PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki luas wilayah 91.592,43 km2
dengan penduduk pada tahun 2012 berjumlah 8.528.719 jiwa terdiri atas 12
(dua belas) kabupaten dan 4 (empat) kota, perlu memacu peningkatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memperkukuh Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Kabupaten Musi Rawas yang mempunyai luas wilayah 12.358,65 km2
dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 berjumlah 610.223 jiwa terdiri atas
21 (dua puluh satu) kecamatan dan 288 (dua ratus delapan puluh delapan)
desa/kelurahan. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk
mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan.
Kabupaten Musi Rawas Utara berasal dari sebagian wilayah Kabupaten
Musi Rawas yang terdiri atas cakupan wilayah: a. Kecamatan Rupit; b. Kecamatan
Rawas Ulu; c. Kecamatan Nibung; d. Kecamatan Rawas Ilir; e. Kecamatan Karang
Dapo; f. Kecamatan Karang Jaya; dan g. Kecamatan Ulu Rawas.
Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk
mengubah suatu daerah yang dihuni oleh masyarakat dengan berbagai
permasalahan sosial ekonomi serta keterbatasan fisik untuk menjadi daerah yang
maju dengan masyarakat yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal
dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya.
Penanganan daerah tertinggal dilakukan dalam skala nasional dan
merupakan program jangka panjang. Sejalan dengan hal tersebut, RPJPN
(Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) 2005-2025 telah menetapkan
kebijakan pengembangan wilayah tertinggal dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan.
Untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dan dalam rangka
peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi, maka KDPDTT menyusun dokumen Strategi Daerah Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA PPDT) dimana sub-sub kegiatannya
mencakup identifikasi permasalahan daerah tertinggal sesuai dengan indikator
yang ditetapkan serta melakukan kegiatan pengumpulan data dan pemutakhiran
data ketertinggalan daerah 2015-2019.
Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA
PPDT) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah tertinggal untuk
periode 5 (lima) tahun ditingkat yang merupakan bagian integral dari rencana
pembangunan jangka menengah. Merupakan penjabaran lebih lanjut dari
Strategi Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRANAS PPDT).
Sejalan dengan hal tersebut, maka Kabupaten Musi Rawas Utara sebagai
Kabupaten Tertinggal harus menyusun/merumuskan Strategi Daerah Percepatan
Pembangunan Daerah Tertinggal (Strada PPDT) dengan tetap memperhatikan
dokumen perencanaan pembangunan lainnya seperti Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Stranas-PPDT dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah ( RPJMD ).
Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, yang untuk
selanjutnya disebut STRADA PPDT, ini disusun sebagai pola dasar dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakat di daerah tertinggal yang berlandaskan
visi, misi, program strategis dan prioritas maupun kaidah pelaksanaan, sehingga
seluruh program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) dapat
berjalan secara tepat tujuan, tepat sasaran dan tepat perlakuan sesuai dengan
karakteristik kebutuhan lokal.
Landasan Hukum
Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (STRADA
Tahun
2003 Nomor
47,
3.
Undang-undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
Pemeriksaan
4.
5.
Undang-undang Nomor 33
7.
8.
9.
Rencana
12.
Perpres
Nomor
12
Tahun
2015
tentang
Kementerian
Desa,
D.
RENCANA
JANGKA MENENGAH
STRATEGI
RENCANA AKSI
PPDT
RPJM
NASIONAL
STRANAS
PPDT
RAN PPDT
RENCANA
TAHUNAN
PUSAT
RENSTRA K/L
RPJM
PROVINSI
STRADA PPDT
PROV.
PROVINSI
RENSTRA
SKPD
RPJM
KABUPATEN
STRADA PPDT
KAB
KABUPATEN
RENSTRA
SKPD
RAS
RENJA K/L
RAD PPDT
PROV.
RAS
SKPD
RENJA
SKPD PROV
RAD PPDT
KAB
RAS
SKPD
RENJA SKPD
KAB.
Gambar 1.1
Hubungan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah
E.
Sistematika Penulisan
BAB IV
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT, dan
instansi pelaksana Pengembangan Perekonomian di daerah tertinggal.
Desain penetapan program dan kegiatan pokok indikatif didasarkan dan
berkaitan langsung dengan pengembangan perekonomian daerah.
BAB V
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT, dan
instansi pelaksana Peningkatan Kualitas SDM di daerah tertinggal. Desain
penetapan program dan kegiatan pokok indikatif didasarkan dan berkaitan
langsung dengan sasaran penyelesaian.
BAB VI
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT , dan
instansi pelaksana pemenuhan pelayanan dasar masyarakat.
BAB VII
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT , dan
instansi pelaksana penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana
produksi komoditi unggulan. Desain penetapan program dankegiatan pokok
indikatif didasarkan dan berkaitan langsung dengan sasaran penyelesaian.
BAB VIII
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT , dan
instansi pelaksana pemberian insentif kepada pelaku usaha dalam rangka
peningkatan investasi kepada daerah tertinggal. Desain penetapan program
dan kegiatan pokok indikatif didasarkan dan berkaitan langsung dengan
sasaran penyelesaian.
BAB IX
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT , dan
instansi pelaksana peningkatan konektivitas antar wilayah. Desain
penetapan program dan kegiatan pokok indikatif didasarkan dan berkaitan
langsung dengan sasaran penyelesaian.
BAB X
Menggambarkan permasalahan, sasaran penyelesaian, arah kebijakan,
program, kegiatan pokok indikatif selama periode STRADA PPDT , dan
instansi pelaksana peningkatan koordinasi lintas sektor dan penyempurnaan
regulasi. Desain penetapan program dan kegiatan pokok indikatif didasarkan
dan berkaitan langsung dengan sasaran penyelesaian
BAB XI
Menjelaskan tentang sumber-sumber pendanaan yang diharapkan untuk
pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal. Diharapkan juga dituangkan
dalam bentuk matrik kebutuhan, besaran anggaran yg dibutuhkan, serta
rencana sumber pembiayaan untuk pemenuhan kebutuhan: APBD , APBD
Provinsi, K/L, dan Dana Alokasi Khusus.
BAB XII
Menjelaskan tentang prinsip pelaksanaan, pendekatan, dan pola kebijakan
agar terjadi percepatan pembangunan daerah tertinggal.
BAB XIII
Menguraikan tentang ketentuan dan mekanisme penyusunan dan
pelaksanaan STRADA PPDT. Dokumen STRADA selanjutnya akan didetailkan
dalam dokumen Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal. RAD merupakan dokumen perencanaanpembangunan
daerah tertinggal untuk periode 1 (satu) tahun di tingkat provinsi.
BAB XIV
Menyusun roadmap setiap tahun STRADA 2015-2019 untuk mempermudah
evaluasi dan monitoring STRADA 2015-2019 serta menjadi panduan
pembuatan RAD tiap tahun.
BAB XV
Kalimat penutup dokumen, diantaranya sebuah harapan agar STRADA PPDT
menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan
daerah tertinggal.
LAMPIRAN:
1. Data Program/Kegiatan PPDT Tahun 2010-2014
2. Data Pemutakhiran Data Ketertinggalan Daerah 2015-2019
3. Laporan Hasil Evaluasi PelaksanaanProgram/Kegiatan PPDT Tahun 20102014
4. Matrik Isu Permasalahan, Usulan Program/Kegiatan Pokok, Sasaran,
Jumlah anggaran yang diusulkan, Instansi Pelaksana, Dan Rencana
Pelaksanaan 2015-2019
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
b.
c.
10
11
Potensi kekayaan tambang yang dimiliki oleh Kabupaten Musi Rawas Utara
adalah batubara, minyak dan gas bumi serta emas. Potensi-potensi lain yang ada
di Kabupaten Musi Rawas Utara antara lain pertanian, perikanan, perkebunan
dan agro industri.
Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk seperti tersebut di
atas, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum
sepenuhnya terjangkau. Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek
rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru
sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
A. Masalah Yang dihadapai Daerah Tertinggal
1. Perkembangan Ekonomi
Gambaran kondisi perkembangan ekonomi di Kabupaten Musi Rawas
Utara mencangkup Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut
lapangan usaha, pertumbuhan PDRB dan APBD dari tahun ke tahun, serta
penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran dari tahun ke tahun.
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian
yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah
tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu
tertentu (satu tahun kelender).
PDRB Kabupaten Musi Rawas Utara terdiri dari kegiatan pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi, perdagangan,
hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real sstate
dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Berikut Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Musi Rawas Utara dapat dilihat pada tabel 2.1.
12
Tabel 2.1
Produk Domestik Regional Bruto Kab. Musi Rawas Utara (Atas Dasar Harga
Konstan 2000 dan Harga Berlaku) menurut lapang usaha
Lapangan Usaha
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
Berlaku
(dalam milyar rupiah)
Nilai
Nilai
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
414,98
1.038,00
34,73
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
438,26
1.047,60
35,05
3. Industri Pengolahan
42,79
125,44
4,20
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
1,08
2,56
0,09
5. Konstruksi
62,71
202,11
6,76
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
65,15
215,92
7,22
7. Pengangkutan dan Komunikasi
7,42
18,15
0,61
8. Keuangan dan Jasa Perusahaan
23,68
63,71
2,13
9. Jasa-Jasa
80,87
275,41
9,21
Produk Domestik Regional Bruto
1.136,93
2.988,91
100,00
Produk Domestik RegionalTanpa Gas
768,02
2.186,45
73,15
Migas
Pertumbuhan Ekonomi
PDRB Per Kapita (Juta Rupiah)
16,81
Sumber: Sumber: BPS RI, Tinjauan Regional Berdasarkan PDRB Kabupaten/Kota 2010-2013
13
sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Adapun
jumlah penduduk miskin di Musi Rawas Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Perbandingan Penduduk Miskin Tahun 2013
Provinsi
Kabupaten Musi
Penduduk Miskin
Sumatera
Rawas Utara
Selatan
(1)
(2)
(3)
98,8
1,104,60
Jumlah Penduduk Miskin (000)
17,85
14,06
Persentase penduduk miskin
Garis Kemiskinan (GK) dalam
326,798
291,058
rupiah
Indeks Kedalaman Kemiskinan
2,2
2,49
(P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan
0,44
0,73
(P2)
Indonesia
(4)
28,170,55
11,37
271,626
1,75
0,43
14
Sebaliknya
tingkat
kesehatan
yang
buruk
akan
cenderung
63,82
70,10
70,07
15
sebesar 70,07. Dengan IPM Kabupaten Musi Rawas Utara sebesar 67,94,
provinsi Sumatera Selatan sebesar 74,36, dan Indonesia sebesar 72,81.
b. Rata-rata lama sekolah
Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan
oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis
pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel
pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang
diduduki. Adapun rata-rata lama sekolah dapat dilihat dari tabel Indeks
Pembangunan Manusia di bawah ini:
Tabel 2.5
Rata-rata lama sekolah Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2013
Kab. Musi
Prov. Sumatera
IPM dan Komponennya
Indonesia
Rawas Utara
Selatan
67,94
74,36
73,81
IPM
Rata-rata lama sekolah
6,24
8,04
8,14
Sumber: BPS RI, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2013
atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan
huruf lainnya, tanpa harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya terhadap
penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka Buta Huruf (ABH) adalah proporsi
penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak mempunyai kemampuan
membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya terhadap penduduk usia
15 tahun ke atas. Berikut ini tabel AMH Kabupaten Musi Rawas Utara:
16
Tabel 2.6
Angka Melek Huruf Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2013
IPM dan
Kab. Musi Rawas Prov. Sumatera
Indonesia
Komponennya
Utara
Selatan
67,94
74,36
73,81
IPM
Angka Melek Huruf
97,64
97,55
94,14
Sumber: BPS RI, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2013
pendidikan
dan
pelayanan
lainnnya
yang
mcenyebabkan
Pendidikan
Dari segi pendidikan, pelayanan dasar pendidikan dapat dilihat dari
jumlah sekolah, murid dan guru, berikut ini adalah data jumlah sekolah,
murid, guru dan rasio di Kabupaten Musi Rawas Utara:
Tabel 2.7
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Musi
Rawas tahun Ajaran 2013/2014
Jenjang
Rasio MuridSekolah
Murid
Guru
Pendidikan
Guru
TK
168
5.141
538
9,56
SD Negeri
299
46.460
3.228
14,39
SD Swasta
8
1.337
75
17,83
SMP Negeri
53
13.940
1.227
11,36
SMP Swasta
12
1.372
94
14,60
SMA Negeri
20
7.768
585
13,28
SMA Swasta
4
574
48
11,96
SMK Negeri
4
1.156
120
22,14
SMK Swasta
3
302
40
22,20
Sumber: Dinas Pendidikan Kabuoaten Musi Rawas
17
Rawas sebagai induk pemekaran. Tabel di atas menunjukkan bahwa pada tahun
ajaran 2013/2014 di Kabupaten Musi rawas telah tersedia 168 unit TK, 307 unit
SD, 65 unit SMP, 24 unit SMA, dan 7 unit SMK yang meliputi sekolah negeri
dan swasta diharapkan mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi
generasi penerus Kabupaten Musi Rawas. Pada tahun ajaran 2013/2014, rasio
murid-guru secara total di Kabupaten Musi Rawas di SD negeri sebesar 14,39,
SD swasta 17,83, SMP negeri 11,36, SMP swasta 14,60, SMA negeri 13,28,
dan SMA swasta 11,96.
Selain pilihan sekolah umum, di Kabupaten Musi Rawas juga terdapat
sekolah berbasis agama bagi para siswa berupa 18 MI, 26 MTs, dan 10 MA yang
juga meliputi sekolah negeri dan swasta, serta adanya 26 unit pondok
pesantren.
b. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal terpenting yang menjadi perhatian
pemerintah mengingat kesehatan merupakan salah satu faktor yang bisa
menyebabkan kemiskinan. Dalam alurnya, jika kesehatan masyarakat tidak
terjaga dengan baik maka akan terjadi rendahnya produktivitas kemudian
akan menyebabkan rendahnya pendapatan dan tidak adanya kemampuan
untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Maka dari itu kesehatan adalah
kebutuhan dasar yang wajib diperhatikan oleh pemerintah.
Pelayanan dasa kesehatan juga dapat dilihat dari infrastuktur
Kesehatan meliputi jumlah pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan,
rasio pelayanan kesehatan dengan jumlah penduduk, serta rasio tenaga
kesehatan dengan jumlah penduduk. Berikut ini infrastruktur kesehatan di
Kabupaten Musi Rawas Utara, sebagai berikut:
18
Grafik 2.1
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011-2013
19
diharapkan
mampu
mendukung
masyarakat
dalam
menjaga
kesehatannya.
4. Aksesibilitas
Aksesibilitas terdiri dari transportasi, telekomunikasi, dan energi. Adapun
penjelasannya dapat dilihat dari pemaparan berikut ini:
a.
Transportasi
Adapun jarak kecamatan ke ibukota, dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.9
Kondisi Jalan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013
20
Kabupaten
Musi
moda
transportasi udara
21
b. Telekomunikasi
Adapun jenis telekomunikasi di Kabupaten Musi Rawas Utara, adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.11
Jumlah Kantor Pos di Kabupaten Musi Rawas tahun 2013
22
Tabel 2.12
Jumlah Jaringan Seluler/Stasioner Menurut Kecamatan di Kabupaten Musi Rawas
tahun 2013
23
Energi
Gambaran pembangkit dan pusat tenaga listrik tergambar pada tabel
berikut:
Tabel 2.13
Jumlah Desa yang Teraliri Listrik Menurut Kecamatan di Kabupatan Musi Rawas
Tahun 2013
24
sudah teraliri listrik di Kabupaten Musi Rawas baru sebesar 84,11 persennya
saja. Kecamatan yang masih minim teraliri listrik adalah kecamatan BTS Ulu dan
Kecamatan Muara Lakitan. Adapun informasi mengenai daerah yang sudah
terlayani oleh PDAM seperti yang digambarkan pada tabel 2.13 berikut:
tabel 2.14
Jumlah Desa/Kelurahan yang Terlayani oleh PDAM Muara Beliti di Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2013
Berdasarkan data di atas, pada tahun 2013 desa yang terlayani PDAM
adalah kecamatan rawas ulu sebanyak 3 desa, kecamatan rupit 2 desa,
kecamatan karang jaya 2 desa, kecamatan rawas ilir 2 desa, kecamatan karang
dapo 3 desa, dsedangkan kecamatan ulu rawas dan nibung belum memiliki
pelanggan PDAM.
5. Kemampuan Keuangan Daerah
Adapun realisasi anggaran Kabupaten Musi Rawas Utara adalah sebagai
berikut:
25
Tabel 2.15
Realisasi Pendapatan Pemerintahan Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun
Anggaran 2013 (milyar rupiah)
Jenis penerimaan
Anggaran
Realisasi
Pendapatan
Asli
85.519.094.403.00
75.367.275.021.80
Daerah
Dana Perimbangan
1.314.211.069.276,16
1.329.410.786.502,00
Lain-lain
122.513.564.875,00
109.621.274,00
Jumlah
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Musi Rawas
Musi
Rawas
pada
tahun
anggaran
2013
meningkat
26
longsor sebesar 2,82%, desa banjir sebesar 28,17%, presentase desa bencana
lainnya sebesar 21,13%, desa di kawasan hutan lindung 14,08%, desa
berlahan kritis 0,00%, dan presentase desa konflik sebesar 2,82%.
B. Evaluasi Pelaksanaan Program/Kegiatan PPDT Tahun 2010 2014
Sejalan dengan RPJMN 2010-2014 yang telah menetapkan daerah
tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik sebagai salah satu prioritas
nasional pembangunan dari sebelas prioritas nasional yang ada. Dalam hal ini
pengertian daerah tertinggal yaitu daerah kabupaten yang masyarakatnya serta
wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lainnya dalam skala
nasional. Daerah tertinggal ditetapkan berdasarkan 6 kriteria dasar yaitu
perekonomian, sumber daya manusia, infrastruktur, kemampuan keuangan
daerah, aksesabilitas dan karakteristik daerah.
Dalam RPJMN 2010-2014 disebutkan bahwa substansi inti program aksi
untuk daerah tertinggal dalam 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal
sebesar 6,6% pada tahun 2010 menjadi 7,1 % pada tahun 2014
2. Berkurangnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal pada
tahun 2010 sebesar 18,8% menjadi 14,2% pada tahun 2014; dan
3. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia di daerah tertinggal yang
ditunjukkan oleh peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada
tahun 2010 sebesar 67,7 menjadi 72,2 pada tahun 2014
1.
score dan indikator yang digunakan adalah 6 kriteria dan 27 indikator (Lihat
Tabel 2.2). Sesuai arahan RPJMN 2010-2014, kebijakan pembangunan daerah
tertinggal serta upaya koordinasi dan sinkronisasi dirasakan adanya dukungan
27
Pertumbuhan Ekonomi
Target RPJMN
28
33
67
54
46
Merujuk pada Tabel di atas maka dapat diketahui bahwa yang mencapai
pertumbuhan ekonomi >7,1% ada 61 kabupaten (33%) dan yang belum
mencapai target ada 122 kabupaten (67%). Jumlah daerah tertinggal yang
angka pertumbuhan ekonominya lebih dari rata-rata angka pertumbuhan
ekonomi nasional ada 99 kabupaten (54%) adapun yang dibawah rata-rata
nasional terdapat 84 kabupaten (46%).
d. Indeks Pembangunan Manusia
Untuk Indeks Pembangunan Manusia KPDT menetapkan indikator
Kinerja Utama yaitu Jumlah Daerah Tertinggal yang IPM nya > rata-rata IPM
Nasional. Sesuai dengan data BPS tahun 2013 dapat dijelaskan capaian IPM
sebagai berikut:
Tabel 2.18
Rekap Capaian Kinerja Indeks Pembangunan Manusia Daerah Tertinggal
JUMLAH
INDIKATOR
STATUS
%
KABUPATEN
Target
RPJM
24
13
Tercapai
IPM
Target RPJM Tidak
159
87
Tercapai
Di atas Rata-Rata
9
5
Nasional
Di bawah rata-rata
174
95
nasional
Sumber: Data Podes 2014
Dengan demikian yang mencapai target IPM > 72,2 ada 24 kabupaten
(13%) dan yang belum mencapai target ada 159 kabupaten (87%). Sedangkan
jumlah daerah tertinggal yang angka IPM > rata-rata IPM nasional ada 9
kabupaten (5%), adapun yang di bawah rata-rata asional ada 174 kabupaten
(95%).
Kendala belum tercapainya sasaran peningkatan kualitas SDM di daerah
tertinggal adalah karena masih rendahnya jumlah tenaga pendiidkan dan
kesehatan serta sarana pendidikan dan kesehatan daerah tertinggal dan
perbatasan. Kendala lainnya adalah minimnya akses terhadap pelayanan
29
masih
terdapat
beberapa
kekurangan
yang
membutuhkan
b.
kebijakan
perencanaan,
penganggaran,
pelaksanaan,
d.
e.
30
pulau-pulau
terpencil
perlu
diprioritaskan
pada
upaya
g.
Indonesia
11,37
643,36
31
Tabel 2.20
Perbandingan Penduduk Miskin Tahun 2013
Kabupaten
Provinsi
Penduduk Miskin
Musi Rawas
Sumatera
Utara
Selatan
(1)
(2)
(3)
Jumlah Penduduk Miskin (000)
98,8
1,104,60
Persentase penduduk miskin
17,85
14,06
Garis Kemiskinan (GK) dalam rupiah
326,798
291,058
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
2,2
2,49
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
0,44
0,73
Indonesia
(4)
28,170,55
11,37
271,626
1,75
0,43
Indonesia
(4)
70,07
8,14
32
Indikator
Angka Melek Huruf (AMH)
dalam tahun
Kab. Musi
Rawas Utara
Prov. Sumatera
Selatan
97,64
97,55
Indonesia
94,14
(6,24 tahun
dibanding 8,04 tahun dan 8,14), dan Angka melek huruf (97,64 persen
dibanding 97,55 dan 94,14).
c. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasaran di kabupaten Musi Rawas Utara, adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.22
Sarana dan Prasarana
Indikator
(1)
Jumlah desa dengan jenis permukaan jalan utama terluas
aspal/ beton
Jumlah desa dengan jenis permukaan jalan utama terluas
diperkeras
Jumlah desa dengan jenis permukaan jalan utama terluas
tanah
Jumlah desa dengan jenis permukaan jalan utama terluas
lainnya
Jumlah Pasar tanpa bangunan
Jumlah Fasilitas kesehatan per 1000 penduduk
(buah/unit)
Dokter per 1000 penduduk (orang)
Fasilitas pendidikan dasar per 1000 penduduk (buah/unit)
Persentase rumahtangga pengguna listrik
Persentase rumahtangga pengguna telepon
Persentase rumahtangga pengguna air bersih
Kabupaten Musi
Rawas Utara
(2)
54
8
9
0
49
0,45
0,11
0,84
92,30
0,77
73,24
33
kesehatan di Kabupaten Musi Rawas Utara per 1000 penduduk sebanyak 0,45,
dengan jumlah dokter per 100 penduduk 0,11. Untuk fasilitas pendidikan
dasar per 1000 penduduk 0,84. Untuk jumlah rumah tangga pengguna listrik
sekitar 92,30, pengguna telepon 0,77, dan penggunan air bersih sekitar 73,24.
d. Kapasitas Keuangan Daerah
Adapun kemampuan keuang daeah dapat dilihat dari kemampuan fiskal
daerah. Kemampuan fiskal daerah Kabupaten Musi Rawas Utara adalah
sebesar 0,45 dengan kategori rendah.
e. Aksesibilitas
Adapun aksebilitas di kabupaten Musi Rawas Utara adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.23
Aksesibilitas
Indikator
(1)
Rata-rata jarak ke ibukota kabupaten (kilometer/km)
Akses ke pelayanan kesehatan (kilometer/km)
Akses ke pelayanan pendidikan dasar (kilometer/km)
Kabupaten Musi
Rawas Utara
(2)
51,20
0
4,63
Data diatas menjelaskan bahwa di Kabupaten Musi Rawas Utara ratarata jarak ke ibukota kabupaten yakni 51,20 km, akses ke pelayanan
kesehatan 0 km, sedangkan untuk akses ke pelayanan pendidikan dasar
sejauh 4,63 km.
f.
Karakteristik Daerah
Adapun karakteristik daerah di Kabupaten Musi Rawas Utara, adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.24
Karakteristik Daerah Kabupaten Musi Rawas Utara tahun 2013
Indikator
Kabupaten Musi
Rawas Utara
(1)
(2)
Persentase desa gempa bumi
0,00
Persentase desa tanah longsor
2,82
Persentase desa banjir
28,17
Persentase desa bencana lainnya
21,13
34
Indikator
Persentase desa di kawasan hutan lindung
Persentase desa berlahan kritis
Persentase desa konflik 1 tahun terakhir
Kabupaten Musi
Rawas Utara
14,08
0,00
2,82
kemampuan
masyarakat
dan
terpenuhinya
kebutuhan dasar;
3. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat;
4. Meningkatnya pendapatan daerah;
5. Meningkatnya fasilitas umum daerah;
6. Meningkatnya pengelolaan SDA.
E.
35
36
BAB III
STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN
A.
Visi
Pengembangan visi dan misi
Tertinggal mengacu pada visi dan misi pembangunan yang terumus dalam
Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten Musi Rawas Utara yang menggali
dari harapan dan nilai-nilai yang berkembang di masyarakat Musi Rawas Utara.
Visi yang ingin diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara
merujuk pada visi Kabupaten Musi Rawas yaitu:
Meningkatnya Kesejahteraan Masyarakat dan Perekonomian Daerah
Berbasis Agraris.
B.
Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut di atas, dirumuskan misi-misi
C. Strategi Pembangunan
Dalam rangka mencapai visi dan misi Pemeritah Kabupaten Musi Rawas
Utara, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan kedalam bentuk yang lebih
terarah dan operasional berupa perumusan strategi pembangunan.
Strategi merupakan penjabaran atau implemasikan dari pernyataan misi
yang akan dicapai atau yang dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai lima
tahun. Dengan diformasikannya stratigi ini maka pemerintah kabupaten Musi
Rawas Utara dapat secara tepat mengetahui apa yang harus dilaksanakan oleh
organisasi dalam memenuhi visi dan misinya untuk kurun waktu satu sampai lima
tahun kedepan dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki, lebih dari itu perumusan strategi ini juga akan memungkinkan
pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara untuk mengukur sejauh mana visi dan
37
misi organisasi telah dicapai mengingat strategi dirumuskan berdasarkan visi dan
misi organisasi maka setiap tujuan strategik yang ditetapkan harus memliki
indikator kinerja (performence indicator yang terukur. Adapun strategi
pembangunan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara dapat ditetapkan
sebagai berikut :
1.
rangka
meningkatkan nilai
tambah sesuai
unggulan
dengan
daerah, posisi
aspek
intensif;
2.
Meningkatkan
aksesibilitas
yang
menghubungkan daerah
pelayanan penerbangan
4.
di daerah tertinggal,
harmonisasi peraturan
salah
satunya melalui
pemerintah daerah;
5.
kawasan
perbatasan
dalam
upaya
mendukung
38
melalui
penguatan
kapasitas
kelembagaan
2.
perumusan,
pelaksanaan,
dan
evaluasi
percepatan
Bersama-sama
dengan
Kementerian/Lembaga
terkait
lainnya
pada
pemenuhan
pendidikan,
kesehatan,
ekonomi,
daerah
tertinggal
guna
meningkatkan
efektivitas
39
5.
Mendorong
merumuskan
Kementerian/Lembaga
dan
melaksanakan
dan
Pemerintah
kebijakan
afirmasi
Daerah
pada
40
BAB IV
PENINGKATAN PEREKONOMIAN
A. Permasalahan
Gambaran kondisi perkembangan ekonomi di Kabupaten Musi
Rawas Utara mencakup Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut
lapangan usaha, pertumbuhan PDRB dan APBD dari tahun ke tahun,
kemiskinan dan konsumsi perkapita.
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha
PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian
yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah
tertentu (provinsi dan kabupaten/kota), dan dalam satu kurun waktu
tertentu (satu tahun kelender).
PDRB Kabupaten Musi Rawas Utara terdiri dari kegiatan pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan, pertambangan dan penggalian,
industri pengolahan, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi, perdagangan,
hotel, dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real sstate
dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa. Berikut Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Musi Rawas Utara dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Produk Domestik Regional Bruto Kab. Musi Rawas Utara (Atas Dasar Harga
Konstan 2000 dan Harga Berlaku) menurut lapang usaha
Lapangan Usaha
PDRB Atas Dasar Harga
Konstan
Berlaku
(dalam milyar rupiah)
Nilai
Nilai
Persentase
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
414,98
1.038,00
34,73
Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian
438,26
1.047,60
35,05
3. Industri Pengolahan
42,79
125,44
4,20
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih
1,08
2,56
0,09
5. Konstruksi
62,71
202,11
6,76
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
65,15
215,92
7,22
7. Pengangkutan dan Komunikasi
7,42
18,15
0,61
8. Keuangan dan Jasa Perusahaan
23,68
63,71
2,13
41
Lapangan Usaha
(dalam milyar rupiah)
(1)
9. Jasa-Jasa
Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik RegionalTanpa Gas
Migas
Pertumbuhan Ekonomi
PDRB Per Kapita (Juta Rupiah)
Indonesia
(4)
28,170,55
11,37
42
Penduduk Miskin
(1)
Garis Kemiskinan (GK) dalam
rupiah
Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1)
Indeks Keparahan Kemiskinan
(P2)
Kabupaten Musi
Rawas Utara
(2)
Provinsi
Sumatera
Selatan
(3)
Indonesia
(4)
326,798
291,058
271,626
2,2
2,49
1,75
0,44
0,73
0,43
dari peningkatan
perekonomian yaitu:
1. Meningkatnya produk unggulan Masyarakat
Strategi Daerah PPDT Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015-2019
43
sistem
usaha
bagi
masyarakat
dan
terciptanya
kelembagaan masyarakat
C. Arah Kebijakan
Penentuan arah dan kebijakan berkaitan dengan pencapaian sasaran
peningkatan perekonomian, antara lain:
1. Memperluas akses masyarakat dan pelaku daerah tertinggal terhadap
sumberdaya produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelestarian, dan memberikan nilai tambah pada kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Menciptakan iklim yang kondusif serta pemberian bimbingan dan
bantuan perkuatan bagi UKM dan kewirausahaan untuk tumbuh dan
berkembang dalam sistem ekonomi local
D. Program Kegiatan
Untuk dapat meningkatkan perekonomian di Kabupaten Musi Rawas
Utara, sesuai dengan permasalahan yang telah dipaparkan, maka ada
program
yang
dapat
dilaksanakan
dan
sesuai
pada
peningkatan
2.
program
diatas
yang
telah
dijelaskan
dan
dengan
44
45
46
BAB V
PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
A. Permasalahan
Permasalahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas Utara pada aspek
sumber daya manusia, adalah :
1. Angka harapan hidup
Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata
penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian)
menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukan
kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama.
Angka harapan hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan
yang telah dicapai masyarakat. Semakin baik tingkat kesehatan
masyarakat diharapkan kesempatan untuk hidupnya cenderung semakin
besar atau lama. Sebaliknya tingkat kesehatan yang buruk akan
cenderung memperpendek usia hidup. Angka harapan hidup berbanding
terbalik dengan tingkat kematian ibu dan tingkat kematian bayi, artinya
semakin tinggi angka kematian ibu dan angka kematian bayi maka angka
harapan hidup cenderung semakin pendek, demikian pula sebaliknya.
Adapun angka harapan hidup Kabupaten Musi Rawas Utara adalah
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Angka Harapan Hidup Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2013
Kab. Musi
Prov. Sumatera
IPM dan Komponennya
Indonesia
Rawas Utara
Selatan
67,94
74,36
73,81
IPM
Angka harapan hidup (AHH)
63,82
70,10
70,07
dalam tahun
Sumber: BPS RI, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2013
47
48
Tabel 5.3
Angka Melek Huruf Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2013
IPM dan
Kab. Musi Rawas Prov. Sumatera
Indonesia
Komponennya
Utara
Selatan
67,94
74,36
73,81
IPM
Angka Melek Huruf
97,64
97,55
94,14
Sumber: BPS RI, Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2013
Musi
49
peningkatan
kualitas
tenaga
kerja
melalui
kegiatan
50
51
BAB VI
PEMENUHAN PELAYANAN DASAR MASYARAKAT
A. Permasalahan
Permasalahan yang terdapat di Kabupaten Musi Rawas Utara dalam
pelayanan dasar masyarakat, yaitu:
1. Kesehatan
Kesehatan merupakan hal terpenting yang menjadi perhatian
pemerintah mengingat kesehatan merupakan salah satu faktor yang
bisa menyebabkan kemiskinan. Dalam alurnya, jika kesehatan
masyarakat tidak terjaga dengan baik maka akan terjadi rendahnya
produktivitas kemudian akan menyebabkan rendahnya pendapatan
dan tidak adanya kemampuan untuk mendapatkan kehidupan yang
layak. Maka dari itu kesehatan adalah kebutuhan dasar yang wajib
diperhatikan oleh pemerintah.
Pelayanan dasa kesehatan juga dapat dilihat dari infrastuktur
Kesehatan meliputi jumlah pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, rasio pelayanan kesehatan dengan jumlah penduduk, serta
rasio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk. Berikut ini
infrastruktur kesehatan di Kabupaten Musi Rawas Utara, sebagai
berikut:
Grafik 6.1
Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011-2013
52
53
dokter gigi, 290 bidan dan 270 perawat yang tersebar di wilayahwilayah di kabupaten ini yang diharapkan mampu mendukung
masyarakat dalam menjaga kesehatannya.
2. Pendidikan
Dari segi pendidikan, pelayanan dasar pendidikan dapat dilihat dari
jumlah sekolah, murid dan guru, berikut ini adalah data jumlah sekolah,
murid dan guru di Kabupaten Musi Rawas Utara:
Tabel 7.2
Jumlah Sekolah, Murid dan Guru Menurut Jenjang Pendidikan
di Kabupaten Musi Rawas tahun Ajaran 2013/2014
Rasio MuridJenjang Pendidikan
Sekolah
Murid
Guru
Guru
TK
168
5.141
538
9,56
SD Negeri
299
46.460
3.228
14,39
SD Swasta
8
1.337
75
17,83
SMP Negeri
53
13.940
1.227
11,36
SMP Swasta
12
1.372
94
14,60
SMA Negeri
20
7.768
585
13,28
SMA Swasta
4
574
48
11,96
SMK Negeri
4
1.156
120
22,14
SMK Swasta
3
302
40
22,20
Sumber: Dinas Pendidikan Kabuoaten Musi Rawas
54
SMP negeri 11,36, SMP swasta 14,60, SMA negeri 13,28, dan SMA
swasta 11,96.
Selain pilihan sekolah umum, di Kabupaten Musi Rawas juga
terdapat sekolah berbasis agama bagi para siswa berupa 18 MI, 26 MTs,
dan 10 MA yang juga meliputi sekolah negeri dan swasta, serta adanya 26
unit pondok pesantren.
B. Sasaran Penyelesaian
Sasaran penyelesaian yang hendak dicapai dari pemenuhan pelayanan
dasar masyarakat yaitu:
1. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2. Meningkatnya mutu pendidikan melalui penyediaan sarana dan
prasarana dan peningkatan kualitas guru/tenaga kependidikan secara
merata.
3. Meningkatnya
aksesibilitas
masyarakat
terhadap
pelayanan
55
Pendidikan Menengah
5. Program Lingkungan Sehat
E. Kegiatan Indikatif
Setelah dari gambaran dari pemenuhan pelayanan dasar, sesuai
dengan permasalahan yang ada dan disesuaikan dalam program, maka
berikut kegiatan pada setiap program untuk pemenuhan pelayanan dasar
masyarakat di Musi Rawas Utara.
Program Sumber Daya Kesehatan dan Mutu Pendidikan melalui (1)
kegiatan pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan dengan pada daerah
tertinggal melalui pengangkatan, penempatan, dan penyebaran tenaga
kesehatan.
56
upaya
kesehatan
bersumber
masyarakat
melalui
posyandu
secara
merata,
(4)
kegiatan
peningkatan
57
58
BAB VII
PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA PRODUKSI
KOMODITI UNGGULAN
A. Permasalahan
1. Deskripsi Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan di Musi Rawas Utara meliputi sektor pertanian,
perkebunan, perikanan, dan pariwisata. Gambaran mengenai keadaan
pertanian di Kabupaten Musi Rawas Utara disajikan pada tabel dibawah:
Tabel 7.1
Luas Tanam, Luas Panen, dan Produksi Sektor Pertanian Menurut Jenis
Tanaman di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013
Luas
Luas
Produks Produktivitas
No. Jenis Tanaman
Tanam
Panen
i (Ton)
(Ton/Ha)
(Ha)
(Ha)
1
Padi Sawah
34.681
33.014 184.700
5.595
2
Padi Ladang
7.477
6.831
18.928
2.771
3
Ketela Pohon
535
542
15.994
29.509
4
Ketela Rambat
139
152
1.080
7.105
5
Jagung
655
603
2.371
3.932
6
Kacang Tanah
108
119
155
1.306
7
Kacang Hijau
162
164
225
1.373
8
Kacang Kedelai
265
244
391
1.607
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Musi Rawas
59
60
Jenis ternak
- Domba
- Babi
Ternak unggas
- Ayam ras pedaging
- Ayam ras petelur
- Ayam buras
- Itik/entok
Jumlah
1.506
350
1.270.000
769.617
226.451
3,67
564,34
1.296,12
0,012
0,0688
8,79
5.155,67
22.657,86
9.666,74
28,54
344,68
10.724,54
Ikan tangkap
Sungai
2.889,37
Waduk
184,06
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Musi Rawas
452,03
21,03
61
Gambaran
umum
mengenai
sarana
dan
prasarana
62
63
d. Koperasi
Adapun jumlah koperasi di Kabupaten Musi Rawas Utara
adalah sebagai berikut:
Tabel 7.8
Jumlah Koperasi Menurut Jenis di Kabupaten Musi Rawas
KUD
KPN
KOPKAR KOPPAS KOPWAN lainnya Jumlah
93
11
6
1
21
543
675
Sumber: Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Musi Rawas
64
1.
2.
3.
Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
masyarakat
untuk
mengoptimalkan
4.
D. Program Kegiatan
Penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana produksi
komoditi unggulan di Kabupaten Musi Rawas Utara, sesuai dengan
permasalahan yang telah dipaparkan, maka ada program yang dapat
dilaksanakan dan sesuai di Kabupaten Musi Rawas Utara yaitu:
1.
2.
65
66
BAB VIII
PEMBERIAN INSENTIF KEPADA PELAKU USAHA DALAM RANGKA
PENINGKATAN INVESTASI KEPADA DAERAH TERTINGGAL
A. Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di kabupaten Musi Rawas Utara untuk
pemberian insentif kepada pelaku usaha untuk peningkatan investasi,
terkendala
dengan
rendahnya
kemampuan
keuangan
daerah
dan
67
68
Jenis ternak
- Domba
- Babi
Ternak unggas
- Ayam ras pedaging
- Ayam ras petelur
- Ayam buras
- Itik/entok
Jumlah
1.506
350
1.270.000
769.617
226.451
3,67
564,34
1.296,12
0,012
0,0688
8,79
5.155,67
22.657,86
9.666,74
28,54
344,68
10.724,54
Ikan tangkap
Sungai
2.889,37
Waduk
184,06
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Musi Rawas
452,03
21,03
69
Tabel 8.5
Objek Wisata dan Jenis Objek Wisata di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013
Nama Objek Wisata
Jenis Objek Wisata
Tn. Kerinci Seblat
ODTW Alam
Air terjun telun tiga
ODTW Alam
Air terjun temba
ODTW Alam
Air terjun tiga beradik
ODTW Alam
Air terjun sri pengantin
ODTW Alam
Keramat napalibo
ODTW Budidaya
Keramat batu ampar
ODTW Budidaya
Nukit kurungan/botak
ODTW Alam
Danau suka hati
ODTW Alam
Air terjun bunyi
ODTW Alam
Bukit batu putih
ODTW Alam
Danau tingkip
ODTW Alam
Bendung tingkip
ODTW Alam
Bendung bharata
ODTW Alam
Pancuran air panas
ODTW Alam
Hutan bulian
ODTW Alam
Air terjun satan
ODTW Alam
Air terjun kou
ODTW Alam
Air terjun menai
ODTW Alam
Air terjun panjang
ODTW Alam
Danau satan
ODTW Alam
Danau gegas
ODTW Alam
Gua pengungsian Bkt. Botak
ODTW Budidaya
Bukit cogong
ODTW Alam
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas
70
sasaran
penyelesaiannya,
bagi
investor
yang
akan
71
Usaha
Tertentu
dan
Daerah-daerah
Tertentu
Kelompok Aktiva
Berwujud
I.
Masa
Manfaat
Menjadi
Tarif Penyusutan
Berdasarkan Metode
Garis Lurus
Saldo
Menurun
Bukan
72
Bangunan
Kelompok I
2 tahun
50%
100%
(dibebankan
sekaligus)
50%
25%
20%
Kelompok II
4 tahun
25%
Kelompok III
8 tahun
12,5%
Kelompok IV
10 tahun
10%
II Bangunan
Permanen
10 tahun
10%
Tidak
5 tahun
20%
Permanen
2. Untuk amortasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud :
Tabel 8.9
Kelompok Aktiva Tak Berwujud
Kelompok
Aktiva Tak
Berwujud
Masa
Manfaat
Menjadi
Kelompok I
2 tahun
Kelompok II
Kelompok III
Kelompok IV
4 tahun
8 tahun
10 tahun
73
74
bidang usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang dilakukan di
luar kawasan berikut.
Pasal 2 ayat (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d angka 6 adalah sebagai berikut:
a. diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai
berproduksi secara komersial atas Penanaman Modal berupa
perluasan dari usaha yang telah ada sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf d angka 6;
b. besarnya kerugian fiskal sebagaimana dimaksud pada huruf a
dihitung berdasarkan proporsi laba setelah pajak (earning after tax)
yang ditanamkan kembali dalam perluasan usaha terhadap nilai buku
fiskal seluruh aktiva tetap pada akhir tahun pajak saat dimulainya
berproduksi secara komersial sebagaimana dimaksud pada huruf a.
Pasal 3 ayat (1) Wajib Pajak yang melakukan Penanaman Modal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dapat diberikan fasilitas Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) sepanjang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. memiliki nilai investasi yang tinggi atau untuk ekspor;
b. memiliki penyerapan tenaga kerja yang besar; atau
c. memiliki kandungan lokal yang tinggi.
Pasal 4 ayat (1) Terhadap aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a dilarang
digunakan selain untuk tujuan pemberian fasilitas, atau dialihkan sebagian
atau seluruh aktiva tetap dimaksud kecuali diganti dengan aktiva tetap baru,
sebelum berakhirnya jangka waktu yang lebih lama antara:
a. jangka waktu 6 (enam) tahun sejak saat mulai berproduksi secara
komersial; atau
b. masa manfaat aktiva sesuai dengan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b angka 1.
75
76
BAB IX
PENINGKATAN KONEKTIVITAS ANTAR WILAYAH
A. Permasalahan
Permasalahan yang ada di Kabupaten Musi Rawas Utara pada
konektivitas antar wilayah, yaitu:
1. Transportasi
Lancarnya transportasi bisa menjadi bahan pertimbangan investor
dan pengusaha untuk membuka usaha di suatu daerah.adapun kondisi
jalan di Kabupaten Musi Rawas Utara adalah sebagai berikut:
Tabel 9.1
Kondisi Jalan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2013
77
Kabupaten Musi Rawas Pada tahun 2013, panjang jalan kabupaten dan
jalan desa di wilayah Kabupaten Musi Rawas mencapai 1.275,82km
dan 1.410,49 km. Dari total panjang jalan kabupaten, 76 persen dalam
keadaan baik, 19 persen dalam keadaan sedang, 3 persen rusak, dan 2
persen rusak berat. Adapun jumlah angkutan umum di kabupaten Musi
rawas seperti yang digambarkan pada tabel berikut:
Tabel 9.2
Kendaraan Umum Menurut Trayek di Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011-2013
78
moda
barang
mewah
bagi
79
80
81
Tabel 9.5
Jumlah Desa yang Teraliri Listrik Menurut Kecamatan di Kabupatan Musi Rawas
Tahun 2013
82
Tabel 9.6
Jumlah Desa/Kelurahan yang Terlayani oleh PDAM Muara Beliti di Kabupaten
Musi Rawas Tahun 2013
dari peningkatan
83
2. Terwujudnya
sistem
jaringan
jalan
dan
efisiensi
pelayanan
2.
3.
D. Program Kegiatan
Program-program sebagai implementasi arah kebijakan pengurangan
keterisolasian wilayah yang tertinggal di Kabupaten Musi Rawas Utara adalah
sebagai berikut:
1. Program Peningkatan Jalan dan Jembatan;
2. Program Pembangunan sarana ASDP dan Transportasi Laut;
3. Program Rehalibitasi/ Pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ;
4. Program Pengembangan Pemerataan dan Peningkatan Kualitas
Sarana dan Prasarana Serta Pengembangan Aplikasi Teknologi
Informasi dan Komunikasi;
5. Program Peningkatan Kualitas Jasa Pelayanan Sarana dan Prasarana
Ketenagalistrikan;
84
seperti
antar
daratan
yang
terbelah
sungai,
(2)
Kegiatan
85
86
87
BAB X
PENINGKATAN KOORDINASI LINTAS SEKTOR DAN PENYEMPURNAAN REGULASI
A. Permasalahan
Pengembangan kerjasama lintas program merupakan suatu upaya
meningkatkan kerjasama yang sinergis antara program program dan atau
proyek-proyek lain dalam suatu kawasan tertentu. Dengan kerjasama sinergis
tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas, baik proses maupun
hasil pembangunanya bagi masyarakat sebagai subyek pembangunan.
Bahkan tidak sekedar menghasilkan output yang berkualitas, namun juga
dapat menghasilakan outcome dan impact (Multiplier effect).
Salah satu faktor terpenting dalam koordinasi pusat dan daerah adalah
terwujudnya sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah. Oleh
karena itu, setiap kebijakan yang dirumuskan perlu memperhatikan dan
menampung
aspirasi
daerah,
serta
mengutamakan
penyelesaian
88
2.
Masih
kurangnya
kerjasama
lintas
program
mewujudkan
keterpaduan.
Pengembangan kerjasama lintas program dimaksud tidak sekedar
terhindarnya dari tumpang tindih program dan atau kebijakan,
namun mewujudkan program dan kebijakan yang menjadi satu
rangkaian instrumen terpadu, saling mendukung dan mewujudkan
kesejahteraan bagi daerah tertinggal.
B. Sasaran Penyelesaian
Sasaran penyelesaian yang hendak dicapai dari peningkatan koordinasi
antar sektor dan penyempurnaan regulasi antara pusat dan daerah dan antar
daerah diperlukan untuk:
1. Memperkuat koordinasi antar pelaku pembangunan di pusat dan
daerah;
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, antar ruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah;
3. Menjamin
keterkaitan
dan
konsistensi
antara
perencanaan,
partisipasi
masyarakat
di
semua
tingkatan
pemerintahan;
5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,
efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
89
C. Arah Kebijakan
Penentuan arah dan kebijakan berkaitan dengan pencapaian sasaran
peningkatan koordinasi antar sektor dan penyempurnaan regulasi, antara
lain,
1.
2.
3.
Standarisasi
indikator
pembangunan
yang
digunakan
oleh
5.
6.
penyelenggaraan
(Musrenbang)
di
Musyawarah
semua
tingkatan
Perencanaan
pemerintahan
90
BAB XI
SUMBER PENDANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
Dana Dekonsentrasi,
Yaitu dana untuk kegiatan non fisik yang dialokasikan ke daerah dan
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Propinsi,
dan selanjutnya membiayai pembangunan pada masing masing
kabupaten termasuk Musi Rawas Utara.
91
harus
mendukung
dengan
membuat
petunjuk
teknis
92
jasa lainnya sudah terdapat beberapa investor nasional dan lokal yang
melakukan kegiatan usaha di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara.
Bentuk pengabdian dari pihak swasta/investor dan dunia usaha di
Kabupaten Musi Rawas Utara ini diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk
mebiayai program-program pembangunan guna pengentasan kemiskinan di
wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara.
D. Dana dari Penerimaan Lain yang Sah.
Sumber pendanaan lainnya yang dapat membiayai pembangunan di
Kabupaten Musi Rawas Utara adalah dana yang diperoleh dari penerimaan
lain yang sah, baik yang dikelola langsung oleh masyarakat, lembaga non
pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas Utara sendiri.
Penerimaan lain yang sah dan yang menjadi harapan Pemerintah
Kabupaten Musi Rawas Utara adalah Dana Hibah dari Pemerintah Pusat atau
Pinjaman Luar Negeri yang dihibahkan kepada daerah Kabupaten Musi Rawas
Utara.
Selain hal tersebut diatas, terdapat pula beberapa Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) dan Organisasi non Pemerintah (NGO) yang melakukan
pendampingan sekaligus membiayai kegiatan-kegiatan yang langsung dan
nyata dalam upaya mengentaskan ketertinggalan daerah Kabupaten Musi
Rawas Utara.
93
BAB XII
PRINSIP PELAKSANAAN, PENDEKATAN, DAN POLA KEBIJAKAN
A. Prinsip Pelaksanaan
Untuk mencapai sasaran pembangunan daerah tertinggal, maka dalam
pelaksanaannya menerapkan prinsip-prinsip pelaksanaan pembangunan
sebagai berikut:
1. Berorientasi pada Masyarakat (People Center Oriented)
Masyarakat di daerah tertinggal adalah pelaku sekaligus pihak yang
mendapatkan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. Untuk itu,
program pembangunan daerah tertinggal diarahkan untuk membiayai
kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan praktis dan
strategis masyarakat, yang hasil (output) dan dampaknya (outcome)
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.
2. Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat (Socially Accepted)
Kegiatan pembangunan daerah tertinggal harus berdasarkan kebutuhan
daerah dan masyarakat penerima manfaat dan bukan berdasarkan asas
pemerataan. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan menerima
manfaat yang optimal dan tanggung jawab secara penuh terhadap
program pembangunan daerah tertinggal.
3. Sesuai Dengan Adat Istiadat dan Budaya Setempat (Culturally
Appropriate)
Pengembangan kegiatan yang berorientasi pada kondisi dan kebutuhan
masyarakat perlu memperhatikan adat istiadat dan budaya yang telah
berkembang sebagai suatu kearifan tradisional (traditional wisdom)
dalam kehidupan masyarakat setempat dan memperkaya khasanah
budaya bangsa.
4. Berwawasan Lingkungan (Environmentally Sound)
Pelaksanaan kegiatan dalam program pembangunan daerah tertinggal
harus berwawasan lingkungan dan mengacu pada prinsip berkelanjutan.
94
tertinggal
dan
diperhitungkan
memiliki
indeks
kemajuan
tertinggal
merupakan
suatu
daerah
kabupaten
dengan
95
daerah
untuk
lebih
aktif
dalam
menangani
dan
membangun wilayahnya;
2. Terpadu, pembangunan daerah tertinggal dilakukan secara terpadu
dalam
satu
kesatuan
sehingga
terjadi
interaksi
dengan
pembangunandaerah maju;
3. Berkelanjutan, pembangunan daerah tertinggal memperhatikan aspek
pemeliharaan,
pemanfaatan
dan
pengembangan
hasil-hasil
pembangunan;
4. Partisipatif dan Inovatif, pembangunan daerah tertinggal mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi
dan
berinovasi
dalam
proses
96
C. Pola Kebijakan
Terdapat empat pola kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang
ditempuh dalam mewujudkan visi dan misi Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal. Empat pola kebijakan ini mencerminkan perhatian
terhadap
pengembangan
kapasitas
penyelenggaraan
pembangunan
berbagai
kekuatan
yang
mempengaruhi
proses
tertinggal
sehingga
kesejahteraan
yang
tercipta
dapat
97
98
hasil
dari
kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
99
4. Sinergitas Kebijakan
Pembangunan daerah tertinggal melibatkan banyak sektor dan tingkatan
pemerintah, untuk itu kebutuhan koordinasi, sinkronisasi menuju
sinergi
kebijakan
menjadi
suatu
kebutuhan
agar
percepatan
dan
sinergi
antara
beberapa
100
BAB XIII
KAIDAH PELAKSANAAN
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal akan mampu memberikan nilai bagi
seluruh lapisan masyarakat apabila pembangunan tersebut senantiasa disiplin
mengacu pada STRANAS PPDT. Oleh karenanya seluruh kegiatan baik dalam
kerangka regulasi dan kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah,
dalam satu program maupun kegiatan antar program pada satu kementerian,
departemen, non departemen, pemerintah daerah, serta masyarakat, tetap
memperhatikan peran/tanggungjawab/ tugas yang melekat pada masing-masing
institusi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
Untuk mencapai keterpaduan dan sinkronisasi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian kegiatan yang telah diprogramkan, dapat dilakukan melalui
regulasi, forum koordinasi dan musyawarah pembangunan.
Pemerintah wajib menerapkan prinsi-prinsip tata pengelolaan pemerintahan
yang baik diantaranya prinsip-prinsip effisiensi, effektifitas, transparansi,
akuntabilitas, dan partisipasi dalam melaksanakan kegiatan dalam rangka
pencapaian visi, misi dan arah kebijakan yang tertuang dalam STRANAS PPDT.
Untuk itu diperlukan kaidah-kaidah pelaksanaanya yaitu:
1. Adanya koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kinerja
antara
Kementerian/Lembaga,
Provinsi
dan
Kabupaten
dalam
hal
PPDT ),
101
2. Kementerian,
departemen,
lembaga
pemerintah
non
departemen
dengan
mengacu
pada
RPJM
Daerah
Kabupaten
dan
Daerah
Tertinggal
(RAD
PPDT)
Kabupaten
dengan
memperhatikan RAN PPDT dan RAD PPDT Provinsi setiap tahunnya, serta
melaksanakan dan mengendalikannya; (c) membangun dialog yang aktif
dengan penduduk di daerahnya masing-masing; (d) melakukan sinkronisasi
dan sinergisitas kebijakan dan program RAD PPDT Kabupaten, dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD); (e) melaksanakan RAD PPDT
Kabupaten dalam rangka percepatan pembangunan di daerahnya masingmasing; dan (f) melakukan pemantauan serta melaporkan evaluasi
pelaksanaan ini secara berkala kepada Pemerintah melalui Gubernur.
102
BAB XIV
ROADMAP STRADA 2015-2019 KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
merupakan
Pengembangan
keunggulan
kompetensi
daerah
inti
sehingga
industri
daerah
memiliki
daya
diharapkan
saing.
mampu
103
menjadi komitmen yang kuat dari pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi
maupun kabupaten/kota.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dan sejalan dengan amanat Peraturan
Presiden No. 28 Tahun 2008 Pasal 3 bahwa "Pemerintah Provinsi menyusun peta
panduan
pengembangan
industri
unggulan
provinsi;
dan
Pemerintah
104
Gambar 14.1
Pengelompokan Klaster Industri Prioritas
105
Gambar 14.2
Daftar Peraturan Menteri Perindustrian Tentang Peta Panduan Pengembangan Klaster
Industri Prioritas
Gambar 14.3
Lanjutan Daftar Peraturan Menteri Perindustrian Tentang Peta Panduan
Pengembangan Klaster Industri Prioritas
106
Gambar 14.4
Lanjutan Daftar Peraturan Menteri Perindustrian Tentang Peta Panduan
Pengembangan Klaster Industri Prioritas
107
Suksesi 2019
Suksesi 2017 :
Suksesi 2018 :
Reformasi
kelembagaan ke
arah yang lebih baik
Gambar 14.5
Peningkatan Sumber Daya Manusia
108
Gambar 14.6
RPJM 2015-2019 Bidang Infrastruktur Kemaritiman
109
peningkatan
kualitasnya;
(ii)
Ekstensifikasi
dan
intensifikasi
110
111
Sementara (TPS); (iv) ekstensifikasi dan intensifikasi barang kena cukai; serta
(v) peningkatan kualitas dan kuantitas SDM Kepabeanan.
Ketiga, terkait dengan optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP), kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah: (i)
penyempurnaan regulasi; (ii) Optimalisasi PNBP migas dan nonmigas; (ii)
Inventarisasi, intensifikasi, dan ekstensifikasi PNBP yang dikelola oleh K/L;
serta (iii) Optimalisasi PNBP umum dan BLU.
Keempat, dari sisi belanja negara, kebijakan yang akan dilakukan terkait
dengan penyempurnaan perencanaan penganggaran negara antara lain
adalah: (i) pengurangan pendanaan bagi kegiatan yang konsumtif dalam
alokasi anggaran Kementerian/ Lembaga; (ii) merancang ulang kebijakan
subsidi guna mewujudkan subsidi yang rasional penganggarannya dan tepat
sasaran; (iii) pemantapan penerapan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) untuk meningkatkan
disiplin dan kepastian fiskal dan (iv) penataan remunerasi aparatur negara
dan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Kelima, terkait dengan peningkatan kualitas pelaksanaan anggaran,
kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan antara lain adalah : (i)
penyempurnaan dan perbaikan regulasi dan kebijakan sehingga diharapkan
penyediaan dan penyaluran dana di bidang investasi, pinjaman dan kredit
program sesuai dengan program kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah
dalam rangka mendorong pertumbuhan infrastruktur dan iklim investasi
pemerintah; (ii) Pengelolaan kas yang efektif untuk mencapai jumlah
likuiditas kas yang ideal untuk membayar belanja pemerintah melalui neraca
tunggal perbendaharaan (treasury single account) dan perkiraan kas (cash
forecasting) yang handal, serta manajemen surplus kas yang mampu
memberi kontribusi optimal bagi penerimaan negara; dan (iii) Memodernisasi
kontrol dan monitoring pelaksanaan anggaran dengan sistem informasi yang
terintegrasi.
112
(iv)
pengelolaan
Risiko
keuangan
yang
terintegrasi;
(v)
113
oleh suatu lembaga khusus yang berada langsung di bawah Presiden namun
tetap di bawah koordinasi Menteri Keuangan. Secara konstitusi, urgensi
peningkatan institusi penerimaan Negara ini juga didasarkan pada
pentingnya peranan penerimaan negara/pajak yang disebut dalam UUD
1945; (ii) penyatuan fungsi perbendaharaan dengan fungsi pengelolaan
kebijakan fiskal; serta (iii) harmonisasi dan sinergi yang optimal antara fungsi
perencanaan dan pengalokasian anggaran/belanja, khususnya alokasi pada
prioritas pembangunan, untuk memastikan bahwa visi, misi, dan program
aksi Presiden beserta program/kegiatan lain yang menjadi prioritas
pembangunan tertuang dalam dokumen anggaran yang siap dilaksanakan
Sebagai salah satu bentuk pelaksanaan kebijakan fiskal di atas, kebijakan
dan alokasi anggaran belanja negara dalam RPJMN 2015-2019 didasari oleh
perkembangan asumsi dasar ekonomi untuk menyesuaikan antara kebutuhan
pendanaan dengan kapasitas pendanaan. Dengan kapasitas pendanaan yang
terbatas serta di sisi lain tingginya kebutuhan pendanaan, maka diperlukan
beberapa strategi di dalam alokasi belanja pemerintah.
Alokasi belanja diarahkan pertama untuk mendanai belanja yang
mendukung kebutuhan dasar operasionalisasi pemerintahan seperti gaji dan
upah serta belanja yang diamanatkan perundangan (mandatory spending)
seperti Pendanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional, Anggaran Pendidikan,
Penyediaan Dana Desa dan lainnya. Kedua, alokasi untuk mendanai isu
strategis jangka menengah yang memegang peran penting dalam pencapaian
prioritas
nasional
seperti
pembangunan
infrastruktur
konektivitas,
114
bertanggung
jawab,
dan
dapat
menjamin
efektivitas
pemanfaatan.
Dengan menimbang arahan yang telah dirancang dalam RPJMN 20152019 mengenai keuangan negara dan fiskal, maka daerah mengembangkan
hal tersebut kedalam peta alur (roadmap), berikut merupakan gambaran dari
roadmap peningkatan kebijakan fiskal :
Gambar 14.7
Roadmap Peningkatan Kapaitas Fiskal Daerah
115
2016
Penyediaan
simpul
transportasi
khususnya
simpul
transportasi
laut, alat
transportasi
Menjadikan
aksesibilitas
dengan
2017 terintegrasi
menyiapkan
Meningkatkan
kapabilitas
pengelola
2018 lembaga
dan pemeliharaan
aparatur pengelola
2019
akses jalan
Gambar 14.8
Roadmap peningkatan aksesibilitas
menjabarkan
peningkatan
yang
dilakukan
dengan
116
MAP
PENANGANAN
KONFLIK
DAN
BENCANA
SESUAI
117
Partisipasi
dan
peranserta
multi-pihak
dalam
penyelenggaraan
penanggulangan bencana;
j.
118
BAB XV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
tertuang dalam dokumen ini memperkuat dan mempertajam RPJM
Daerah dan rencana strategis [Renstra] Kabupaten Musi Rawas Utara,
khususnya didalam upaya Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
secara terpadu dan terencana menuju masyarakat Musi Rawas Utarayang
maju dan sejahtera sejajar dengan kabupaten lainnya di Indonesia.
2. Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
tertuang dalam dokumen ini bukanlah suatu buku resep, melainkan lebih
sebagai pedoman dan acuan oleh setiap pelaku pembangunan dalam
mengambil langkah kebijakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi
masing masing lembaga baik di tingkat daerah dan pusat.
3. Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
yang
119
120