Makalah Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis
Management
BAB 2
PEMBAHASAAN
2.1 PERILAKU YANG ETIS
Saat kita menjalani hidup sehari-hari, kita diarahkan oleh banyak pengaruh. Sebagai warga
masyarakat yang berkesadaran social, kita ingin melakukan apa yang benar secara moral,
etis dan menurut hukum. Kata ethics berasal dari bahasa yunani ethos, yang berarti
karakter. Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai-nilai yang menegaskan benar
atau salah bagi seseorang atau suatu kelompok. Semua individu termasuk manajer harus
bertanggung jawab pada masyarakat atas perilaku mereka. Untuk itu perilaku yang etis
dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memenuhi prinsip-prinsip yang benar dan salah
yang telah diterima oleh masyarakat.
2.1.1 Etika dan Sifat-Sifat Dasar Pekerjaan Manajemen
Etika individu dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain pengaruh keluarga, factor
situasi, nilai moral dan agama, pengalaman dan pengaruh dari teman. Definisi yang lebih
luas lagi, etika berkaitan dengan hubungan organisasi dengan pihak luar maupun pihak
dalam organisasi. Perhatian terhadap etika dalam organisasi dapat dibagi tiga :
1. Hubungan organisasi dengan karyawan, antara lain organisasi harus menyediakan system
kompensasi yang adil dan layak berdasarkan peraturan yang berlaku, organisasi
menyediakan kondisi kerja yang baik, adanya kesempatan karyawan untuk dipromosikan,
dan lain-lain.
2. Hubungan karyawan dengan organisasi, antara lain bahwa karyawan harus berperilaku
jujur dan loyal terhadap organisasi dalam arti dapat menjaga rahasia organisasi
3. Hubungan organisasi dengan pihak luar, berkaitan dengan bagaimana berperilaku yang
etis terhadap konsumen, pesaing, pemerintah, pemegang saham, masyarakat, dll.
Sebagai contoh, Wal-Mart memiliki pedoman yang tegas sehubungan dengan perilaku etis
karyawan. Siapa saja yang menerima sesuatu yang berharga (makan malam, uang tip, dan
sebagainya) dari perusahaan yang memiliki hubungan usaha dengan Wal-Mart, akan segera
diberhentikan. Bahkan karyawan Wal-Mart tidak mengijinkan perwakilan perusahaan lain
membelikan mereka secangkir kopi. Selanjutnya, untuk mendorong karyawan berperilaku
etis, maka semua pemasok dan mitra dagang Wal-Mart diminta untuk melakukan transaksi
dengan karyawan Wal-Mart diruang kaca sehingga dapat dilihat oleh setiap orang yang
berjalan melewati lobby kantor pusat. Terakhir, di dinding setiap ruang kaca tersebut dihiasi
dengan poster bertuliskan, barang apa saja yang diterima (dari pemasok dan mitra dagang)
akan dikembalikan atas biaya si pengirim.
Perilaku menejemen yang tidak etis terjadi bila mana manajer secara pribadi melanggar
prinsip-prinsip benar dan salah yang telah disepakati. Wewenang dan kekuasaan yang
melekat pada beberapa posisi manajemen dapat mendorong manajer untuk terlibat dalam
tindakan tidak etis. Karena manajer sering kali menguasai sumber-sumber daya perusahaan,
maka terdapat resiko dimana beberapa manajer dapat menyalahgunakan pemakaian yang
sah atas sumber-sumber daya tersebut untuk kepentingan pribadi. Seperti misalnya,
mengajak tamu untuk makan malam adalah umum dan kegiatan yang sah diberbagai
perusahaan. Akan tetapi, jika manajer meminta karyawan untuk membantu pekerjaan
pribadi seperti mengambil pakaian manajer dibinatu, adalah perilaku yang tidak etis.
Menangani informasi adalah salah satu bidang dimana manajer harus berhati-hati dalam
berperilaku etis. Informasi adalah suatu bagian penting dari pekerjaan manajemen. Manajer
mengumpulka, menganalisis, melakukan tindakan, dan menyebarkannya. Mereka juga
diharapkan untuk memperoleh informasi yang benar dan jika diperlukan, menyimpan
informasi rahasia. Membocorkan rahasia perusahaan kepada pesaing memainkan angka,
menyembunyikan informasi atau berbohong merupakan beberapa kemungkinan
penyalahgunaan informasi yang dipercayakan kepada manajer. Sebagai contoh, di
Hongkong, Ba Dan secara harfiah berarti lembar putih. Di divisi Bausch & Lombs
Hongkong, manajer menggunakan istilah Ba Dan untuk angka penjualan palsu yang
mereka kirim kepada kantor pusat setiap bulan. Untuk mempertahankan kedudukannya
sebagai divisi internasional Bausch & Lombs yang teratas, manajer Hongkong
memalsukan angka penjualan untuk pelanggan asia tenggaranya. Kemudian untuk membuat
agar angka palsu itu terlihat sebagai penjualan yang asli, mereka mengirim produknya ke
gudang pelanggan yang palsu. Bausch & Lombs menggunakan auditor keuangan
perusahaan ditambah departemen keamanan internal yang dikelola oleh mantan agen
rahasia dan mantan perwira polisi untuk mengadakan operasi sengat untuk menangkap
karyawan yang melakukan kenakalan Ba Dan di Hongkong.
Bidang ketiga dimana manajer harus berhati-hati jika hendak menerapkan perilaku etis
adalah cara mereka mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahan mereka.
Pekerjaan manajerial memberikan kekuasaan yang besar untuk mempengaruhi orang lain.
Jika manajer meminta karyawan melakukan tindakan tidak etis (atau menghadapi perilaku
kasar), seperti memalsukan angka untuk mendapatkan hasil, maka mereka
menyalahgunakan wewenang manajerial. Hal ini kadang-kadang disebut sindroma
kerjakan atau keluar. Sindroma dijumpai apabila seorang manajer mengatakan kepada
karyawannya, kerjakan, karena anda dibayar untuk itu. Jika anda tidak dapat
mengerjakannya, kami akan mencari orang lain yang dapat mengerjakannya.
Menetapkan sasaran adalah cara lain yang digunakan manajer untuk mempengaruhi
perilaku karyawan mereka. Seperti misalnya, di Bausch & Lomb yang mendapat tekanan
yang sangat besar untuk mencapai kenaikan pendapatan dua angka setiap tahun. Seorang
mantan pimpinan perusahaan berkata, sekali anda menyetujui jumlah target penjualan
anda, anda diharapkan untuk mencapainya, tanpa alasan. Tekanan untuk mencapai angka
penjualan begitu besar, sehingga Bausch & Lomb mengatakan kepada pembeli bahwa
mereka bias memperoleh produk kacamata dan lensa kontak Bausch & Lomb yang terbaik
hanya jika mereka juga membeli produk lainnya yang kurang laku dan tidak mereka
butuhkan. Kemudian saat pesaing muncul dengan lensa kontak yang dapat dibuang, Bausch
& Lomb dengan mudah menawarkan lensa kontak biasa yang telah dipasarkan selama 15
tahun, kemudian mengganti kemasannya dan menjualnya kepada konsuman sebagai produk
baru yang juga dapat dibuang.
Terdapat beberapa sumber potensial yang dapat menimbulkan dilemma dalam masalah
etika bagi seorang manajer, antara lain :
1. Diskriminasi, dimana manajer menolak promosi seseorang atau lamaran kerja calon
karyawan dikarenakan ras, agama, jenis kelamin, umur, dan kriteria-kriteria lain yang tidak
berkaitan dengan pekerjaan.
2. Pelecehan seksual
3. Konflik kepentingan, misalnya jika manajer meminta suatu imbalan untuk pengambilan
keputusan yang dapat menguntungkan si pemberi imbalan.
4. Menyalahgunakan kepercayaan konsumen, misalnya manajer memiliki informasi tertentu
tentang konsumen dan membaginya dengan orang lain.
5. Manajer menggunakan fasilitas kantor untuk kepantingan pribadi.
2.1.2 Penyimpangan di Tempat Kerja
Penyimpangan di tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma
organisasi mengenai benar dan salah. Penyimpangan produksi yaitu merusak mutu dan
jumlah hasil produksi. Penyimpangan hak milik adalah perilaku tidak etis terhadap harta
milik perusahaan. Penyusutan adalah pencurian barang dagangan milik perusahaan oleh
karyawan. Penyimpangan politik menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang
lain di perusahaan. Penyerangan pribadi adalah sikap bermusuhan atau perilaku menyerang
terhadap orang lain.
Gambar 1. Jenis-jenis Penyimpangan di Tempat Kerja
ORGANISASI
RINGAN BERAT
.
ANTAR PRIBADI
Selain dari masalah-masalah intensitas etika yang tingkat kedewasaan moral seorang
manajer, prinsip-prinsip etika tertentu yang digunakan manajer juga akan mempengaruhi
cara mereka memecahkan dilemma etika. Sayangnya tidak ada satupun prinsip ideal yang
dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis yang etis.
Menurut Profesor Larue Hosmer, sejumlah prinsip etika yang berbeda dapat digunakan
untuk mengambil keputusan bisnis, antara lain:
1. Prinsip kepentingan pribadi jangka panjang
Prinsip etika dimana anda tidak perlu melakukan tindakan apapun yang bukan menyangkut
kepentingan jangka panjang pribadi atau organisasi anda.
2. Prinsip kebijaksanaan pribadi
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda tidak boleh melakukan apapun yang tidak
jujur, tidak terbuka, tidak tulus dan tidak suka dilaporkan di surat kabar maupun televisi.
3. Prinsip perintah agama
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda janganlah melakukan tindakan yang tidak baik
dan tidak menciptakan sikap bermasyarakat, sikap dimana setiap orang berkerja bersama
mencapai tujuan yang diterima masyarakat.
4. Prinsip peraturan pemerintah
Prinsip etika yang menghendaki agar anda tidak melakukan tindakan yang melanggar
hukum, karena hukum mewakili standar moral minimal.
5. Prinsip manfaat bersama
Prinsip etika yang menyatakan bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak
menghasilkan kebaikan lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya, lakukan apa yang
menciptakan kebaikan terbesar kepada jumlah terbanyak.
6. Prinsip hak perorangan
Prinsip etika yang meyakini bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar
hak orang lain yang telah disepakati.
tersebut dikembalikan dengan uang $50. Dompet tersebut lebih banyak dikembalikan oleh
wanita (72 %), dari pria (62 %), dan lebih banyak dikembalikan di kota kecil (80 %)
daripada di kota besar (70 %), pinggir kota (60 %), atau kota menengah (57 %).
Sebagai pengusaha, anda dapat meningkatkan kesempatan untuk menerima karyawan jujur,
yang mengembalikan dompet beserta uangnya, jika anda memberika tes kejujuran kepada
pelamar kerja. Jenis-jenis Tes Kejujuran :
1. Tes Kejujuran Terbuka
Memberikan tes tertulis yang memperkirakan kejujuran karyawan dengan cara bertanya
langsung kepada pelamar kerja mengenai apa pendapat atau perasaan mereka tentang
pencurian atau tentang hukuman terhadap perilaku yang tidak etis.
2. Tes Kejujuran berdasarkan Kepribadian
Tes tertulis yang secara tidak langsung menilai kejujuran karyawan dengan mengukur sifat
kejiwaan seperti misalnya ketergantungan dan ketelitian. Sebagai contoh, penghuni penjara
dikarenakan kejahatan kerah putih ( pemalsuan, penggelapan, dan penipuan) dinilai lebih
rendah dari pada kelompok manajer tingkat menengah dalam hal ukuran kepercayaan,
ketergantungan, kejujuran, ketelitian, dan ketaatan. Hasil ini menunjukkan bahwa
perusahaan dapat menerima karyawan secara selektif dan mempromosikan karyawan yang
lebih beretika.
B. Pelatihan Etika
Tujuan dari pelatihan etika adalah :
1. Membangun kesadaran karyawan tentang etika. Hal ini berarti membantu karyawan
mengenali masalah mana yang merupakan masakah etika dan kemudian menghindari
pembenaran terhadap perilaku yang tidak etis. Dua perusahaan telah menciptakan
permainan lembaga untuk meningkatkan kesadaran akan masalah etika. Citicorp Banks
mamiliki suatu permainan yang disebut Etika Kerja di mana pemainnya dinilai menang
atau kalah, tergantung pada jawaban mereka terhadap pertanyaan mengenai hukum,
peraturan, kebijakan, dan pertimbangan.
2. Untuk memperoleh kepercayaan pada karyawan. Tidak mengherankan jika karyawan
menjadi sangat curiga akan alasan manajemen menawarkan pelatiha etika.
3. Untuk melatih karyawan suatu model praktis dari pengambilan keputusan yang etis.
Suatu model dasar dapat membantu mereka memikirkan akibat dari keputusan mereka bagi
orang lain dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat memilih diantara berbagai
pemecahan.
Langkah-Langkah Dalam Membuat Keputusan yang Etis :
1. Menyadari adanya dilemma yang berkaitan dengan etika
2. Mencari Fakta
3. Mengidentifikasi Pilihan
4. Menguji masing-masing pilihan
Apakah tidak melanggar hukum?
Apakah tepat ?
Apakah bermanfaat ?
5. Memutuskan pilihan yang akan diambil
6. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap keputusan anda:
jawab sosial manajemen jauh melampaui sekedar memperoleh laba melainkan juga
mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Para sosial ekonomi melawan dengan mengatakan bahwa jaman telah berubah, dan
bersama dengan jaman harapan-harapan masyarakat terhadap bisnis berubah pula. Ini
paling baik diilustrasikan dalam pembentukan perusahaan-perusahaan secara hukum.
Perusahaan itu terdaftar oleh pemerintah, dan pemerintah memberikan ijin untuk
mencabutnya. Jadi perusahaan-perusahaan itu bukanlah badan-badan mandiri yang hanya
bertanggung jawab pada pemegang saham. Mereka pun mempunyai tanggung jawab
terhadap masyarakat yang lebih luas yang menciptakan dan mendukung mereka. Salah
seorang penulis, dalam mendukung pandangan sosial ekonomi itu mengingatkan kita
bahwa memaksimalkan laba merupakan prioritas kedkedua perusahaan , bukan prioritas
utama. prioritas pertama adalah menjamin kelangsungan hidupnya.
No. Argumen-Argumen Yang Mendukung Dan Melawan Tanggung Jawab Sosial
Argumen yang mendukung Argumen yang menentang
1 Harapan-harapan masyarakat, harapan-harapan masyarakat terhadap perusahaan telah
meningkat secara dramatis sejak tahun 1960-an. Pendapat umum sekarang mendukung agar
perusahaan mengejar sasaran-sasaran sosial maupun ekonomis. Menghalangi
memaksimalkan laba, hal ini merupakan inti sudut pandangan klasik. Bisnis menjadi
bertanggung jawab secara sosial apabila secara ketat memperhatikan kepentingankepentingan ekonominya dan membiarkan kegiatan-kegiatan lain ditangani lembagalembaga lain.
2 Laba jangka panjang, perusahaan-perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab itu
cenderung memiliki laba jangka panjang yang lebih terjamin. Lunturnya tujuan, mengejar
sasaran-sasaran sosial itu melunturkan maksud utama perusahaan, yitu produktivitas
ekonomi.
3 Kewajiban etis, sebuah perusahaan bisnis dapat dan seharusnya bertanggung jawab secara
sosial, sebab tindakan tindakan-tindakan yang bertanggung jawab itu benar demi dirinya
sendiri. Biaya-biaya, banyak tindakan yang secara sosial bertangung jawab tidak menutup
biaya-biayanya. Bisnis harus menyerap ongkos-ongkos itu atau membebankannya kepada
konsumen melalui harga yang lebih tinggi.
4 Citra Masyarakat, perusahaan-perusahaan berusaha untuk meningkatkan citra mereka di
masyarakat guna meningkatkan penjualan, mendapatkan karyawan yang lebih baik, akses
pendanaan, dan keuntungan-keuntungan lain. Terlampau banyak kekuasaan, perusahaan itu
sudah merupakan salah satu sektor masyarakat kita yang paling berkuasa. Apabila
perusahaan itu mengejar tujuan-tujuan sosial, perusahaan itu bahkan akan memilki
kekuasaan yang lebih besar lagi.
5 Lingkungan yang lebih baik, keterlibatan usaha dapat menolong memecahkan masalahmasalah yang sulit, menolong menciptakan mutu kehidupan yang lebih baik dan
masyarakat yang lebih menyenangkan di mana perusahaan dapat menarik dan
mempertahankan keryawan-keryawan yang terampil. Kurangnya keterampilan, pandangan
dan kemampuan para pemimpin bisnis terutama diarahkan pada ekonomi. Usahawan itu
tidak memilki kualifikasi yang baik untuk menangani masalah-masalah sosial.
6 Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut, peraturan pemerintah menambah biaya
10
ekonomi dan membatasi fleksibilitas keputusan para manajer. Dengan menjadi bertanggung
jawab secara sosila, perusahaan dapat mengharapkan berkurangnya peraturan pemerintah.
Kurangnya pertanggungjawaban, para pemimpin bisnis beranggapan tidak ada garis-garis
tanggung jawab sosial langsung dari sektor bisnis kepada masyarakat umum.
7 Keseimbangan tanggung jawab dengan kekuasaan, perusahaan memiliki sejumlah besar
kekuasaan di dalam masyarakat. Dibutuhkan jumlah tanggung jawab yang sama besar
untuk mengimbanginya. Kurangnya dukungan dari masyarakat luas, tidak ada mandat luas
atau teriakan dari masyarakat terhadap bisnis untuk terlibat dalam masalah-masalah sosial.
8 Kepentingan-kepentingan pemegang saham, tanggung jawab sosial akan memperbaiki
harga saham perusahaan dalam jangka panjangnya.
9 Kepemilikan sumber-sumber, organisasi bisnis memiliki sumber-sumber keuangan,
keahlian teknis, dan bakat manajerial untuk mendukung proyek-proyek masyarakat dan
amal yang memerlukan bantuan.
10 Keunggulan pencegahan atas penanganan masalah, masalah-masalah sosial harus
ditangani pada waktu tertentu.
2.4 ETIKA MANAJERIAL
Etika adalah aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang merumuskan perilaku benar dan salah,
dalam hal ini kita ingin meninjau dimensi etis keputusan-keputusan manajerial. Banyak
keputusan yang dibuat para manajer menuntut mereka untuk merenungkan siapa yang dapat
terkena, dalam rangka hasilnya ataupun prosesnya.
Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter, terdapat empat pandangan tentang etika,
yakni :
Ulititarian view of ethics (pandangan etika utilitarian)
Pandangan ini menyatakan bahwa keputusan-keputusan etika dibuat semata-mata
berdasarkan hasil atau akibat keputusan itu. Keputusan ini biasanya didasarkan pada
perhitungan kuantitatif, sehingga teori ini didasarkan pada metode kuantitatif. Sasaran
utilitarianisme adalah memberikan manfaat tebesar bagi jumlah terbesar. Di satu pihak,
utilitarianisme mendorong efisiensi dan produksivitas dan sesuai dengan sasaran
maksimalkan laba. Namun dilain pihak, pandangan itu dapat menyebabkan melencengnya
alokasi sumber daya, terutama apabila beberapa orang yang kena dampak keputusan itu
tidak memiliki perwakilan atau suara dalam keputusan tersebut. Utilitarianisme dapat juga
menyebabkan hak-hak sejumlah orang yang berkepentingan menjadi terabaikan.
Theory of justice view of ethics (pandangan etika teori keadilan)
Pendekatan ini menyatakan bahwa para manajer harus menerapkan, memaksakan,
mendorong peraturan secara adil dan tidak memihak serta tindakan itu dilakukan dengan
mengikuti seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum. Misalnya, seorang
manajer akan menggunakan sudut pandang teori keadilan dalam menentukan pembayaran
seorang karyawan baru tingkat dasar sebesar $1,50 sejam di atas upah minimum, karena
yang berpendapat bahwa upah minimum itu tidak memadai untuk memungkinkan
karyawan-karyawan memenuhi kewajiban-kewajiban dasar keuangan mereka. Menerapkan
standar-standar keadilan juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sikap itu melindungi
kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan yang barangkali tidak
mempunyai kekuasaan; tetapi pandangan tersebut dapat mendorong suatu perasaan
mempunyai hak yang boleh jadi membuat para karyawan mengurangiusaha menempuh
11
Ciri-ciri individu
Ditemukan dua variabel kepribadian yang mempengaruhi tindakan-tindakan individu
menurut keyakinan-keyakinannya tentang apa yang benar dan salah: kekuatan ego dan
tempat kendali. Kekuatan ego adalah ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinankeyakinan seseorang . orang yang tinggi skor kekuatan egonya cenderung melawan
dorongan-dorongan dan lebih sering mengikuti keyakinan-keyakinan mereka daripada
orang-orang yang rendah kekuatan egonya.
Tempat kendali adalah suatu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai di mana
orang berpendapat bahwa mereka adalah berkuasa atas nasib mereka sendiri, sementara
orang-orang yang memilki tempat kendali eksternal berpendapat bahwa apa yang terjadi
12
terhadap mereka dalam hidup itu disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan. Dari sudut
pandang etis, orang-orang yang etis, orang orang yang eksternal itu kurang cenderung
memikul tanggung jawab pribadi bagi akibat-akibat perilaku mereka dan lebih cenderung
mengandalkan kekuatan kekuatan eksternal. Orang-orang internal itu, sebaliknya, lebih
cenderung memikul tanggung jawab bagi akibat-akibat dan mengandalkan standar batin
mereka sendiri mengenai benar dan salah untuk membimbing perilaku mereka.
Variabel-variabel struktural
Desain struktural sebuah organisasi menolong membentuk perilaku moral manajermanajernya. Struktur-struktur tertentu memberikan bimbingan kuat, sementara strukturstruktur lain hanya menciptakan ketidakjelasan bagi para manajer. Desain-desain struktural
yang meminimalkan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para manajer tentang
apa yang etis lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Budaya organisasi
Budaya yang kuat akan lebih banyak mempengaruhi para manajer daripada kebudayaan
yang lemah . apabila budaya itu kuat dan menopang standar etika yang tinggi, budaya itu
tentunya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan positif tehadap perilaku etis
seorang manajer.
Intensitas masalah
Gambar 4.Ciri-ciri yang menentukan Intensitas masalah
13
memperoleh manfaat dari tindakannya, maka tindakan tersebut juga dianggap untuk
kepentingan orang lain atau organisasi. Untuk mengatasi pembenaran semacam itu
bergantung kepada kemampuan untuk melihat lebih lanjut dari hasil jangka pendek tersebut
dikaitkan dengan dampaknya dalam jangka panjang serta melihat lebih lanjut cara-cara
yang digunakan dalam memperoleh hasil tersebut. Misalnya, untuk menanggapi pertanyaan
berikut, sejauh mana saya bias memaksakan sesuatu supaya tujuan tercapai?. Jawaban
yang sebaiknya diberikan adalah Jangan mencobanya untuk mencarinya
3. Meyakinkan diri sendiri bahwa tak seorang pun merasa bahwa anda melakukan sesuatu
yang salah. Mereka secara tidak benar percaya bahwa perilaku yang masih perlu
dipertanyakan tersebut adalah benar-benar aman dan tidak akan pernah ditemukan atau
disebarluaskan. Kurang bertanggung-jawab, tekanan yang tidak masuk akal untuk
melakukan sesuatu, dan seorang bos yang lebih suka memilih untuk tidak tahu, dapat
mendorong tumbuhnya pemikiran seperti itu. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah
dengan cara menanamkan kepada semua orang bahwa apabila sampai terbukti, tindakan
yang salah semacam itu pasti akan dihukum.
4. Meyakinkan diri sendiri bahwa organisasi akan melindungi anda. Ini merupakan persepsi
yang salah tentang loyalitas. Orang percaya bahwa kepentingan organisasi adalah di atas
segalanya. Akibatnya, orang percaya bahwa pimpinan akan membenarkan tindakan serta
melindungi karyawan tersebut dari ancaman. Namun loyalitas terhadap suatu organisasi
tidak berarti membenarkan suatu tindakan yang salah, loyalitas organisasional sebaiknya
tetap berpijak pada moralitas hukum dan social.
2.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Tanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai wujud pelaksanaan etika dalam organisasi.
Tanggung jawab sosial juga dapat didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan untuk
merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang
memberikan manfaat kepada masyarakat. Sayangnya, karena tidak ada kesepahaman yang
kuat tentang kepada siapa dan untuk apa perusahaan bertanggung jawab sosial, akan sulit
bagi manajer untuk mengetahui apa yang dianggap sebagai perilaku perusahaan yang
bertanggung jawab sosial.
2.5.1 Peran Kepada Siapa Organisasi Bertanggung Jawab sosial
Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab social, yaitu
sebagai berikut :
1. Model Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa sasaran organisasi
yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para pemegang saham. Lebih
spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai saham perusahaan yang dimiliki
oleh pemegang saham akan meningkat juga.
2. Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung jawab
manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya
memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).
Pihak yang berkepentingan adalah orang atau kelompok dengan kepentingan yang sah
14
dalam suatu perusahaan. Karena pihak berkepentingan memiliki minat dan dipengaruhi
oleh tindakan organisasi, maka mereka memiliki suatu taruhan dalam tindakan tersebut.
Akibatnya, kelompok yang berkepentingan akan mencoba untuk mempengaruhi perusahaan
agar bertindak menurut keinginan mereka.
Bertanggung jawab bagi berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) menimbulkan
dua pertanyaan pokok. Pertama, bagaimana perusahaan mengenali stakeholder organisasi ?
kedua, bagaimana perusahaan mengimbangi kebutuhan dari stakeholder yang berbeda ?
dengan membedakan stakeholder primer dan sekunder , akan dapat menjawab pertanyaan
tersebut.
a. Stakeholder Primer adalah kelompok-kelompok, seperti pemegang saham, karyawan,
pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat sekitar, dimana organisasi bergantung
untuk kelanjutan hidup jangka panjang.
Sebagai contoh, saat Kmart menghadapi masalah keuangan, ia terlambat melakukan
pembayaran kepada tiga pemasok utamanya. Para pemasok ini memperingatkan Kmart
bahwa mereka tidak akan mengirim lagi produk mereka ke toko-toko Kmart, kecuali jika
dibayar tunai sebelumnya atau pada saat pengiriman. Bahayanya bagi Kmart adalah apabila
masalah ini menyebar kepada kelompok stakeholder lain. Ketika mendengar bahwa Kmart
tidak dapat melunasi pemasok ini, maka pemasok Kmart yang lain juga menginginkan
pembayaran tunai sebelum pengiriman. Karena semakin sedikit barang yang dikirim ke
toko, maka pelanggan mungkin berhenti berbelanja di Kmart karena tidak dapat
memperoleh barang yang mereka butuhkan. Selanjutnya hal ini dapat mengganggu usaha
jangka panjang Kmart.
b. Stakeholder Sekunder adalah media dan kelompok khusus yang berkepentingan, yang
dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan.
Sebagai contoh, kebanyakan anak-anak Amerika di tahun 1960 tumbuh karena menyantap
roti selada ikan tuna, masakan tuna (dengan keripik kentang diatasnya). Akan tetapi pada
pertengahan 1980an anggapan umum tentang nelayan dan industry tuna berubah menjadi
negative, ketika kelompok lingkungan hidup mengumumkan kenyataan bahwa terdapat
sekitar seratus ribu ikan lumba-lumba terbunuh setiap tahun oleh jala penangkap ikan tuna.
Akibatnya banyak restoran dan sekolah melakukan protes dengan menghapuskan ikan tuna
dari daftar makanan mereka.
15
Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa tanggung jawab ekonomi dan hukum memainkan
bagian yang lebih besar dalam tanggung jawab social perusahaan daripada tanggung jawab
etika dan kebijakan. Namun kepentingan relatifitas dari tanggung jawab ekonomi, hukum,
etika dan kebijakan tergantung pada harapan yang dimiliki masyarakat terhadap tanggung
jawab social perusahaan pada suatu waktu tertentu. Seabad yang lalu, masyarakat berharap
agar perusahaan memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, dan lainnya. Namun
sekarang, sejak masyarakat menilai apakah perusahaan sudah bertanggung jawab social,
maka tanggung jawab etika dan kebijakan menjadi lebih penting dari biasanya.
2.5.3 Tanggapan atas Tuntutan akan Tanggung Jawab Sosial
16
Kepekaan social adalah strategi yang dipilih oleh perusahaan untuk menanggapi harapan
Stakeholder dalam bidang ekonomi, hukum, etika, atau kebijaksanaan, berkaitan dengan
tanggung jawab social.
17
BAB 3
KESIMPULAN
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa ada prinsip-prinsip dalam berbisnis :
Tanggung jawab usaha : melampaui para pemegang saham menuju mereka yang
berkepentingan
Dampak ekonomis dan sosial bisnis : menuju inovasi, keadilan, dan masyarakat dunia
Tingkah laku binsis : melampaui hukum menuju semangat kepercayaan
Menghormati peraturan-peraturan
Mendukung perdagangan multilateral
Menghormati lingkungan
Mencegah operasi-operasi yang tidak halal
Dan upaya perwujudan dan peningkatan etika manajemen :
Pelatihan etika
Advokasi etika
Kode Etik
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan
18
http://manajemenkelompoktiga.blogspot.com/2010/03/makalah-mengelola-etika-dantanggung.html
DAFTAR PUSTAKA
Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo.
Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta.
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
http://akademik.unsri.ac.id
http://stiealanwar.files.wordpress.com
http://fe-unpad.com
19
Etika adalah Kode prinsip moral dan nilai-nilai yang mengatur perilaku
seseorang atau kelompok sehubungan dengan apa yang benar atau
salah.
Etika Manajerial
1.
hak
persetujuan
2.
hak
atas
3.
hak
kebebasan
hati
4.
hak
untuk
bebas
5.
hak
atas
proses
6. hak atas hidup dan keamanan
bebas
privasi
nurani
berpendapat
hak
Mendefinisikan Keadilan
20
21
http://management5.blog.perbanas.ac.id/?p=89
22
23
24
Tanggung jawab etika terdiri atas perilaku-perilaku yangbtidak bisa ditempatkan ke dalam
ranah hukum dan mungkin tidak berhubungan dengan kepentingan ekonomi perusahaan
secara langsung.
http://kelompok1pengantarmanajemenkelasi.blog.perbanas.ac.id/2011/04/07/mengelola-etika-dantanggung-jawab-sosial/
25