Anda di halaman 1dari 11

BIROKRASI

Dr Hadiyanto, SH, LLM


Direktur Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan

KEMBALINYA INALUM
KE PANGKUAN IBU PERTIWI

Setelah 38 tahun ditangani bangsa lain, PT Inalum akhirnya kembali


ke pangkuan Ibu Pertiwi. Pengambilalihan Inalum dari konsorsium
10 perusahaan Jepang merupakan momentum untuk kemandirian
mengoptimalkan sumber daya negara.
INTEGRITAS - Juli 2013

61

BIROKRASI

etelah 38 tahun ditangani bangsa lain, PT Inalum


akhirnya kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Pengambilalihan Inalum dari
konsorsium 10
perusahaan Jepang merupakan momentum untuk
kemandirian mengoptimalkan sumber daya negara.
Sebagaimana diketahui, pengelolaan BUMN dilakukan
sesuai dengan Undang-Undang BUMN dan UndangUndang Perseroan Terbatas, yaitu dilakukan sesuai dengan
mekanisme korporasi. Dengan demikian, pengelolaan negara
atas BUMN tersebut dilakukan sebatas sebagai pemegang
saham sebesar kepemilikan sahamnya, kata Direktur Jenderal
Kekayaan Negara Departemen Keuangan, Dr Hadiyanto, SH,
LLM kepada Majalah INTEGRITAS di kantornya.

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41


Tahun 2003, kedudukan, tugas, dan kewenangan Menteri
Keuangan di bidang pembinaan dan pengawasan BUMN
sebagian dilimpahkan kepada Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara. Namun, terkait hal-hal strategis, seperti
penambahan/pengurangan PMN, right sizing (perampingan)
BUMN baik melalui holding, inbreng saham, pengalihan
BMN menjadi saham negara, privatisasi, dan restrukturisasi
BUMN, Kementerian BUMN selalu melibatkan Kementerian
Keuangan.
Selain itu, Menteri Keuangan masih melakukan
kewenangan pengelolaan BUMN yang tidak diserahkan
kepada Kementerian BUMN yang meliputi penatausahaan,
pendirian BUMN, penambahan modal, dan divestasi saham
BUMN, sambung Hadiyanto.
Bagaiamana soal pengambilalihan Inalum? Apa latar
belakangnya?
Kerja sama Pemerintah RI dengan konsorsium 10 investor
Jepang yang dikenal dengan Proyek Asahan sudah berjalan
selama 38 tahun, sejak master agreement (perjanjian induk)
ditandatangani tahun 1975. Persiapan produksi melalui
pembebasan tanah dan pembangunan dilakukan selama
delapan tahun. Pada 1 November 1983, Proyek Asahan yang
bertujuan untuk menghasilkan alumunium untuk memenuhi
kebutuhan Jepang dan dalam negeri mulai dioperasikan oleh
(date of commencement) PT Inalum sebagai perusahaan
patungan yang dibentuk untuk mengoperasikan Proyek
Asahan.
Selama kurun waktu 30 tahun beroperasi secara komersial,
PT Inalum ternyata mengalami kerugian sampai dengan
tahun 2009, atau merugi selama 26 tahun. Akumulasi
kerugian tertinggi mencapai 1,224 miliar dolar Amerika pada
tahun 2003. PT Inalum baru membukukan laba pada 2010
sebesar 11 miliar dolar. Praktis, selama 27 tahun negara
tidak mendapatkan return atas investasi yang ditanamkan di
PT Inalum. Dividen pertama dari PT Inalum diterima negara
atas laba tahun buku 2011.

62

INTEGRITAS - Juli 2013

Setelah dilakukan pengkajian atas ketentuan master


agreement, terdapat ketentuan yang kurang berpihak
kepada Pemerintah RI. Untuk periode setelah kontrak
berakhir, kiranya keberpihakan kepada negara harus selalu
diupayakan. Pelaksanaan penjualan porsi ekspor Inalum
yang lebih rendah daripada harga jual market merupakan
salah satu dari cukup banyak bentuk keberpihakan kepada
Jepang, yang harus dilakukan perubahan.
Dari sisi pengelolaan korporasi, posisi Jepang sebagai
pemegang saham mayoritas ternyata juga mengakibatkan
dominasi dalam pengambilan kebijakan korporasi yang
harus dijalankan oleh managemen, meskipun masih ada
pilihan kebijakan yang dapat memberikan manfaat secara
berimbang antar-dua negara. Sebagai contoh, kebijakan yang
mengharuskan impor bahan baku alumina. Tentunya, apabila
dimungkinkan untuk pembelian di dalam negeri, maka selain
meningkatkan pengolahan sumber daya mineral, hal ini juga
meningkatkan kapasitas usaha BUMN. Bagi PT Inalum pun,
hal ini akan memberikan efisiensi biaya.
Dari sisi operasional perusahaan, seluruh kegiatan telah
dilaksanakan secara langsung oleh pegawai lokal. Dari hasil
kunjungan kami dan dialog langsung dengan pegawai PT
Inalum, dengan keputusan pemerintah mengambil alih PT
Inalum, pegawai pun berkomitmen akan mempertahankan
kualitas pekerjaan sebagaimana selama ini dalam
pengawasan direksi Jepang. Dengan demikian, tidak ada
keraguan bahwa operasional PLTA dan smelter akan berjalan
dengan baik pasca-pengambilalihan.

Pada prinsipnya, pengambilalihan ini (lebih tepatnya


peralihan kepada Indonesia) sudah didasarkan pada kajian
dari berbagai aspek dan disimpulkan bahwa sudah saatnya PT
Inalum dikelola secara mandiri oleh negara. Pengembangan
PT Inalum ke depan, sangat terbuka potensinya melalui
sinergi dengan BUMN lain, diversifikasi produk, sehingga
meningkatkan industri hilir yang menggunakan bahan baku
alumunium. Alumunium yang diproduksi PT Inalum saat ini
pun belum dapat memenuhi kebutuhan nasional. Di Asia,
PT Inalum merupakan pabrik smelter pertama, Malaysia
baru beroperasi di tahun 2012. Kualitas grade alumunium
PT Inalum juga diakui lebih baik dari kebanyakan pabrik
smelter yang ada. Dengan segala keunggulan dan potensi
pengembangan PT Inalum maka pengelolaan PT Inalum
secara mandiri merupakan pilihan yang sangat tepat.
Lantas, apa arti penting Inalum bagi Indonesia?
Selain keuntungan-keuntungan yang sudah kami paparkan
di atas, pengambilalihan PT Inalum akan menjadi suatu
momentum kemandirian negara untuk mengoptimalkan
seluruh sumber daya negara, baik keunikan alam, kekayaan
sumber daya mineral, maupun potensi sumber daya manusia
Indonesia. Tuhan telah menganugerahkan Bumi Pertiwi
dengan keunikan yang ternyata menjadi sumber kakayaan
negara. Tentunya hal ini harus memberikan manfaat bagi
kemakmuran bangsa.
Letak geografis Danau Toba, dengan Sungai Asahan
yang membentang dari ketinggian di sekitar Danau
Toba mengalirkan air dari Danau Toba, ternyata mampu

dimanfaatkan menjadi tenaga hidrolik raksasa untuk


memutar turbin dalam rangka menghasilkan energi listrik.
PT Inalum dengan dua waduk yang dimiliki (Waduk Siguragura dan Waduk Tangga) mampu memutar delapan turbin
untuk dua PLTA. Satu PLTA dibangun di bawah permukaan
tanah, satu PLTA lainnya berada di atas permukaan tanah.
Di samping dua PLTA yang dimiliki PT Inalum, air Danau
Toba yang dialirkan Sungai Asahan juga telah menghasilkan
beberapa PLTA lainnya, yaitu Asahan 1, dan rencana PLTA
Asahan 3 yang akan dibangun PT PLN. Namun, potensi air
Danau Toba sebenarnya masih dapat dioptimalkan lagi
karena pada saat debit air Danau Toba melimpah dan turbin
PT Inalum maupun Asahan I sudah dioperasikan, masih
terdapat air yang terbuang percuma.
Dengan kapasitas debit air tersebut maka potensi
pengembangan PT Inalum masih sangat terbuka karena nilai
energi listrik yang sangat kompetitif dibandingkan industri
sejenis yang tidak memiliki kontur geografis alam sseperti
itu.
Pengalihan PT Inalum juga akan menjadi proyek kerja
sama pertama yang berhasil diambil alih seluruhnya oleh
negara dalam keadaan prima. Di bidang sumber daya
mineral, pemerintah belum dapat memiliki secara mandiri
perusahaan yang melakukan pengelolaan sumber daya alam,
hasil kontrak karya/kontrak kerja sama sehingga PT Inalum
akan menjadi tonggak bahwa kerja sama dengan asing tidak
selalu harus diperpanjang sampai kekayaan alam sudah
habis. Pada akhirnya, negara harus siap mengambil alih dan
melaksanakan sendiri pengelolaan aset dan kekayaan negara

INTEGRITAS - Juli 2013

63

BIROKRASI

Memimpin rapat jajaran DJKN

sehingga akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya


bagi masyarakat.
Di sisi industri, alumunium yang diproduksi PT Inalum
merupakan bahan baku yang masih dapat diproses/diolah
untuk melahirkan industri hilir yang baru sehingga akan
meningkatkan perekonomian di lingkungan sekitar dan
nasional. Itulah yang selama ini tidak dimungkinkan karena
kebijakan perusahaan yang didominasi pihak Jepang.
Yang tidak kalah penting lagi, alumunium ingot, produk
PT Inalum yang selama ini 60 persen diekspor ke Jepang,
nantinya 100 persen akan dijual untuk memenuhi kebutuhan
domestik yang selama ini dipenuhi dari impor. Selain itu,
sebagaimana dijelaskan tadi, bauksit yang tersedia melimpah
di Indonesia dapat diolah menjadi alumina untuk menjadi
produk bahan baku pembuatan alumunium oleh PT Inalum.
Hal ini akan meningkatkan nilai tambah bauksit yang selama
ini hanya diekspor tanpa diolah.
Dengan penjelasan tersebut, tentunya PT Inalum memiliki
arti yang sangat strategis bagi negara untuk menunjukkan
kemandirian negara, keberpihakan negara kepada masyarakat
dalam upaya meningkatkan optimalisasi potensi dan
kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sejauh mana progress pengambilalihan PT Inalum?
Progress pengambilalihan sudah menjadi perhatian
seluruh kementerian negara yang terkait. Kementerian
Keuangan berketetapan hati untuk mengakhiri kerja sama

64

INTEGRITAS - Juli 2013

RI dengan Jepang berdasarkan master agreement sehingga


pengelolaan PT Inalum dapat dilakukan secara mandiri oleh
negara. Dana untuk pengambilalihan tersebut juga sudah
disiapkan dalamAPBN untuk memberikan gestur bahwa
negara benar-benar memahami arti strategis PT Inalum.
Hal ini juga menjadi simbol kesiapan negara kepada pihak
Jepang sehingga tidak ada keraguan bahwa pengalihan akan
terlaksana pada 1 November 2013.
Saat ini, tim perunding yang dipimpin oleh Menteri
Perindustrian secara bersama-sama menyusun strategi dan
posisi pemerintah untuk menjamin pengambilalihan akan
terlaksana secara smooth, sesuai dengan good governance,
dan tetap menjaga hubungan baik kedua negara.
Sikap Pemerintah Jepang?
Pada awalnya, baik NAA maupun Pemerintah Jepang,
menginginkan agar kerja sama dalam Proyek Asahan dapat
diperpanjang. Hal ini dapat dimaklumi karena PT Inalum
selama ini merupakan jaminan pasokan alumunium bagi
industri Jepang sehingga dengan pengakhiran kerja sama ini
Jepang harus mencari pasokan alumunium baru.
Melalui perundingan-perundingan yang dilakukan dengan
NAA sebagai wakil konsorsium 10 investor Jepang, tim
perunding berhasil meyakinkan pihak NAA maupun
Pemerintah Jepang untuk dapat menerima keputusan
pengakhiran ini. Kerja sama ini bagi Jepang merupakan simbol
kerja sama antara kedua negara. Namun, tim perunding

juga menegaskan bahwa kerja sama ini bukan satu-satunya


simbol kerja sama kedua negara, dan pemerintah akan
tetap menjalin hubungan persahabatan yang baik dengan
konsorsium investor Jepang maupun Pemerintah Jepang.
Berapa nilai pengambilalihan Inalum?
Pemerintah telah menyiapkan dana sebesar tujuh triliun
pada APBN dari APBN-P 2012 dan APBN-P 2013. Namun,
sesuai dengan ketentuan master agreement, masih terus
dilakukan perundingan dengan pihak NAA untuk menyepakati
besaran nilai kompensasi yang akan dibayarkan pemerintah
sesuai dengan master agreement. Angka fixed belum dapat
disebutkan karena masih dalam proses perundingan.

Dari mana Pemerintah Indonesia mendapatkan sumber


dana untuk membayar pengambilalihan inalum?
Seluruh dana yang diperlukan untuk mengambilalih PT
Inalum telah dialokasikan dalam APBN, yaitu melalui APBN-P
2012 maupun APBN-P 2013.
Setelah pengambilalihan terlaksana, bagaimana PT Inalum
selanjutnya?
Pemerintah RI sudah sepakat PT Inalum akan berdiri sebagai
BUMN yang dimiliki 100 persen oleh negara. Tim perunding
telah menyepakati dengan NAA bahwa pengakhiran master
agreement ini tidak akan mengakibatkan PT Inalum dilikuidasi
melainkan akan tetap beroperasi (going concern).
Direksi PT Inalum yang berasal Indonesia telah melakukan
penyusunan bussiness plan PT Inalum pasca-pengambilalihan.
Dalam bisnis plan tersebut, karyawan dan direksi
nasional sangat logis dan optimistis menyusun program
pengembangan PT Inalum ke depan. Business plan yang
sudah disusun memperlihatkan kemampuan pengembangan
PT Inalum, bahkan dengan komposisi dana yang dimiliki dan
kerja sama/sinergi dengan BUMN lain, dilakukan peningkatan
kapasitas listrik untuk meningkatkan kapasitas produksi yang
saat ini baru mencapai 250 ton per tahun.
Selain itu, business plan PT Inalum juga menggambarkan
rencana diversifikasi produk sehingga tidak hanya
memproduksi aluminium ingot tapi juga memproduksi
aluminium alloy, billet, slab, dan lain-lain, yang dapat
memberikan nilai tambah sehingga menghasilkan profit
yang lebih baik.
Bagaimana rencana Pemerintah
mengembangkan PT Inalum?

Indonesia

dalam

Secara bisnis, direksi nasional sudah menyusun rencana


pengembangan Inalum setelah PT Inalum menjadi 100
persen milik pemerintah. Selanjutnya pemerintah dalam tim
perunding telah melakukan kajian sesuai dengan kewenangan

masing-masing instansi yang menjadi anggota tim untuk


pengembangan PT Inalum, termasuk pengembangan
Kaweasan Kuala Tanjung.
Namun, pemerintah di bawah koordinasi tim perunding
secara terintegrasi juga telah melakukan pengkajian dari
berbagai sektor mengenai potensi pengembangan Inalum
maupun kawasan Proyek Asahan.
Pemerintah RI dan NAA telah menyepakati bahwa PT Inalum
akan tetap beroperasi (going concern). Dengan 100 persen
saham PT Inalum dimiliki oleh Pemerintah RI maka secara
legal PT Inalum menjadi BUMN. Tentunya, setelah 100
persen menjadi milik Pemerintah RI, diharapkan Inalum
akan terus berkembang, antara lain peningkatan kapasitas
produksi yang saat ini baru mencapai 250 ribu ton per tahun.
Selain itu, Inalum diharapkan mampu melakukan diversifikasi
produk sehingga tidak hanya memproduksi aluminium ingot
tapi juga memproduksi aluminium alloy, billet, slab, dan lainlain, yang dapat memberikan profit lebih baik.
Bagaimana exit strategy pengembangan PT Inalum?
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa PT Inalum
akan stand-alone sebagai suatu BUMN 100 persen yang
dimiliki negara. PT Inalum merupakan perusahaan yang
sangat sehat dan tidak memiliki pinjaman jangka panjang
sama sekali. Dengan dana kas internal Inalum dan leverage
yang masih cukup besar, Inalum tidak akan kesulitan untuk
meningkatkan kapasitas produksi, baik melalui penggunaan
teknologi baru maupun pembangunan pot line baru, termasuk
kemungkinan pengembangan melalui sinergi dengan BUMN
maupun investor lain. PT Inalum masih akan memanfaatkan
dana pinjaman sehingga tidak membebani negara.
Dengan kekuatan pendanaan tersebut, governance
perusahaan yang cukup memadai, dan peningkatan nilai
perusahaan, tentu akan lebih mudah bagi pemerintah untuk
mengelola BUMN tersebut selanjutnya.
Lalu, bagaimana soal divestasi Newmont?
Pada kasus Newmont, ada perbedaan dengan Inalum dari
perpekstif kontraknya. Newmont berupa kontrak karya. Salah
satu klausul kontrak karya ini, dalam jangka waktu tertentu,
saham Newmont harus didivestasi kepada pihak Indonesia
hingga mencapai 51 persen. Dalam divestasi ini, sekarang
masih tujuh persen yang harus didivestasi.
Permasalahan Newmont ini telah sampai ke Mahkamah
Konstitusi (MK). Putusan MK menetapkan divestasi Newmont
yang rencananya akan dibeli oleh PIP (Pusat Investasi
Pemerintah) harus melalui persetujuan DPR terlebih dahulu.
Pemerintah menghormati keputusan ini. Sekarang masih
dalam pembahasan internal pemerintah, untuk menetapkan
langkah selanjutnya.

INTEGRITAS - Juli 2013

65

BIROKRASI

TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG


DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
Mengingat pentingnya pengelolaan kekayaan negara,
pemerintah memandang perlu membentuk unit yang
bertanggung jawab mengelola kekayaan negara. Dengan
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2006 tentang
Perubahan Keempat Perpres Nomor 10 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik
Indonesia, dibentuk Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN), yang merupakan merger dari fungsi pengelolaan
kekayaan negara pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(DJPB) dan fungsi piutang negara dan lelang pada Direktorat
Jenderal Piutang dan Lelang (DJPLN).
Unit baru tersebut mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
kekayaan negara, piutang negara, dan lelang.
Tidak cukup hanya dengan membentuk DJKN, sebagai
unit pengelolaan Negara, Kementerian Keuangan juga
menetapkan fungsi kekayaan negara sebagai fungsi yang
sejajar dengan fungsi keuangan negara dalam visi dan misi
Kementerian Keuangan.
Pengelolaan kekayaan negara yang telah dilakukan oleh DJKN
telah memberikan dampak positif, baik bagi pengamanan
aset negara maupun penerimaan negara, antara lain:
a. Peningkatan nilai barang milik negara mengalami
peningkatan yang sangat signifikan dari Rp 237,78
triliun per 31 Desember 2005 menjadi Rp 2.011 triliun
per 31 Desember 2012. Peningkatan aset tersebut
mengindikasikan bahwa upaya Pemerintah dalam
peningkatan akuntabilitas pengelolaan BMN terus
membaik;
b. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi melalui
pemanfaatan, penetapan status BMN, sewa, underlying
asset SBSN, penyertaan modal negara dan hibah terus
mengalami kenaikan. Pada tahun 2010 nilai kekayaan
negara yang diutilisasi sebesar Rp 52,69 triliun, tahun
2011 sebesar Rp 102,45 triliun, dan tahun 2012 sebesar
Rp 103,31 triliun;
c. Pelaksanaan inventarisasi dan penilaian aset yang berasal
dari 78 Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas
Bumi (KKKS Migas) berhasil menghimpun nilai wajar aset
sebesar Rp183 triliun.
d. Akuntabilitas dalam penatausahaan dan pengelolaan

66

INTEGRITAS - Juli 2013

investasi pemerintah sejak tahun 2009 s.d. tahun 2012


memperoleh hasil yang baik, hal ini ditandai dengan
penilaian BPK atas Laporan Keuangan BA-999.03 dengan
opini Wajar Tanpa Pengecualian;
e. Total kepemilikan pemerintah pada BUMN dan PT lainnya
sebesar Rp 583,9 triliun sedangkan total aset BUMN
sebesar Rp2.986 triliun. Selanjutnya, pada tahun 2012
telah dilakukan pemberian PMN pada BUMN sebesar Rp
7.600 miliar berupa fresh money, Rp 7.650 miliar konversi
aset yang berasal dari Bantuan Pemerintah yang Belum
Ditetapkan Statusnya (BPYBDS), dan Rp 97,95 miliar dari
pengalihan BMN;
f. Hasil pengelolaan aset yang berasal dari aset eks. BPPN,
eks kelolaan PT PPA dan eks BDL sebagai penerimaan
pembiayaan dalam negeri yang telah disetorkan kepada
negara sejak tahun 2007 hingga Mei 2013 sebesar Rp
5,19 triliun. Hasil tersebut diperoleh dari penagihan
terhadap aset kredit, penjualan aset properti dan aset
saham, pemanfaatan aset properti, penetapan status
penggunaan kepada K/L, dan pelepasan hak dengan
pembayaran kompensasi terhadap aset kredit yang
dipergunakan untuk kepentingan umum;
g. Outstanding piutang negara pasca-putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011 difokuskan pada
piutang negara pada instansi pemerintah dan lembaga
negara dengan Berkas Kasus Piutang Negara (BKPN)
sejumlah 27.617 BKPN senilai Rp 49,23 triliun, dengan
kondisi 6.737 berkas (24%) didukung dengan barang
jaminan dengan nilai Rp1,84 triliun dan sebanyak 20.880
berkas (76%) tidak didukung dengan barang jaminan.
Hasil pengurusan piutang negara berupa piutang negara
yang dapat Diselesaikan (PNDS) tahun 2012 sebesar
Rp1.122 miliar, serta pencapaian PNBP berupa biaya
administarasi pengurusan piutang negara tahun 2012
sebesar Rp 47,4 miliar.
h. Kinerja di bidang pelayanan lelang menunjukkan
kenaikan, baik dari frekuensi lelang maupun hasil lelang.
Realisasi frekuensi lelang pada tahun 2012 sebanyak
38.392 frekuensi (naik 7,6% dari realisasi tahun 2011),
realisasi pokok lelang sebesar Rp 9,27 triliun (naik 23,93%
dari realisasi tahun 2011) dan realisasi PNBP berupa bea
lelang sebesar 132 miliar (naik 28,4% dari tahun realisasi
2011).

tentang Tata Cara Pelaksanaan


Penggunaan,
Pemanfaatan,
Penghapusan,
dan
Pemindahtanganan BMN, dan
Keputusan Menteri Keuangan
tentang Pedoman Pelaksanaan
Tindak Lanjut Hasil Penertiban
BMN
Pada
Kementerian
Negara/Lembaga.
Kendala
yang
dihadapi
diantaranya berupa upaya
penyelesaian/ hukum cukup
memakan waktu yang lama
dan biaya yang tidak sedikit.
Namun, DJKN selaku pengelola
barang bersama kementerian/
lembaga selaku pengguna
barang terus berusaha untuk
menyelesaikan permasalahanpermasalahan tersebut.

Memberi arahan kepada anak buahnya

Bagaimanakah penataan organisasi di lingkungan kerja


DJKN?
Memperhatikan tugas dan fungsi DJKN, core business DJKN
terdiri dari kekayaan negara (barang milik negara; kekayaan
negara dipisahkan/investasi pemerintah; kekayaan negara
lain-lain; dan penilaian), piutang negara, dan lelang.
Mengingat cakupan core bussines DJKN yang sangat luas,
kompleks, dan beragam, dan potensi risiko yang ada, tentunya
berimplikasi pada kapasitas organisasi pengelola kekayaan
negara. Untuk itu, perlu didukung dengan kapasitas/struktur
organisasi yang efektif guna mendukung pelaksanaan core
business tersebut.

Apa kendala yang dihadapi dalam penyelesaian barang


milik negara (BMN) yang bermasalah?
Berdasarkan Keppres nomor 17 tahun 2007 tentang Tim
Penertiban BMN sebagaimana telah diubah dengan Keppres
Nomor 13 Tahun 2009, DJKN telah melakukan inventarisasi
dan penilaian (IP) BMN. Dari hasil IP tersebut antara lain
dapat dipetakan permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan BMN antara lain BMN yang dikuasai oleh pihak
lain dan BMN yang terdapat sengketa hukum.
Untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut,
DJKN selaku Pengelola Barang telah melakukan upaya-upaya
penyelesaian sesuai dengan PMK nomor 96/PMK.06/2007

Bagaimana perkembangan
pengurusan piutang
negara? Seperti apa kendala
yang ditemukan dalam
pelaksanaannya?

Piutang negara yang diurus oleh DJKN secara umum dapat


dibagi menjadi dua yaitu piutang negara yang berasal dari
penyerahan kementerian negara/lembaga dan penyerahan
yang berasal dari BUMN (perbankan dan nonperbankan).
Sejalan dengan perkembangan yang ada, sejak adanya Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 77/PUU-IX/2011 tanggal
25 September 2012, khusus pengurusan piutang negara
yang berasal dari penyerahan BUMN, untuk sementara ini
dihentikan pengurusannya menunggu perkembangan lebih
lanjut dari pembahasan perubahan UU 49 Prp Tahun 1960
tentang Panitia Urusan Piutang Negara. Dengan demikian,
piutang negara yang diurus oleh DJKN saat ini adalah yang
berasal dari kementerian negara/lembaga saja.
Piutang negara yang berasal dari penyerahan kementerian
negara/lembaga secara garis besar dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis, yaitu piutang negara yang berasal dari
penyerahan Kemenkeu (eks BPPN, PPA, dan BDL), piutang
kredit program, dan piutang PNBP. Dalam pelaksanaannya,
kendala yang dihadapi dalam mengurus piutang negara
yang berasal dari penyerahan Kemenkeu di antaranya adalah
debitor sudah tidak diketahui keberadaannya, sulit dicari,
tidak kooperatif, dan jumlah utang masing-masing debitor
cukup besar. Sedangkan untuk jenis piutang kredit program
dan piutang PNBP, kendala yang dihadapi adalah debitor
sudah menghilang/sulit dicari, debitor ada yang berasal dari
masyarakat kurang mampu dengan jumlah utang masingmasing debitor relatif kecil.

INTEGRITAS - Juli 2013

67

PUPN dibentuk untuk membantu melakukan pengurusan


piutang negara yang berasal dari piutang instansi pemerintah,
atau badan yang dikuasai negara. PUPN anggotanya ada dari
Kemenkeu, kejaksaan, dan kepolisian. PUPN diperlukan untuk
penagihan secara aktif piutang negara. Secara struktural,
pengurusan PN dikelola oleh KPKNL. Fungsi PUPN terefleksi
pada kepala KPKNL. Apabila ada kasus yang memerlukan
pertimbangan mendalam, bisa minta pandangan dari anggota
di luar kementerian keuangan, misalnya dari kejaksaan/
kepolisian. Penagihan piutang negara reguler tidak harus
selalu dengan seluruh anggota PUPN, tetapi melakukan
koordinasi secara memadai.

Jasa pralelang dan pascalelang untuk semua jenis


lelang (lelang eksekusi, lelang non-eksekusi wajib, dan
lelang non-eksekusi sukarela) (Pasal 16 PMK No. 176/
PMK.06/2010 tentang Balai Lelang)

a)

pokok lelang: Rp 5,08 triliun (dari Rp3,10 triliun di


tahun 2010)

Bagaimana perkembangan kinerja pelayanan lelang DJKN


dan balai lelang (BL)? Seperti apa kendala yang ditemukan
dalam pelaksanaannya?

b)

bea lelang 2012: Rp 21.47 miliar (dari Rp11,51 miliar


di tahun 2011)

Terdapat dua jenis pelayanan lelang, yaitu lelang eksekusi


dan non-eksekusi yang terdiri dari lelang non-eksekusi wajib
dan non-eksekusi sukarela. Sukarela bisa dari BUMN atau
masyarakat umum. Ada juga lelang wajib non-eksekusi.
Respons publik terhadap kinerja lelang baik. Hal ini
ditunjukkan dari statistik yang terus meningkat.
DJKN juga terus melaksanakan perbaikan pelayanan lelang.
Di antaranya penyederhanaan risalah lelang. Ada juga lelang
melalui internet (masih dalam pengembangan), dan lelang
melaui e-mail. DJKN terus mengkampanyekan pemanfaatan
lelang untuk bertransaksi (sales means auction).
Tidak selalu pelaksanaan lelang berjalan mulus, beberapa
menjadi perkara di pengadilan. DJKN yakin bahwa proses
pelayanan lelang dilaksanakan dengan benar dan berdasarkan
SOP. Dari statistik, perkara yang ditangani DJKN relatif
menang terus, angka sekitar 95 persen. Hal ini menunjukkan
kualitas guguatan perkara dari penggugat kurang baik.
Secara umum, kekurangan pelayanan DJKN selalu diupayakan
untuk ditingkatkan. Misalnya, melalui monitoring dan evaluasi
dari seluruh pelaksanaan tugas dan fungsi. DJKN selalu
berpegang teguh pada nilai-nilai Kementerian Keuangan,
yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan
kesempurnaan.
Peran BL terkait dengan pra lelang wajib/eksekusi dan
pelaksanaan lelang sukarela melalui Pejabat Lelang Kelas I di
KPKNL dan Pejabat Lelang II:
Selaku kuasa pemilik barang, dapat bertindak sebagai
pemohon lelang atau penjual untuk jenis lelang noneksekusi sukarela yang meliputi barang milik BUMN/D
berbentuk persero, lelang harta milik bank dalam likuidasi
(kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan), lelang barang milik perwakilan negara
asing, dan lelang barang milik swasta, perorangan, atau
badan hukum/badan usaha (pasal 15 PMK No. 176/
PMK.06/2010 tentang Balai Lelang).

68

INTEGRITAS - Juli 2013

Perkembangan BL:
- Jumlah (2013): 83 BL (dari 80 BL di tahun 2011)
- Realisasi 2012 :

Pemberian penghargaan untuk BL yang berprestasi di tahun


2012, dengan kategori:
a)

Diversifikasi Objek Lelang Terbanyak (PT Triagung


Lumintu);

b)

Sistem Manajemen Mutu Terbaik ISO 9001:2008 (PT


BL Artha); dan

c)

Tingkat Kepatuhan Terbaik (PT BL Astria).

Kendala dalam pelaksanaan:


Keengganan masyarakat untuk beralih dari transaksi jual
beli pada umumnya ke transaksi lelang karena belum
memahami mekanisme transaksi melalui lelang;
Penggalian potensi lelang dengan melakukan sosialisasi
lelang kepada masyarakat telah dilakukan, tetapi
frekuensinya masih kurang.
Bagaimana proses penanganan perkara yang dilakukan di
DJKN? Adakah peraturan perundangan yang menghambat
kinerja DJKN secara keseluruhan?
DJKN telah menyiapkan unit-unit organisasi untuk melakukan
penanganan perkara, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Di tingkat pusat, penanganan perkara dilaksanakan pada
Subdirektorat Bantuan Hukum, Direktorat Hukum dan
Hubungan Masyarakat. Di tingkat kantor wilayah, hal ini
dilaksanakan oleh bidang kepatuhan internal, hukum, dan
informasi. Di tingkat kantor pelayanan (KPKNL), hal ini
dilakukan oleh seksi hukum dan informasi. Dalam praktiknya,
ketiganya selalu bersinergi.
Dalam melaksanakan penanganan perkara, DJKN selalu
berkoordinasi dengan Biro Bantuan Hukum, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan. Koordinasi tersebut antara
lain: Biro Bankum menjadi leader pada perkara tertentu
seperti perkara perdata yang mengandung tuntutan ganti
rugi (TGR) dan perkara yang terkait dengan aset eks Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), eks kelolaan PT
Perusahaan Pengelola Aset (PPA), dan eks Bank Dalam

Likuidasi (BDL).
Perkara yang penanganannya dilaksanakan sendiri oleh DJKN
antara lain: perkara lelang, perkara Panitia Urusan Piutang
Negara (PUPN), perkara BMN, perkara Aset Bekas Milik
Asing/Cina (ABMAC), dan perkara Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS).
Dengan semakin meningkatnya volume dan kompleksitas
perkara, DJKN berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia penangan perkara
melalui diklat, workshop, maupun capacity building, serta
peningkatan fasilitas penunjang seperti penyusunan Sistem
Informasi Bantuan Hukum (Sibankum).
Terkait peraturan perundangan yang menghambat kinerja
DJKN, sejauh ini tidak ada peraturan perundangan yang
diterbitkan atas prakarsa DJKN yang menghambat kinerja.
Hal ini dikarenakan dalam proses penerbitannya, peraturan
tersebut telah diharmonisasi dan disinkronisasi dengan
peraturan terkait bersama-sama dengan direktorat teknis
dan instansi terkait. Setelah peraturan perundangan tersebut
diterbitkan, DJKN terus mengevaluasi implementasinya di
lapangan.
Untuk peraturan perundangan di instansi lain yang terkait
dengan tugas dan fungsi DJKN, sejauh ini tidak ada yang
menghambat kinerja DJKN. Hal ini karena dalam menjalankan
tugas dan fungsi, DJKN selalu memegang teguh peraturan
perundangan yang berlaku. Kalaupun terdapat benturan,
DJKN selalu menyelesaikan melalui koordinasi yang efektif
dengan instansi terkait. Pada intinya, peraturan perundangan
dibuat untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi serta
kinerja harus terus ditingkatkan dalam koridor hukum yang
berlaku.
Bagaimana kualitas SDM DJKN? Upaya apa yang dilakukan
dalam rangka meningkatkan kualitas SDM DJKN?
Untuk mendukung tugas dan fungsi, DJKN memiliki pegawai
dengan backgroud pendidikan sebagai berikut: untuk pegawai
lulusan Diploma 1 STAN dan SMA berjumlah 916 pegawai,
pegawai lulusan Diploma 3 STAN berjumlah 679, untuk
pegawai lulusan Diploma IV STAN atau PTN/PTS terbaik di
Indonesia berjumlah 292, pegawai yang telah menyelesaikan
program S-2 dan S-3 baik dalam negeri maupun luar negeri
masing-masing berjumlah 292 orang dan 6 orang.
Selain itu, pegawai DJKN yang sudah dibekali dengan keahlian
dalam bidang kerjanya antara lain pejabat lelang berjumlah
563 orang, juru sita 538 orang, penilai 1.277 orang, dan
pemeriksa sebanyak 322 orang.
Upaya yang dilakukan DJKN dalam rangka meningkatkan
kualitas SDM antara lain setiap tahun dilakukan capacity
building secara terpogram, yang rata-rata dalam satu
tahun DJKN menyelenggarakan lebih dari 100 diklat serta
memberikan kesempatan pegawai untuk mengikuti program

beasiswa untuk program D IV STAN, S-2, maupun S-3, baik


dalam negeri maupun luar negeri.
DJKN merupakan direktorat jenderal yang mengurusi aset
dan kekayaan negara, bagaimana mensinergikan aset yang
ada dengan lembaga negara yang lain?
DJKN merupakan unit eselon I di bawah Kementerian
Keuangan. DJKN bertanggung jawab dalam pengelolaan
barang milik negara (BMN). BMN adalah setiap barang
yang diperoleh dari APBN atau perolehan lain yang sah.
Kementerian dan lembaga (KL) menganggarkan belanja
modal untuk dibelanjakan menjadi BMN. Ada sekitar 78 KL
dan 27.000 satuan kerja di seluruh Indonesia. KL bertindak
sebagai pengguna barang, memelihara, melaporkan, dan
menatausahakan BMN, sedangkan DJKN sebagai pengelola.
Program pengelolaan BMN adalah 3T (tertib fisik, tertib
administrasi, dan tertib hukum). KL selaku pengguna barang
wajib menjaga 3T ini. Misalnya, apabila ada aset di pihak
III, KL harus segera mengurus. Contoh lain adalah upaya
sertifikasi aset tanah pemerintah yang sekrang sedang
berjalan prosesnya. SIMAK BMN sebagai alat bantu dalam
penatausahaan BMN harus selalu di-update dan dikoreksi.
Pengelolaan BMN ini harus transparan, akuntabel, dan
optimal. Optimal dalam artian memenuhi prinsip the highest
and best-use.
DJKN ingin memastikan KL menggunakan BMN untuk
meningkatkan kualitas pelayanan publik. DJKN juga
memastikan utilisasi BMN berjalan dengan optimal. Salah
satu upaya yang dilakukan DJKN adalah melalui penetapan
status penggunaan BMN. Dari waktu ke waktu, data status
penggunaan meningkat. Target tahun ini, penetapan
mencapai Rp 105 triliun. Selama hampir tiga tahun terakhir,
penetapan bernilai lebih dari Rp 360 triliun. Sebagai
perbandingan, nilai aset tetap di LKPP 2012 sekitar Rp 2.011
triliun.
Sejauh mana keterkaitan tugas dan fungsi DJKN dengan
penanganan aset di luar negeri?
Jika aset ada di luar negeri dan terkait tindak pidana, maka
diselesaikan melalui mekanisme yang ada sesuai kewenangan
enforcement authority. Apabila aset berupa aset fisik di luar
negeri disita, maka harus dijual dan fisiknya masuk kekayaan
negara. Pengelolaan aset yang sudah dirampas menjadi milik
negara harus dijual melalui lelang dan hasilnya masuk kas
negara. Sedangkan aset/BMN yang digunakan Kementerian
Luar Negeri, tentu dimanfaatkan oleh Kementerian Luar
Negeri sebagai KL (pengguna barang).
Apakah pelaksanaan optimalisasi aset dan kekayaan negara
sudah sesuai dengan yang diharapkan?
Nilai kekayaan negara yang diutilisasi melalui pemanfaatan,
penetapan status BMN, sewa, dan lain-lain dari tahun 2010
hingga 2012 mengalami peningkatan. Namun, sampai

INTEGRITAS - Juli 2013

69

saat ini belum semua kementerian dan lembaga dapat


mengoptimalkan BMN dalam penguasaannya, khususnya
untuk BMN dengan status idle (belum digunakan untuk tugas
dan fungsi), karena masih relatif banyak kementerian dan
lembaga yang memiliki aset berupa tanah dan/atau bangunan
yang belum dimanfaatkan. Selama aset tersebut belum
digunakan untuk pelaksanaan tugas dan fungsi, seyogianya
kementerian dan lembaga dapat memanfaatkannya
antara lain dengan melalui mekanisme sewa, kerja sama
pemanfaatan (KSP), atau bangun guna serah/bangun serah
guna (BGS/BSG). Jika kementerian dan lembaga tidak
mempunyai rencana menggunakan atau memanfaatkan BMN
idle, maka aset tersebut dapat diserahkan kepada pengelola
barang untuk ditetapkan statusnya pada kementerian dan
lembaga lain yang memerlukan atau dilakukan pemanfaatan
oleh pengelola barang untuk mendapatkan PNBP sesuai
ketentuan yang berlaku.
Terkait dengan pengelolaan BMN idle, pengelola barang
telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
250/PMK.06/2011 tentang Tata Cara Pengelolaan BMN yang
Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas dan Fungsi
Kementerian/Lembaga.
Apakah diperlukan renegosiasi terhadap kontrak-kontrak
terkait dengan aset dan kekayaan negara?
Kontrak-kontrak terkait aset negara yang telah dilaksanakan
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah tetap
perlu dievaluasi kembali. Bila perlu, dilakukan renegoisasi
kontrak terutama terkait dengan pemanfaatan BMN. Dalam
hal ini, apabila ada kontribusi ke negara, agar besarannya
disesuaikan dengan peraturan/ketentuan yang berlaku
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan,
dan Pemindahtanganan BMN.
Untuk aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) tidak perlu
direnegosiasi karena dalam kontrak bagi hasil (production
sharing contract) telah dinyatakan sebagai BMN.
Apakah yang menjadi tantangan dan harapan untuk DJKN
ke Depan?

Saat wawancara dengan INTEGRITAS

tertib administrasi, dan tertib hukum). harus terus dibangun.


Mengelola barang dan uang berbeda bagi mereka. DJKN akan
terus mensosialisasikan pentingnya pengelolaan barang.
Kelak dengan sistem teknologi dan informasi yang baik, KL
sudah semakin peduli arti penting pengelolaan kekayaan
negara dan semakin mudah.
Ketiga, saat ini sedang disusun RUU pengelolaan kekayaan
negara. Hal ini sangat startegis bagi pengelolaan kekayaan
negara ke depan. Dari pengelolaan BMN, sumber daya alam
yang dikuasai, sampai kekayaan negara yang dipisahkan
berupa investasi atau penyertaan modal negara. Dari aspek
organisasi, akan diperkuat sarana, inftrasutuktur, dan SDM.
Apabila hal ini bisa dilaksanakan maka pengelolaan kekayaan
negara akan lebih baik lagi.
Tantangan Dalam Pengelolaan BMN
Tantangan dalam pengelolaan BMN adalah dalam
penyertifikatan barang milik negara berupa tanah. Di
antaranya:
a. belum diperoleh data yang valid tentang sebaran bidang
tanah yang memenuhi syarat untuk disertifikatkan (free
and clear) maupun yang belum memenuhi syarat, seperti
tanah yang bersengketa;

Pertama, fungsi ideal dari pengelola BMN masih merupakan


tantangan karena sebagai pengelola, diperlukan adanya
integrasi sistem pengelolaan BMN dan sistem anggaran
sebagai updaya pencapaian pengelolaan kekayaan negara
yang lebih efisien, efektif, dan optimal. Implementasinya,
koordinasi antara DJKN, Direktorat Jenderal Anggaran,
Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan KL menjadi kunci
keberhasilan.

b. jumlah bidang tanah yang sangat banyak, diidentifikasikan


mencapai 92.000 bidang tanah;

Kedua, KL diharapkan dapat membangun kepedulian pada


pengelolaan BMN dalam penguasaannya, 3T (tertib fisik,

a. BUMN memiliki permasalahan dan kondisi yang berbedabeda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda-

70

INTEGRITAS - Juli 2013

c. terdapat bidang tanah yang statusnya dalam sengketa


sehingga dibutuhkan waktu dan upaya penyelesaian agar
bidang tanah tersebut memenuhi kualifikasi clear and
clean untuk dapat disertifikatkan.
Tantangan Dalam Pengelolaan KND

beda pula. Untuk itu diperlukan kejelian dalam penelitian


dan pemilihan opsi-opsi yang paling optimal bagi
penatausahaan BUMN terkait. Diantara BUMN-BUMN
yang ditangani oleh DJKN, masih terdapat BUMN dengan
kondisi keuangan yang memprihatinkan (mengalami
financial distress) sehingga memerlukan upaya-upaya
penyehatan guna keberlangsungan kinerja perusahaan
terkait. Mengingat pola kinerja BUMN yang menganut
pada mekanisme korporasi, maka proses pengambilan
keputusan terhadap permasalahan terkait BUMN perlu
dilakukan dalam waktu yang cepat guna mengimbangi
ritme usaha BUMN tersebut dan tidak menghambat
proses kinerja BUMN terkait.
b. Belum mencukupinya tenaga ahli khusus yang bertugas
melakukan penelaahan maupun kajian atas laporan
keuangan maupun business plan BUMN, mengakibatkan
pegawai di DJKN dituntut memiliki kemampuan finansial
dalam melakukan kajian dan menyusun telaahan atas
Laporan Keuangan dan business plan yang disampaikan
oleh BUMN.
Tantangan dalam Penilaian Kekayaan Negara
Harapan dari para pemangku kepentingan dan masyarakat
luas terhadap penilai pemerintah merupakan tantangan
yang harus terus disiasati dengan strategi yang tepat. Adanya
ukuran kinerja yang transparan dan akuntabel pada setiap
organisasi kian memudahkan masyarakat untuk menilai
kinerja organisasi. Demikian juga dengan DJKN c.q. Direktorat
Penilaian, sebagai organisasi publik, DJKN dituntut untuk
memenuhi standar kinerja minimal kepada publik. Dengan
terpenuhinya Standar Kinerja Minimal, DJKN akan terus
diapresiasi oleh pemangku kepentingan dan masyarakat luas
dan demikian juga sebaliknya.
Tantangan Dalam Pengurusan Piutang Negara
Sebagian besar piutang K/L tidak didukung oleh barang
jaminan.Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi DJKN
untuk lebih fokus dan giat dalam mencari informasi harta
kekayaan lain milik debitor (asset tracing). Hal ini sesuai
dengan program aksi percepatan penyelesaian pengurusan
piutang negara yang menjadi program DJKN sampai tahun
2014.
Tantangan Dalam Pelayanan Lelang
a. Kendala pembeli lelang dalam menguasai objek yang dibeli
melalui lelang karena wewenang untuk pengosongan
obyek lelang ada pada pengadilan.
b. Terdapat aturan di bidang pertanahan yang mewajibkan
adanya Surat Keterangan Tanah (SKT) di setiap
pelaksanaan lelang, hal ini membebani pihak penjual
dalam hal SKT tidak terbit yang berakibat lelang tidak
dapat dilaksanakan.

c. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui


keberadaan Pejabat Lelang Kelas II yang dapat
melaksanakan lelang sukarela.
d. Minat masyarakat untuk menjual barang milik
perseorangan melalui lelang masih relatif rendah.
Terakhir, kami selaku pribadi dan pimpinan DJKN, berpesan
kepada semuanya untuk selalu memberikan added value
dimanapun kita berada. Kami berprinsip: small change, big
impact. Perubahan sedikit namun terus menerus, pasti akan
bermakna besar.
Bagaimana sikap Dirjen KN terhadap masuknya era
perdagangan bebas AFTA (Asean Free Trade Area) dan WTO
(World Trade Organization) ke Indonesia?
Sumber Daya Manusia SDM sangat penting dalam memastikan
kinerja organisasi yang baik dan produktif. Program capacity
building selalu dilaksanakan oleh DJKN. Walaupun AFTA
tidak terkait langsung dengan tugas dan fungsi DJKN, kami
melihat secara utuh Indonesia harus siap menghadapinya
karena menyangkut produk-produk Indonesia yang harus
mampu bersaing dengan produk impor.
Jika masih karut-marut, akan berdampak tidak kompetitifnya
ekonomi Indonesia dan Pasar Indonesia hanya akan menjadi
penetrasi produk dari negara lain.
DJKN sebagai pengelola barang tentu melakukan upaya
capacity building untuk mendukung kesiapan ini. Dalam
visi misi kemenkeu, yaitu menjadi pengelola keuangan
dan kekayaan negara yang terbaik di regional, Pemerintah
harus mampu bersaing dengan ekonomi regional. Ekonomi
Indonesia, dari segi GDP, merupakan ekonomi terbesar di
ASEAN. Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN
yang jadi anggota G20. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
bagus. SDM dan infrastruktur serta kebijakan ekonomi yang
kondusif untuk memastikan sektor riil, jasa, dan keuangan
akan mampu merespon tantangan AFTA.
Apabila AFTA dikaitkan dengan lelang, dengan berlakunya
AFTA, maka hambatan/barriers lalu lintas barang sudah tidak
ada lagi. Hal ini membutuhkan kesiapan yang sangat luas.
Lelang merupakan salah satu yang harus dijaga governancenya. Barang lelang harus dipastikan, ini barang dari mana?
Harus dilelang seperti apa? Uang pembeliannya dari mana?
Harus jelas sumber-sumbernya.
Terkait open sky policy, semua penerbangan internasional
praktis bisa masuk Indonesia, oleh karena itu infrastruktur
harus siap, perusahaan penerbangan domestik juga harus
siap. Infrastruktur sangat penting bagi konektivitas seluruh
kawasan Indonesia dan juga untuk kelancaran arus barang
dan jasa, sehingga dapat menjaga momentum pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Tem Redaksi

INTEGRITAS - Juli 2013

71

Anda mungkin juga menyukai