Anda di halaman 1dari 3

Pernikahan bukan sekedar

menyatukan dua insan dalam sebuah pelaminan. Allah menetapkan


suatu ikatan suci, yaitu akad nikah. Dengan dua kalimat yang
sederhana Ijab dan Qabul, terjadilah perubahan besar, yang haram
menjadi halal, yang maksiat menjadi ibadah, kekejian menjadi
kesucian, dan kebebasan menjadi tanggung jawab. Maka nafsu pun
berubah menjadi cinta dan kasih sayang.

Begitu besarnya perubahan ini sehingga Al Quran menyebut Akad


Nikah sebagai Mitsaqan Ghalidzha (perjanjian yang berat). Hanya tiga
kali kata ini disebut dalam Al Quran. Pertama, ketika Allah
membuat perjanjian dengan Nabi dan Rasul Ulul Azmi (QS. Al
Ahzab : 7). Kedua, ketika Allah mengangkat bukit Tsur diatas
kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia di
hadapan Allah (QS. An Nisaa : 154). Dan ketiga, ketika Allah
menyatakan hubungan pernikahan (QS. An Nisaa : 21).
Akad nikah bukanlah sekedar kata-kata yang terucap dari mulut lakilaki, atau sekedar formalitas untuk mensahkan hubungan suami istri,
atau bahkan adat yang menjadi kebiasaan dalam pernikahan. Akad
nikah adalah sebuah perjanjian sakral yang ikatannya amat kokoh dan
kuat. Akad nikah telah mengikatkan suami dan istri dalam sebuah
perjanjian syari, dimana perjanjian itu wajib dipenuhi hak-haknya.
Perjanjian agung menyebabkan halalnya kehormatan diri untuk
dinikmati pihak lainnya. Perjanjian kokoh yang tidak boleh diciderai
dengan ucapan dan perbuatan yang menyimpang dari hakikat
perjanjian itu sendiri.
Allah swt berfirman, Dan jika kamu ingin mengganti istrimu
dengan istri yang lain, sedang kamu telah memberikan kepada
seseorang di antara mereka harta yang banyak, maka
janganlah kamu mengambil kembali dari padanya barang
sedikit pun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan
jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menaggung) dosa yang
nyata? Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal
sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain

sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil


dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. An Nisaa : 20-21)
Thabrani dalam kitab tafsirnya menukilkan penjelasan Qatadah
mengenai ayat di atas. Perjanjian kuat yang diambilkan Allah untuk
para wanita, rujuk kembali dengan cara yang makruf atau menceraikan
dengan cara yang bijak, dan perjanjian yang kuat itu terdapat dalam
akad kaum Muslimin tatkala melaksanakan akad nikah : Demi Allah
kamu harus menjaganya dengan cara yang makruf atau menceraikan
(jika menceraikan) dengan cara yang bijak. Rasulullah bersabda,
Takutlah kamu dengan amanah Allah. (HR. Muslim)
Abu Bakar Jabir Al Jazairy dalam kitab Minhajul Muslim menyebutkan
bahwa pernikahan adalah akad yang menghalalkan kedua belah pihak,
laki-laki dan perempuan untuk bersenang-senang satu dengan yang
lainnya. Sehingga pernikahan bisa dipahami sebagai : akad untuk
beribadah kepada Allah, akad untuk menegakkan syariat Allah, akad
untuk membangun rumah tangga sakinah mawaddah wa rahmah.
Pernikahan juga akad untuk meninggalkan kemaksiatan, akad untuk
saling mencintai karena Allah, akad untuk saling menghormati dan
menghargai, akad untuk saling menerima apa adanya, akad untuk
saling menguatkan keimanan, akad untuk saling membantu dan
meringankan beban, akad untuk saling menasehati, akad untuk setia
kepada pasangannya dalam suka dan duka, dalam kefakiran dan
kekayaan, dalam sakit dan sehat.
Pernikahan berarti akad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan,
akad untuk saling melindungi, akad untuk saling memberikan rasa
aman, akad untuk saling mempercayai, akad untuk saling menutupi
aib, akad untuk saling mencurahkan perasaan, akad untuk berlomba
menunaikan kewajiban, akad untuk saling memaafkan kesalahan, akad
untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, akad untuk tidak
mengungkit ungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan.
Pernikahan adalah akad untuk tidak melakukan pelanggaran, akad
untuk tidak saling menyakiti hati dan perasaan, akad untuk tidak saling
menyakiti badan, akad untuk lembut dalam perkataan, santun dalam
pergaulan, akad untuk indah dalam penampilan, akad untuk mesra
dalam mengungkapkan keinginan, akad untuk saling mengembangkan
potensi diri, akad untuk adanya keterbukaan yang melegakan, akad
untuk saling menumpahkan kasih sayang, akad untuk saling
merindukan, akad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, akad
untuk tidak saling membiarkan, akad untuk tidak saling meninggalkan,.
Pernikahan juga bermakna akad untuk menebarkan kebajikan, akad
untuk mencetak generasi berkualitas, akad untuk siap menjadi bapak
dan ibu bagi anak-anaknya, akad untuk membangun beradaban, akad
untuk segala yang bernama kebaikan.

Wasiat umum bagi suami dan istri untuk mewujudkan keharmonisan


hubungan di antara mereka. Saling menghormati, ciptakanlah katakata indah untuk mengungkapkan cinta, berterimaksih dan pujilah ia,
tanyakan kepadanya apa yang ia sukai, kapan harus berlomba
dengannya, senyumlah selalu kepadanya, maksimalkan perhatian dan
perawatan ketika ia sakit, siapkan untuknya kejutan cinta, engkau
adalah pakaian untuknya. Dengan memperhatikan kesimbangan hak
dan kewajiban antara suami dan istri, insyaAllah bahtera rumah tangga
akan dipenuhi cinta, kasih sayang, berkah dan ridha Allah swt. Aamiin.
(Nasehat seorang sahabat)

Bismillah..
Ya Allah..limpahkanlah kami cinta yang Engkau jadikan
pengikat rindu Rasulullah dan Khadijah Al Qubro, yang Engkau
jadikan mata air kasih sayang Imam Ali dan Fatimah Az-Zahra,
yang Engkau jadikan penghias keluarga Nabi Mu yang suci.
Ya Allah..jadikanlah kami sebagai suami istri yang saling
mencintai dikala dekat, saling menjaga kehormatan dikala
jauh, saling menghibur dikala duka, saling mengingatkan
dikala bahagia, saling mendoakan dalam kebaikan dan
ketaqwaan, saling menyempurnakan dalam peribadatan.
Ya Allah..sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan
menjadikan pernikahan ini sebagai ibadah kepada-Mu dan
bakti kepada kepengikutan dan cinta kami kepada sunnah
keluarga Rasul-Mu. Aamiin.
Pernikahan merupakan sunnatullah yang di dalamnya terdapat hikmah
besar untuk kelangsungan kehidupan manusia. Sunnatullah inilah yang
harus terus diperjuangkan dan dipertahankan hingga tercipta keluarga
yang sakinah mawadah wa rahmah. Sakinah, dalam artian tenang dan
tentram, yaitu harus ada saling percaya, dan memahami antar suami
istri. Mawaddah, Mahabbah atau cinta, yakin harus ada saling
mencintai antar pasangan. Rahmah, yaitu ridho Allah SWT, dengan
mendapatkan keturunan yang thoyyib.

Anda mungkin juga menyukai