Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Teori Umum

II.1.1 Pengertian Serbuk


a. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar
(Dirjen POM, 1979).
b. Serbuk adalah campuran obat dan atau bahan kimia yang halus terbagibagi dalam bentuk kering (Ansel, 2008).
c. Serbuk adalah sediaan obat dengan partikel halus dan kering yang
digunakan secara dalam maupun luar (Bachenheimer, 2011).
d. Serbuk dapat dideskripsikan sebagai partikel halus yang merupakan hasil
dari penghalusan zat-zat kering (Pulungan, 2004).
e. Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan
(Cahyadi, 2008).
f. Serbuk adalah sediaan yang penggunaannya dalam maupun luar, ketika
digunakan pada penggunaan dalam, serbuk berbentuk ruahan, mudah
larut, dan serbuk terbagi. Sedangkan pada penggunaan luar, serbuk dibuat
dalam bentuk dusting powder (Durgin dan Hanan, 2005).
II.1.2 Ukuran Partikel
Bentuk serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga
lebih mudah larut dan lebih mudah terdispersi daripada bentuk sediaan
padatan lainnya seperti kapsul, tablet, dan pil. Ukuran partikel dari serbuk
obat mungkin berbentuk sangat kasar dengan ukuran 10.000 mikron atau 10
milimikron atau mungkin juga sangat halus mencapai ukuran koloidal 1
mikron atau lebih kecil (Ansel, 2008).
Serbuk adalah timbunan partikel-partikel padat di udara kering. Masingmasing partikel berbeda dalam bentuk, ukuran dan massanya serta satu sama
lainnya bersentuhan dalam timbunan serbuk. Bentuknya tergantung dari cara
pembuatan dan cara penghancurannya. Partikel serbuk yang secara random
memiliki ukuran maksimal tidak melebihi 1 mm, merupakan satuan bahan
dalam ruang dari kondisi agregat padat.

Untuk membuat serbuk mikro, yang diartikan sebagai serbuk yang


dimikronisasi dengan ukuran partikel rata-rata < 10 mm, dilakukan dengan
menggunakan penggiling udara kencang, yang disebut mikroniser (Syamsuni,
2006).
II.1.3 Derajat Kehalusan
Macam-macam derajat kehalusan serbuk sebagai berikut (Ansel, 2008):
a. Very coarse powder (serbuk sangat kasar atau No. 8) semua partikel
serbuk dapat melewati lubang ayakan No. 8 dan tidak lebih dari 20 %
melewati lubang ayakan No. 60.
b. Coarse powder (serbuk kasar atau No. 20) semua partikel serbuk dapat
melewati lubang ayakan No. 20 dan tidak lebih dari 40 % yang melewati
lubang ayakan No. 60.
c. Moderately coarse powder (serbuk cukup kasar atau No. 40) semua
partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan No. 40 dan tidak lebih dari
40 % yang melewati lubang ayakan No.80.
d. Fine powder (serbuk halus atau No. 60) semua partikel serbuk dapat
melewati lubang ayakan No. 60 dan tidak lebih dari 40 % yang melewati
lubang ayakan No.100.
e. Very fine powder (serbuk sangat halus atau No. 80) semua partikel serbuk
dapat melewati lubang ayakan No. 80 dan tidak ada limitasi bagi yang
lebih halus
II.1.4 Keuntungan dan Kerugian Serbuk
a.

Keuntungan serbuk
Keuntungan serbuk adalah sebagai berikut (Ansel, 2008):
1. Sediaan padat pada umumnya lebih stabil daripada bentuk cair,
sehingga bentuk sediaan padat lebih cocok untuk obat-obat yang
kurang stabil.
2. Serbuk kering yang dipakai melalui mulut dan diminum (biasanya
setelah dicampur dengan air) kurang begitu umum dibandingkan
dengan kapsul atau tablet, tetapi disenangi oleh sebagian pasien yang
tidak sanggup menelan obat dengan bentuk sediaan pada lainnya.
Keuntungan serbuk adalah sebagai berikut (Ansel, 2008):

1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang
dipadatkan.
2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet
lebih mudah menggunakan obat dalam bentuk serbuk.
3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak
ditemukan dalam sediaan serbuk.
4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan dapat dibuat
dalam bentuk serbuk.
5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul
dapat dibuat dalam bentuk serbuk.
6. Dokter lebih leluasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan
keadaan penderita.
b. Kerugian serbuk
Kerugian serbuk adalah sebagai berikut (Ansel, 2008):
1. Kekurangan serbuk sebagai bentuk sediaan, termasuk keengganan
meminum obat yang pahit atau rasa yang tidak enak, kesulitan
menahan terurainya bahan-bahan higroskopis, mudah mencair atau
menguap yang dikandungnya dan waktu serta biaya yang dibutuhkan
pada pengolahan dan pembungkusnya dalam keseragaman dosis
tunggal.
2. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, serbuk harus merupakan
adonan yang homogen dari seluruh komponennya dan harus
sempurna ukuran partikelnya.
Kerugian serbuk adalah sebagai berikut (Ansel, 2008)
1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak.
2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.

II.I.5 Karakteristik serbuk yang baik


Secara umum karakteristik serbuk yang baik adalah sebagai berikut
(Voight, 1995):
a. Kering
b. Halus
c. Homogen

d. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau


keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang
berlaku untuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras, narkotik,
dan psikotropik.
II.I.6 Pembagian Serbuk
a.

Pembagian serbuk adalah sebagai berikut (Martin, 1971):


1) Serbuk oral dapat diberikan dalam bentuk terbagi (pulveres/devided
powder/chartulae) atau tak terbagi (pulvis/bulk powder). Umumnya
serbuk terbagi dibungkus dengan kertas perkamen dan untuk lebih
melindungi dari pengaruh lingkungan, serbuk ini dapat dilapisi dengan
kertas selofan atau sampul polietilena.
2) Pulvis adalah serbuk yang tidak terbagi-bagi dan dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis antara lain:
a. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan
untuk penggunaan topikal, dapat dikemas dalam wadah yang
bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan
pada kulit.
b. Pulvis dentrificus (serbuk gigi), biasanya mengandung carmin
sebagai pewarna yang dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform
atau etanol 90 %.
c. Pulvis stemototarius (serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap
dihidung. Oleh karena itu, serbuk harus halus sekali.
d. Serbuk effervescent, serbuk biasanya yang sebelum diminum
dilarutkan dahulu dalam air dingin atau air hangat, serbuk ini
mengeluarkan gas Co2 yang kemudian membentuk larutan jernih.
Serbuk ini merupakan campuran antara senyawa asam (asam sitrat,

b.

asam tartrat) dan basa (Na-bikarbonat, Na-karbonat).


Pembagian serbuk adalah sebagai berikut (Ansel, 2008):
Tergantung pemakaiannya serbuk dibungkus dan diedarkan oleh
ahli farmasi dalam 2 cara umum, dalam serbuk dengan jumlah besar yang
tidak terbagi-bagi atau sebagai serbuk yang tertbagi-bagi.

1)

Serbuk curah

Setelah pengolahan campuran serbuk, seorang ahli farmasi dapat


menyimpannya dalam wadah curah baik untuk pemakaian internal
atau eksternal. Diantara serbuk yang biasa disimpan dengan cara ini:
a. Serbuk antasid dan laksatif yang umumnya dipakai oleh pasien
dengan cara mencampurkan sejumlah tertentu (biasanya sesendok
teh) dalam sejumlah air tau minuman lainnya dan ditelan.
b. Serbuk untuk disemprotkan umumnya dilarutkan dalam air hangat
oleh pasien untuk dipakai melalui rahim (vagina).
c. Serbuk yang mengandung obat dan yang tidak untuk pemakaian
luar (eksternal) yang penggunaannya menjadi aman dikulit
diberikan dalam kaleng berlubang-lubang.
d. Serbuk untuk tapal gigi atau pembersih gigi yang dipakai pada
kesehatan gigi.
e. Serbuk untuk gigi palsu sebagian digunakan sebagai tapal gigi dan
lainnya sebagai perekat untuk menahan gigi palsu pada tempatnya.
f. Serbuk terbagi-bagi (latin: Chartulae, jamak). Setelah serbuk
dicampurkan (diaduk) sepenuhnya dengan memakai metode
pengenceran geometri untuk bahan-bahan potensial. Serbuk ini
dibagi-bagi kedalam unit-unit tersendiri sesuai dengan dosis yang
akan ditata atau kedalam jumlah untuk sekali pakai (minum),
masinag-masing bagian serbuk tadi ditempatkan diatas sepotong
c.

kertas kecil yang kemudian dilipat sebagai pembungkus obat.


Pembagian serbuk adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006):
Permintaan pasien atau resep dokter untuk dosis, serbuk dibagi kedalam
2 kategori umum, serbuk bagi dan serbuk tak terbagi.
1) Serbuk bagi atau chartulae dapat disediakan dalam bentuk dosis
tunggal dari campuran serbuk obat yang dibungkus dalam kertas,
kertas kaca, atau pembungkus kertas metalic dan kemasan yang
sesuai.
2) Serbuk tak terbagi terdiri atas serbuk sangat halus, aerosol, serbuk
gigi, antasida, laksatif, suplemen untuk diet atau dalam pembuatan

obat semprot.
d. Pembagian serbuk adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006):

1) Serbuk tabur dibatasi pada serbuk yang tidak keras dapat digunakan
secara aman oleh pasien antasida, laksatif dan serbuk yang dpat
disemprotkan termasuk dalam kategori ini.
2) Bahan teraupetik tunggal dapat dibuat obat dalam bentuk serbuk halus.
Tapi

pada

dasarnya

lebih

sering

digunakan

dengan

cara

mengaplikasikan bahan teraupetik tersebut pada kulit.


e. Pembagian serbuk adalah sebagai berikut (Syamsuni, 2006):
1) Dusting powder (serbuk sangat halus) serbuk sangat halus disiapkan
dengan cara yang sama seperti serbuk lainnya. Semua serbuk harus
melewati ayakan 100 mesh untuk memastikan terbebas dari partikel
bebas dan tidak akan mengiritasi tempat yang ditaburi lebih jauh.
II.I.7 Cara Menyiapkan Serbuk
a.

Cara menyiapkan serbuk adalah sebagai berikut (Voight, 1995):


Serbuk sederhana (serbuk bukan campuran) hanya terdiri dari satu zat.
Mereka memiliki tingkat kehalusan yang sesuai (minimal berupa serbuk
yang agak kasar). Pada pembuatan serbuk komposisi (serbuk campuran),
sebagaimana penamaannya, terdiri dari banyak zat dan tersedia dalam
bentuk serbuk tidak terbagi dan juga serbuk terbagi, dapat dijumpai
banyak kesulitan. Untuk mencampurkannya digunakan alat pencampuran
serbuk. Jika tang diracik dalam jumlah sedikit, dapat digunakan pinggan
pengemas serbuk dan alunya, kotak pencampuran serbuk Wosifer yang
berupa kotak logam berisi 3 plat baja (gelas) yang diputar dengan tangan,
kadang-kadang alat pirotte atau sejenis dengan itu, harus dipastikan
selalu bahwa hasil proses pencampuran yang diperoleh, merupakan
fungsi dari waktu. Hal itu tergantung dari komponen yang dicampurkan,

cara dan daya guna alat pencampur.


b. Cara menyiapkan serbuk adalah sebagai berikut (Martin, 1971):
Cara menyiapkan serbuk dengan metode pencampuran tangan terbagi
atas:
1) Spatulasi
Serbuk-serbuk halus memiliki ukuran partikel dan berat molekul
yang sama dapat dicampurkan diselembar kertas atau diatas sebuah
wadah dengan sebuah spatula. Metode spatulasi menghasilkan

pengurangan ukuran partikel atau serbuk menjadi padat/kompak.


Hasil akhir serbuk menjadi halus dan siap untuk disuspensikan ke
dalam cairan.
2) Triturasi
Serbuk dapat dicampur dalam lumpang dan alu. Produk ini
akhirnya menghasilkan zat-zat halus dan dapat didisfusi dalam
larutan. Penggerusan yang keras dan terlalu lama menghasilkan
serbuk yang halus dan lebih padat. Penggerusan yang keras
digunakan untuk mengurangi garam-garam granul menjadi serbuk
yang lebih halus.
3) Sifting
Untuk memperoleh serbuk yang sangat halus, dapat dilakukan
dengan cara pengayakkan. Pengayak biasa dapat digunakan dalam
mengayak serbuk obat. Pengayak yang lebih distandarisasi
memberikan kontrol yang lebih baik dalam menghasilkan ukuran
partikel.
4) Tumbling
Pencampuran serbuk yang sederhana tanpa mengurangi ukuran
partikel dan kepadatan yang biasanya dilakukan dalam metode
triturasi, sedangkan dalam metode tumbling digunakan wadah
tertutup yang mulut wadahnya besar.
c. Cara menyiapkan serbuk adalah sebagai berikut(Ansel, 2008):
Tergantung pada sifat ramuan, jumlah serbuk yang akan diolah dan
alat yang tersedia, serbuk dapat diolah dengan memakai spatula, dengan
cara triturasi, dengan cara mengayak, mengguling-gulingkan (tumbling)
atau dengan mixer secara mekanik.
1) Spatulasi
Suatu metode dimana sejumlah serbuk dapat digerus diatas
selembar kertas atau tatakan pembuat pil dengan gerakan spatula
obat. Metode ini umumnya tidak cocok untuk serbuk dalam jumlah
besar atau serbuk yang mengandung satu atau lebih bahan-bahan

10

yang potensial sejauh homogenitas hasil gerusan tidak pasti


sebagaimana metode lainnya.
2) Triturasi
Dapat dikerjakan baik untuk menghaluskan atau untuk
mencampur serbuk, apabila penghalusan yang diinginkan maka
lumpang porselin atau kayu yang permukaannya dalamnya kasar
lebih disenangi daripada lumpang gelas yang permukaanya halus.
3) Serbuk dapat dicampur dengan cara melewatkannya melalui ayakan
seperti cara yang dipakai didapur mengayak terigu. Proses mengayak
ini umumnya menghasilkan produk yang agak halus. Umumnya
proses ini tidak dapat diterima untuk mempersatukan obat-obat
potensial dengan pembawa.
4) Metode pencampuran
Metode pencampuran serbuk lainnya adalah menggulinggulingkan serbuk yang ditutup dalam suatu wadah besar, biasanya
diputar

dengan

mesin.

Penggiling

khusus

dirancang

untuk

mencampur serbuk dengan gerakan jungkir-balik. Pencampuran


dengan cara ini merata tapi memerlukan waktu.
II.I.8 Masalah-masalah dalam pencampuran serbuk serta penanganannya
Masalah-masalah yang sering dihadapi dalam pencampuran serbuk
adalah sebagai berikut (Pulungan, 2004):
a. Higroskopis
Zat-zat yang menyerap kelembapan dari udara disebut higroskopis.
Zat-zat yang higrokopis antara lain amonium klorida, amonium bromida,
kalsium klorida, dan kalsium klorida.
Bahan-bahan higroskopis sebaiknya dibuat dalam bentuk granul dan
dikemas dalam aluminium foil atau kemasan plastik yang sesuai. Selain
itu, juga dapat ditambahkan magnesium oksida.
b. Serbuk efflorescent
Zat-zat yang berbentuk kristal dapat

menjadi

serbuk

dan

membebaskan kristal air disebut efflorescent. Zat-zat yang bersifat


efflorescent seperti atrofin sulfat, kafein, asam sitrat, dan kalsium laktat.

11

Pembebasan air dapat merubah kelembaban relatif atau dapat terjadi


selama proses triturasi itu sendiri. Air yang dibebaskan oleh zat-zat
efflorescent dapat menyebabkan serbuk menjadi seperti bubur atau
menjadi cair. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan garam-garam
anhidrat akan cenderung menyerap kelembaban dari udara.
c. Pencampuran eutectic
Pencampuran eutectikum didefenisikan sebagai komponen atau
bahan-bahan yang akan memberikan titik lebur yang lebih rendah.
Pencampuran eutectikum dapat ditemui ketika pencampuran dua atau
lebih zat menjadi cair contoh salol, tymol, camfer, menthol, dan fenol.
Salah satu metode yang digunakan untuk pencampuran eutectikum
adalah dengan memisahkan bahan-bahannya saat penggerusan. Teknik
lainnya adalah dengan penambahan serbuk absorben seperti pati, talkum,
laktosa, kalsium fosfat, dan sebagainya.
d. Zat-zat yang tidak melarut
Ketika sedikit campuran dicampurkan kedalam serbuk, cairan akan
ditriturasi dengan serbuk yang memiliki berat yang sama dengan sisa
serbuk yang ditambahkan. Ketika bagian yang lebih besar dari dari
tingtur atau ekstrak cair diresepkan sebagai komponen serbuk, volume
cairan harus dikurangi dengan evaporasi/penguapan diatas sebuah
penangas air menjadi bentuk sirup laktosa atau beberapa pengisi yang
inert lainnya harus ditambahkan dan dievaporasi secara terus menerus
menjadi serbuk yang kering. Pengisi bertindak sebagai pembawa residu.
Hal ini untuk menghindari serbuk menjadi lengket ketika proses
evaporasi sempurna.
e. Ekstrak kental
Beberapa ekstrak tersedia dalam bentuk pil dan serbuk, ekstrak yang
telah diserbukkan ditangani dengan cara yang sama seperti serbuk lain.
Ketika memungkinkan ekstrak dalam bentuk pil dapat dicampurkan
dengan sejumlah laktoksa dan dikurangi menjadi serbuk kering dengan
evaporasi sebelum dicampurkan dengan bahan yang lain.
f. Campuran meledak dan garam-garam inkom

12

Ketika bahan-bahan pengoksidasi seperti potasium klorat digerus


dalam sebuah lumpang dengan bahan pereduksi seperti asam tanat,
ledakan keras akan terjadi. Garam-garam inkom kimiawi lainnya ketika
digerus akan menghasilkan perubahan warna pada serbuk atau
kehilangan potensi. Pada pencampuran bahan-bahan yang mudah
meledak dilakukan dengan tekanan yang kecil. Selain itu dapat
digunakan metode tumbling yang bertujuan mencegah serbuk bereaksi
dengan zat-zat lain.
g. Obat-obat keras
Batas akurasi seimbangan dari resep kelas A memerlukan produk
khusus untuk berat kuantitas kecil obat keras. Dalam hal ini
menggunakan pengisi yang sesuai seperti laktosa yang dicampurkan
dalam jumlah yang sesuai dengan obat-obat keras yang diserbukkan.
Untuk memperoleh campuran yang homogen dapat menggunakan
metode triturasi.
II.I.9 Serbuk Spesial
Serbuk spesial memerlukan pembuatan dan pengemasan yang khusus.
Dari deskripsi diatas serbuk special meliputi garam-garam effervescent,
serbuk sangat halus, serbuk gigi, insufilasi, dan aerosol serbuk.
a.

Garam-garam effervescent
Granul atau serbuk terdiri dari sodium bikarbonat, asam-asam organik
atau anorganik dan bahan-bahan obat disebut sebagai garam-garam
effervescent. Dengan adanya air, asam dan basa bereaksi membebaskan

b.

CO2 sehingga menghasilkan buih (Pulungan, 2004).


Serbuk sangat halus
Serbuk untuk penggunaan luar harus memiliki karakteristik, dari
semua serbuk dengan penggunaan yang unik. Oleh karena itu, serbuk
sangat harus homogen dan bebas dari potensi yang menyebabkan iritasi
lokal. Penggunaanya serbuk halus memiliki aliran yang mudah, tersebar

c.

merata dan lengket dikulit (Pulungan, 2004).


Garam-garam effervescent

13

Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar


sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering,
biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat, bila
ditambahkan air, asam dan basanya bereaksi membebaskan karbon
dioksida sehingga menghasilkan buih. Larutan dengan karbonat yang
dihasilkan menutupi garam atau rasa lain yang tidak diinginkan sari zat
obat (Ansel, 2008).
d. Serbuk sangat halus
Serbuk halus disiapkan dengan cara yang sama seperti serbuk lainnya.
Semua serbuk halus melewati ayakan 100 mesh untuk memastikan
terbebas dari partikel bebas dan tidak akan mengiritasi tempat yang
ditaburi lebih jauh (Syamsuni, 2006).

II.2

Rancangan Formula
Tiap 5 gr serbuk effervencent mengandung:
Serbuk jahe
Asam sitrat
Asam tartrat
Natrium bikarbonat
Natrium benzoat
Sakarin
PVP
Essence orange
Dekstrin ad

II.3

20%
12,2%
24,6%
41,8%
0,1%
0,02%
1%
q.s
5g

Alasan penambahan

II.3.1 Alasan Formula


A. Granul Effervescent
1. Granul effervescent dimaksudkan untuk menyalurkan zat obat dalam
suatu bentuk yang menghasilkan reaksi pembuihan yang hebat dan
cepat akibat adanya O2 larutan dengan karbonat yang dihasilkan
dapat menutupi rasa garam atau rasa lain yang tidak diinginkan dari
zat obat (Ansel, 214).

14

2. Granul effervescent dimaksudkan sebagai sediaan yang ketika


dilarutkan dalam air akan mereaksikan asam dan basa untuk
menghasilkan karbondioksida sebagai sumber buih (Martin, 734).
3. Granul effervescent terdiri dari campuran asam sitrat, asam tartrat,
atau natrium bifosfat dengan natrium bikarbonat dan bahan obat.
Dimana ketika dimasukan dalam air terjadi effervescent dan larutan
berkarbonasi (Parrot, 64).
4. Granul effervescent adalah evolusi gelembung gas dari cairan hasil
sutau reaksi kimia (Lieberman, 285).
5. Granul effervescent adalah obat yang digunakan dalam penggunaan
yang dibuat dari campuran serbuk atau granul yang dilarutkan dalam
air melepaskan carbondioksida sebelum diminum (Scovilles, 62).
B. Keuntungan granul effervescent (Banker dan Anderson, 1994)
1. Memungkinkan penyiapan larutan dalam waktu seketika, yang
mengandung dosis yang tepat
2. Rasa menyenangkan karena karbonasi membantu menutupi rasa zat
aktif yang tidak enak
3. Ukuran tablet biasanya cukup besar dan dapat dikemas secara
individual

sehingga

digunakan

serbuk

untuk

menghindari

ketidakstabilan zat aktif dalam penyimpanan


4. Mudah menggunakannya, karena dilarutkan lebih dahulu dalam air,
baru diminum
5. Bentuk sediaan dengan dosis terukur cepat
C. Alasan Jahe (Zingiber officinale) dibuat dalam sediaan effervescent
1. Tujuan jahe dibuat effervescent yaitu untuk mendapatkan produk
baru dari jahe berupa produk sediaan yang praktis dan rasa yang
disukai.
2. Jahe dibuat dalam dalam bentuk effervescent, karena jahe memiliki
rasa yang pahit. Maka untuk menutupi rasa pahit tersebut, zat aktif
ini dibuat dalam bentuk effervescent, karena sediaan effervescent
memiliki kemampuan untuk menghasilkan gas karbondioksida (CO2)
yang dapar memberikan rasa segar seperti pada air soda, dan gas
karbondioksida tersebut akan menutupi rasa pahit dari zat aktif, serta
mempermudah proses pelarutannya tanpa melibatkan pengadukan
secara manual (Wiyono, 2010).

15

3. Konsentrasi yang digunakan pada zat aktif yaitu 20%. Jika


konsentrasi 20% pada zat aktif dikonversi maka didapatkan 1 gram.
Hal ini sesuai dengan literatur (Wiraharja, 2011) dosis rata-rata
sediaan jahe sebanyak 1 gram per hari dapat menghilangkan mual
yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi tidak boleh
melebihi 4 gram per hari.

D. Metode Pembuatan
Metode yang digunakan untuk membuat granul effervescent jahe ini
adalah metode granulasi basah, dimana dibuat 2 campuran secara terpisah
yaitu campuran asam dan campuran basa. Pemisahan ini dilakukan agar
tidak terjadi reaksi dini effervenscent. Selain itu, pada formulasi terdapat
PVP yang berfungsi sebagai zat pengikat sehingga digunakan granulasi
basah karena penambahan air dimaksudkan sebagai unsur pelembap
untuk pembuatan granul (Sholihah, 2010; Ansel,215).
II.3.2 Alasan penambahan zat
a. Asam sitrat
1. Asam sitrat merupakan asam yang paling sering digunakan karena
hanya didapatkan dengan harga yang murah, sangat larut dalam air,
dan dalam bentuk granul dapat mengalir dengan bebas (Lachman,
1989).
2. Asam sitrat digunakan dalam effervescent sebagai salah satu sumber
asam untuk dikombinasikan dengan basa, dimaksudkan untuk
menghasilkan buih (Parrot, 1978).
3. Salah satu komponen penyusun effervescent adalah asam sitrat
monohidrat sedangkan untuk asam sitrat anhidrat digunakan untu
penyusun tablet effervescent (Rowe, 2009).
4. Asam sitrat memiliki perbandingan 1 diantara pengasam dan basa
dalam serbuk effervescent (Parrot, 1978)
5. Digunakan untuk dikombinasikan dengan asam tartrat yang
menghasilkan granul. Asam sitrat tidak dapat digunakan sebagai
bahan asam tunggal. Dimana asam sitrat saja akan menghasilkan

16

campuran lekat dan sukar menjadi granul. Terbentuknya granul


disebabkan karena adanya satu molekul air kristal pada setiap
molekul asam sitrat. Keistimewaannya yang diambil sebagai
kelebihan dan digunakan dalam pengolahan granul dengan metode
peleburan yaitu penggunaan kombinasi asam-asam (Ansel, 1985).
6. Konsentrasi asam sitrat yang digunakan adalah 7-15%. Konsentrasi
ini digunakan agar asam sitrat mampu melakukan fungsinya atau
perannya sebagai asam dalam pembuatan serbuk effervescent (Parrot,
1978).
b. Asam tartrat
1. Asam tartrat dalam formulasi farmasi secara luas digunakan dalam
kombinasi dengan bikarbonat sebagai komponen granul effervescent
serbuk dan tablet (Ansel, 214; Handbook of Pharmaceutical
Excipient 6th Edition, 731).
2. Jika berkaitan dengan zat aktif akan meningkatkan laju disolusi
dalam hal ini akan cepat larut dan hilang/habis ketika dimasukan
dalam air (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, 731).
3. Digunakan untuk dikombinasikan dengan asam sitrat membentuk
granul, karena jika asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang
dihasilkan

akan

mudah

kehilangan

kekuatannya

dan

akan

menggumpal (Ansel, 210).


4. Asam tartrat memiliki perbandingan 2 diantara pengasam dan basa
dalam seerbuk effervescent (Parrot, 1978).
5. Konsentrasi asam tartrat yang digunakan adalah 15-29%.
Konsentrasi ini digunakan agar asam tartrat mampu melakukan
fungsinya atau peranya sebagai asam dalam pembuatan serbuk
effervescent (Parrot, 64).
c. Natrium bikarbonat
1. Digunakan sebagai sumber CO2 karena natrium bikarbonat ini yang
menghasilkan CO2 utama dalam sistem effervescent dengan
presentasi 52% (Ansel, 214; Handbook of Pharmaceutical Excipient
6th, 629).
2. Natrium bikarbonat cepat bereaksi dengan air dan hilang karena
memiliki sifat kelarutan yang mudah larut dalam air (FI IV, 601).

17

3. Natrium bikarbonat mempunyai perbandingan 3,4 diantara asam


pada formulasi serbuk effervescent (Parrot, 1978).
4. Dipilih untuk formulasi effervescent karena lebih stabil dibandingkan
dengan natrium karbonat dan/atau dengan basa organik lainnya
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, 629).
5. Natrium bikarbonat dibutuhkan 3 molekul untuk mentralisasi satu
molekul asam sitrat dan 2 molekul natrium bikarbonat untuk
menetralisasi

satu

molekul

asam

tartrat

dalam

pembuatan

effervescent (Ansel, 1989).


(1) H3C6H5O7. H2O + 3NaHCO3
Na3C6H5O7 + 4H2O + 3 CO2
(2) H2C4H4O6 + 2NaHCO3
Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2
6. Konsentrasi natrium bikarbonat yang digunakan adalah 35%.
Konsetrasi ini digunakan dengan pertimbangan range 25%-50%
(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, 629).
d. Natrium benzoat
1. Digunakan sebagai pengawet, agar serbuk effervescent yang dibuat
tidak cepat terkontaminasi dengan bakteri dan menyebabkan serbuk
tersebut rusak (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, 1627).
2. Natrium benzoat mudah larut dalam air dan agak sukar larut dalam
etanol (Dirjen POM, 1995).
3. Natrium benzoat adalah salah satu contoh pengawet yang memiliki
konsentrasi yang biasa dipakai dalam preparat farmasi (Ansel ,1989).
4. Natrium benzoat sebagai pengawet yang aman. Pengawet ini
mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan dan manusia.
Natrium benzoat tidak mempunyai efek teratogenik jika dikonsumsi
melalui mulut dan juga tidak mempunyai efek karsinogenik (Puji,
2009).
5. Dibandingkan dengan klorobutanol, natrium benzoat lebih baik
digunakan sebagai pengawet karena mudah larut dalam air
sedangkan klorobutanol praktis tidak larut dalam air (Rowe, 2009).
6. Penambahan benzoat dalam minuman ringan dengan konsentrasi
tidak lebih dari 0,1% tidak membahayakan tubuh (Splittstoesser,
1984).
7. Natrium benzoat digunakan sebagai pengawet dengan konsentrasi
0,02-0,5% (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, 1627).
e. Sakarin

18

1. Sakarin digunakan sebagai pemanis untuk menutupi karateristik rasa


yang kurang enak (Halida dkk, 2014).
2. Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula karena
mempunyai sifat yang non karsinogenik, nilai kalori rendah dan
harganya relative murah. Selain itu sakarin banyak digunakan untuk
bahan pangan yang berkalori rendah (Cahyadi, 2006).
3. Sakarin digunakan untuk pengganti gula poliol-poliol sebagai
pemanis sakarin kira-kira 250 atau 500 kali lebih manis dari gula,
tetapi sesudahnnya dapat mempunyai rasa pahit jika tidak digunakan
dengan tepat dalam formulasi tersebut (Lachman, 1989).
4. Sakarin adalah agen pemanis intens dalam minuman, produk
makanan dan produk kesehatan seperti pasta gigi dan obat kumur.
Dalam formulasi oral digunakan pada kosentrasi 0,02-0,5 %
(Rowe,2009).
5. Konsentrasi sakarin sebagai pemanis 0,02-0,5% b/b. Pada formulasi
ini digunakan konsentrasi 0,02% karena pada konsentrasi tersebut
sakarin sudah memberikan rasa manis pada sediaan karena sakarin
memiliki tingkat kemanisan 250 atau 500 kali lebih manis dari gula
(Rowe, 2009).
6. Dipilih sakarin daripada aspartam, karena aspartame kurang stabil
pada kondisi lembab sehingga tidak dapat digunakan dengan
komponen yang higroskopis (Effionora, 2012).
f. PVP (Polivinil Pirolidon)
1. PVP sering digunakan sebagai bahan pengikat karena bahan tersebut
dapat meningkatkan kekuatan ikatan antar granul (Khairi, 2012).
2. PVP merupakan suatu polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai
pengikat baik dalam granulasi basah maupun kering (Lachman,
2008).
3. PVP larut dalam air dan efektif digunakan dalam serbuk effervescent
(Khairi, 3).
4. PVP digunakan untuk bahan yang dapat larut pelarut organik dan
digunakan dengan cara granulasi basah terhadap bahan obat yang
mengalami kerusakan karena pengaruh lembab (Syukri, 2012).

19

5. PVP akan menyelubungi atau mengikat zat aktif, akibatnya ikatan


antara kristal obat menjadi lemah dan karena terselubungi oleh PVP
grabul akan mudah larut dalam air (Syukri, 2012: 153).
6. Dibandingkan dengan amilum manihot, PVP lebih baik digunakan
sebagai pengikat karena mudah larut dalam air sedangkan amilum
manihot praktis tidak larut dalam air (Dirjen POM, 1979).
7. Range konsentrasi PVP sebagai pengikat 0,5-5%. Pada formulasi ini
konsentrasi PVP yang digunakan yaitu 1% karena konsentrasi PVP
3

memberikan perbedaan yang bermakna pada waktu larut

granul effervescent (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th,


682).
g. Dextrin
1. Dekstrin digunakan sebagai bahan pengisi karena dekstrin bersifat
mudah larut dalam air sehingga sesuai bahan pengisi produk yang
memerlukan sifat mudah larut ketika ditambahkan air dan dapat
meningkatkan total padatan produk dalam bentuk serbuk (Aisha,
dkk, 3).
2. Struktur molekul dextrin membentuk spiral, sehingga molekulmolekul hawa yang terperangkap di dalam struktur spiral helix.
Dengan demikian penambahan dextrin dapat menekan kehilangan
komponen volakel selama proses pengolahan (Anief, 1987).
3. Jika dibandingkan dengan sorbitol, sorbitol bersifat higroskopis
sehingga tidak cocok karena dapat mempengaruhi kestabilan
effervescent (Rowe, 2009).
4. Jika dibandingkan dengan kaolin, kaolin umumnya terkontaminasi
dengan mikroorganisme Bacillus antbracis, Clostridium tetani dan
Clostridium welchii.
h. Essence orange
1. Essencial orange ditambahkan agar sediaan memiliki daya tarik
untuk dikonsumsi pasien berdasarkan warna yang dihasilkan.
2. Tujuan pemberian essence orange pada sediaan ini dimaksudkan agar
memperbaiki tampilan atau warna dasar sediaan menjadi berwarna
kuning cerah. Selain itu juga untuk memberikan aroma dan rasa jeruk
pada sediaan (Palobo,1971).

20

3. Jika dibandingkan dengan tatrazin, beberapa orang sangat sensitif


terhadap tatrazin karena dapat menyebabkan kesulitan bernapas
(Azuan, 2001).
4. Jika dibandinkan dengan rhodamin B, rhodamin B jika dikonsumsi
dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat
kumulatif yaitu iritasi saluran pernapasan, iritasi kulit, iritasi pada
saluran pencernaan, keracunan dan gangguan hati (Trestiati, 2003).
II.4

Uraian Bahan
1. Asam sitrat (Dirjen POM, 1979; Dirjen POM, 1995; Rowe, 2009)
Nama Resmi
: Acidum citricum
Nama Lain
: Asam sitrat
RM/BM
: C6H8O7.H2O / 210,14
Rumus struktur
:
+ H2O
Pemerian

: Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur


granul sampai halus, putih, tidak berbau atau
prektis tidak berbau, rasa sangat asam. Bentuk

Kelarutan

hidrat mekar dalam udara dingin.


: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam

Kegunaan

etanol, agak sukar larut dalam eter.


: Sebagai bahan pengasam, sebagai bahan pelengket

Inkompatibilitas

dan bahan pemberi rasa.


: Asam sitrat ini inkom dengan potasium tartrat
alkali dan alkali tanah karbonat dan bikarbonat,
asetat, dan sulfida. Inkompatibilitas termasuk
bahan pengoksida basah, sebagai zat perekduksi
dan nitrat, berpotensi meledak jika dikombinasikan

Stabilitas

dengan metal nitrat.


: Asam sitrat monohidrat kehilangan kristal air di
udara kering atau ketika dipanaskan pada suhu
40oC, sedikit mencair di udara lembab. Larutan
asam sitrat encer dapat digunakan juga untuk
fermentasi.

Jadi

bahan-bahan

anhidrat

dan

21

monohidrat salam jumlah banyak harus disimpan


diwadah kedap udara ditempat sejuk dan kering.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Range
: 7-15% (Parrot, 64)
2. Asam Tartrat (Dirjen POM, 1995 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi
: Asam Tartaricum
Nama Lain
: Asam Tartrat
RM/BM
: C4H6O6/150,09
Rumus Struktur
:

Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau bening atau serbuk


hablur halus sampai granul, warna putih, tidak

Kelarutan

berbau, rasa asam dan stabil di udara.


: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam

Penyimpanan
Kegunaan
Inkompatibilitas

etanol
: Dalam wadah tertutup baik
: penambahan rasa, bahan pengasam
: Asam tartrat inkom dengan perak dan bereaksi
dengan

Stabilitas

metal

karbonat

dan

bikarbonat

(dimanfaatkan dalam effervescent)


: Ketika dipanaskan pada suhu 500 C, sodium
bikarbonat dan air dipanaskan pada suhu 2500-3000
C. Dalam waktu singkat sodium bikarbonat
dikonversi secara komplit atau lengkap kedalam
sodium karbonat anhidrat. Dalam proses ini, baik
waktu maupun suhu tergantung dengan konversi
90 % lengkap dalam waktu 75 menit pada suhu 93 0
C.

Hasil

reaksi

melalui

permukaan

yang

trerkontrol secara kinetis ketika kristal sodium


karbonat

dipanaskan

pada

waktu

singkat.

Permukaan sodim karbonat akan membentuk


jarum-jarum sodium karbonat anhidrat yang sangat
halus. Pengaruh kelembaban dan temperatur relatif
pada penyerapan kelembaban dan stabilitas serbuk

22

sodium bikarbonat dikatakan stabil jika dibawah


76 % pada kelembaban relatif 250 C dan dibawah
48 % pada kelembaban relatif derajat pirolitik
bikarboksilat dari sodium bikarbonat tidak boleh
melebihi

4,5

untuk

menghindari

yang

merugikan kestabilan
Range
: 15% - 29% (Parrot, 64)
3. Natrium Bikarbonat (Dirjen POM, 1979 ; Dirjen POM 1995 ; Rowe,
2009)
Nama Resmi

: Natrii Subcarbonas

Nama Lain

: Natrium bikarbonat, sodium bikarbonat

RM/BM

: NaHCO3/84,01

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk hablur, putih stabil di udara kering tetapi


dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai,
larutan segar dalam air dingin, tanpa di kocok
bersifat

basa

terhadap

lakmus.

Kebasaan

bertambah bila larutan dibiarkan digoyang kuat


atau dipanaskan.
Kelarutan

: Larut dalam air, tidak larut dalam etanol

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai bahan pembasah

Inkompatibilitas

: Natrium bikarbonat bereaksi dengan asam-asam,


garam-garam basah dan banyak garam alkaloid
dengan

perubahan

dari

bikarbonat,

natrium

bikarbonat juga biasanya dapat mengintensifkan


salisilat menjadi gelap. Dalam campuran serbuk,
kelembapan udara atau air dan bahan-bahan lain
cukup untuk sodium bikarbonat bereaksi dengan

23

senyawa-senyawa seperti asam boric atau tawas.


Campuran cairan mengandung bismut subnitrat
sodium bikarbonat bereaksi dengan asam, dibentuk
oleh hidrolisis dari garam bismut. Untuk itu,
sodium bikarbonat tidak inkompatibel dengan
banyak zat obat seperti Eiproplox asin, amiodern,
nikardipene, dan lerafloxan.
Stabilitas

: Ketika dipanaskan pada suhu 50oC sodium


bikarbonat mulai berpisah dalam karbondioksida,
sodium bikarbonat dan air dipanaskan pada 250300oC dalam waktu singkat sodium bikarbonat
dikonversi

secara

konflik

kedalam

sodium

karbonat anhidrat. Dalam proses ini baik waktu


maupun suhu tergantung dengan konversi 90%
lengkap dengan waktu 75 menit pada suhu 93 oC.
Hasil reaksi melalui permukaan yang terkontrol
secara kinetis. Ketika kristal sodium bikarbonat
dipanaskan pada waktu yang singkat, permukaan
sodium bikarbonat akan membentuk jarum. Jarum
sodium karbonat anhidrat yang sangat halus.
Pengaruh kelembaban temperatur relatif pada
penyerapan kelembaban dan stabilitas serbuk
sodium bikarbonat dikatakan stabil jika dibawah
76% kadar kelebaban relatif 25oC dan dibawah
48% pada kelembaban 40% pada 54% kelembaban
relatif derajat piroktik, dekarboksilat dari sodium
bikarbonat tidak boleh melebihi 4,5% untuk
menghindari efek yang merugikan kestabilan.
Range
: 25% - 50% (Parrot, 64)
4. Natrium benzoat (Dirjen POM, 1995 ; Rowe, 2009)
Nama Resmi
: Natrii benzoat
Nama Lain
: Sodium benzoat

24

RM/BM
Rumus struktur

: C7H5N4O2/144.11
:

Pemerian

: Granul atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau

Penyimpanan
Kegunaan
Inkompatibilitas

praktis tidak berbau, stabil di udara


: Dlam wadah tertutup baik
: Pengawet antimikroba, pelicin tablet dan kapsul
: inkom dengan campuran kuartener gelatin, garamgaram besi, garam-garam kalsium dan garamgaram dari logam berat, termasuk perak, timah,
dan

tembaga.

Akivitas

berkurang

apabila

berinteraksi dengan kaolin atau surfaktan non


Stabilitas

ionik
: Larutan encer dapat disterilkan dengan autoclav

atau filtrasi
Range
: 0,2% - 0,5% (Excipient, 1627)
5. Sakarin (FI ed. IV hal. 748)
Nama Resmi

: Saccarinum

Nama Lain

: Sakarin

RM / BM

: C7H5NO3S/(183,18)n

Rumus Struktur

Pemerian

: Serbuk atau hablur putih, tidak berbau atau berbau


aromatic lemah. Larutan encer sangat

manis.

Larutan asam bereaksi terhadap lakmus


Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, dalam kloroform, dan


dalam eter, larut dalam air mendidih, sukar dalam
etanol

Stabilitas

: Terjadi dekomposisi hanya pada suhu 1250 C dan


dalam pH yang rendah ( pH 2 )

25

Inkompatibilitas

: Sakarin dapat bereaksi dengan molekul besar,


sehingga endapan sedang terbentuk

Kegunaan

: Pemanis

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup dan simpan ditempat yang


sejuk dan kering

Range

: 0,02 0,5%

6. Dekstrin (Rowe, 2009)


Nama Resmi
: Dextrin
Nama Lain
: Avedex, gum inggris; caloreen, dekstrin canary,
kristal

gum,

dextrinum,

album

dextrinum,

RM/BM
Rumus struktur

primogran w; gum pati dekstrin kuning dan putih


: (C6H10O5)n x H2O/(162,14)n
:
:

Pemerian

: Pucat kuning atau berwarna coklat bubuk putih


dengan sedikit bau khas

Kelarutan

: Praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%),


perlahan larut dalam air dingin, sangat larut dalam
air mendidih, membentuk solusi mucilaginous

Penyimpanan
Kegunaan
Stabilitas

: Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering


: sebagai zat pengisis dan pengikat granul
: Karakteristik fisik dari dekstrin dapat sedikit
berbeda tergantung pada metode pembuatan dan
sumber bahan. Dalam larutan dekstrin cenderung
agregat densitas, temperatur, pH atau karakteristik
lain berubah. Dekstrin seperti pydrodextrin, juga
akan menyebabkan penurunan viskositas selama
penyimpanan kering
: Tidak compatibel dengan oksidator kuat

Inkompatibilitas
7. PVP (Rowe, 2009)
Nama Resmi
: Polivinil Pirolidon, povidon
Nama Lain
: E 1201; kolidon; plasdone; poly (1-(2-OxO-1
pyrrolidiny) ethylene 1; polyvidone; polyvinyl

26

pyrrolidone; povidonum; povipharm; PVP; 1RM/BM


Rumus Struktur

vinyl-2 pyrrolidone polymer


: (C6H9NO)n/2500-3.000.000
:

Kelarutan

: Bebas larut dalam asam, kloroform, etanol (95%),


keton, ,etanol, dan air. Praktis tidak larut dalam
eter, hidrokarbon, dan minyak mineral. Dalam air,
konsentrasi dari solusi hanya dibatasi oleh
viskositas larutan yang dihasilkan

Penyimpanan

: Disimpan

dalam

kondisi

tanpa

mengalami

dekomposisi atau degradasi, disimpan dalam


Inkompatibilitas

wadah kedap udara ditempat sejuk dan kering


: PVP kompatibel dalam larutan dengan berbagai
garam anorganik, resin alami, dan sintesis, dan
bahan kimia lainnya. Membentuk molekul dalam
larutan sulfathiozole, natrium salisilat, asam

Stabilitas

salisilat, penobarbital, tanin dan senyawa lain


: Stabil sampai pemanasan pada 1508oC dengan
penurunan daya larut. Stabil untuk siklus pendek
dan

Kegunaan
Range

panas

ekskosur

sekitar

110-1308oC.

Membutuhkan penambahan pengawet yang cocok


: Sebagai disintegran, pensuspensi dan pengikat
: 0,5-5%

Anda mungkin juga menyukai