Neuro Imaging
Neuro Imaging
Neuroimaging
merupakan
salah
satu
peranan
radiodiagnostik
di
bidang
ilmu
penyakit
saraf.
Radiologi
Anatomi
Secara
khusus,
pengaplikasian
anatomi
sistem
saraf
pusat
sesuai
dengan
neuroanatomi
yang
sebelumnya
sudah
pernah
diajarkan
pada
tingkat
dasar.
1.1
Potongan
Axial
(Perhatikan
fissura
Sylvii,
Arteria
Thalamoperforata)
Catatan
perhatian:
Dalam
neuroimaging,
selalu
perhatikan
kondisi
anatomik
yang
ada.
Perubahan
yang
kecil
maupun
signifikan
akan
dapat
menegakkan
berbagai
macam
kelainan
neurologik.
Modalitas
Neuroimaging
Dalam
neuroimaging
ada
banyak
modalitas,
antara
lain
Cranium
X
Ray,
Computed
Tomography
Scan
dan
Angiography,
selain
itu
terdapat
pula
modalitas
MRI
dan
USG
(transcranial
Doppler,
dilakukan
oleh
dokter
penyakit
saraf)
pada
beberapa
kasus.
A.
Cranium
X
Ray
Pemanfaatan
foto
polos
cranium
dalam
praktek
umum
sangat
jarang.
Pada
umumnya
dilakukan
pada
kejadian
fraktur
cranium.
Beberapa
fraktur
cranium:
a. Fraktur
linear:
ditandai
dengan
hasil
foto
polos
cranium
yang
menunjukkan
adanya
garis
tajam,
bedakan
dengan
sutura
(ada
pada
lokasinya,
dan
lebih
smooth)
b. Fraktur
impress:
fraktur
linear
ke
dalam,
bisa
berisiko
brain
injury.
Misalnya
pada
perlukaan
olahraga
sepakbola
saat
dahi
terpukul
ke
dalam
akibat
terkena
lutut
pemain
lawan.
c. Fraktur
diastasis:
fraktur
disertai
sutura
yang
melebar.
B.
Computed
Tomography
Scan
(CT-Scan)
Sudah
menjadi
hal
yang
umum,
sejak
ditemukan
tahun
1970,
CT-
scan
banyak
membantu
penegakan
diagnosis
penyakit
dan
kelainan
neurologik.
Penggunaan
CT-scan
disarankan
pada:
a. Trauma
akut
atau
baru
saja,
di
mana
CT-scan
sangat
baik
mendeteksi
perubahan
parenkim
otak
akibat
pendarahan.
b. Pasien
pendarahan
intracranial,
mendeteksi
Stroke
hemoragik
ataupun
pendarahan
intracranial
akibar
kecelakaan.
c. Penyakit
tulang
cranium:
metastasis,
ada
keganasan
d. Pada
pasien
dengan
kontraindikasi
MRI
(pasien
dengan
pacemaker,
dengan
implantasi
logam).
Hasil
CT
scan
akan
menunjukkan
gambaran
radiologik:
Hypodense:
hitam,
biasanya
daerah
yang
berisi
cairan
Isodense:
jaringan
parenkim
otak
sendiri
Hyperdense:
padat,
kalsifikasi,
pendarahan