Disusun oleh :
Fajar Ramadhan
(201410320311009)
(201410320311025)
(201410320311026)
(201410320311031)
(201410320311037)
(201410320311048)
LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdullilahirobbilalamin kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah, Laporan akhir praktikum bioteknologi huta ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan akhir bioteknologi hutan kami
susun sebagai prasyarat dalam menyelesaikan praktikum bioteknologi huta pada
semester ganjil ini.
Tentunya dalam penyusunan laporan Fieldtrip ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Isnaeni nur laili selaku Instruktur praktikum bioteknologi hutan.
2. Indah puji hastuti selaku Assisten praktikum bioteknologi hutan .
3. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan akhir bioteknologi
hutan.
Kami mengharapkan semoga laporan yang kami susun dapat bermanfaat
bagi pihak yang mau memanfaatkannya. Dan kami menyadari dalam penyusunan
laporan laporan akhir bioteknologi hutan ini, kami banyak melakukan kesalahan.
Untuik itu kami penyusun mengharap kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Malang, 20 Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................1
DAFTAR ISI ......................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................4
1.1 Latar belakang ................................................................................4
1.2 Tujuan ..............................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7
2.1 Kultur Kalus ....................................................................................7
2.2 Kultur Pucuk tanaman berkayu ......................................................9
2.3 Kultur organ daun............................................................................11
2.4 Aklimatisasi tanaman anggrek .........................................................12
FASILITAS RUANG DAN PERALATAN ......................................................15
1.1 Hasil dan pembahasan alat kultur jaringan ......................................16
1.2 Hasil dan pembahasan ruang kultur jaringan .................................22
1.3 Hasil pengamatan dan pembahasan bahan kultur jaringan ..............29
PERSIAPAN PEMBUATA MEDIA...................................................................31
1.1 Tabel stok ........................................................................................32
1.2 Perhitungan ....................................................................................33
KULTUR KALUS...............................................................................................40
1.1 Hasil pengamatan .............................................................................41
1.2 Pembahasan ....................................................................................50
2.2 Kesimpulan ....................................................................................50
2.2 Saran................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA............................................................................51
KULTUR PUCUK TANAMAN BERKAYU .....................................................52
1.1 Hasil pengamatan .............................................................................52
1.2 Pembahasan ....................................................................................56
2.2 Kesimpulan ....................................................................................58
2.2 Saran................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................59
KULTUR ORGA DAUN ....................................................................................60
1.1 Hasil pengamatan .............................................................................61
1.2 Pembahasan ....................................................................................68
2.2 Kesimpulan ....................................................................................70
2.2 Saran................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA............................................................................71
AKLIMATISASI TANAMAN ANGGREK .......................................................72
1.1 Hasil pengamatan .............................................................................73
1.2 Pembahasan ....................................................................................75
2.2 Kesimpulan ....................................................................................77
2.2 Saran................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA............................................................................78
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman yang makin pesat, berbagai bidang
kehidupan manusia
telah
mengalami kemajuan
akibat
adanya
peningkatan
penguasaan IPTEK. Salah satu bidang yang kini turut berkembang pesat yaitu
bidang pertanian-kehutanan , berbagai penemuan berkaitan dengan pertanian telah
ditemukan untuk mempermudah dalam kegiatan produksi hasil pertanian dari
sebuah tanaman atau pohon. Terdapat salah satu penemuan teknologi di bidang
pertanian dan juga kehutanan mengenai perbanyakan tanaman secara vegetaif,
mengingat perbanyakan tanaman atau pohon dahulu sering menggunakan biji
dimana sering mengalami berbagai kendala diantaranya seperti dipengaruhi oleh
iklim, sering terkontaminasi dengan baktei atau jamur. Namun kini berbagai bagai
masalah perbanyakan secara vegatif dan generatif dapat di minimalisir dengan
ditemukannya perbanyakan tanaman dengan menggunakan metode kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan metode perbanyakan tanaman yang berpegang pada
prinsip totipotensi sel yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang dalam
suatu lingkungan steril dan aseptik bebas dari virus, jamur dan kontaminan lainya.
Kultur jaringan
merupakan
perbanyakan tanaman
secara
vegetatif dengan
menggunakan bagian-bagian organ dari tumbuhan seperti daun, batang, akar dll.
Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang dengan
jaringan dan terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel dari
tanaman. Penggunaan metode kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu
memproduksi bibit seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat.
Kultur
jaringan
sering
dijadikan
salah
satu
solusi sebagai
metode
tanaman mengalami keracunan unsur hara. Sehingga, pembuatan larutan stock dan
sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penunjang
keberhasilan akan kultur jaringan. Pertumbuhan dan perkembangan eksplan kultur
jaringan tidak akan berkembang dengan baik apabila komposisi media tidak sesuai
persyaratan tumbuh eksplan dan tidak steril. Kultur jaringan memiliki beberapa
jenis metode perbanyakan berdasarkan bahan tanaman yang digunakan yaitu
diantaranya kultur kalus, kultur pucuk, kultur organ daun. Kultur kalus merupakan
kultur yang menggunakan kumpulan sel tumbuhan yang terus menerus membelah
secara in-vitro atau di dalam tabung. Untuk kultur pucuk sendiri pada prinsipnya
menggunakan jaringan meristem yang aktif membelah khususnya pada hal ini
menggunakan pucuk daun. Sedangkan kultur organ menggunakan bagian organ
daun tumbuhan sebagai eksplan. Secara keseluruhan cara kerja berbagai jenis kultur
hampirr sama yaitu pada prinsipnya menggunakan media sesuai dengan syarat
tumbuh eksplan, steril terhadap kontaminan dan pengerjaan kultur di lingkungan
aseptik. Yang membedakan dapat berasal dari perlakuan aklimatisasi di tiap jenis
kultur karena setiap jenis tumbuhan terdapat tumbuhan yang memerlukan perlakuan
khusus. Untuk dapat melakukan perbanyakan tanaman menggunakan metode kultur
jaringan, maka harus mengerti akan berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk tindakan kultur jaringan yang memegang prinsip
aseptik,
mengerti dan faham akan pembuatan media kultur dan tentunya tahap-tahap proses
pengerjaan kultur jaringan tanaman mulai dari persiapan bahan sampai pembibitan
(Nursery)
1.2
Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil tujuan sebagai
berikut
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1
Kultur kalus
Kultur jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi
langkah
Pada umumya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari
hormon (ZPT) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang
dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil yang lebih baik di
dapat apabila ke dalam media tanam ditambahkan vitamin, asam amino, dan
hormone, agar, glukosa, bahan air destilata (Aquades) dan bahan organic
(Gunawan, 2001). Zat pengatur tumbuh adalah persenyawaan organic selain dari
nutrient yang dalam jumlah sedikit dapat merangsang,
menghambat,
atau
klorofil dalam kalus, mendorong proses morforgenesis kalus membentuk akar atau
tunas dan mendorong proses embryogenesis. Hormon IBA sendiri juga merupakan
salah satu jenis auksin yang berperan untuk membesarkan sel , mempengaruhi
protein membrane sehingga sintesis protein , asam nukleat lebih cepat. Penggunaan
ZPT harus tepat dalam perhitungan dosis pemakaian karena jika terlalu banyak
maupun terlalu sedikit dari dosis yang diperlukan justru akan berdampak negatif
terhadap pertumbuhan kalus, karena interaksi antar hormon dalam suatu media
sangat berpengaruh dalam diferensiasi sel. (Suryowinoto, 2004)
Teknik kultur kalus akan berhasil dengan baik apabila syarat yang di perlukan
sudah terpenuhi dengan baik. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan
sebagai bahan dasar pembentukan kalus, penggunaan medium yang sesuai, keadaan
yang aseptik dan pengatur udara yang baik. Untuk eksplan tanaman yang baik
digunakan adalah bagian tanaman yang masih muda yaitu bagia meristemnya
(Herawan, 2005). Menurut santoso dan F.nursandi ada faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kultur jaringan yaitu :
1. Genotip
Pada beberapa jenis tumuha embrio mudah tumbuh akan tetapi pada
beberapa jenis tumbuhan lain sulit untuk tumbuh, hal ini disebabkan oleh
perbedaan kultivar dari jaringan yang sama
2. Komposisi media tanam
Media untuk pertumbuhan embrio harus mengandung usur hara makro,
mikro dan glukosa.
3. Oksigen
Supai oksigen yang cukup sangat menentukan laju mutlipikasi tunas dalam
usaha perbanyakan secara invitro.
4. Cahaya
Kadang-kadang untuk perkembangan embrio membutuhkan tempat gelap
kira-kira 7-14 hari. Baru dipindahkan ke tempat terang dengan tingkat
intensistas cahaya yang cukup untuk pembentukan klorofil.
5. Temperatur
Temperature optimum yang dibutuhkan umumnya tergantung dari jenis
tumbuhan yang digunakan. Secara normal temperature yang digunakan
adalah 22 28 C.
6. Lingkungan
Kondisi lingkungan sangat menentukan terhadap tingkat keberhasilan
pembiakan tanaman denga cara kultur jaringan , kondisi lingkungan yang
aseptik merupakan syarat utama untuk melakukan perbanyakan dengan
mengguanakan metode kultur jaringan.
2.2
membentuk sistem jaringan secara meristematik seperti akar, tunas, daun, bunga
dan lain-lain. Sel-sel jaringan meristem mempunyai kemampuan embriotik yang
dapat membelah tanpa batas untuk membentuk jaringan dewasa yang kemudian
menjadi organ-organ tanaman. (Soebandi,2000)
Kultur meristem sudah secara luas diterapkan untuk tujuan perbanyakan
tanaman. Sel-sel meristem umumnya stabil karena mitosis pada sel-sel meristem
terjadi bersama dengan pembelahan sel yang berkesinambungan sehingga ekstra
duplikasi DNA dapat dihidarkan. Hal ini menyebabkan tanaman yang dihasilkan
dengan tanaman induknya. Selain perbanyakan, aplikasi kultur meristem yang
terutama adalah eleminasi virus dari bahan tanaman dan penyimpangan plasma
nutfah yang bebas virus, degan teknik cryopreservation : preservasi rendah.
Sekelompok tanaman berupa klon yang dihasilkan oleh kultur meristem yang
disebut meriklon. Keberhasilan dari kultur meristem ini tergantung beberapa faktor,
diantaranya media kultur, keadaan fisiologis eksplan dan lingkungan fisik tumbuh,
salah satu kultur meristem yaitu kultur pucuk. (Untung, 2014)
Perbanyakan bibit dalam pengembangan tanaman atau dalam suatu produksi
merupakan salah satu aspek yang sangat penting. Produksi skala besar seperti
perkebunan akan memerlukan bibit dalam jumlah besar, varietas unggul, seragam,
bebas hama dan penyakit dan penyediaan yag kontinyue. Dengan berkembangnya
teknik kultur jaringan kendala multiplikasi untuk beberapa jenis tanaman dapat
diatasi. Dalam perbanyakan secara in-vitro terdapat perkembangbiakan melalui
kultur pucuk yang kemudian dibagi menjadi dua cara yaitu kultur pucuk (Shoot tip
culture) dan kultur mata tunas (Single node culture).
Melalui kultur pucuk, bagian tanaman yang digunakan adalah ujung tunas
lateral atau terminal. Pengaruh dominasi meristem apical dapat dihilangkan denga
menambahkan zat pengatur tumbuh sitokinin ke dalam medium. Hasil yang
diperoleh adalah tunas dengan jumlah cabang yang lebih banyak. Melalui kultur
mata tunas (Single node culture). Bahan yang digunakan sebagai eksplan adalah
mata tunas aksiler. Teknik ini digunakan apabila ada pengaruh dominasi apical pada
10
kultur pucuk, sehingga pucuk aksiler menjadi dorman (tidak menghasilkan cabangcabang) untuk mendapatkan eksplan yang banyak. (Mulyono, 2001)
Guna memperoleh hasil yang memuaskan dalam pelaksanaan kultur jaringan,
digunakalah zat pengatur tumbuh (ZPT). Tingkat keberhasilan dalam penggunaan
ZPT ini pada dasarnya tergatung pada jenis dan konsentrasi yang digunakan. Pada
umunya ZPT yang digunakan adalah merupakan campuran sitokinin dan auksin.
Sitokinin seperti
merangsang pertumbuhan
sel,
intensitas
DNA
kromosom,
2.3
berdasarkan jenis bahan tanamnya, salah satu macamnya yakni kultur organ. Kultur
organ adalah salah satu metode pembiakan tanaman dengan mengisolasi eksplan
seperti daun, batang, akar, atau organ lainnya yang ditumbuhkan dalam kondisi
aseptik pada lingkungan yang sesuai. Dapat dikatakan pula bahwa kultur jaringan
merupakan metode pembiakan tanaman yang diambil dari bagian atau organ
tanaman, sehingga dapat beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap (Tatang,
2014).
11
2.4
Aklimatisasi anggrek
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan yang semula kondisinya terkendali berubah pada kondisi lapang yang
kondisinya tidak terkendali lagi. Tanaman juga akan mengubah pola hidup dari
tanaman heterotrof ke tanaman autrotof. Sebelum angrek diaklimatisasi, planlet
anggrek diseleksi terlebih dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna dan
ukuran. (Trubus, 2005)
Planlet anggrek yang baik adalah memiliki organ lengkap, mempunyai pucuk
dan akar, warna pun tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus. Ciri-ciri
bibit anggrek berkualitas baik yaitu tampak sehat, tidak berjamur, ukuran planlet
12
seragam, berdaun hijau dan tidak menguning. Selain itu planlet tumbuh normal,
tdak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang. Aklimatisasi bertujuan untuk
mempersiapkan planlet agar siap ditanam dilapangan. Tahap alkimatisasi mutlak
dilakukan pada tanaman hasil kultur in vitro karena planlet akan mengalami
perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami
karena pembiakan in vitro semua faktor terkontrol sedangkan di lingkungan sulit
dikontrol. (Herawan, 2006)
Terdapat berbagai macam media aklimatisasi yang termasuk kategori organik
umumnya berasal dari komponen organisme hidup antara lain: daun, batang, akar
dan kulit tanaman. Media organik memiliki berbagai keunggulan diantaranya yaitu
mempunyai pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang sehingga udara yang
dihasilkan cukup banyak dan daya serap air tinggi. Media organik yang sering
dipakai antara lain, arang kayu, arang sekam, moss dan akar pakis. (Rossa, 2011)
Media moss berasal dari paku-pakuan atau kadaka. Media ini mempunyai
banyak rongga, sehingga memungkinkan akar anggrek dapat tumbuh dengan
leluasa.
Media
moss
dapat
menyerap
air
dan
bibit
yang
tinggi,
sedangkan
jenis
anggrek
yang
sulit
13
Media in vitro, media agar yang digunakan menanam bibit dalam botol sangat
mempengaruhi sifat fisiologis tanaman yang pada akhirnya dapat mempengaruhi
kemampuan hidup bibit pada saat aklimatisasi. Media yang hanya menggunakan
hara yang tersedia seperti Mos tanpa penambahan bahan organik kompleks/pupuk
akan menghasilkan produk bibit yang bagus tapi kemampuan aklimatisasinya akan
jelek. Kemampuan pelaksana, bibit yang bagus ditangani oleh orang yang tidak
berpengalaman
pasti
aklimatisasi bibit
prosentase
anggrek
sering
kematiannya
tinggi.
terjadi karena
Prosentase
kecerobohan
kegagalan
pelaksanaan.
(Fatimah, 2013)
Dalam kultur organ terdapat
faktor
faktor yang
mempengaruhi
14
15
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
No
1.
Deskripsi alat
Fungsi
Kompor
Untuk
gas/Mirowave
memanaskan
bahan
Gambar
Hotplate
Miliki fungsi
stirrer
dipanaskan sehingga
mampu mempercepat
memanaskan
proses homogenisasi.
suatu zat/larutan
da bisa digunakan
untuk pengadukan.
untuk
16
memanaskan, terdapat
menghomogenkan
larutan
Timbangan
Timbangan analitik
Untuk mengukur
analitik
atau menentukan
massa benda
menggunakan sumber
denga ketelitian
cukup tinggi
tombol untuk
sampai 0,0001 g
menghidupkan/mematikan
dan tombol zero untuk
mereset ke angka 0,
dilengkapi layar monitor
kecil untuk melihat dari
perimbangan. Dilengkapi
oleh penutup dari kaca
agar penimbangan tidak
terganggu oleh debu,
angina dll.
4.
Autoklaf
Untuk
mensterilisasi
suatu benda
on/off untuk
menggunakan uap
menghidupkan dan
bersuhu dan
bertekanan tinggi
(121, 15 lbs).
autoklav
17
5.
pH indaktor
ditujukan untuk
membunuh spora
Untuk mengukur
dalam pengamatannya
pH suatu benda,
mengenai asam/basah
apakah bersifat
basa. Digunakan
hasil pencelupan
pada proses
pembuatan media
indicator warna
6.
Laminar air
Sebagai tempat
flow (LAF)
pengerjaan kultur
mempunyai pola
jaringan
pengaturan dan
(Penamaan
eksplan) dalam
kondisi steril
18
7.
Bunsen
Untuk
burner
memanaskan
pula digunakan
sterilisasi dalam
proses suatu
proses seperti
pada saat
penanam eksplan
untuk menghidari
sumbu
terjadinya
kontaminasi
8.
Cawan petri
Untuk meletakan
transfer kultur
dilakukan
Hand spayer
Sebagai wadah
alcohol atau
menyemprotkan
pompa untuk
menyemprotkan cairan
setelah
melakukan
pekerjaan
penanaman
eksplan untuk
sterilisasi
19
Sebagai tempat
beberntuk silinder.
untuk melarutkan
untuk membantu
membutuhkan
mengukur/menakar larutan
ketelitian tinggi
dan untuk
pembuatan media
Berfungsi untuk
mengukur
volume/cairan
Berfungsi untuk
memindahkan
satu ke tempat
skala yang
relative kecil,
hanya ukuran
tetes tanpa
mengkontaminasi
larutan lain
dalam ruang
16. Spatula
Berfungsi untuk
alat bantu
sendok
mengambil bahan
padat/kecil dalam
20
skala kecil da
juga dapay
digunakan untuk
mengaduk larutan
17. Alat diseksi
Scapel blade
(Scapel,
berfungsi untuk
pinset, cutter,
memotong
gunting)
eksplan. Pinset
untuk menjepit da
memiliki bentuk
menggambil
pejapit/pegangapit runcing
eksplan
ke bawah
18. Mirkopipet
Berfungsi untuk
memindahkan
tempat ke tempat
mengeluarkan larutan
ketelitian tinggi.
Berfungsi sebagai
berbentuk silindris,
tempat media
tumbuh eksplan
21
Terbuat dari
Berfungsi untuk
besi/alumunium yang
menyimpan botol
yang berisi
bertingkat
eksplan sebagai
penyimpan
eksplan selama
proses
pertumbuhan
eksplan sebelum
di lepaskan ke
lapang
Berfungsi sebagai
penyedia
kebutuhan
aquadest pada
saat proses
pembuatan media
4.2
No
Nama
Deskripsi ruang
Fungsi
ruang
1.
Ruang
Ruang persiapan
Berfungsi
persiapan
dipergunakan
sebagai
sebagai tempat
tempat
mempersiapkan
persiapan
eksplan, medium
pelaksanaan
dan alat-alat.
pekerjaan
Persiapan
kultur in-
pelaksanaan
vitro, mencuci
alat-alat
Gambar
22
vitro seperti
laboratorium
pencucian alat-
dan tempat
alat laboratotium,
menyimpan
penyimpanan.alat
alat-alat gelas.
, persiapan bahan
tanaman,
persiapan media,
serta sterilisasi
alat dan media.
Terdapat berbagai
peralatan di
ruangan ini
seperti
microwave,
timbangan
analitik, hot plate,
agar dispenser,
autoclave, pH
meter, alat
destilasi, Bunsen
burner, alat-alat
gas, alat diseksi.
Alat-alat untuk
mencuci,
mikropipet dan
pipet tetes
23
2.
Ruang stok
Merupakan
Berfungsi
atau ruang
ruangan yang
untuk
bahan
berisi baha-baha
menyimpan
yang diperlukan
bahan-bahan
yang
vitro, menyimpan
berkaitan
bahan-bahan
dengan kultur
jaringan.
dipergunakan,
Menyimpan
biasanya terdapat
bahan-bahan
almari untuk
kimia yang
menyimpan
belum
dipergunakan
ES untuk
disediakan
menyimpan
(Larutan stok)
Ruang
Ruang digunakan
Berfungsi
transfer
untuk isolasi,
sebagai
inokulasi dan
tempat untuk
subkultur
isolasi bagian
(penjarangan)
tanaman,
pada kondisi
sterilisasi
steril. Diruangan
eksplan,
penanama
digunakan untuk
atau inokulasi
transfer atau
eksplan dalam
penanaman
media.
eksplan di dalam
media, Bunsen
24
burner, cawan
petri, hand
sprayer, alat
diseksi.
4.
Ruang
Terdapat banyak
Berfungsi
kultur
sebagai
eksplan yang
tempat
dalam masa
meletakkan
pertumbuhan di
botol-botol
tempatkan pad
kultur dalam
masa
tersusun.
pertumbuhan
Dilengkapi
eksplan.
dengan AC untuk
menjaga.
Sterilisasi selalu
terjaga dan
tersekat dengan
ruangan lain
dengan pintu
penghubung
selalu tertutup
5.
Ruang
Tempat
Berfungsi
analisa
menganalisis
sebagai
hasil perkerjaan
tempat
kultur in vitro
menganalisi/
yang telah
meneliti hasil
dilaksanakan,
perkerjaan
diperuntukan
kultur in-vitro
untuk keperluan
25
riset, terdapat
mikroskop, gelas
preparat,
mikrotom dan
peralatan lain
sesuai kebutuha
untuk keperluan
riset/ penelian
6.
Areal cuci
Tempat mencuci
Sebagai
bahan-bahan
tempat untuk
keperluan kultur
membersihka
in-vitro seperti
n berbagai
peralatan dan
tekontaminasi,
tentunya juga
bagian tubuh
khususnya
dari lapang
tangan setelah
sekaligus juga
melakukan
untuk mencuci
perkejaan
tangan. Tempat
kultur
ini dilengkapi
dengan air yang
mengalir dari
kran dan terdapat
peralatanperalatan mencuci
seperti ember,
sikat dan sabun
dll.
26
7.
Ruang
Suatu tempat
Berfungsi
aklimatisas
sebagai
sebagai tempat
tempat
untuk melatakkan
adaptasi bibit
hasil kultur
jaringan setelah
jaringan
setelah keluar
untuk adaptasi
dari dalam
terhadap
botol kultur
lingkungan luar.
terhadap
Ruang ini
lingkungan
dilengkapi
luar.
peranet untuk
mengatur
intensistas cahaya
yang masuk dan
dilengkapi bak air
untuk penyiraman
dan menjaga
kelembaban
ruagan.
8.
Ruang
Terdapat rak
Berfungsi
pembibitan
sebagai tempat
sebagai
/ Nursery
meletakkan bibit
temoat
setelah keluar
meletakkan
bibit setelah
aklimatisasi dan
keluar dari
ruang
berdaptasi
aklimatisasi
terhadap
yang sudah
lingkungan luar.
cukup
27
Memiliki sumber
beradaptasi
air untuk
terhadap
penyiraman
lingkungan
luar.
28
4.3
Sifat
Simbol
Penanggulan
kimia
1.
Potasium nitrat
Oksidator,
Hindari
(KNO3 )
dapat
panas serta
membakar
ahan mudah
bahan
terbakar dan
lain/penyebab
konduktor
timbulnya api
dan penyabab
sulitnya api
dipandamkan
2
Ammonium
Eksplosive,
Hindari
bersifat
benturan,
mudah
gesekan,
meledak.
loncatan api
Eksplosive
dan panas
pada keadaan
tertentu
3.
Borid Acid
Hazardous,
Hindari
H3 BO3
sharp, and
kontak denga
stingy smells
tubuh atau
(Bersifat
hindari
berbahaya,
menghirup
berbau tajam,
dan
menyengat)
29
4.
Zinc Sulfate
Dangerous
Hindari
Heptadtty drate
for
pembuangan
(ZnSO4 7H2 O
Eviromental,
langsung ke
berbahaya
lingkungan
bagi
lingkungan,
dan dapat
menyebabkan
gangguan
ekologi
5.
Hazardous,
Hindari
heptahydrate
strap, and
kontak
stingy smells.
dengan
Bersifat
tubuh/
berbahaya,
hindari
berbau tajam
menghirup
dan
menyengat
30
31
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Tabel stok
VI= 870 ml
Hara
Senyawa
Media MS
Stok (C2)
V2
NH4 NO3
1650
16500 mg/100 ml
8,7 ml
KNO3
1900
8,7 ml
ml
Mikro
Vitamin
CaCl2 2H2 O
440
4400 mg/ml
8,7 ml
MgSO4 7H2 O
370
3700 mg/100 ml
8,7 ml
KH2 PO4
170
1700 mg/100 ml
8,7 ml
FeSO4 7H2 O
27,8
2780mg/ 100 ml
0,87 ml
Na2 EDTA
37,3
3730mg/100 ml
0,87 ml
MnSO4 4H2 O
22,3
2230mg/100ml
0,87 ml
ZnSO4 7H2 O
8,6
860mg/100ml
0,87 ml
H3 BO3
6,2
62mg/50ml
4,35 ml
Kl
0,83
83mg/50ml
0,435 ml
NaMo 4 2H2 O
0,25
25mg/50ml
0,435 ml
CuSO4 5H2 O
0,25
25mg/100ml
0,087 ml
CaCl2 2H2 O
0,25
25mg/100ml
0,87 ml
Myonitosol
100
2500 mg/50ml
1,74ml
Niacin
0,5
50 mg/50ml
0,435 ml
Proyidoxine-
0,5
50 mg/50ml
0,435 ml
0,1
50 mg/100 ml
0,174 ml
HCL
ThiaminHCL
32
Sumber
Sukrosa
30.000
26,1 gr
Bacto agar
7500
6,252gr
karbon
Bahan
pemadat
1.2
Perhitungan
Makro
V1.C1 = V2.C2
870 ml x
1650
1000
1650
100
8,7165
165
V2= 8,7 ml
V1.C1 = V2.C2
870 ml x
1900
1000
1900
100
87 ml x 19 = V2.190
V2=
8719
190
V2= 8,7 ml
33
V1.C1 = V2.C2
440
870 ml x 1000 =
4400
100
87 ml x 19 = V2.190
V2=
8,744
44
V2= 8,7 ml
V1.C1 = V2.C2
870 ml x
370
1000
3700
100
8,7 ml x 37 = V2.190
V2=
8719
190
V2= 8,7 ml
V1.C1 = V2.C2
170
870 ml x 1000 =
1700
100
8,7 ml x 17 = V2.17
V2=
8,7 .17
17
V2= 8,7
34
Mikro
V1.C1 = V2.C2
27,8
870 ml x 1000 =
V2 =
2780
100
87027 ,8
100027 ,8
V2= 0,87ml
EDTA
V1.C1 = V2.C2
870 ml x
V2 =
37,3
1000
37,30
100
87037 ,3
100037 ,3
V2= 0,87ml
V1.C1 = V2.C2
22,3
870 ml x 1000 =
V2 =
22,3
100
87022 ,3
100022 ,3
V2= 0,87ml
V1.C1 = V2.C2
8,6
870 ml x 1000 =
V2 =
860
100
8708,6
10008,6
35
V2= 0,87ml
V1.C1 = V2.C2
6,2
6,2
100
8706,2
10006,2
8705
1000
4350
= 1000
= 4,35 ml
Kl
V1.C1 = V2.C2
0,83
83
50
8700,00083
1,66
= 0,435
V1.C1 = V2.C2
0,25
25
50
8700,00025
0,5
V2= 0,435 ml
36
V1.C1=V2.C2
0,25
25
100
8700,00025
0,5
V2= 0,087 ml
V1.C1=V2.C2
870 ml x
0,025
1000
= V2.
25
100
8700,00025
02,5
V2= 0,087 ml
Myonositol
V1.C1=V2.C2
100
2500
50
87
50
V2= 1,74 ml
37
Niacin
V1.C1=V2.C2
0,5
50
50
87.0,5
50
V2= 0,435 ml
Pridoxine HCL
V1.C1=V2.C2
870ml x
0,5
1000
V2 =
= V2.
50
50
87.0,5
50
V2= 0,435 ml
Thiamin HCL
V1.C1=V2.C2
870ml x
0,1
1000
= V2.
50
50
87.0,0001
0,5
V2= 0,174 ml
Sukrosa
30000
1000
870
30000 .870
38
x =30.870= 26100
x= 26,1 gr
Bacto agar
7500
x=
1000
870
7500.870
1000
x = 6525
x= 6,525 gr
39
KULTUR KALUS
40
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil pengamatan
PERLAKUAN
NO.
ZPT AUKSIN
BOTOL
SAAT
SAAT
INISIASI
MUNCUL
DAN
NYA
NAMA
TUNAS
GAMBAR
1.Laila:
K1 H3
Bakteri (
30-112105)
2.Riza
2,4 D
K1 H3
Jamur(1711-2015)
1MG/1
3.Chyntia
K1 H3
(17-112015)
(23-112015)
4.Rani
K1 H3
Browning
( 23-112015)
41
5.Asrul
K1 H3
Jamur
(17-112015)
6.Racha
K1 H3
2,4 D
Browning
(20-112015)
1MG/1
7.Ade
K1 H3
Browning
(17-112015)
8.Ayu
K1 H3
Browning
(7-122015)
42
9.Ali
K1 H3
Jamur (1711-2015
2,4 D
1MG/1
10.Fajar
K1 H3
(20-11-
(23-11-
2015)
2015)
(17-11-
(23-11-
2015)
2015)
(17-11-
(23-11-
2015)
2015)
11.Rinda
K1 H3
12.Nanto
2,4 D
K1 H3
1MG/1
43
% Berkalus:
% Kontaminasi:
x100%
12
12
= x100%=33.33%
PERLAKUAN
NO.
ZPT AUKSIN
BOTOL
SAAT
SAAT
INISIASI
MUNCUL
DAN
NYA
NAMA
TUNAS
x100%
X100%= 66,67%
GAMBAR
1.Laila:
K2 H3
Bakteri (
30-112105)
2.Riza
IBA
K2 H3
1MG/1
Kalus(17-
(23-11-
11-2015)
2015)
3.Chyntia
K2 H3
(17-112015)
(23-112015)
44
4.Rani
K2 H3
Browning
( 17-112015)
5.Asrul
K2 H3
Jamur
(20-112015)
6.Racha
K2 H3
Browning
(20-112015)
IBA
1MG/1
7.Ade
K2 H3
Browning
(17-112015)
45
8.Ayu
K2 H3
Browning
(7-122015)
IBA
1MG/1
9.Ali
K2 H3
Jamur
(20-112015
10.Fajar
K2 H3
(20-11-
(23-11-
2015)
2015)
(17-11-
(23-11-
2015)
2015)
11.Rinda
K2 H3
46
12.Nanto
K2 H3
(17-11-
(23-11-
2015)
2015)
% Berkalus:
.
5
12
1.2
x100%=41,67
% Kontaminasi:
X100%
7
12
X100%
X100%= 58,33%
Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu menganai kultur kalus dengan menggunakan
47
48
49
BAB II
KESIMPULAN
2.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1. Dalam melakukan kultur kalus wortel (Daucus carota L) harus
memegang keseterilan bahan maupun fasiltas dalam melakukan
penanaman eksplan untuk menghidari kontaminasi dari berbagai macam
mikroorganisme seperti jamur maupun bakteri
2. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur hara dalam media kultur
kalus dilakukan penambahan vitamin, asam amino, hormon dan zat
pengatur tumbuh (ZPT)
3. Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang digunakan dalam kultur kalus wortel
yaitu dari golongan auksin 2,4 D untuk pemanjangan sel dalam
pembentukan kalus dan IBA untuk pemajangan akar
4. Prosentase hidup kalus lebih besar pada perlakuan IBA dengan nilai
41,67%
5. Terbentuknya kalus merupakan respon dari perlakuan perlukaan
(Woulding) dalam pemotongan umbi wortel
6. Penyebab terjadinya kontaminasi pada eksplan disebabkan karena
kesalahan penaman, saat sterilisasi media dan eksplan atau bahkan pada
saat pembuatan yang kurang steril
1.2
Saran
Untuk pelaksanaan praktikum sendiri berjalan lancar. Diharapkan
50
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2000. Dasar-dasar tentang zat pengatur tumbuh. PT. Angkasa.
Bandung
Gunawan, L.W . 2001. Teknik kultur jaringan in-vitro dalam hortikultura.
Penebar Swadaya. Jakarta
Herawan, T . 2004 . Protokol kultur jaringa tanaman hutan. Rajawali Press.
Jakarta
Santoso da F. nursandi. 2004. Kultur jaringan tanaman. Unibraw Press. Malang
Yusnita. 2003. Buku petunjuk praktikum kultur jaringan. UNS press. Surakarta
Zulkarnain. 2009 . Kultur jaringan tanaman. Bumi aksara. Jakarta
51
52
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
Hasil pengamatan
PERLAKUAN
ZPT PADA
NO.
BOTOL
SAAT
SAAT
INISIASI
MUNCUL
MEDIA
DAN
NYA
TANAM
NAMA
TUNAS
1.Laila
GAMBAR
Jamur
(26-112015)
2.Riza
Media
Rusak
(26-112015)
3.Chyntia
Bakteri
(26-112015)
53
4.Rani
Inisiasi (7-
26-12-2015
12-2015)
MS
NAA
0,3 mg/l
5.Asrul
Jamur
(7-12-
BAP 1
2015)
mg/l
(P2H3)
6.Racha
Jamur
(7-122015)
7.Ade
Jamur
(7-122015)
8.Ayu
Bakteri
(7-122015)
54
9.Ali
Inisiasi (7-
26-12-2015
12-2015)
10.Fajar
Jamur
(26-112015)
11.Rinda
Inisiasi (7-
26-12-2015
12-2015)
12.Nanto
Inisiasi (7-
26-12-2015
12-2015)
55
% Berkalus:
% Kontaminasi:
4
12
1.2
X100%
X100%= 33,3%
8
12
X100%
X100%= 66,7%
Pembahasan
Praktikum kali ini
tanaman.
cara berbeda
dalam
penumbuhannya sendiri. Yaitu ada cara kultur pucuk serta kultur mata tunas. Kultur
pucuk sendiri yaitu proses penumbuhan tanaman menggunakan eksplan dari
tumbuhan itu sendiri, khususnya dari pucuk muda tanaman yang akan dikulturkan.
Untuk praktikum kali ini kita memakai kultur pucuk untuk
proses
pengkulturannya. Eksplan yang kita yang pakai yaitu tunas Gymelina. Untuk
perlakuan ini sendiri harusnya memakai 2 ZPT yang berbeda, yaitu IBA dan BAP
serta NAA dan BAP. Tetapi dikarenakan terjadi insiden dalam praktikum ini, yaitu
media IBA dan BAP mencair, sehingga NAA dan BAP lah yang digunakan sebagai
media utama. Fungsi penambahan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan
sitokinin yaitu untuk merangsang pertumbuhan sel, sintesis DNA kromosom,
pembentuk tunas, merangsang pertumbuhan akar , akan tetapi jika digunakan dalam
dosis tinggi , maka akan menghalangi pertumbuhan bahkan membunuh.
Untuk percobaannya sendiri digunakan pucuk tanaman muda dari eksplan,
kemudian ditanam di media yang telah disediakan. Setelah itu dilakukan
pengamatan di setiap 4 hari sekali. Berdasarkan tabel yang telah dicantumkan
memberikan hasil bahwa kebanyakan dari pucuk yang ditumbuhkan mengalami
kontaminasi.
56
Mulai dari terkena bakteri maupun jamur serta ada yang medianya sendiri
rusak, yaitu belum memadat. Untuk media sendiri terjadi karena adanya kesalahan
teknis di ruangan penyimpanan, dimana AC dalam ruangan itu mati dan
menyebabkan media tersebut mencair kembali dan kemungkinan dapat disebabkan
oleh kesalahan dalam pembuatan komposisi awal . Untuk media maupun tanaman
yang tercemar oleh bakteri serta jamur kali ini memiliki banyak alasan.
Yang pertama bisa saja karena kurang sterilnya para pelaku praktikum. Hal
ini bisa sangat membahayakan bagi tanaman tersebut, karena apabila jamur ataupun
bakteri sudah menginvasi media maupun tumbuhan tadi maka dapat menyebabkan
kematian apabila tanaman tersebut tak dapat bersaing. Selain itu penyebab eksplan
tercemar juga bisa karena tak sengaja menjatuhkan eksplan, kemudian menaruhnya
kembali dan menanamnya kembali pada media. Hal ini walau terlihat sepele tapi
dapat mengakibatkan gagalnya penumbuhan tanaman.
Karena apabila tanaman sudah jatuh, sapa tau tanaman tersebut membawa
bibit-bibit jamur ataupun bakteri yang kemudian dibawa tumbuh di media tadi. Dan
apabila kedua hal ini berhasil tumbuh, maka akan sangat membahayakan bagi
kelangsungan hidup tanaman yang kita kulturkan di botol kultur. Sedangkan untuk
tanaman yang telah tumbuh, membutuhkan waktu yang lumayan lama. Untuk mulai
tumbuh sendiri kebanyakan mencapai waktu-waktu paling akhir di praktikum. Dan
jumlah dari tanaman yang tumbuh ini sangatlah sedikit, karena kebanyakan eksplan
yang kita pakai kontaminasi semua.
57
BAB II
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut.
1. Kultur pucuk adalah kultur jaringan yang menumbuhkan tanaman melalui
pucuk muda dari tanaman itu sendiri
2. Kultur meristem ini terbagi menjadi dua, ada kultur pucuk serta kultur
mata tunas
3. Dalam kultur organ pucuk mengguankan zat pengatur tumbuh dari
kelompok auksin dan sitokinin yaitu IBA, NAA dan BAP
4. Rusaknya media dalam kultur pucuk yaitu dapat disebabkan oleh karena
adanya kesalahan teknik matinya AC dalam ruangan yang menyebabkan
media menjadi mencair kembali dan kesalahan dalam pembuata komposisi
awal media juga bisa mempengaruhi.
5. Penyebab kontaminasi dalam eksplan kultur pucuk diantaranya dapat
disebabkan oleh kurang sterilnya praktikan dan kesalaha praktikan dalam
proses penanaman eksplan dalam media sehingga menyebabkan eksplan
tidak steril
6. Fungsi penambahan zat pengatur tumbuh dari kelompok auksin dan
sitokinin
yaitu
untuk
merangsang
pertumbuhan
sel,
sintesis
DNA
Saran
Mengingat rusaknya media karena kesalahan teknis fasilitas labaratorium,
58
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Intan Ratna. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.Bandung
Gunawan, L.W. 2009. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur
Jaringan, Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor. Bogor.
P. 304
Hardini,
Yunita.
2009.
Kultur
Jaringan
Tanaman.
Online,
2012.
Zat
Pengatur
Tumbuh.
Onine,
59
60
BAB I
PEMBAHASAN
1.1
Data pengamatan
PERLAKUAN
NO.
EKSPLAN
EKSPLAN
SAAT
SAAT
INISIASI BERKALUS
1.Riza
Kalus (16-
WARNA
GAMBAR
KALUS
Hijau
12-2015)
2.Freda
Kalus (16-
Hijau
12-2015)
3.Fajar
Jamur
(3-122015)
61
4.Racha
Jamur
(3-122015)
MS IBA
0,5 ppm
BAP 0,7
ppm
5.Ali
Jamur
(7-122015)
6.Asrul
Bakteri
(7-122015)
7.Ayu
Jamur
(3-122015)
62
8.Rani
Inisiasi
(7-122015)
9.Ade
Jamur
(3-122015)
10.Chyntia
Jamur
(3-122015)
11.LaIla
Kalus (16-
Hijau
12-2015)
63
12.Rinda
Jamur
(7-122015)
%Tanaman Berkalus:
.
X100%= 33,3%
%Tanaman Kontaminasi:
X100%
X100%
X100%= 66,67%
64
PERLAKUAN
NO.
EKSPLAN
EKSPLAN
1.Riza
SAAT
SAAT
INISIASI BERKALUS
WARNA
GAMBAR
KALUS
Jamur
(7-122015)
2.Freda
Inisiasi
(16-122015)
MS NAA
0,5
ppm
BAP 0,7
3.Fajar
Inisiasi
(7-12-
ppm
2015)
4.Racha
Inisiasi
(26-122015)
65
5.Ali
Jamur
(7-122015)
6.Asrul
Kalus (16-
Hijau
12-2015)
MS NAA
7.Ayu
0,5 ppm
Bakteri+
Jamur
(3-12-
BAP 0,7
2015)
ppm
8.Rani
Inisiasi
(16-122015)
9.Ade
Jamur
(7-122015)
66
10.Chyntia
Jamur
(7-122015)
11.Layla
Kalus (16-
Hijau
12-2015)
12.Rinda
Inisiasi
(16-122015)
%Tanaman Berkalus:
.
X100%= 58,3%
%Tanaman Kontaminasi:
X100%
X100%
X100%= 41,7%
67
1.2
Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu berhubungan dengan kultur jaringan khususnya yaitu
kultur organ dari suatu tanaman. Dan kultur organ yang dipakai pada kultur kali ini
yaitu kultur organ daun. Praktikum kali ini yaitu akan menumbuhkan tanaman dari
bagian daun tersebut. Dimana manfaat dari kultur daun sendiri yaitu untuk
menumbuhkan tanaman dari bagian yang dimilikinya, khusunya yaitu bagian
daunya sendiri. Secara umum kultur organ dikembangkan dari tanaman (organnya)
yang memiliki respon pertumbuhan yang baik seperti daun muda, tunas dan yang
lainnya. Adapun tahapan yang biasa dilakukan dalam kultur organ meliputi
pembuatan media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi.
Untuk eksplan yang kita pakai sendiri yaitu menggunakan daun dari
tembakau yang sudah dikulturkan terlebih dahulu. Dan kita mengambil bagian dari
tembakau ini sendiri untuk kita kulturkan kembali. Dan untuk media sendiri dibagi
menjadi 2 dengan ZPT yang berbeda. Yang pertama menggunakan ZPT IBA dan
BAP serta yang kedua menggunakan ZPT NAA dan BAP. Fungsi penambahan ZPT
dari kelompok auksin dan sitokinin dalam kultur organ daun yaitu untuk
merangsang pertumbuhan sel, pembentukan tunas
Menurut tabel yang tercantum diketahui bahwa media kedua, yaitu media
NAA dan BAP merupakan media yang terbanyak mengalami pertumbuhan
tanaman daripada media yang pertama. Hal ini dibuktikan dengan jumlah daun
yang mengalami inisiasi dan berkalus lebih banyak dari media pertama. Sehingga
bisa ditarik hipotesis bahwa pada media yang kedua ini merupakan media yang
ideal dan optimum bagi pertumbuhan dari organ daun itu sendiri.
Hal ini bisa dikarenakan ZPT yang ada pada media kedua ini lebih dapat
diterima oleh eksplan daun yang ditanam disini. Dimana ZPT pada media kedua
dapat dengan mudah diserap dan dicerna oleh eksplan yang ditanam pada media
kedua ini. Sehingga daun disini mengalami banyaknya pertumbuhan daripada daun
68
yang ditanam di media pertama tadi. Dan menjadikan ZPT pada media kedua
merupakan ZPT yang optimal yang dapat diserap dengan cepat oleh tumbuhan dan
dapat membantu proses pertumbuhan dari tanaman itu sendiri.
Selain itu juga unsur kontaminasi juga tak lupa selalu ada pada setiap
praktikum yang kita lakukan. Mulai dari eksplan yang terkena serangan jamur
maupun dia terkena serangan bakteri. Hal ini semua bisa ditarik hipotesis,
kontaminasi ini disebabkan kurang terjaga sterilisasi pada saat melakukan
praktikum sendiri. Baik pelaku praktikan yang kurang menjaga kebersihannya
ataupun pada saat pelaksanaannya praktikan melakukan hal yang cerobih seperti
mengeluarkan tangan pada saat melakukan proses kultur di LAF atau mungkin saja
menjatuhkan bahan eksplan yang akan dipakai. Hal ini walau terlihat sepele tapi
sangat mempengaruhi proses dalam kita melakukan proses pengkulturan. Dimana
apabila sampai tanaman yang kita kulturkan tadi sampai terkontaminasi maka
dampaknya akan menghambat pertumbuhan dari tanaman tadi, bahkan bisa jadi
membuat tanaman tersebut malah mati.
69
BAB II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut
1. Kultur organ yaitu kultur jaringan yang memakai organ dari suatu tanaman
khususnya itu daun.
2. Kultur organ daun sendiri berfungsi untuk menumbuhkan tanaman dari
bagian tanaman itu sendiri, semisal dari daun tanaman itu.
3. Tahapan yang biasa dilakukan dalam kultur organ meliputi pembuatan
media, inisiasi, sterilisasi, multiplikasi, pengakaran, dan aklimatisasi.
4. Fungsi penambahan ZPT dari kelompok auksin dan sitokinin dalam kultur
organ daun yaitu untuk merangsang pertumbuhan sel, pembentukan tunas
dan BAP berfungsi untuk merangsang tumbuhya tunas aksiler.
5. Perlakuan NAA dan BAP merupakan media yang terbanyak mengalami
pertumbuhan tanaman daripada media yang pertama. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah daun yang mengalami inisiasi dan berkalus lebih banyak dari
media pertama.
6. Faktor yang menyebabkan eksplan mengalami kontaminasi baik itu oleh
bakteri maupun jamur yaitu praktikan dalam proses penanaman eksplan ke
dalam
media
kurang
hati-hati
sehingga
mengakibatkan
eksplan
terkontaminasi.
7. Eksplan yang terkontaminasi dapat menyebabkan pertumbuhan eksplan
menjadi terhambat bahkan dapat mengalami kematian.
2.2
Saran
Agar praktikan dapat mengerti dan mendapatkan data yang benar-benar
70
DAFTAR PUSTAKA
Uswaganti, 2014. Manfaat kultur organ . PT. angkasa. Surabaya
Rahmadewi, 2010. Kultur organ daun tanaman. PT. Erlangga . Jakarta
Santoso, 2009. Pengaruh zat pengatur tumbuh dalam kultur in-vitro. Unibraw
press. Malang
Tatang, 2014. Kultur Organ daun tanaman hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
71
72
BAB I
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1
NO
Data pengamatan
MEDIA AKAR
MEDIA MOS
GAMBAR/FOTO
PAKIS
1.
Akar Pakis 1
kelompok 2: 90%
2.
Akar Pakis 2
kelompok 2: 50%
3.
Akar Pakis 1
kelompok 1: 70%
4.
Akar Pakis 2
kelompok 1:
100%
73
5.
Akar Mos 1
kelompok 1: 40%
6.
Akar Mos 2
kelompok 1: 90%
7.
Akar Mos 1
kelompok 2: 90%
8.
Akar Mos 2
kelompok 2: 90%
% Tanaman Hidup:
X 100%
: X100%= 87.5%
8
74
1.2
Pembahasan
Praktikum kali ini yaitu mengenali bagaimana proses aklimatisasi anggrek.
kemudian
kita
aklimatisasikan.
Untuk
umur
anggrek
yang
kita
yang
digunakan
untuk
untuk
pengaklimatisasian
ini
sendiri
menggunakan media akar pakis beserta mos. Dengan penggunaan 2 media ini kita
mengecek media manakah yang paling cocok untuk
anggrek yang kita uji cobakan ini. Dan dari hasil yang didapat yaitu membuktikan
bahwa menunjukkan bahwa kedua media ini bisa dibilang cocok untuk aklimatisasi
tanaman anggrek.
Karena dalam tabel yang telah tersedia, rasio tumbuh mereka juga sama.
Hanya saja untuk pertumbuhan individu lebih bagus pada mos. Dimana anggrek
yang diaklimatisasikan pada media mos 3 dari 4 yang ditanam mengalami
pertumbuhan yang signifikan, dengan bagian yang tumbuh sekitar 90%. Hal ini
dapat dibandingkan dengan media akar pakis yang hanya 2 dari 4 yang ditanam
yang mengalami pertumbuhan signifikan. 2 dari tanaman lainnya pada media akar
pakis sendiri mengalami pertumbuhan dibawah 50%.
Hal ini bisa disebabkan karena pada media mos sendiri, media ini lebih
menyerap banyak air daripada media akar pakis. Sehingga dengan banyaknya
ketersediaan air dalam media, membuat anggrek sendiri bisa tumbuh berkembang
karena kebutuhan airnya sendiri tercukupi. Selain itu juga media moss sendiri
75
memiliki kandungan nitrogen dan sedikit fosfor yang berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan tanaman dan mempercepat pertumbuhan dan pembungaan pada
tanaman anggrek. Dan hal ini lah yang membuat nilai tambah dari moss sendiri
karena 2 kandungan hara tadi dapat mempengarui pertumbuhan dari anggrek itu
sendiri.
Selain itu juga faktor penyebab kematian pada praktikum kali ini lebih banyak
disebabkan oleh daun dari anggrek yang terserang bakteri. Dikarenakan daun yang
terserang bakteri ini menyebabkan anggrek tak dapat tumbuh secara maksimal.
Serta dapat diasumsikan bahwa anggrek yang diaklimatisasikan kali ini masih
belum
siap
untuk
dikeluarkan.
Dimana
kebanyakan
anggrek
yang
kita
bisa dilakukan
dimana
aklimatisasi, lalu kita paksa untuk aklimatisasi maka akan menimbulkan kematian
pada tanaman itu sendiri. Sehingga diharapkan kita bisa lebih mengetahui seluk
beluk dari tanaman yang akan kita aklimatisasi.
76
BAB II
PENUTUP
2.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut
1.
2.
3.
Aklimatisasi
sendiri
berperan
bagi
penyesuaian
anggrek
pada
mengalami
tanaman
dan
mempercepat
pertumbuhan
dan
yang
sekarang
begitu
minum sehingga
pengamatan
tidak
dapat
77
DAFTAR PUSTAKA
Beni , 2007. Macam-macam media akimatisasi kultur jaringan. PT. Angkasa.
Bandung.
Fatimah, 2013. Media kultur jaringan . Unibraw Press. Malang
Herawan, 2006. Kultur jaringan tanaman anggrek. Bumi aksara. Jakarta
Rossa, 2011. Teknik kultur jaringan tanaman. UNS press. Surakarta
Trubus, 2005. Aklimatisasi tanaman kultur jaringan. Penebar swadaya. Jakarta
Untung, S. 2013. Aklimatisasi tanaman anggrek . UMM press. Malang
78