaman yang akan dibudidayakan, masih merupakan faktor dasar yang hams
dikuasai dalam praktek pengelolaan tanah di manapun.
Pengelolaan tanah yang baik hams didasarkan pada petunjuk sebagai berikut:
a. memilih tanaman yang tepat pada tanah tertentu
b. memelihara tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman
c. meningkatkan kemampuan produktivitas tanah
d. merekomendasikan metode pertanian yang menguntungkan secara ekonomi.
Pengetahuan tanah dan praktek pengelolaan tanaman sangat berpengaruh pada
peningkatan hasil tanaman.