Anda di halaman 1dari 62

STERILISASI

1. Pengertian Steril
1.
SDF : 37
Steril adalah suatu kondisi absolut dan harus tidak pernah digunakan atau dianggap secara relatif
sebagai bahan atau hampir steril
2. Lachman : 619
Steril adalah kondisi yang memungkinkan tercipatanya kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan
keterbatasan
3. RPS : 1470
Steril adalah tidak adanya mikoroorganisme yang aktif
4.
Text book phar ; 526
Steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme hidup dari lingkungan
5.
PDF Kenneth ; 325
Steril adalah produk biologis steril sebagai produk yang bebas dari kontaminasi mikroba sebagai hasil
dari tes sterilisasi.
Kesimpulan :
Steril adalah suatu keadaan yang mutlak bebas dari mikroorganisme baik patogen maupun non
patogen,baik vegetatif maupun sporanya, tidak setengah atau hampir steril.
2. Definisi sterilitas
1.
RPS 18 th : 1470
Sterilitas adalah karakteristik yang disyaratkna untuk sediaan farmasetik bebas dari mikroorganisme hidup
karena metode, wadah atau rute pemakaian
2.
SDF : 15
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan-sediaan farmasetik ini karena metode,
wadah atau rute pemakaian
Kesimpulan :
Sterilitas adalah karakteristik yang diisyaratkan untuk sediaan farmasetik yang bebas dari
mikroorganisme hidup meliputi metode, wadah atau rute pemakaian.
3. Definisi sterilisasi
1.
Scovilles : 403
Sterilisasi adalah suatu proses membunuh atau menghilangkan bakteri dan mikroorganisme lain.
2.
Ansel : 410
Sterilisasi adalah suatu proses seperti yang dilakukan terhadap sediaan farmasetik berarti penghancuran
sempurna seluruh mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari sediaan
3.
Lachman : 619
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menghasilkan keadaan steril
4.
Parrot : 274
Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme dan spora yang hidup
5.
RPS 18TH : 1470
Sterilisasi adalah suatu proses dimana semua bentuk organisme hidup dihilangkan atau dirusak
fungsinya yang mungkin
6.
DOM : 592
Sterilisasi adalah biasanya didefinisikan sebagai pemusnahan keseluruhan atau menghilangkan semua
jenis-jenis kehidupan dari material-material
7.
Text Book of Pharm ; 526
Sterilisasi adalah semua proses untuk mencapai status steril.
Kesimpulan :
Sterilasasi adalah suatu proses mengurangi, menghilangkan, menghancurkan, membunuh mikroorganisme
dan sporanya dari sediaan untuk mencapai suatu keadaan yang steril.

4. Jenis-jenis sediaan steril


SDF ; 15-18
1.
Injeksi
Larutan obat dalam pembawa yang sesuai dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan dimaksudkan
untuk pemakaian parenteral dibuat sebagai injeksi.
2.
Cairan infuse
Cairan infuse intravena dibuat sebagai sejumlah karakteristik infuse melalui cara pemakaiannya.
3.
Radiasi Farmasetik
Bahan kimia radio aktif digunakan untuk uji, fungsi bahan-bahan yang kadang dipastikan sejumlah infeksi
dibawah radiofarmasetik. Ini berbeda dari infeksi lain dalam obat sebagi bentuk radioaktif.
4.
Steril Padat
Beberapa obat tidak mempunyai kestabilan yang cukup dalam larutan untuk dapat mewadahkannya
seperti injeksi maka disediakan sebagai sediaan padat kering dalam larutan ketika digunakan.
5.
Suspensi steril
Suspensi obat dalam pembawa parenteral yang cocok dibuat sebagai suspensi obat steril seperti suspensi
sediaan Hidrokortison Asetat. Jika obat ini bentuk kering dan suspensi dengan penambahan pembawa
parenteral yang cocok disebut obat steril unutk suspensi seperti Kloramfenikol Steril untuk Suspensi.
6.
Tetes Mata, Suspensi dan Salep
Obat-obat dalam larutan atau suspensi digunakan melalui penetesan pada mata sebagai sediaan steril,
walaupun tidak umum disebut steril seperti larutan mata Natrium Sulfametasol atau suspensi mata
Hidrokortison asetat.
7.
Larutan irigasi
Larutan irigasi yang digunakan untuk mencuci atau menyembuhkan luka terbuka, rongga badan
didefinisikan sebagai larutan irigasi dan diguanakn pada pemakaian luar tidak pernah secara parenteral
8.
Bahan Diagnosis
Larutan yang digunakan secara parenteral untuk tujuan diagnosa seperti injeksi yang digunakan unutk
menentukan volume darah.
9.
Ekstrak Allergenio
Ekstrak allergenio adalah konsentrasi steril pada allergen atau bahan-bahan yang tidak bisa sensitif. Pada
beberapa orang digunakan untuk diagnosa atau percobaan pada reaksi alergi.
10.
Larutan Dialisis Peritonial
Larutan yang digunakan pada teknik yang dikenal sebagai dialisis peritoneal utnuk menurunkan kelebihan
larutan cairan tubuh, serum elektrolit, bahan-bahan toksik seluruh pencernaan.
5. Metode-metode Sterilisasi
A.
Sterilisasi Secara Fisika
1.
Pemanasan Kering
a.
Udara Panas Oven
(Scoville`s :404)
Bahan yang karena karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap destilasi
dalam udara panas-oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah minyak lemak., paraffin,
petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk steril seperti talk, kaolin dan ZnO, dan beberapa
obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering adalah metode yang paling efektif
untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat bedah.
Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering dan bahan yang
sama tidak dapat disterilisasi dalam aytoklaf. Salah satu elemen penting dalam sterilisasi
dengan menggunakan uap aotoklaf. Atau dengan adanya lembab dan penembusannya ke
dalam bahan yang telah disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam
medium anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121o C (suhu yang biasanya digunakan dalam
autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit). Untik alasan ini, autoklaf merupakan
metodee yang tidak cocok untuk mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak,
atau bahan-bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.

b.

c.

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi. Ini berlawanan
dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel bakteri yang terjadi dengan
sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang lebih tinggi dan waktu pemaparan yang
dibutuhkan saat proses dilakukan dengan uap di bawah tekanan. Saat sterilisasi di bawah uap
panas dipaparkan pada suhu 121 C selam 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering
membutuhkan pemaparan pada suhu 150 C sampai 170 C selama 1-4 jam.
Suhu yang biasa digunakan pada sterilisasi panas kering 160 C paling cepat 1 jam, tapi
lebih baik 2 jam. Suhu ini digunakan secara khusus untuk sterilisasi minyak lemak atau cairan
anhidrat lainnya. Bagaimanapun juga range 150-170 C digunakan untuk streilisasi panas kering
dan lain-lain, sebagi contoh : bahan-bahan gelas, dapat disterilkan pada suhu 170 C. dimana
beberapa serbuk seperti sulfonilamid harus disterilkan pada suhu rendah dan waktu yang lebih
lama.
PTM : 123
Panas kering pada temperatur lebih 160 C efktif menghancurkan mikroorganisme hidup
dengan sebuah proses kehilangan kelembaban secara inversible. Proses ini berjalan relativ
lambat, mengisyaratkan sedikitnya 1 jam pada suhu 160 C tetapi lebih cepat pada temperatur
yang tinggi. Panas kering ini sering merugikan beberapa produk.
Penerapan panas dengan keberadaan lembab lebih efektif untuk pembunuhan
mikroorganisme diIsyaratkan 15 menit pada suhu 121oC.
RPS 18th : 1471
Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan dengan uap, paling baik disterilkan dengan
panas kering,. Misalnya petrolatum jelly, minyak mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas
kering kurang efisien dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperature tinggi
dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur bervariasi telah diterapkan
berdasarkan tipe indikator steril yang digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain. Jumlah air
dalam sel mikroba diketahui mempengaruhi resistensinya terhadap destruksi panas kering.
Umumnya, ini diterima bahwa sel mikroba dalam daerah yang betul-betul kering menunjukkan
resistensi terhadap inaktivasi panas kering,. Ini jelas bahwa perhatian harus diberi untuk
mendisain siklus sterilisasi panas kering untuk produk-produk rumah sakit dan validasi sistematis
sterilisasi dengan metode sterilisasi standar.
Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas dikontrol dan
mungkin gas atau elektrik gas.
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :
170 C (340 F) sampai 1 jam
160 C (320 F) sampai 2 jam
150 C (300 F) sampai 2,5 jam
140 C (285 F) sampai 3 jam
Penangas minyak dan lainnya (Scovilles : 404)
Bahan kimia yang stabil dalam ampul bersegel dapat disterilisasi dengan
mencelupkannya, dalam penangas yang berisi minyak mineral pada suhu 162 0 C. larutan jenuh
panas dari natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi. Ini
merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan bereaksi sebagai
lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk memlihara cat penutup.
Pemijaran langsung (Scovilles : 404)
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang gelas,
filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum
logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran langsung. Papan
salep, lumping dan alu dapat disterilisasi dengan metode ini. Dalam semua kasus bagian yang
paling kuat 20 detik. Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan
bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api
dengan hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel.

2. Panas Lembab
a.
Uap bertekanan
(Scoville`s :404)
Penggunanaan uap bertekanan atau metode sterilisasi yang paling umum
memuaskan dan efektif yang ada. Ini adalah metode yang diinginkan untuk sterilisasi larutan
yang ditujukan untuk infeksi pada tubuh, pembawa pada sediaan mata, bahan-bahan gelas.
Untuk penggunaan darurat, pakaian dan alat kesehatan dan benda-benda karet. Kerugian
yang paling prinsip dan penggunaan uap ini adalah ketidaksesuaiannya untuk penggunaan
pada bahan sensitiv terhadap panas dan kelembaban. Metode ini tidak dapat digunakan untuk
sterilisasi misalnya, produk yang dibuat dari basis minyak dan serbuk. Uap jenih pada 120 C
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme hidup dalam waktu
menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora vegetatif yang tahan terhadap pemanasan
tinggi. Keefektifan sterilisasi uap bertekanan tergantung pada 4 sifat dari uap jenuh kering
yaitu :
1. Suhu
2. Panas tersembunyi yang berlimpah
3. Kemapuan untuk membentuk kondensasi air
4. Kontraksi volume yang timbul selama kondensasi
Waktu yang dibutuhkan untuk mensterilkan larutan saat suhu 121 C selama 12
menit, ditambah waktu tambahan untuk larutan dalam wadah untuk mencapai 121C setelah
termometer pensteril menunjukkan suhu ini. Secara umum larutan dalam botol 100-200 ml
akan membutuhkan kurang 5 menit botol 500 ml antara 10-15 menit.
RPS 18 th : 1471
Panas lembab merupakan bentuk uap jenuh di bawah tekanan yang merupakan
cara sterilisasi yang paling banyak digunakan. Penyebeb kematian dengan cara sterilisai
panas terhadap lembab berbeda dengan cara panas kering, kematian mikroorganisme oleh
panas lembab adalah hasil koagulasi protein sel, berbeda dengan cara panas kering,
kematian mikroorganisme yang paling penting adalah proses oksidasi.
USP menentukan sterilisasi uap sebagai penerapan uap jenuh di baeah teakana
paling kurang 15 menit dengan temperatur minimal 121 C dalam jaringan tekanan. Bentuk
yang paling sederhana dari autoklaf adalah home preasure cooker.
b.
Uap panas pada 100 C.
Uap panas pada suhu 100 C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir atau
air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan
dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang
memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri yang tidak membentuk
spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan.
Dalam prakteknya, 2 metode uap mengalir digunakan, suatu perpanjangan
pemaparan uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi
tidak akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, sterilisasi berjeda
yang juga disebut sterilisasi tidak berlanjut. Penjedahan dan bertahap adalah tindalisasi
digunakan. Dengan metode ini bahkan dipaparkan pada uap mengalir pada periode waktu
bervariasi dari 20-60 menit setiap hari selama 3 menit. Antara pemaparan bahan terhadap
uap yang disimpan pada suhu kamar atau pada inkubator pada 37 C. prinsip dari metode ini
adalah pada saat waktu pertama kali pemaparan pada uap membunuh bakteri vegetatif tapi
tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan
selam 24 jam, banyak spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif bentuk spora yang telah
tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini
tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa istirahat.
c.

Pemanasan dengan bakterisida

Ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap pans pada 100 C. adanya
bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode ini digunakan untuk larutan
berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada
autoklaf. Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam wadah bersegel pada
suhu 100 C selama 20 menit dalam pensterilisasi uap atau penangas air. Bakterisida yang
dapat digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2% kresol atau 0.002% fenil
merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih dari 15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal
atau gastro intestinal sehingga tidak dibuat dengan metode ini.
d.
Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam sterilisasi
jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar
tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Stetelah sterilisasi
bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan
pemijaran. Untuk menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1-2% Na-carbonat atau
2-3% larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-bahan logam.
3. Cara Bukan Panas
Sinar ultraviolet (Lachman : 628)
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara
dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme
(germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 2537 .
sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam
atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan
cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan membunuh
mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan.
Aksi letal .Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atomatom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan
tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atomatom utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu
mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang
diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang
panjang.
Radiasi pengion (Lachman : 628)
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotop radioaktif seperti
kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh percepatan mekanis elektron sampai ke
kecepatan den energi tinggi (sinar katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan
mutlak karena tidak menyebebkan kerusakan mekanik, namun demikian, kekurangan sinar ini
adalah di hentikan dari, mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat) keuntungan elektron yang
dipercepat adalah kemampuannya memberikan output laju doisis yang lebih seragam. Aksi latal
radiasi pengionan menghacurkan mikroorganisme dengan menghentikan rep-roduksi sebagai
hasil mutasi letal. Mutasi ini disebabkan karena tarnsformasi radiasi menjadi molekul penerima
pada sinar x, menurut teori langsung. Mutasi ini dapat disebabkan oleh tindakan tidak langsung,
dimana molekul-molekul air diubah menjadi kesatuan yang berenergi tinggi seperti hidrogen dan
ion hidroksil.semua ini pada kahirnya, menyebabkan perubahan energi pada asam nukleat dan
molekul lain sehingga hilangnya keberadaannya bagi metabolisme molekul sel bakteri.
Penerapan untuk sterilisasi ini. Elektron dipercepat atau sinar gamma dapat digunakan
untuk mensterilkan produk-produk pilahan dengan suatu proses berkesinambungan. Kebanyakan
prosedur sterilisasi produk lain harus diselenggarakan dalam batch setrilisasi dengan proses
berkesinambungan memerlukan pengendalian yang tepat, sehingga tidak ada bagian yang lepas
dari keefektifan sterilisasi.
Radiasi Ionisasi (RPS 18 th : 1476)
Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk alat-alat rumah sakit, vitamin,
antibiotik, steroid hormon dan transplantasi tulang dan jaringan dan alat pengobatan seperti alat
untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube palstik, katter, benang bedah dan cawan Petri. Radiasi

ioniasasi dapat menghasilkan perubahan dalam molekul organik yang dapat mempengaruhi
kemujaraban sediaan atau dapat menginduksi toksisitas. Radiasi produk juga dapat menghasilakn
perubahan warna dan kerapuhan beberapa wadah gelas dan bahan plastik.
Sterilisasi radiasi dapat dilakukan baik dengan radiasi elektromagnetil dan radiasi partikel.
Radiasi elektromagnetik dan energi photon, termasuk ultra dari bahan radioaktif seperti kobalt 60
atau sesium 137 adalah yang paling sering digunakan sebagai sumber energi sterilisasi adhesi
elektromagnetik. Radiasi partekel atau molekul termasuk daftar partikel yang steril. Satu-satunya
sekarang yang digunakan untuk sterilisasi radiasi pada obat-obat rumah sakit dan laboratorium.
Bagaimanapun banyak prosedur sterilisasi industri manggunakan radiasi, termasuk penjelasan
singkatnya. Beberapa informasi mengenai efek sterilisasi ultraviolet juga dihadirkan.
Prinsip bermuatan negativ sepeti elektron yang berinteraksi langsung dengan bahan
menyebabkan ionisasi seperti elektron elektromagnetik menyebabkan ionisasi pada mekanisme
yang bervariasi yang menghasilkan perpindahan suatu orbital elektron dengan mekanisme jumlah
tertentu dari energi yang ditransfer dalam insiden sinar gamma. Perpindahan elektron ini kemudian
bentindak sebagai partikel beta dalam reduksi. Oleh sebab itu baik partikel maupun
elektromagnetik, dipertimbangkan sebagai radiasi ionisasi yang berbeda dengan radiasi sinar
ultraviolet.
Kerugian penggunaan germisida radiasi sinar UV adalah penetrasinya terbatas, pada
panjang gelombang 253,7 nm, diserap oleh banyak bahan dan membuat penggumpalan
organisme dan hal tersebut dilindungi oleh debu dan puing-puing. Untuk menghindari aksi letal
panggunaan radiasi sinar UV sebagai cara sterilisasi tidak direkomendasikan lemak jika bahanbahan yang diradiasi sangat bersih dan bebas yang dapat melindungi mikroorganisme.
B. Sterilisasi Secara Kimia
Parrot ; 280
Sterilisasi gas adalah cara menghilangkan mikroorganisme dengan menggunakan gas atau
uap yang membunuh mikroorganusme dan sporanya. Meskipun gas dengan segera berpotensi menyerap
serbuk padat. Streilisasi ini adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme occluded dengan kristal
akan dibunuh. Sterilisasi gas digunakan dalam bidang farmasi unutk mensterilisasi bahan-bahan
termolabil. Gas bakterisida yang paling sering digunakan adalah gas Etilen Oksida. Meskipun sterilisasi
uap merusak beberapa bahan dan dipindahkan dari bahan yang dicobakan melalui jalur sterilisasi. Gas
ini tidak inert dan kereaktivannya terhadap bahan yang disterilisasi antara lain : Tiamin, Riboflavin,
Streptomisin kehilanngan potensi dengan adanya etilen oksida.
Etilen oksida bereaksi sebagai bakterisida dengan alkilasi asam, amin, hidroksil dan gugus
sulfhidril dari protein dan sel enzim. Kelembaban dibutuhkan untuk etilen oksida berpenetrasi dan
merusak sel.
Etilen oksida bersifat eksplosif ketika bercampur dengan udara. Sifat ini dapat dihilangkan
dengan menggunakan campuran etilen oksida dengan CO 2. Carboxide 20 atau campuran etilen oksida
dengan hidrokarbon berfluoresensi.
Sterilisasi dengan gas berjalan lambat, waktu sterilisasi tergantung pada keberadaan
kontaminasi, kelembaban, temperature dan konsentrasi dari gas etilen oksida. Konsentrasi minimum
adalah 450 mg/l pada tekanan 27psi.
Cara ini digunakan digunakan untuk mensterilkan obat serbuk seperti Penisilin, juga telah
digunakan unutk sterilisasi benang, plastik, tube. Penggunaan etilen oksida juga untuk sterilisasi akhir
peralatan parenteral tertentu seperti kertas kraft dan lapisan tipis polietilen. Semprot aerosol etilen oksida
telah digunakan untuk mensterilkan daerah sempit dimana dilakukan teknik aseptic.
C. Sterilisasi Cara Mekanik (Scoville`s : 417)
Larutan dapat dibebaskan dari mikroorganisme vegetatif dan sporanya melalui filter bakteri.
Filter bakteri tidak dapaat membebaskan larutan dari virus; bagaimanapun alat ini tidak mengurangi
jumlah virus. Pada prinsipnya dengan absorbsi ke dalam dinding filter dan dengan menghilangkan partikel
kasar dari bahan yang mengandung virus.
Sterilisasi dengan filter bakteri digunakan untk larutan farmasetik atau bahan biologi yang
dipengaruhi oleh pemanasan. Berbeda dengan metode filtrasi lain, filter bakteri ditujukan untuk fltrat
bebas bakteri. Metode sterilisasi ini membutuhkan penggunaan teknik aseptic yang benar. Sediaan obat

yang disterilkan dengan metode ini membutuhkan penggunaan bahan bakteriostatik kecuali diarahkan
lain. Larutan yang ditujukan untuk injeksi intrathecal atau merupakan larutan dosis tunggal intravena
dengan volum elebih dari 15 ml tidak boleh ditambahkan bahan bakterisid. Paraffin cair dan minyak lain,
tidak disterilkan dengan metode ini karena dapat meningnkatkan permeabilitas dari filter terhadap bakteri.
Unutk dapat membuat larutan bebas bakteri dan steril, digunakan filter dengan berbagai tipe. Tipe ini
termasuk filter yang terbuat dari silicon murni, porselin, asbes, dan glass-fritted. Karena alat-alat ini
mudah dibersihkan, filter Seitz yang menggunakan lapisan asbes dan fliter fritted glass mungkin lebih
berguna untuk farmasis. Yang kadang-kadang dubutuhkan untuk menyaring larutan dalam jumlah kecil.
Mekanisme filtrasi bakteri adalah kompleks. Meskipun ukuran pori filetr penting, tapi bukan itu
saja criteria untuk keefektifan filtrasi. Fliter dengan pori lebih kecil menghilangkan bakteri tetapi beberapa
filtrasi sangat lambat umtuk tujuan praktek. Dengan meningkatkan ketebalan filter lilin memungkinkan
untuk mencapai efisiensi filtrasi, tetapi nkerugiannya adalah bahwa kebanyakan bahan aktif dari larutan
dihilangkan dengan penyerapan oleh lilin. Bagaimanapun, dengan mengatur ukuran pori dan ketebalan
filter yang optimum, mungkin diperoleh filter yang efisien dan baik secara cepat. factor lain dilibatkan
dalam filtrasi bakteri termasuk keseimbangan permukaan antara bahan filter dan bakteri dan larutan,
suhu, tekanan yang digunakan, waktu filtrasi, muatan listril filter, pH bahan yang difiltrasi, dan adsorbsi
protein dan bahan lain.
Filter Seitz
Filter ini dibuat dari bahan asbes yang dijepit pada dasar wadah besi. Keuntungan utama dari
filter Seitz ini adalah lapisan filter dapat dibuang setelah digunakan dan masalah pembersihannya
berkurang. Efisiensi tergantung pada pengembang serat dari lapisan filter dari air. Karena larutan alcohol
pekat tidak membuat mengembang, filter ini tidak digunakan untuk mensterilkan larutan yang
mengandung alcohol dalam jumlah besar.
Filter ini mampu dengan volume dari 30 ml hingga lebih dari 100 ml. Kerugian pertama dari
filter ini adalah cenderung memberikan komponen magnesium pada filtrate. Bahan alkali ini dapat
menyebabkan konsentrasi pengendapan alkaloid bebas dari garamnya dan dapat menginaktifkan seperti
insulin, ekstrak pituari, epinefrin dan apomorfin. Hal ini dapat diatasi dengan perawatan pertama filter
dengan dibasahkan dengan HCl lalu dibilas dengan air.
Kerugian kedua dari seitz adalah permukaan serat pada lapisan filter membuat larutan tidak
cocok untuk injeksi. Ini dapat diatasi dengan menempatkan ayakan dari nilon atau sutra dibawah lapisan
filter sebelum menempatkan lapisan dalam filter, atau sebuah filter gelas fritted dapat ditempatkan pada
saluran keluar untuk menghilangkan serat. Filter seitz ini juga cenderung untuk menghilangkan bahan
dari filtrat bahan adsorbsi.
Filter Swinny
Sebuah adaptasi dari filter seitz, filter swinny mempunyai adat terkhusus yang terdiri dari
lapisan hasbes, bersama dengan screen dan pencuci. Utamanya untuk digunakan filter swinny dibungkus
dengan kertas dan diotoklaf. Bagian yang dipasang dihubungkan pada spoit Luer-lola dan cairan
dimasukkan melalui disk asbes dengan menggunakan tekanan pada saluran spoit.
Filter Fritted-Glass
Filter fritted-glass disusun dari dasar serbuk, tombol bulat dari gelas digabung bersama
dengan penggunaan panas untuk menentukan sebelumnya ukuran dalam bentuk disk. Permeabilitas filter
barbanding secara tidak langsung dengan ukuran butiran. Setelah disk dibentuk, kemudian disegel
dengan pemanasan kedalam corong gelas pyrex dibentuk seperti corong buchner.
Filter fritted-glass yang baru harus dicuci dengan penghisap dengan HCl panas dan kemudian
dibilas dengan air sebelum digunakan. Filter dapat dibersihkan dengan membilasnya dengan air dibawah
tekanan. Jika air tidak dapat membersihkan filter, suatu konsentrasi larutan asam sulfat mengandung 1 %
sodium nitrat dipanaskan pada suhu 80oC dapat digunakan. Filter fritted dirancang utamanya untuk filtrasi
vakum. Jika digunakan filtrasi dibawah tekanan, perbedaan maksimum pada diks harus tidak boleh dari
15 pouns inci persegi (p.si).
Filter Berkefeld & Mandler
Tes bentuk tube filter pembanding ini, yang dihubungkan dengan dasar logam dan saluran
keluar tubuh adalah dama pada keduanya. Felter mandler dibuat dari silikat murni, hasbes, dan kalsium
sulfat (gips dari paris); filter berkefeld terdiri dari silica murni. Kedua filter ini bermuatan negative. Fitlrer ini

tersedia dalam beberapa tingkatan porositas berdasarkan pada permeabilitas terhadap air, pada
berkefeld atau pada mandler berdasarkan pada jumlah tekana air dalam pons yang dibutuhkan untuk
mendorong udara melalui saluran keluar melawan air.
Saluran berkefeld dan mandler dibersihkan dengan menggunakan air destilasi melalui saluran
dari luar kedalam diikuti dengan menggosok bagian luarnya menggunakan sikat dalam aliran air. Saluran
berkefeld dan mandler dapat disterilkan dengan autoklaf pada 121oC selama 20 menit. Tabung harus
dibungkus dengan kain atau kertas secara langsung setelah dibilas dan saat masih basah sebelum
ditempatkan di autoklaf.
Selas Filter
Filter porselen buatan Amerika sekarang tersedia dengan nama selas filter porselen
microporous. Filter ini secara kimia inert, menjadi tahan terhadap semua larutan yang tidak menyerang
silica.
Saluran selas filter dapat dibersihkan dengan menggosoknya dengan sikat, dengan membilas,
pencucian, dengan menggunakan alkali atau detergen asam atau dengan pemanasan dalam tungku
dilaboratorium pada temperatur maksimum 1200oC dan dapat disterilkan dengan autoklaf.
Saluran Filter Chamberland Pasteur
Filter ini mempunyai bentuk yang mirip dengan berkefeld tetapi filter ini terbuat dari porselen
penyerap yang tidak berlapis dengan pori-pori kecil yang menghasilkan filtrasi yang lambat. Filter ini
dapat dibersihkan dan disterilkan dengan cara yang sama dengan yang digunakan untuk saluran
berkefeld.
6.

Keuntungan dan kerugian metode sterilisasi


a.
Sterilisasi Panas Kering
Keuntungan
1.
Dapat digunakan untuk membunuh spora dan bentuk
vegetatifnya dari semua mikroorganisme (Lachman Industri; 1263)
2.
Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif
disterilkan dengan uap air panas (Ansel; 413)
3.
Metode pilihan bila dibutuhkan peralatan yang kering atau
wadah yang kering seperti pada zat kimia kering atau larutan bukan air (Ansel; 414).
Kerugian
1. Hanya digunakan untuk zat-zat yang tahan penguraian pada suhu diatas kira-kira 140 oC (Lachman
Industri; 1263)
2. Karena panas kering efektif membunuh mikroba dengan uap air panas, maka diperlukan
temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang (Ansel; 413)
b.
Sterilisasi Uap Panas
Keuntungan :
1.
Adanya uap air dalam sel mikroba menimbulkan
kerusakan pada temperatur yang relative rendah daripada tidak ada kelembaban (Ansel; 412)
2.
Metode ini digunakan untuk sediaan farmasi dan bahanbahan yang dapat tahan terhadap temperature yan digunakan dan penembusan uap tetapi tidak
timbul efek yang tidak dikehendaki akibat uap air (Ansel :413)
3.
Sel bakteri dengan kadar air besar umumnya lebih
muidah dibunuh (Ansel : 413)
4.
Dipergunakan unutk larutan jumlah besar, alat-alat
gelas, pembalut operasi dan instrument (Ansel :413)
5.
Dapat membunuh semua bentuk mikroorganisme
vegetatif (Scoville`s:408).
Kerugian :
1.
Tidak digunakan untuk mensterilkan minyakminyak lemak, sediaan berminyak dan sediaan yang tidak dapat ditembus oleh uap air atau
pensterilan serbuk terbuka yang mungkin rusak oleh uap jenuh (Ansel :413)
2. Spora-spora yang kadar airnya rendah, sukar dihancurkan (Ansel :413)

c.

d.

e.

Sterilisasi Gas
Keuntungan :
1. Beberapa senyawa yang tidak tahan terhadap panas dan uap dapat disterilkan dengan baik dengan
memaparkan gas etilen oksida atau propilen oksida bila dibandingkan dengan cara lain (Ansel :416)
2. Dapat digunakan untuk membunuh mikroorganisme dan spora lain (Parrot : 280).
Kerugian :
1. Gas-gas (etilen dan prop[ilen oksida) mudah terbakar bila tercampur dengan udara (Ansel :417)
2. Tidakan pengemasan yang lebih besar diperlukan untuk sterilisasi dengan car ini daripada dengan
cara lain karena waktu, suhu, kadar gas dan kelembaban jumlhanya tidak setegas seperti pada
sterilisasi panas kering dan lembab panas (Ansel :417)
3. Gas-gas sulit hilang dan kebanyakan bahan-bahan setelah pemaparan (Lachman Industries :1283)
4. Iritasi jaringan dapat terjadi jika etilen oksida tidak dihilangkan sama sekali, sifat karsinogenik dan
mutagenic dari etilen oksida dari sisa-sisa pada bahan yang digunakan pada manusia (Lachman
Industries :1285)
5.
Waktu siklus untuk sterilisasi dengan etilen oksida
agak lama (Lachman :1286).
Sterilisasi Dengan Penyaringan
Keuntungan :
1. Penyaringan dapat digunakan untuk memisahkan partikel termasuk mikroorganisme dari larutan
gas tanpa menggunakan panas (Lachman Idustries :1285)
2. Saringan tidak harus mengubah larutan/gas segala cara (Lachman Ind :1265)
3. Tidak menghilangkan bahan yang diinginkan atau membawa komponen yang tidak diinginkan
(Lachman Ind :1265)
4. Kecepatan penyaringan sejumlah kecil larutan, kemampuan untuk mensterilkan secara efektif bahan
tahan panas (Ansel :416)
5. Peralatan yang digunakan relative tidak mahal dan mikroba hidup dan mati serta partikel-partikel
lengkap semua dihilangkan dari larutan (Ansel :416).
Kerugian :
1.
Penyaringan cairan dengan voluime besar akan mermerlukan
waktu yang lebih lama terutama bila cairan kental dibandingkan dengan bila memakai cara
sterilisasi lembab panas (Ansel : 414).
2.
cara ini diharuskan menjalani pengawasan yang ketat dan
memonitoring karena efek hasil penyaringan dapat diperngaruhi oleh banyaknya miokroba dalam
larutan (Ansel : 414).
3.
Filter bakteri tidak efektif menghilangkan firus dari larutan
(Scovilles?: 419).
4.
Muatan dalam pH yang sesuai yang bersifat alkali menyebabkan
kerusakan filter dan partiekel yang kecil pada filter merupakan problem yang khusus (Scovilles:
419)
5.
Tiap kebocoran yang mungkin terjadi pada system ini
menyebabkan kerusakan pada bagian luar tanpa kontaminan filtrate yang steril (Lachman:12821283 )
6.
Kesulitan mempertahankan kondisi aseptis seperti merupakan
masalah besar sehubungan dengan sterilisasi melalui penyaringan (Lachman Industri: 1283 ).
Sterilisasi Irradiasi
Keuntungan :
1.
Pemakaian radiasi meningkat dalam frekuensi dan luasnya
pemakaian setelah diperoleh pengalaman dengan metode ini, khususnya untuk sterilisasi alat
medis, plastik, sejumlah vitamin, antibiotic, dan hormone dalam keadaan kering setelah berhasil
dibuat steril dengan radiasi (Lachman Indutri: 1276).
Kerugian :

1.
2.

Penggunaan teknik ini terbatas karena memerlukan


peralatan yang sangat khusus dan pengaruh radiasi dan produk-produk dan wadah-wadah
(Ansel:418).
Sediaan farmasi dalam carian tubuh lebih sulit
disterilkan karena efek radiasi terhadap sistem zat pembawa dari jaringan obat (Lachman Industri :
1276 )

SALEP MATA
1.

Pengertian Sediaan Mata


RPS 18 th; 1581
Sediaan mata adalah produk steril yang essensial dan bebas partikel asing, campuran senyawa dan
pengemasannya sesuai untuk pemakaian kedalam mata. Sediaan mata meliputi larutan, suspensi tapi
lebih banyak bentuk larutan. Salep mata biasanya terdiri dari basis petrolatum putih-minyak mineral
b.
SDF; 357
Sediaan mata sama dengan produk lainnya yaitu steril dan bebas dari bahan partikulat
Kesimpulan :
Sediaaan mata adalah sediaan steril yang mempunyai ciri-ciri steril, bebas dari partikel asing dan mempunyai
komponen bahan dan pengepakan harus sesuai syarat sterilitas, cocok untuk penggunaan pada mata
a.

2.

Pengertian Salep Mata


a.

FI III; 20
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep yang cocok
b.
FI IV; 12
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata
c.
Scovilles, 356
Salep mata adalah salep khusus untuk pemakaian pada mata dimana membutuhkan perhatian khusus
pada pembuatannya
d.
SDF; 368
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan
disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata. Basis untuk salep mata biasanya petrolatum putih
walapun dalam beberapa kasus basis laruit air juga digunakan. Obat jika tidak larut didispersikan kedalam
basis yang disterilkan dengan panas kering dan dicampur secara aseptis dengan obat dan bahan
tambahan yang steril
e.
DOM King; 140
Salep mata adalah salep steril khusus untuk penggunaan pada mata. Salep ini dibuat dari bahan steril
dibawah kondisi aseptis atau pada sterilisasi tahap akhir
f.
RPS 18 th; 1513
Salep mata adalah salep untuk penggunaan pada mata, dapat juga digunakan untuk memberikan efek
pengobatan yang bervariasi pada bagian luar dan tepi kelopak mata, konjungtiva, kornea dan iris.
Perhatian yang khusus dilakukan dalam penyiapannya
Kesimpulan :
Salep mata adalah sediaan steril yang mengandung bahan kimia yang terbagi halus dalam basis, yang
digunakan pada mata dimana obat dapat kontak dengan mata dan jaringan tanpa tercuci oleh air mata dan
memerlukan perhatian khusus dalam pembuatannya
3.
a.

Keuntungan dan Kerugian Salep mata


Keuntungan Salep mata
o
RPS 18 th; 1585, 1587
a.
Salep mata memberikan keuntungan waktu kontak yang lebih lama dan
bioavailabilitas obat yang lebih besar dengan onset dan waktu puncak absorbsi yang lebih
lama
b.
Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea,
konjungtiva, kornea dan iris
o
SDF; 368
Salep mata dapat dipertahankan kontak lama dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa
tercuci oleh air mata
o
RPS 16 th; 1502
Dari sisi positif adalah kurang atau tidak terjadinya iritasi pada penggunaan salep mata, pergerakan
lebih lambat kedalam ductus lakrimal yang menyebabkan waktu kontak yang lebih panjang dan efek

b.
o
o
o

4.

yang lebih lama, stabilitas penyimpoanan lebih besar, dan masalah kontaminasi yang kurang.
Sebagai tambahan, untuk obat-obat yang tidak larut air, ada cara untuk meningkatkan konsentrasi
obat terlarut dalam sistem dosis dengan memilih pembawa berminyak dimana obat tersebut dapat
larut
Ansel Indonesia; 563
Keuntungan utama suatu salep mata daripada larutan untuk mata adalah penambahan waktu
hubungan atau kontak antara obat dengan mata. Pengkajian telah menunjukkanm bahwa waktu
kontak antara obat dengan mata, 2 4 kali lebih besar apabila dipakai salep dibandingkan jika
dipakai larutan garam
Kerugian Salep mata
RPS 18 th; 1585
Salep mata akan mengganggu penglihatan kecuali jika digunakan pada waktu tidur
Ansel indonesia; 563
Satu kekurangan pada penggunaan salep mata yaitu kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar
salep meleleh ndan menyebar pada lensa mata
RPS 16 th; 1502
Pada sisi negatif, salep mata cenderung membentuk lapiusan pada mata dan menyebabkan
pandangan kabur. Salep mata dapat mengganggu bila dimasukkan secara keras pada sel epitel
kornea yang baru. Pada basis yang normal, dapat menyebabkan masalah-masalah pencampuran
antara pembawa salep dengan cairan mata dan termasuk tambahan parameter partisi untuk obat
antara salep dengan lapisan air mata

Anatomi Mata dan Fisiologi Mata


RPS 18 th; 1581
Mata manusia adalah subjek yang menarik untuk pemberian topikal obat. Dasar ini dapat ditemukan
dalam susunan anatomi dari jaringan permukaan dan dalam permeabilitas kornea. Tindakan perlidnungan dari
kelopak mata dan sistem lakrimal adalah seperti penghilangan dengan cepat dari bahan yang dimasukkan
kedalam mata, kecuali bahannya bervolume kecil dan secara kimia dan fisiologis dapat bercampur dengan
jaringan permukaan.
Kelopak Mata
Kelopak mata memeiliki 2 tujuan : perlindungan mekanik terhadap bola mata dan mensekresikan suatu
cairan optimum untuk kornea. Kelopak mata dilicinkan dan dijaga kandungan airnya oleh sekret kelenjar
lakrimal dan dikhususkan pada sel-sel yang terletak pada konjungtiva bulbar. Ruang penyokong memiliki
bentuk tipis yang terpisah secara langsung lewat didepan bola mata, dengan perluasan kantong menaik dan
menurun. Kantong-kantong tersebut disebut ruang superior dan inferior serta semua tempat, cul-de-sac. Celah
antara kelopak mata disebut celah palbebra
Bola mata
Dinding bola mata manusia (bulbus, bula) disusun atas tiga lapisan konsentris :
a.
Lapisan fibrous luas
b.
Lapisan vaskular tengah sistem uvea atau traktus uveal, mengandung koroid, badan siliar
dan iris
c.
Lapisan saraf retina
Lapisan terluar kuat, dapat disentuh dan sedikit longgar. Pada bagian depan, bagian yang menghadap
keluar. Struktur halus pada lapisan terluar sangat tertaur dan kandungan airnya sangat seksama diatur
sehingga bertindak sebagai jendela yang jernih dan trasnparan (kornea). Ini mencegah pembuluh darah. Diatas
2/3 dari selaput serat yang tersisa nampak buram (bagian putih dari mata) dan disebut sklera. Sklera
mengandung mikrosirkulasi yang memberikan nutrisis jaringan pada bagian atas anterior dan biasanya putih
kecuali ketika terjadi iritasi dan dilatasi pembuluh darah
Ruangan bola mata adalah suatu alat optik yang menyebabkan penampakan yang terbalik diperkecil
yang terbentuk pada retina, yang mana merupakan membran tipis yang tembus cahaya. Secara berurutan alat
optik terdiri dari : kornea, pupil, lensa kristal dan retina, dengan lapisan cairan yang jernih atau bahan seperti
gel yang terjepit antara struktur yang padat. Pupil, lubang bulat dalam suatu bagian membran kontraktil
(disebut iris), bertindak sebagai fungsi penampakan dari sistem. Lensa kristal adalah suatu unsur retraktif

dengan kemampuan fungsi yang dikontrol dan didukung oleh suatu jaringan otot dalam badan siliar. Koroid
adalah metabolit yang mendukung retina
Fungsi optikal dari mata harus stabil secara dimensi yang mana dilakukan oleh sebagian selaput
bagian luar, keefektifannya adalah suatu faktor penstabil pada tekanan intraokuler, yang mana akan
mengeluarkan tekanan yang sama pada jaringan disekitarnya. Tekanan intraokuler ini menghasilkan produksi
cairan spesifik yang mantap, cairan homur yang asli dari proses siliar dan mata menjadi sistem yang berbelibelit dari kanal alirannya. Tahanan yang ditemui selama pelewatan dan kecepatan pembentukan cairan
merupakan faktor utama yang menentukan tingkat tekanan intraokular. Sebagai tambahan untuk fungsi
mekanis hidronya, cairan humor bertindak sebagai carrier nutrient, substrat dan metabolit untuk jaringan
ovaskular mata. Tulang pada rangka juga mendukung bentuk yang mendekati piramid yang ditempati oleh bola
mata, disebut orbit
Konjungtiva
Membran konjungtiva menutupi permukaan terluar dari bagian putih mata dan bagian dalam dari
kelopak mata. Pada kebanyak tempat terikat dengan longgar dan dengan demikian memungkinkan gerakan
bebas dari bola mata. Ini memungkinkan pemberian injeksi subkonjungtival kecuali untuk kornea, konjungtiva
merupakan bagian terluar dari mata
Sistem lakrimal
Permukaan konjungtiva dan kornea ditutupi dan dilicinkan oleh suatu lapisan air yang disekresi oleh
kelenjar lakrimal dan konjungtiva. Sekresi dari kelenjar lakrimal, air mata, diantara ke beberapa duktus kecil ke
dalam formix konjungtiva, sekretnya jernih, berair, mengandung berbagai garam-garam, glukosa, komponen
organik lainnya, sekitar 0,7 % protein dan enzim lisosom. Bagian kelenjar lakrimal dikondisikan pada fornix
konjungtiva. Sekretnya cocok untuk meleicinkan dan membersihkan dibawah kondisi biasa dan untuk
mempertahankan lapisan tipis berair yang menutupi kornea dan konjungtiva )lapisan prekorneal). Lapisan
protein musin dari lapisan khususnya penting dalam mempertahankan stabilitas dari lapisan. Kelenjar lakrimal
utama disebut memerankan hanya pada fungsi yang khusus. Kelenjar sebaseus terdapat pada kelopak mata
mensekresi cairan berminyak yang membantu mencegah air mata yang berlebihan pada tepi kelopak dan
mengurangi penguapan permukaaan yang terpapar pada mata dan menyebar diatas lapisan air mata
Kedipan mata membantu lapisan cair dengan menekan lapisan tipis dari cairan didepan tepi kelopak
mata pada saat keluar bersama-sama. Kelebihan cairan menuju ke penampungan lakrimal, suatu daerah
segitiga kecil terhampar pada sudut bagian paling dalam dari kelopak mata. Kulit kelopak mata tipis dan dapat
terlipat dengan mudah, sehingga memberikan pembukaan yang cepat dan penutupan pada celah palpebral.
Gerakan kelopak mata termasuk penyempitan celah palpebral dalam suatu kantong mata, seperti tindakan
chantus lateral melewati chantus (chant : sudut dimata bertemu). Ini akan membantu transport atau gerakan
cairan melewati bagian lakrimal
Lapisan Prekorneal
Kornea harus basah untuk menjadi permukaan mata yang memadai, ketika kurang basah kornea
kehilangan permukaannya yang halus dan sifat transparannya. La[isan prekorneal, bagian dari larutan air mata,
memberikan kelembaban yang penting pada permukaan. Sifat dari lapisan prekorneal tergantung dari kondisi
epitel kornea. Lapisan tersebut bercampur dengan sediaan mata berair dan lipid, disusun dari lapisan lipid tipis
terluar. Lapisan berair yang tebal ditengah dan suatu lapisan mukoid tipis bagian dalam. Hal ini diperbaharui
pada setiap kediapan dan ketika berkedip mengalami tekanan, baik oleh obat atau secara mekanik, akhirnya
akan mengering pada potongannya. Ini memperlihatkan tidak berpengaruhnya penambahan konsentrasi
hingga 2 % NaCl terhadap cairan konjungtiva. pH dibawah 4 atau diatas 9 akan menyebabkan kekacauan
lapisan. Lapisan ini mempengaruhi gerakan lensa kontak dan terbentuk cepat dengan mudah pada gelas
daripada plastik
Kornea
Kornea tebalnya 0,5 1 mm terdiri dari struktur berikut (dari depan ke belakang) :
1.
Epitel kornea
2.
Substantia propia (stroma)
3.
Endotel kornea
Kornea transparan untuk mendifusikan cahaya secara luar biasa, besarnya cahaya karena susunan tegak lurus
dari sel dan serat dan karena tidak adanya pembuluh darah. Pengaburan kornea mengkin satu dari beberapa

faktor termasuk tekanan bola mata sebagai glaukoma; jaringan bebas luka karena dilukai, injkesi atau
kekurangan O2 atau kelebihan air seperti yang dapat terjadi karena pemakaian kontak lensa.
5.
o

6.
o

Syarat-Syarat Salep Mata


RPS 18 th; 1585
1.
Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang bernar-benar aseptik dan
memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi
2.
Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis
yang sesuai dengan radiasi gamma
3.
Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah
pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama
penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri
organik
4.
Salep akhir harus bebas dari partikel besar
5.
Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian
sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi
penyimpanan yang sesuai
SDF; 357
a.
Sediaan untuk mata dari berbagai jenis produk yang berbeda dapat berupa larutan tetes mata,
pencuci mata atau salep mata. Kadang-kadang injeksi mata digunakan untuk hal-hal yang khusus.
Sediaan mata sama dengan produk steril lainnya yaitu kesterilan dan bebas dari bahan partikulat.
Dengan pengecualian jumlah yang terbatas dari injeksi mata. Sediaan untuk mata merupakan
bentuk sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal. Oleh karena itu tidak perlu bebas pirogen
karena metode penggunaan dan pemakaian obat sediaan mata berbeda dengan bahan yang
diberikan secara parenteral dalam hal bahan yang ditambahkan untuk meningkatkan aktivitas untuk
memelihara stabilitasnya dan sterilitas produk
b.
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata
yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling
utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang
dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien
Karakteristik Sediaan Mata
RPS 18 th; 1589
a.
Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh
dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahanbahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk
menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih,
penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih
bebas dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam
langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk
pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak
tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam
penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi
b.
Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat, pH
produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe
pengemasan
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8. Namun
demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan.
Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua
obat stabil dalam beberapa tahun

c.

d.

e.

f.

7.

Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air
mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah
garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi
kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam
pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum
untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH
dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini
Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair.
Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif larutan adfalah
sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan.
Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % - 1,8 % NaCl intraokuler. Namun
demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan
Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak
dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil
alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu kontak dalam mata.
Umumnya viskositas meningkat dari 25 50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak dalam
mata
Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya dalam
jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam
konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin.
Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan. Antioksidan ini berefek
sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik,
keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendahkhususnya
suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan jarang digunakan sebagai
kosolven untuk meningkatkan kelarutan
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan
karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan
komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Benzalkonium klorida dalam range
0,01 0,02 % dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai pengawet digunakan dalam
jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata

Cara Penggunaan Salep mata


RPS 18 th; 1584
a.
Cuci tangan
b.
Buka tutup dari tube
c.
Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bagian bawah perlahan-lahan
d.
Sambil melihat keatas, tekan sejumlah kecil salep kedalam kelopak mata bagian bawah ( inci). Hati-hati agar tidak menyentuhkan ujung tube pada mata, kelopak mata, jari, dll
e.
Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata kesegala arah pada saat mata ditutup.
Kadang-kadang pengaburan dapat terjadi
f.
Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut dengan jari untuk mendistribusikan
obat melalui fornix
g.
Tutup kembali tube

Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka

Pada saat tube salep dibuka pertama kali, tekan keluar inci salep dan buang karena mungkin
terlalu kering

Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun


Jika mempunyai lebih dari satu tube untu salep mata yang sama, buka satu tube saja
Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep mata pada waktu yang sama, tunggu sekitar 10 menit
sebelum menggunakan salep lainnya
Untuk memperbaiki aliran dari salep, pegang tube dalam tangan selama beberapa menit sebelum
digunakan
Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengfan persis didepan cermin

8.

Teori Kinsey
DOM; 882
Banyak obat mata adalah basa lemah dimana bentuk garamnya digunakan pada mata dalam larutan beriar.
Karena kemampuan netralisasi dari air mata, pH dari tetes mata dengan cepat dirubah menjadi pH fisiologis.
Tergantung dari sifat disosiasi dari alkaloida, sebagian dari garam akan dirubah menjadi bentuk basa bebas
yang biasanya lebih larut lemak sehingga ion mudah ditransfer dalam sel epitel yang kaya akan lemak. Bentuk
lemak dari alkaloid R3N melewati lapisan epitel kedalam substantia propia (stroma). Lapisan stroma ini
berlapis-lapis, kurang mengandung lipid dan kaya akan air. Obat yang berpenetrasi sebagian akan dirubah
menjadi bentuk terprotonisasi tergantung pada pH lingkungan berair pada stroma. Pada saat melewati lapisan
lemak endotelium, obat masuk kedalam cairan humor dimana obat akan terdifusi dengan cepat kedalam iris
dan badan siliar yaitu tempat dimana obat mempunyai aksi farmakologis

9.

Cara Pembuatan Salep mata


Scovilles; 357
Salep mata dibuat dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut :
Jika bahan obat larut dalam air dan membentuk larutan stabil maka bahan obat dilarutkan dalam jumlah
minimum air untuk injeksi, larutan yang dihasilkan kemudian digabungkan dengan basis yang telah dilebur dan
campuran diaduk terus-menerus sampai mengental
Jika bahan obat tidak segera larut dalam air, maka bahan obat dimikronisasi sampai menjadi sebur yang
sangat halus dengan melevigasinya dengan sejumlah kecil basis. Campuran yang dihasilkan digabungkan
dengan sisa basis

10.

Cara Memasukkan Salep Kedalam Tube


Scovilles; 361
Cara yang paling mudah untuk mengisi tube adalah menempatkan salep pada sepotongn kertas
berlilin atau kertas perkamen kemudian lipat kertas sehingga kedua ujungnya bertemu. Dengan menempatkan
batang pengaduk pada ujung lipatan dan menggulung kertas mengarah kebagian bawah lipatan, salep dalam
kertas ditekan menjadi bentuk silinder. Kertas tube kemudian dimasukkan pada bagian belakang yang terbuka
besar dari tube yang dapat dilipat dan ketika kertas ditarik keluar melalui jari, salep akan tertahan dan tertinggal
didalam tube. Pada saat memasukkan salep, penutup dari tube harus dibuka untuk memungkinkan pengisian
yang sempurna. Tube seharusnya diisi sampai jarak 1 inci dari ujung tube sehingga memberikan tempat untuk
penutupan tube. Penutupan dilakukan dengan meratakan dasar salep dengan spatula dan melipatnya lebih
dari dua kali dan menjaganya dengan penjepit khusus tube salep yang dilakukan dengan sepasang pinset.

11.
o

Mengapa Salep Mata Harus Steril ?


Presc; 181
Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan sendirinya bahwa
sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk
memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana
pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai
kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari
mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan
mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis). Infeksi serius yang disebabkan
mikroorganisme ini ditunjukka dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan istilah-istilah

12.

seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicatat bahwa ini bukan mikroorganisme
yang jarang, namun juga ditemukan disaluran intestinal, dikulit normal manusia dan dapat menjadi
kontaminan yang ada diudara
SDF; 359
Sterilitas merupakan syarat yang paling penting. Larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak
mikroorganisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme
ini dapat menyebabkan kebutaan, ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk-produk nonsteril
pada mata saat kornea terkena. Bahan partikulat dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan
pada pasien
RPS 18 th; 1583
Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyaneus, P. pyocyanea, Blue Pas bacillus). Ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan opurtonis yang tumbuh baik pada banyak kultur media dan menghasilkan
toksin dari produk antibakteri. Cenderung untuk membunuh kontaminan lain dan membiarkan
Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus gram negatif juga tumbuh pada
sediaan mata yang menjadi sumber infeksi serius dari kornea. Ini dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan pada 24 -48 jam. Pada konsentrasi yang ditopleransi oleh jaringan mata menunjukkan bahwa
semua zat antimikroba didiskusikan pada bagian berikut dapat tidak efektif melawan beberapa strain dari
organisme ini.
Cara Pengujian Salep mata

a.

b.

c.

Uji Kebocoran Salep mata (FI IV; 1086)


Pilih 10 tube salep mata dengan segel khusus jika disebutkan. Bersihkan dan keringkan baik-baik
permukaan luar tiap tube dengan kain penyerap. Letakkan tube pada posisi horisontal diatas lembaran
kertas penyerap dalam oven dengan suhu yang diatur pada 60o + 3oC selama 8 jam. Tidak boleh terjadi
kebocoran yang berarti selama atau setelah pengujian selesai, abaikan bekas salep yang diperkirakan
berasala dari bagian luar dimana terdapat lipatan dari tube atau dari bagian ulir (tutup tube). Jika terdapat
kebocoran pada 1 tube tapi tidak lebih darfi 1 tube, ulangi pengujian dengan tambahan 20 tube salep.
Pengujian ini memenuhi syarat jika tidak satu pun kebocoran dari 10 tube uji pertama atau kebocoran
yang diamati tidak lebih dari 1 atau 30 tube yang diuji
Uji Partikel dan Ukuran (RPS 18 th; 1585)
Undang-undang resmi memberikan suatu uji yang dirancang untuk membatasi tingkat yang
dipertimbangkan untuk jumlah atau ukuran yang dapat disetujui untuk partikel yang berbeda yang
mungkin terdapat dalam salep mata. Dalam uji ini, keluarkan isis dari 10 tube salep pertama-tama lebur
dalam cawan petri, kemudian biarkan memadat. Lalu diamati dengan mikroskop berkekuatan rendah
yang dilengkapi dengan mikrometer dan lensa okuler untuk partikel yang berukuran 50 m atau lebih
dalam beberapa dimensi. Pengujian memenuhi syarat jika jumlah total dari partikel logam dalam 10 tube
tidak lebih dari 50 g atau tidak lebih dari 1 tube ditemukan mengandung 8 partikel yang sama
Uji Sterilitas (RPS 18 th; 1585)
Uji sterilitas dari salep mata dilakukan dengan uji steril atau membran yang menahan bakteri dengan nilai
porositas 0,45 atau 0,22 m. untuk salep yang larut dalam isopropil miristat (pelarut yang digunakan
secara resmi untuk uji sterilitas). Sampel salep dilarutkan dalam pelarut untu tes steril. Untuk salep yang
tidak larut dalam isopropil miristat, disuspensikan pada pembawa berair yang cocok yang mengandung
bahan pendispersi dalanm prosedur umum yang konvensional

TETES MATA
1.

Definisi tetes mata


FI III ; 10
Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi digunakan pada mata dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata atau bola mata.
Scovilles ; 231
Larutan mata merupakan cairan steril atau larutan berminyak dari alkaloid, garam-garam alkaloid,
antibiotik atau bahan-bahan lain yang ditujukan untuk dimasukkan kedalam mata. Ketika cairan,
larutan harus isotonis larutan mata digunakan untuk antibakterial, anestetik, midriatik, miotik atau
maksud diagnosa larutan ini disebut juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Tekt bodes of pharmaclutik ; 358
Tetes mata adalah cairan steril atau larutan berminyak atau suspensi yang ditujukan untuk
dimasukkan kedalam succos konjungtival. Dapat mengandung bahan-bahan AM seperti AB, bahan
anti inflamasi seperti kortikosteroid, obat miontik seperti fisostigmin sulfat atau obat midriasis seperti
atropin sulfat.
Parrot ; 290
Bahan obat diteteskan kedalam mata harus diformulasi dengan tepat dan disiapkan dengan
pemberian pertimbangan antara lain tonisitas, pH, kestabilan kekentalan dan sterilitas.
Dom Martin ; 880
Tetes mata sering diteteskan kedalam mata yang terluka akibat kecelakaan atau operasi dan tetes
mata kemudian secara potensial lebih berbahaya dibandingkan injeksi intravena.
Kesimpulan :
Tetes mata adalah suatu sediaan steril yang mengandung air maupun minyak harus bebas dari partikel asing
baik dalam bentuk alkalk atau garamnya atau bahan lain, digunakan dengan cara meneteskan pada
konjungtiva mata dengan memperhatikan stabilitasnya.

2.

Syarat- syarat sediaan mata

Scovilles ; 221
Faktor- faktor dibawah ini sangat penting dalam pembuatan sediaan mata :
1. ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.
2. sterilitas akhir dari collyrium (tetes mata)dan adanya bahan antimikrobauntuk menahan
pertumbuhan dari suatu organisme yang ada selama penggunaan sediaan.
3. isotonisitas dari larutan
4. kesesuaian pH dari pembawa untuk menjamin stabilitas optimum
SDF ; 357
Sediaan untuk mata terdiri dari bermacam-macam tipe produk yang berbeda. Sediaan ini bisa berupa
larutan (tetes mata/pencuci mata), suspensi/salep kadang-kadang injeksi mata digunakan dalam
kasus khusus. Sediaan mata sama dengan sediaan steril lainnya yaitu harus steril dan bebas dari
bahan partikalat. Dengan pengeculian tertentu dari injeksi mata, sediaan untuk mata adalah bentuk
sediaan topikal yang digunakan untuk efek lokal dan karena itu tidak perlu bebas pirogen.
Scovilles ; 247
Farmasi seharusnya menyiapkan larutan mata yang :
1. steril
2. Dalam pembawa yang mengandung bahan germisidal untuk meningkatkan sterilitas
3. Bebas dari partikel yang tersuspensi
4. Bahan-bahan yang akurat
5. Isotonik/mendekati isotonik
6. Pendaparan yang sesuai
7. Dimasukkan dalam wadah yang kecil
8. Dimasukkan dalam wadah yang steril

DOM king ; 145


Mata manusia adalah organ yang sangat sensitif, mata itu bereaksi secara cepat terhadap tiap
perubahan dari lingkungan. Untuk alasan ini, larutan yang digunakan pada mata seperti suspensi dan
salep harus disiapkan dengan perawatan yang sangat teliti. Persyaratan yang harus dipertimbangkan
pada sediaan dikontrol dari produk sediaan mata :
1. Sterilitas
6. Pengawet
2. Kejernihan
7. Zat tambahan
3. Buffer
8. Kekentalan
4. pH
9. Pengemasan
5. Tonisitas
10. Stabilitas
RPS ; 1589
1. Bebas dari partikel asing dan secara normal harus jernih yang dicapai dengan filtrsi
2. Kestabilan dari obat pada sediaan mata tergantung daari sifat kimia bahan obat, pH, cara
penyiapan (biasanya oleh pemaparan suhu) larutan tambahan dan tipe pengepakan
3. Buffer dan pH idealnya, sediaan mata harus diformulasi pada pH yang ekivalen dengan nilai
cairan mata yaitu 7,4
4. Tonisitas, sediaan atau larutan mata dipertimbangkan isotailk yaitu tonisitas sama dengan 0.9%
larutan NaCl
5. Viskositas
6. Bahan tambahan
Dom Martin ; 880
Faktor yang paling penting dipertimbangkan ketika menyiapkan larutan mata adalah tonisitas, pH,
stabilitas, viskositas, seleksi pengawet dan sterilisasi. Sayang sekali yang paling penting dari itu
adalah sterilitas yang telah menerima sifat atau perhatian dari farmasis dan ahli mata.
Ini diinginkan bahwa larutan mata stabil, isotonis, dan sifat pH, dan tidak ada pernah kehilangan mata
karena larutan sebagian terurai atau mengiritasi penggunaan larutan tidak steril kedalam mata yang
terluka dilain hal sering menyebabkan kecelakaan.
Kesimpulan :
1.
Harus steril
5. Kejernihan
2.
Isotonis
6. Adanya bahan tambahan
3.
Dibuffer dengan tepat
7. Stabilitas
4.
Sterilitas
8. Bebas dari iritasi

3.

Komposisi tetes mata

FI III ; 10
Tetes mata berair umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat
pengawet terutama fenil raksa (II) nitrat atau fenil raksi (II), asetat 0,002%, benzolkonium klorida 0,01
atau klorhebsidine asetat 0,01%, yang pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet
terhadap obat yang terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itudimungkinkan untuk
digunakan.

Dom Cooper ; 184


Disamping bahan obat, tetes mata dapat mengandung sejumlah bahan tambahan untuk
mempertahankan potensinya dan mencegah kemunduran zat aktifnya. Antara lain dapat mengandung
hal-hal sebagai berikut :
1. Pengawet pada dasarnya, pengawet dimasukkan untuk mencegah perkembangan
mikroorganisme yang dapat ada selama penggunaan tetes mata. Larutan untuk tetes mata
khusus yang paling banyak tetes mata dan yang lain menggunakan feril merkuri, nitrat, fenil
etil alkohol dan benzol konium klorida.
2. Pengaturan isotonisitas dengan sekresi laknimal. Secara normal digunakan untuk mengatur
tekana osmatik yang cocok dari larutan tetes mata, namun dalam beberapa kasus bahan obat
membuat larutan hipertonis, seperti tetes mata sulfisetanid, mata dapat sedikit bertoleransi

3.

4.

5.
6.

pada variasi yang luas dalam tekana osmotik dari larutan mata tapi ini biasa dan mungkin
untuk mengaturnya menjadi isotonis dengan sekresi lakrimal.
Oksidasi bahan obat. Banyak obat mata dengan mudah dioksidasi dan biasanya dalam suatu
kasus, dimasukkansetelah pereduksi natrium meta bisulfit dalam [] 0,1% sering digunakan
untuk tujuan ini. Ini digunakan untuk contoh dalam tetes mata BDS dari fisostigmin, fenilefrin
dan sulfatamia.
Konsentrasi ion hidrogen. Perlu suatu konsentrasi ion H+ yang stabil dan beberapa larutan
buffer umumnya digunakan. Contoh dari penggunaan bahan pendapar Na sitrat digunakan
dalam tetes mata perilefrin. Asam borat dan boraks dalam tetes mata dari krednisolon Na
sulfat.
Bahan pengkhelat. Ketika ion logam dapat menyebabkan peruraian dari bahan obat dalam
larutan. Suatu bahan pengkholat yang mengikat ion-ion dalam kompleks organik akan
memberikan perlindungan Na EDTA adalah satu dari bahan pengkhelat terbaik yanh dikenal.
Viskositas. Untuk menghasilkan larutan kental yang akan memperpanjang aksi dari larutan
mata untuk penahanan yang lebih lama dalam kontak dengan permukaan mata, bahan
pengental digunakan yaitu metil selulosa 1% telah digunakan untuk tujuan ini.

Kesimpulan :
Komposisi tetes mata:
1. zat aktif
2. Bahan tambahan : - Pengawet
- Tonisitas
- pH
- Buffer
- Pengkhelat
4.

Sediaan mata harus steril karena :


SDF ; 357
Sterilitas adalah persyaratan yang sangat penting pembuatan larutan mata yang tidak layak dapat
membawa banyak organisme yang paling berbahaya adalah pseodomonas aeroginosa, infeksi mata
dari orgabisme ini telah membuat kebutaan khususnya, berbahaya bagi produknon steril yang
dimasukkan dalam mata ketika kornea terbuka.
Parrot ; 290
Sterilitas diinginkan karena kornea dan jaringan yang segaris dengan daerah arteria adalah media
yang baik untuk m.o dan penetesan dari larutan mata yang terkontanimasi kedalam mata yang luka
oleh kecelakaan atau operasi dapat menghasilkan kehilangan penglihatan.
Prescription ; 181
Jika satu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata, maka jelas dengan sendirinya bahwa
dengan sediaan mata harus steril. Air mata, tidak seperti darah, tidak mengandung antibodi atau
mekanisme untuk memproduksinya. Kemudian mekanisme utama dalam pertahanan melawan injeksi
mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata, dan suatu enzim yang ditemukan dalam air
mata (lisosim) yang mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa selubung polisakarida dari
beberapa m.o. salah satu mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lisozim, yakni paling mampu
menyebabkan kerusakan mata adalahn pseudomono s aeroginosa (bacillus pyocyneus). Infeksi serius
yang disebabkan organisme ini ditunjukan dengan suatu pengujian literatur klinis yang penuh dengan
istilah-istilah seperti enukleasi mata dan transplantasi kornea. Penting untuk dicata bahwa ini
bukanlah organisme yang jarang; namun juga ditemukan dalam saluran intestinal dari kulit normal
manusia dan dapat menjadi kontaminan yang ada di udara (komersil atau persewaan) tidak
mengejutkan jika tidak dirawat yang pantas.

5.

6.

Keuntungan dan kerugian tetes mata


Keuntungan

RPS 18th ;1584


1. Tidak mengganggu penglihatan ketika digunakan
2. USP XXI menggambarkan larutan mata, dengan definisi semua bahan-bahan adalah lengkap
dalam larutan, keseragaman tidak menjadi maslah, hanya sedikit pengaruh sifat fisika dengan
tujuan ini.
3. Salep mata umumnya menghasilkan bentuk yang lebih besar daripada larutan berair
AMA Drugs : 1624
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam
lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan, salep yang obat-obatnya larut dalam air.
Kerugian
RPS 18th : 1585
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan
permukaan yang terabsorpsi
DOM King ; 142
Bahan aktif obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topikal untuk kebanyakan obat
kurang 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea. Sampai kurang interior. Sejak BA obat
sangat lamvat, pasien yang mematuhi aturan dari tekhnik pemakaian yang tepat.
Perbedaan salep mata dan tetes mata
RPS 18th ; 1586-1587
1. salep mata umumnya menghasilkan bioavauabilitau yang lebih besar dibandingkan dengan
larutan berair lainnya.
2. Ditempat kerjanya tetes mata bekerja dari konjungtiva, kornea dan iris sedangkan salep mata
bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebaseus konjungtiva dan kornea serta iris.

7.

Cara penggunaan tetes mata


RPS 18th ; 1584
1. Cuci tangan
2. Dengan satu tangan tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah
3. Jika penetes terpisah tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan kedalam botol
pembawa
4. Tempatkan penetes diatas mata, jangan menyentuhnya penetes pada mata atau jari
5. Lepaskan penutup, usahakan untuk menjaga mata tetap terbuka dengan tidak berkedip paling
kurang 30 detik
6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup erat
a. Jika penetes terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung mengarah kebawah
b. Jangan pernah menyentuh penetes pada permukaan apapun
c. Jangan pernah mencuci penetes
d. Jangan menggerakkan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna
e. Jika anda mempunyai lebih dari satu jenis botol tetes yang sama, buka satu tutup botol
saja beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain
f. Akan sangat membantu untuk latihan memakai obat dalam posisi didepan cermin
g. Setelah penggunaan jangan menutup mata terlalu cepat dan usahakan jangan
berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat
efektifnya.

8.

Pewadahan
SDF ; 367

9.

Larutan mata disiapkan secara terus menerus dikemas dalam wadah tetes (dropsrainen) polietelin
atau dalam botol tetes gelas untuk mempertahankan sterilitas larutan, wadah harus steril. Wadah
polietilen disterilkan dengan etilen oksida, sementara penetes gelas dapat dengan dibungkus dan
diotoklaf secara komersial disiapkan unit dosis tunggaol dengan volum0,3ml atau kurang
dikemasdalam tube polietilen steril edan disegel dengan pemanasan.
Scovilles ; 247
Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil, tidak pernah lebih besar
dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol 7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk
penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga
oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminan.
Botol plastik untuk larutan mata juga dapat digunakan. Meskipun beberapa botol plastik untuk larutan
mata telah dimunculkan dalam pasaran, mereka masih dilengkapi dan yang terbaik adalah untuk
menulis secara langsung produksi untuk menghasilkan informasi terkini dalam perkembangan terakhir.
RPS 18th : 1590
Wadah gelas sediaan mata tradisional dengan dilengkapi penetes gelas telah dilengkapi hampir
sempurna dengan unit penetes polieblen densitas rendah yang disebut droptrainers hanya sejumlah
kecil wadah gelas yang masih digunakan, biasanya karena pembatasan stabilitas. Larutan intraokulir
vulome besar 250-5ml telah dikemas dalam gelas, tetapi bahkan sediaan parenteral mulai dikemas
dalam pabrik khusus wadah polieblen atau polipropilen.
Satu yang seharusnya masih dipikirkan adalah wadah plastik. Basanya polietilen densitas rendah
adlah tidak boleh alat tergantikan dengan gelas. Wadah plastik adalah permeabel terhadap beberapa
bahan termasuk cahaya dan air. Wadah plastik dapat mengandung variasi bahan-bahan ekraneus
seperti bahan-bahan pelepas jamur, antioksidan, reaksi quenchers dan yang mirip. Siap dapat
menggunakan plastik dan dalam wadah larutan. Lem label, tinta dan warna juga dapat berpenetrasi
polietilen dengan cepat. Sebaiknya bahan-bahan menguap dapat menyerap dari larutan kedalam atau
melalui wadah plastik.
Wadah gelas memberikan bahan wadah yang menyenangkan untuk penyiapan terus menerus larutan
mata.tipe I digunakan wadah sebaiknya dicuci dengan air destilasi steril kemudian disterilkan dengan
autoklaf. Penetes normalnya disegel dan dikemas dalam blaster pack yang menyenangkan.

Bahaya obat non steril


RPS 18th : 1568
Pseudomonas aerugunosa ( B. Pyouganeus, P. pyocyamea, Blue Pus bacillus ini merupakan
mikroorganisme berbahaya dan opportunis yang tambah baik pada kultur media yang
menghasilkan toksin dan zat atau produk antibakteri cenderung untuk menambah kontaminan
lain dan membiarkan Pseudomonas aeoginosa untuk tumbuh pada klur murni. Bacilus gram (-)
juga menjadi sumber dari ineksi yang serius pada kornea. Ini dapat menyebabkan keilangan
penglihatan pada 24-48 jam pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata,
menunjukkan bahwa semua zat beberapa strain dari organisme ini.

TETES HIDUNG
1. Definisi Tetes Hidung
Larutan untuk digunakan pada hidung disebut juga spray atau collunaria atau tetes hidung didefinisikan sebagai
larutan berair atau berminyak yang dimaksudkan untuk penggunaan topikal atau daerah nasofaring. (7 : 252)
Tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga
hidung; dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.
Cairan pembawa umumnya digunakan air. Cairan pembawa sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5 sampai
7,5, kapasitas dapar sedang, isotonis atau hampir isotonis.
Zat pensuspensi dapat digunakan sorbitan, polisorbat atau surfaktan lain yang cocok, kadar tidak boleh lebih dari
0,01% b/v.
Zat pendapar dapat digunakan dapar yang cocok dengan pH 6,5 dan dibuat isotonis menggunakan natrium
klorida secukupnya.
Zat pengawet umumnya digunakan benzalkonium klorida 0,01% b/v sampai 0,1% b/v. (2 : 10)
Larutan untuk hidung umumnya larutan berair yang dirancang untuk digunakan pada hidung sebagai tetes atau
dapar. (5 : 1526)
Tetes hidung adalah larutan berair untuk dimasukkan ke dalam lubang hidung. Mereka dapat mengandung obatobat vasokontriksi untuk mengobati kongesti nasal dan sering dilindungi dengan klorobutanol (0,5%) atau bahan
antiseptik lain yang cocok. Dahulu kala, larutan minyak umum digunakan sebagai tetes hidung tetapi minyak
dapat mengganggu aksi silia mukosa, jika tetesan minyak masuk ke dalam trakea, mereka dapat menyebabkan
pneumonia lipoid. Untuk alasan ini, larutan minyak tidak direkomendasikan lebih lanjut. (16 : 352)
Tetes hidung dibuat dalam jumlah kecil (10 atau 25 ml) dalam botol gelas berwarna bergalur dengan plastik
penyegel dan penetes. Pemilik spray menyiapkan dalam wadah tipe bertekanan. Penggunaan jangka waktu
lama obat vasokontriktor dalam hidung dapat menyebabkan kerusakan mukosa hidung. (16 : 352)
Kesimpulan :
Tetes hidung biasa juga disebut spray atau collunaria merupakan larutan berair atau berminyak yang
dimaksudkan untuk penggunaan topikal atau daerah nasofaring digunakan dengan cara meneteskan obat ke

dalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pengawet, pendapar, obat-obat vasokonstriksi dan
antiseptik.

2. Jenis-jenis Sediaan Hidung (9 : 157)


1. Larutan (spray, tetes hidung, collunaria)
Paling banyak sediaan untuk penggunaan lokal untuk rongga hidung adalah larutan berair. Meskipun
petrolatum cair terang secara luas digunakan pada masa lalu, larutan minyak jarang digunakan dan tidak
direkomendasikan untuk penggunaan pada hidung. Minyak, khususnya minyak mineral berbahaya dan telah
dibuktikan dapat menyebabkan pneumonia lipoid atau pneumonia inspirasi-minyak sehingga aspirasi atau
inspirasi dalam beberapa cairan. Mereka selalu bercampur dengan aksi silia normal dan tidak membebaskan
obat tidak larut secara efisien.
Pembawa untuk larutan hidung sebaiknya:
a. Mempunyai pH dalam rentang 5,5-7,5, lebih dipilih kurang dari 7.
b. Mempunyai kapasitas buffer yang baik.
c. Isotonik atau mendekati isotonik.
d. Tidak mengubah viskositas normal mukus.
e. Dapat bercampur dengan gerakan silia normal dan bahan ionik sekresi nasal.
f. Dapat bercampur dengan bahan aktif.
g. Cukup stabil untuk menyimpan aktivitas diperpanjang, sepanjang penggunaan pasien sendiri.
h. Mengandung pengawet untuk menekan pertumbuhan bakteri yang mungkin ada melalui penetes.
Paling banyak larutan untuk hidung digunakan penetes, atomizer atau kemasan spray. Botol gelas amber
konvensional dengan penetes obat atas sebaiknya digunakan untuk obat tetes. Pasien seharusnya diberitahu
untuk menyandarkan punggungnya sementara memiringkan kepalanya ke belakang. Penetes sebaiknya
ditempatkan tepat masuk dalam nostril dan sejumlah yang diresepkan tetesan dimasukkan. Setelah
pengobatan keduanya, pasien sebaiknya tetap pada posisi ini 2-4 menit untuk membiarkan obat berpenetrasi
ke dalam sinus. Penetes hendaknya dibilas dengan air hangat dan dikeringkan dengan tissue sebelum
menempatkannya kembali ke botol penetes.

Kemasan spray plastik tersedia untuk pembuatan resep dengan instruksi "spray". Pasien sebaiknya
diberitahukan untuk menjaga kepala tetap lurus atau membengkokkan kepala sedikit ke depan. Ujung nozzle
kemudian ditempatkan ke dalam nostril tanpa penghambatan sempurna. Wadah spray ditekan secara lembut
sementara pasien bernafas perlahan. Nozzle hendaknya dibilas dengan air dan kemudian dikeringkan
dengan tissue sebelum digunakan.
2. Salep dan Jelly
Antibakteri, pengawet dan salep topikal penyejuk kadang-kadang digunakan untuk pengobatan inflamasi,
kondisi dermatologi dan celah vestibula hidung. Jelli larut air jarang digunakan untuk pengobatan
vasokontriktor (Jelly efedrin) atau anestesi lokal (jelly Pramoxine) paling tinggi dalam kanal nasal ketika aksi
diperpanjang diinginkan. Jelli-jelli ini disusun dari tragakan, metil selulosa, dan bahan-bahan bercampur air.
Sediaan basis minyak sebaiknya tidak digunakan dalam basis umum.
3. Inhalan
Obat-obat atau kombinasi obat yang oleh dengan tekanan uap tinggi dapat membawa udara dengan segera
ke dalam rongga hidung. Mentol, eukaliptol, dan timol secara luas digunakan dalam inhaler OTC. Propel
Hexedril, vasokonstriktor menguap adalah bahan aktif yang secara luas digunakan untuk sediaan hidung
(Benzedrex inhaler). Sediaan ini tidak membingungkan dengan inhalasi dimana obat atau penggunaan
larutan obat sebagai nebulizer (kabut) dimaksudkan untuk mencapai jaringan pernafasan.
4. Inhaler Hidung Bertekanan
Beberapa produk inhaler bertekanan tersedia untuk penggunaan kortikosteroid untuk membran hidung.
Farmasis hendaknya secara hati-hati menginstruksikan pasien dalam penggunaan sehari bentuk dosis ini
untuk memastikan keefektifan dan kelengkapan. Hidung sebaiknya menghembuskan untuk membersihkan
nostril dan inhaler dikocok dengan segera sebelum digunakan. Biasanya, inhaler dimasukkan, kepala
dimiringkan ke belakang dan potongan plastik nasal (nozzle) secara hati-hati dimasukkan ke dalam satu
nostril. Lubang hidung yang satu ditutup menggunakan tekanan jari. Sementara bernafas perlahan melalui
nostril. Canister ditekan ke bawah secara hati-hati antara jari dan jempol untuk membebaskan dosis obat.
Kemudian pasien hendaknya bernafas melalui mulut. Prosedur ini diulang untuk lubang hidung lain.
Memastikan dengan mengocok lagi inhaler sebelum digunakan.

3. Anatomi dan Fisiologi Hidung


Anatomi dan Fisiologi Hidung (11 : 912)
Proetz, seorang penulis fisiologi hidung menyatakan bahwa semua penyakit infeksi pada batang hidung
disebabkan oleh satu sumber yaitu kegagalan menyaring dan membersihkan. Seperti berulang kali ia tekankan
bahwa kelembaban adalah hal penting dalam mekanisme pertahanan utama hidung yang baik-pergerakan silia
yang secara konstan menarik lapisan mukosa ke belakang ke arah nasofaring. Bagian besar lubang hidung
dilindungi dengan membran mukosa pernafasan, membran mukosa pernafasan terbatas pada bagian atas dan
bagian tengah turbin dalam septum hidung. Epitelium pada bagian hidung mengandung sel-sel silia kolumnar
dimana diselingi sel goblet. Bagian terakhir merupakan lubang dan kelenjar mukosa. Lapisan mukus bergerak
terus-menerus menuju ke faring dengan aksi pemukulan dari silia.
Karakteristik lain dari membran mukosa adalah mempunyai jaringan kapiler yang sangat banyak dalam epitelium
dan di sekitar kelenjar. Jaringan kapiler ini menghubungkan sistem vena superfisial pada sistem arteri yang lebih
dalam. Vena balik merupakan ruangan darah superfisial menuju pleksus vena yang lebih dalam dan biasanya
sangatlah besar seperti membentuk sinus yang besar.
Ada tidaknya kontrol netral terlibat dalam pemukulan silia dalam hidung manusia belum diketahui saat ini. Burn
dengan jelas mengindikasikan bahwa asetilkolin diproduksi lokal dan konsentrasi lokal kolinesterase telah
dideteksi. Konsentrasi inhibitor kolinesterase yang sangat encer dan mempercepat pergerakan silia. Sementara
konsentrasi yang amat tinggi memperlambatnya. Baik atropin maupun kurare akan memperlambat pukulan silia.
Semua efek ini bersifat reversibel.
Kelenjar mukosa bersekresi terus-menerus melalui proses grandular secara aktif, bukan melalui proses pasif,
eksudatif atau transudatif, sebagaimana dipercaya dahulu. Dengan ini menginjeksikan fluoresensi secara
intravena. Ingelsted dan Ivstam telah menunjukkan bahwa obat fluoresensi ini tidak dapat dideteksi dalam
sekresi hidung normal, meskipun ditransfer dari darah ke dalam cairan intestinal, saliva dan cairan berair dan air
mata. Pasien dengan rhinitis alergi kronis mengalami hal yang sama, tapi pasien rhinitis atau sinusitis akut, zat
warna tersebut masuk melalui sekresi hidung dengan mudah seperti eksudasi. Pada demam Hay akut derajat
fluoresensi menyarankan bahwa setelah meningkat baik pada aktivitas eksudasi glandular. Mukus juga
merupakan perlindungan pada mukosa itu sendiri. Jika larutan histamin ditempatkan dalam hidung tanpa

merusak lapisan mukosa, tidak terjadi fluoresensi. Bagaimanapun jika mukus dihilangkan fluoresensi ditandai
dengan saluran nasal dan mukosa menjadi banyak. Pemberian parenteral antihistamin telah terbukti
menghambat reaksi inflamasi ini. Lapisan mukosa merupakan lapisan sekresi yang berlapis-lapis yang
melindungi membran mukosa pada traktus pernafasan bagian atas dan memperluasnya di atas permukaan
saluran hidung, sinus paranasal, trakea, faring, esofagus dan ke dalam perut. Lapisan mukosa bergerak terusmenerus, bergerak melalui aksi silia. Arah aliran mukus masuk menuju nasofaring.
Mukus merupakan sistem mukoprotein yang agak kental, pseudoplastik. Di bawah kondisi normal benda-benda
asing seperti debu, bakteri, serbuk atau tetesan minyak terperangkap dalam lapisan dan dikeluarkan dari hidung
menuju nasofaring. Komposisi mukus hidung tidak diketahui secara tepat karena tidak mungkin untuk
mendapatkan sampel yang cocok untuk analisis kimia.
Mukoprotein telah ditemukan mengandung rantai polimer glukosamin dan atau asam glukoronat sebagai
komponen protein. Ikatan ini dapat berupa ikatan ionik, ekuivalen (ester anhidrida, hidrogen dan ikatan-ikatan
lainnya). Mukus hidung, dikatakan 6 kali lebih kental dari mukus lambung.
Viskositas sekresi hidung penting untuk keefektifan aksi silia. Bila terlalu tipis atau terlalu tebal silia tidak mampu
untuk menggerakkan lapisan mukus. Anderson dan Rubin percaya bahwa sedikitnya 20% kasus hidung
gejalanya meningkat karena peningkatan viskositas yang menyebabkan kekeringan. Banyak hal yang dapat
meningkatkan atau menurunkan produksi mukus diantaranya temperatur, debu dan alergi, obat (atropin),
stimulasi atau depresi dan serangan virus.
Anatomi dan Fisiologi Hidung (9 : 156)
Rongga hidung adalah panjang, sempit, channel tinggi, dibagi menjadi dua bagian oleh septum hidung.
Beberapa rongga terbuka dalam hidung disebut kolektif paranasal dan termasuk variasi sinus. Paling banyak
rongga hidung ditutupi oleh membran mukosa yang secara ekstrim kaya akan jaringan kapiler dan mengandung
sejumlah kelenjar mukus. Mukus secara terus-menerus diproduksi dan disekresi dan lapisan mukus secara
terus-menerus bergerak maju ke faring dengan aksi pemukulan silia, projeksi rambut kecil menutupi paling
banyak rongga hidung. Proetz, seorang penulis fisiologi hidung menyatakan bahwa semua penyakit infeksi pada
batang hidung berasal dari satu sumber yaitu kegagalan filter untuk membersihkan dirinya sendiri. Kelembaban

adalah bagian penting dalam mekanisme pertahanan hidung-silia yang baik, yang secara konstan menarik
lapisan mukosa ke belakang menuju nasofaring.
Mukus merupakan sistem yang kental, psudoplastik, sistem mukoprotein yang bertindak sebagai pelindung untuk
menutupi mukosa sebaik bahan-bahan yang terperangkap masuk ke dalam rongga hidung. Di bawah kondisi
normal, benda asing seperti debu, serbuk, bakteri dan tetesan minyak terperangkap dalam lapisan mukus dan
dikeluarkan dari hidung menuju nasofaring dimana ia akan tertelan atau dikeluarkan.
Aksi silia efektif atau pemukulan silia tergantung pada viskositas mukus. Banyak simptom yang tidak
menyenangkan dalam penyakit nasal adalah peningkatan viskositas dan dehidrasi sekresi. Beberapa kondisi
dapat meningkatkan atau mengurangi produksi dan atau viskositas mukus. Diantaranya adalah efek temperatur
dan kelembaban, debu, serbuk, dan alergi lain variasi obat, infeksi bakteri dan virus.
pH normal sekresi hidung kira-kira 5,5-6,5. pH cenderung lebih meningkat menuju alkali dengan kondisi tertentu
seperti dingin umumnya, rhinitis, sinusitis dan lain-lain. Sekresi nasal muncul untuk mempunyai sedikit kapasitas
dapar dan terus-menerus penggunaan sediaan yang mempunyai nilai pH beberapa unit menghilangkan dari nilai
normal yang dapat mengiritasi dan menyebabkan kerusakan jaringan. Sediaan hidung alkali sebaiknya tidak
digunakan untuk kondisi inflamasi akut ketika hanya membuat keadaan menjadi lebih baik untuk mentoleransi
variasi tonisitas yang relatif besar, larutan isotonis (0,9% NaCl) tampak dapat bercampur dan tidak mengiritasi
hidung, sementara sangat hipo atau larutan hipertonik dapat menyebabkan iritasi.
Beberapa obat diabsorpsi secara sistemik melalui vaskuler hidung setelah pemakaian intranasal dan sistem
pembawa nasal semipadat dipelajari untuk mengontrol pembebasan obat. Bagaimanapun sejumlah kecil
penggunaan intranasal merupakan metode rute penggunaan yang baik untuk mencapai level darah signifikan
dari obat.
Absorpsi obat yang diberikan secara intranasal dapat terjadi dari jaringan pencernaan setelah mereka dialiri dari
rongga hidung. Untungnya, paling banyak obat digunakan secara intranasal diberikan dalam jumlah kecil dari
dosis, efektif yang biasa atau dirusak oleh saluran pencernaan. Potensi untuk absorpsi melalui rute ini perlu
dipertimbangkan, bagaimanapun khususnya jika sejumlah besar larutan digunakan atau diberikan untuk bayi
atau anak kecil.

4. Absorpsi Obat Pada Hidung (11 : 915)


Terdapat sejumlah kasus dimana absorpsi obat dibutuhkan pada kondisi saat injeksi parenteral atau pemberian
rektal tidak praktis. Pemberian obat pada pasien yang mual dan muntah memiliki kerugian nyata yaitu kesulitan
menelan obat dan menahan obat dan relatif lambat. Rute intranasal tampaknya cukup ideal untuk tujuan ini
karena kenyamanan dan kemudahan pemberian.
Tanndorf dan pekerjanya, mempelajari absorpsi hiosin dan atropin dari mukosa hidung manusia. Mereka
menggunakan derajat penghambatan produksi saliva sebagai test untuk sejumlah obat yang diabsorpsi.
Penemuan mereka menunjukkan kegunaan pemberian nasal untuk penggunaan obat. Pentingnya rute
pemberian dijelaskan.
Dalam semua kasus produksi saliva secara signifikan berkurang di bawah level kontrol, diikuti pembalikan
menuju level normal. Kapsul yang diberikan secara oral memberikan respon yang paling lambat, diikuti oleh
penggunaan cairan oral. Penundaan dalam kasus ini tampaknya tergantung pada waktu yang dibutuhkan untuk
melarutkan kapsul dan garam alkaloid padat.
Injeksi subkutan memberikan respon yang paling nyata dan cepat, dan penggunaan pada hidung menempati
posisi tengah. Pemberian hiosin dalam garam normal dengan spray tidak menghasilkan respon sebaik
penggunaan pada tetes hidung. Bagaimanapun, ketika 0,01% natrium lauril sulfat ditambahkan, pengurangan
tegangan permukaan membiarkan obat berdifusi dengan cepat ke daerah absorpsi, dimana obat diabsorpsi
dengan baik atau sedikit lebih baik daripada tetes hidung. Bagaimanapun, pemberian jumlah obat yang tepat
dengan penggunaan spray ditemukan agak sulit.
Penelitian tambahan terhadap kelompok yang termasuk pemberian sublingual, yang ditemukan lebih baik
daripada rute nasal maupun subkutan dan hanya sedikit lebih baik daripada pemberian oral. Tidak ada
komplikasi sekunder yang ditemukan.
Monto dan Rebuck melaporkan penggunaan vitamin B12 dengan rute nasal. Penulis menemukan bahwa inhalasi
kristalin vitamin B12 dalam larutan NaCl dan serbuk laktosa menghasilkan respon klinik cukup dan respon
hematologikal dalam 12 persen pasien anemia yang kambuh.

5. Respon Silia Terhadap Obat


Respon silia terhadap obat dan pengaruh lainnya telah diteliti oleh Proetz dan yang lain. Hasil penelitian ini telah
diumumkan dan beberapa penemuan telah dirangkum sebagai berikut : (11 : 913-915)
1) Larutan NaCl
Silia baik pada manusia maupun kelinci tetap aktif untuk waktu lama dalam larutan NaCl 0,9% pada suhu
antara 25 0C dan 30 0C. Bila konsentrasi NaCl ditingkatkan, silia pada daerah tertentu berhenti bergerak.
Setelah perlambatan gerakan terjadi di daerah lain. Pada konsentrasi 4-4,5%, semua aktivitas berhenti. Jika
membrane dicuci dengan air suling lalu dicelup lagi dalam larutan NaCl 0,9% maka aktivitas pada mulamulanya berbeda dari kontrol tapi kemudian akan kembali seperti semula. Bila konsentrasi larutan dikurangi,
ketajaman silia bahkan perlahan-lahan akan berkurang dan permukaan menjadi berkabut, sekelompok silia
bahkan tidak dapat dibedakan. Semua pergerakan akan berhenti pada konsentrasi 0,2-0,3%. Penambahan
NaCl pada berbagai konsentrasi tidak mampu mengembalikan pergerakan seperti semula. Silia menjadi
rusak permanen bila dipaparkan larutan hipotonis, dalam jangka waktu yang cukup. Pada dasarnya, efek air
suling setara dengan NaCl yang sangat encer.
2)

Pengurangan Ion Kalsium


Penggunaan tartrat, sitrat, oksalat, dan bahkan bahan pengkhelat lainnya untuk kalsium atau sulfat dan fosfat
menghentikan pergerakan silia bila diberikan dalam garam fisiologis. Sejumlah tetesan mukus terbentuk pada
silia. Transfer kembali ke lingkungan normal akan mengembalikan aksi silia seperti semula. Pemberian
berulang pada tikus dan kelinci menyebabkan sinusitis akut.

3)

Bahan Yang Bercampur Air


Saat obat-obat sulfa populer dalam pengobatan hidung, beberapa peneliti mempelajari penggunaan
propilenglikol tidak larut sebagai pembawa untuk melarutkan bentuk asam dari sulfa, sehingga mengurangi
kealkalian yang tinggi dari sulfonamida. Meskipun propilenglikol murni sangat hipertonik yang akan menarik
dari jaringan di sekitarnya, yang merupakan sistem yang digunakan untuk penggunaan klinis untuk jangka
waktu yang lama. Alkohol dalam cairan isotonis telah digunakan dalam konsentrasi sampai 10% terhadap
efek yang nyata. Proetz menstimulasi sekresi mukus dengan penggunaan lokal larutan alkohol (4%) dan

gliserin (4%) dalam larutan garam normal. Hal ini menyebabkan turbinasi pada pasien dalam posisi duduk.
Bila larutan digunakan dalam bentuk tetes, maka akan timbul rasa sakit.
4)

Minyak-minyak
Bila digunakan dalam membran, maka minyak terletak stasioner sebagai lapisan berat yang menyebabkan
gangguan pada aksi silia normal. Minyak tidak cocok sebagai pembawa karena obat yang terlarut di
dalamnya karena obat-obat tersebut tidak mampu menembus mukosa dan mencapai lapisan seluler. Minyakminyak juga berbahaya karena telah terbukti secara langsung menyebabkan pneumonia lipoid. Namun,
minyak-minyak sayur yang mempunyai asam lemak bebas yang rendah dikatakan kurang berbahaya
daripada minyak mineral atau minyak hewan. Penggunaan minyak teriodisasi sebagai medium opak dalam
X-ray untuk sinus dan bronki telah ditunjukkan sebagai prosedur yang aman.

5)

Protein Perak Ringan


Bila protein perak koloidal digunakan pada membran mukosa, pergerakan silia awalnya dihambat tapi
terpulihkan dengan baik setelah pemberian larutan garam hangat. Edema dan fragmentasi epitelium terjadi
setelah kontak panjang argyrols (10%) dengan mukosa sinus frontal(harus diketahui bahwa argyrols
merupakan kompleks protein perak oksida yang membutuhkan reaksi alkali kuat).

6)

Larutan Perak dan Zink


Pada penggunaan paling sedikit 0,5% perak nitrat menghancurkan silia. Hasil semua sama ditemukan
setelah pemberian zink sulfat.

7)

Larutan Kokain
Pada konsentrasi lebih dari 2,5%, kokain memparalisis silia, pada konsentrasi yang lebih rendah tidak ada
efek selain pengerutan dan penyusutan permukaan.

8)

Larutan Efedrin
Konsentrasi efedrin (0,5-1%) dalam larutan garam normal tidak menghasilkan perubahan aksi silia, dan hal
yang sama dapat diasumsikan pada kebanyakan komponen simpatomimetik sintetik yang umum digunakan.

9)

Kamfer, timol, eukaliptol, mentol, dan bahan-bahan menguap lainnya


Bahan-bahan ini dapat menyebabkan pengurangan pergerakan silia dan efek yang merugikan lainnya.
Pemulihan aktivitas normal diharapkan, kecuali dengan timol. Larutan dengan konsentrasi kurang dari 0,1%
tidak mempunyai efek yang berarti. Uap tidak berefek.

10)

Antibiotik
Penisilin (garam natrium) tidak merusak silia bila digunakan dalam larutan yang mengandung 250 dan 500
unit/ml (dalam NaCl isotonis). Pada konsentrasi 5000 unit/ml terjadi penurunan kecepatan pukulan dan
bahkan menghentikan aksi. Suspensi berair tirotrisin (1:2000 dan 1:5000) menahan pergerakan silia dengan
sempurna. Tidak diketahui apakah data ini dalam perlakuan di bawah kondisi isotonis. Streptomisin dalam
garam isotonis dalam 1000 unit/ml atau kurang, tidak mempunyai efek pengurangan atau merugikan
membran mukosa hidung. Namun Fabricant melaporkan bahwa penggunaan Na atau Ca Penisilin (Ca atau
Na) sampai 5000 unit/ml tidak mempunyai efek pada membran mukosa pernafasan kelinci.

11)

Atropin
Bila diberikan secara oral, atropin menyebabkan pengeringan dan bahkan perhentian gerakan silia.
Pemakaian lokal mengurangi produksi mukosa.

12)

Natrium Sulfarthiazol
Bila diberikan dalam larutan berair 5%, natrium sulfathiazol tidak mempengaruhi pemukulan silia dengan
cepat dan berarti, tapi pada pH sekitar 10 (alkali tinggi), efek menyengat terjadi setelah pemberian berulang,
tidak hanya pada silia tapi juga pada berbagai lapisan pada mukosa hidung, yang mungkin dapat
menyebabkan kerusakan. Garam-garam sulfonamida lainnya seperti Na-suldosetamida, yang dapat didapar
di bawah pH tanpa pengendapan, akan menunjukkan sedikit reaksi kerusakan. Bentuk asam bebas dari
sulfonamida, terlarut dalam propilenglikol atau campuran propilenglikol-air dikatakan kurang mengiritasi.

13)

Benzalkonium klorida dan Larutan Kuartener Lainnya


Larutan berair benzalkonium klorida 1:1000 dan 1:2000, sebagaimana air suling sendiri, menyebabkan
penghentian aksi. Tidak tercatat efek yang merugikan pada efektivitas silia bila digunakan kuartener pada
konsentrasi yang sama dalam larutan ragam isotonis. Baik pada kontrol garam dan larutan garam kuartener

1:10.000, silia bergerak aktif apabila dicelup selama 1 jam dalam larutan ini. Tampaknya kuartener tidak
merugikan bila digunakan dalam medium isotonis.
14)

Larutan Timerosol
Konsentrasi 1:1000 timerosol atau lebih sangat ekstrim dan menyebabkan penghentian gerakan silia secara
permanen setelah pemberian 4 menit.

15)

Surfaktan Anionik dan Nonionik


Beberapa surfaktan anionik berbeda termasuk Na Lauril Sulfat, Na-dioktil sulfosuksinat dan alkil benzen
sulfonat telah dicuci pada membran excise dan intact. Hampir 0,01% dapat ditoleransi tanpa efek. Larutan
0,05% Na-Lauril Sulfat dilaporkan menyebabkan sedikit rasa membakar. Lebih dari 200 pasien menggunakan
larutan yang mengandung 0,01% dan dilaporkan tidak terjadi sensasi yang berarti pada penggunaanya.
Surfaktan nonionik tampaknya ditoleransi pada konsentrasi yang lebih tinggi.

6. Syarat-syarat Tetes Hidung (7 : 253)


a. Isotonisitas
Penggunaan larutan berair lambat laun memusatkan perhatian pada pertanyaan tonisitas karena ditemukan
bahwa baik larutan konsentrasi rendah dan tinggi keduanya menyebabkan iritasi pada membran mukosa
hidung yang tidak nampak jika larutan isotonis atau sedikit hipertonis digunakan. Jadi, larutan dektrosa
isotonis dan larutan NaCl isotonis telah menjadi bagian dari pelarut untuk sediaan ini.
b. Konsentrasi Ion Hidrogen
Fabricant telah menemukan bahwa pH sekresi hidung orang dewasa tidak tetap tetapi secara normal
bervariasi dari 5,5-6,5, sementara pH hidung anak-anak pada range 5-6,7. pH cenderung naik menjadi alkali
selama serangan rhinitis akut. Jika terdapat inflamasi kuat, pergeserannya menuju ke lebih asam. Larutan
yang sedikit asam lebih efektif dalam pengobatan flu dan infeksi sinus. Telah ditemukan bahwa penggunaan
obat alkali dalam hidung cenderung untuk meningkatkan sekresi lebih alkali. Sementara penggunaan larutan
asam cenderung untuk meningkatkan keasaman sekresi. Oleh karena itu, penggunaan tetes hidung yang
lebih alkali selama rhinitis dan rhino sinusitis akut dikontraindikasikan karena cenderung untuk membuat
sekresi abnormal yang sudah alkali lebih alkali, atau sedikitnya memperpanjang kondisi ini.

Konsentrasi ion hidrogen dalam larutan hidung juga penting untuk alasan lain. Asam rendah adalah tidak
menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Perubahan pH juga berhubungan dengan aksi silia normal dan
menghambat aksi perlindungan silia, yang sangat tidak diinginkan.
Telah ditunjukkan bahwa obat dari garam Na sulfonamida telah merusak aksi silia, aksi menyengat pada
membran mukosa dan cenderung menginduksi sensitivitas obat. Untuk mengatasi alkali kuat, sifat mengiritasi
dan penguraian sulfonamida, Yonkman telah merekomendasikan penggunaan propilenglikol untuk obat-obat
ini. Dia menggunakan 3% larutan propilenglikol sulfathiazol dan 10% larutan sulfonamida. Larutan sedikit
asam dalam reaksinya. Bagaimanapun, sulfonamida yang umum digunakan dalam tetes hidung adalah
sulfasetamid Na dan sulfisoxazol dietanolamin. Ini adalah sulfonamida larut dan esensial netral dalam reaksi
(pH 7,4-7,5) dan tidak menyebabkan iritasi disebabkan oleh sulfonamida yang lebih alkali.

7. Pewadahan (16 : 352)


Tetes hidung dibuat dalam jumlah kecil (10 atau 25 ml) dalam botol gelas berwarna bergalur dengan plastik
penyegel dan penetes. Pemilik spray menyiapkan dalam wadah tipe bertekanan. Penggunaan jangka waktu
lama obat vasokontriktor dalam hidung dapat menyebabkan kerusakan mukosa hidung.

INJEKSI

1 Definisi Injeksi
FI III : 13
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Parrot : 283
Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril yang diberikan dengan
menembus satu atau lebih lapisan kulit.
Scoville's : 124
Injeksi adalah larutan yang dimaksudkan untuk dimasukkan ke dalam tubuh dengan
menggunakan alat suntik.
PTM : 3
Injeksi adalah sediaan cair dari obat yang dimaksudkan ke tubuh atau melalui kulit
atau selaput lendir.
RPS 18th : 1545
Parenteral merupakan rute pemberian obat melalui injeksi di bawah untuk
menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa.
FN : 317
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Kesimpulan
Injeksi atau parenteral adalah sediaan farmasetis steril berupa larutan, emulsi, suspensi,
atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang

disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir atau
menembus suatu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa menggunakan alat suntik.
II.1.2 Rute-rute Injeksi

DOM Martin : 970


1. Parenteral Volume Kecil
a.

Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang
berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya
mempunyai derajat pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betul-betul kecil.
Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik
yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa
untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan
sensitivitas terhadap mikroorganisme.

b.

Intramuskular
Istilah intramuskular (IM) digunakan untuk injeksi ke dalam obat. Rute intramuskular
menyiapkan kecepatan aksi onset sedikit lebih normal daripada rute intravena,
tetapi lebih besar daripada rute subkutan.

c.

Intravena
Istilah intravena (IV) berarti injeksi ke dalam vena. Ketika tidak ada absorpsi,
puncak konsentrasi dalam darah terjadi dengan segera, dan efek yang diinginkan
dari obat diperoleh hampir sekejap.

d.

Subkutan
Subkutan (SC) atau injeksi hipodermik diberikan di bawah kulit. Parenteral diberikan
dengan rute ini mempunyai perbandingan aksi onset lambat dengan absorpsi
sedikit daripada yang diberikan dengan IV atau IM.

e.

Rute Injeksi Lain

Selain empat rute parenteral primer, beberapa rute juga digunakan untuk aksi
khusus, kadang-kadang untuk aksi lokal daripada efek sistemik.
Rute intra-arterial; disuntikkan langsung ke dalam arteri, digunakan untuk rute
intravena ketika aksi segera diinginkan dalam daerah perifer tubuh.
Intrakardial; disuntikkan langsung ke dalam jantung, digunakan ketika kehidupan
terancam dalam keadaan darurat seperti gagal jantung.
Intraserebral; injeksi ke dalam serebrum, digunakan khusus untuk aksi lokal
sebagaimana penggunaan fenol dalam pengobatan trigeminal neuroligia.
Intraspinal; injeksi ke dalam kanal spinal menghasilkan konsentrasi tinggi dari
obat dalam daerah lokal. Untuk pengobatan penyakit neoplastik seperti
leukemia.
Intraperitoneal dan intrapleural
2. Parenteral Volume Besar
Untuk pemberian larutan volume besar, hanya rute intravena dan subkutan yang secara
normal digunakan.
a.

Intravena
Keuntungan rute ini adalah (1) jenis-jenis cairan yang disuntikkan lebih banyak dan
bahkan bahan tambahan banyak digunakan IV daripada melalui SC, (2) cairan
volume besar dapat disuntikkan relatif lebih cepat; (3) efek sistemik dapat segera
dicapai; (4) level darah dari obat yang terus-menerus disiapkan, dan (5)
kebangkitan secara langsung untuk membuka vena untuk pemberian obat rutin dan
menggunakan dalam situasi darurat disiapkan.
Kerugiannya adalah meliputi : (1) gangguan kardiovaskuler dan
pulmonar dari peningkatan volume cairan dalam sistem sirkulasi mengikuti
pemberian cepat volume cairan dalam jumlah besar; (2) perkembangan potensial

trombophlebitis; (3) kemungkinan infeksi lokal atau sistemik dari kontaminasi


larutan atau teknik injeksi septik, dan (4) pembatasan cairan berair.
b.

Subkutan
Penyuntikan subkutan (hipodermolisis) menyiapkan sebuah alternatif
ketika rute intravena tidak dapat digunakan. Cairan volume besar secara relatif
dapat digunakan tetapi injeksi harus diberikan secara lambat. Dibandingkan dengan
rute intravena, absorpsinya lebih lambat, lebih nyeri dan tidak menyenangkan, jenis
cairan yang digunakan lebih kecil (biasanya dibatasi untuk larutan isotonis) dan
lebih terbatas zat tambahannya.

PTM : 6-11
1. Subkutan (s.c)
Injeksi yang dimasukkan ke dalam jaringan lunak tepat di bawah permukaan kulit karena
ketersediaan ruangan dalam jaringan terbatas, volume injeksi tidak lebih dari 1 ml.
Perhatian diinginkan untuk membuat formulasi yang berhubungan dengan kondisi pH dan
tonisitas.
2. Intramuskular (i.m)
Injeksi yang secara langsung dimasukkan ke dalam otot, biasanya lengan atau daerah
panggul. Rute ini juga digunakan jika obat mengiritasi atau tidak larut dalam air atau
minyak sehingga obat tersebut harus digunakan dalam bentuk suspensi. Volume injeksi
harus tetap kecil, umumnya tidak lebih dari 2 ml.
3. Intravena (i.v)
Injeksi yang dimasukkan langsung ke dalam aliran darah. Hal ini memungkinkan dengan
hati-hati untuk memberikan volume kedil larutan pekat yang secara normal akan
mengiritasi jaringan. Rute ini diberikan secara perlahan-lahan sehingga larutan diencerkan
oleh darah mengalir melewati titik dimana jarum disuntikkan. Rute ini juga digunakan
untuk pemberian volume besar dari penggantian dan larutan hiperalimentasi.
4. Intrakutan (i.c)

Injeksi yang dimasukkan secara langsung ke dalam epidermis di bawah stratum corneum.
Rute ini digunakan untuk memberi volume kecil (0,1-0,5 ml) bahan-bahan diagnostik atau
vaksin.
5. Intratekal
Larutan yang digunakan untuk menginduksi spinal atau anestesi lumbar oleh larutan
injeksi ke dalam ruang subarachnoid. Cairan serebrospinal biasanya diam pada mulanya
untuk mencegah peningkatan volume cairan dan pengaruh tekanan dalam serabut saraf
spinal. Volume 1-2 ml biasa digunakan. Berat jenis dari larutan dapat diatur untuk
membuat anestesi untuk bergerak atau turun dalam kanal spinal, sesuai keadaan tubuh
pasien.
6. Intra-artikular
Injeksi yang digunakan untuk memasukkan bahan-bahan seperti obat antiinflamasi secara
langsung ke dalam sendi yang rusak atau teriritasi.
7. Intrakardial
Secara langsung ke dalam jantung, merupakan suatu rute yang mana digunakan untuk
menginjeksi ke dalam aliran darah volume besar dari larutan hipertonik atau larutan
teriritasi seperti dekstrosa 70%. Proses ini membutuhkan bantuan kateter. Kateterisasi
meliputi proses pembedahan dan secara umum hanya dilakukan dalam unit-unit tertentu
dari rumah sakit yang lebih besar.
8. Intraperitoneal (i.p)
Merupakan rute yang digunakan untuk pemberian berupa vaksin rabies. Rute ini juga
digunakan untuk pemberian larutan dialisis ginjal.
9. Intrasisternal dan Peridural
Injeksi ke dalam sisterna intracranial dan durameter pada urat spinal. Keduanya
merupakan cara yang sulit dilakukan, dengan keadaan kritis untuk injeksi.

PDF : 26-29
o

Hiperdermoklisis
Deskripsi : kegunaan rute pemakaian subkutan untuk infus larutan volume besar ke
dalam jaringan subkutan, disebut hipodermoklisis.
Indikasi : Meskipun jarang digunakan sekarang, pemakaian cairan secara
hiperdermoklisis dapat diindikasikan jika kecepatan absorpsi lambat diinginkan atau jika
tidak ada vena yang cocok (misal untuk bayi atau lanjut usia). Cairan seperti Ringer
Laktat; dektrosa 2,5% dalam 0,45% larutan garam, dan garam normal dapat diinjeksikan
untuk mempertahankan atau pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Perhatian : Injeksi harus diberikan perlahan-lahan untuk mencegah pembengkakan
jaringan. Larutan hipertonis, cairan bebas elektrolit, asam amino, emulsi lemak, dan
lainnya berbeda dari pH tubuh secara signifikan tidak digunakan. Infeksi lokal adalah
umum dan mungkin menjadi masalah. Bila larutan noneletrolit hipertonik disuntikkan,
sejumlah besar cairan dapat dibawa dari kompartemen vaskuler, menghasilkan
penurunan volume plasma dan shok.

Intra-arterial
Dekripsi : Injeksi atau infus ke dalam arteri yang membawa langsung pada organ target.
Indikasi: Rute intra-arterial digunakan umumnya untuk tujuan diagnosis seperti
menginjeksikan bahan-bahan radiopak untuk studi roentgenografik dari cadangan
vaskuler pada berbagai organ atau jaringan (seperti koroner, serebral, pulmonari, renal,
enterik, atau arteri perifer). Hampir semua arteri dicapai dengan kateterisasi arterial.
Penggunaan rute intra-arterial untuk tujuan pengobatan adalah jarang dan terbatas
pada umumnya untuk kemoterapi organ tertentu, seperti mengobati kanker lokal tertentu
(seperti melanoma malignant pada ekstremitis bawah), dimana perfusi regional dengan
konsentrasi tinggi dari obat toksis (yang bila diberikan secara i.v dapat dihubungkan
dengan reaksi sistemik serius) yang dapat tercapai.

Perhatian: Rute ini sangat berbahaya karena produk-produk yang menggunakan rute ini
tidak diencerkan secukupnya ataupun disaring untuk paru-paru, hati, ginjal sebelum
kontak dengan jaringan perifer atau organ vital yang terlindung oleh arteri. Produk yang
terkontaminasi dengan mikroorganisme endotoksin dan atau bahan partikulat dapat
menyebabkan komplikasi serius atau reaksi, seperti infeksi (baik intra-arterial atau ekstraarterial) atau tromboembolisme arteri atau vasospasme, yang dapat menyebabkan
iskemia, infarksi, atau gangren pada jaringan atau organ. Sebagai tambahan, bila teknik
pemasukannya salah, kerusakan pada intima arteri dan dinding pembuluh dapat terjadi,
sehingga ekstravasi perdarahan serius ataupun aneurisme disserting dapat terjadi. Jika
udara diinfuskan dengan tidak sengaja, embolisme udara dengan akibat iskemia dan
atau infarksi jaringan dapat terjadi, dan keadaan yang biasanya tidak muncul apabila
sejumlah kecil udara diinfuskan ke dalam sistem vena.
o

Intralesional
Deskripsi: Injeksi bahan obat langsung ke dalam atau di sekitar luka, biasanya pada atau
dalam kulit atau jaringan lembut, untuk mencapai efek terapetik.
Indikasi : Injeksi bahan-bahan obat ke dalam atau sekitar luka umumnya telah berguna
jika diinginkan untuk menetralkan berbagai toksin seperti tetanus dimana injeksi
antitoksin ke dalam atau sekitar luka telah digunakan. Terapi serupa ditemukan tidak
berguna pada rabies, dimana diinjeksikan langsung ke dalam atau di sekitar tempat
gigitan. Dermatologis umumnya menggunakan rute ini untuk mengobati psoriasis, lichen
simpleks, sarkoid, lichen planus hipertropikus, herpes zoster (dan post-zoster neuralgia)
dan jerawat sistik atau nedulus, dengan steroid lokal. Keloid juga telah sering ditangani
dengan injeksi lokal seperti ini, tetapi biasanya dengan steroid berdosis tinggi.
Perhatian : Komplikasi yang paling sering terjadi yaitu infeksi, biasanya dari organisme
yang baru masuk pada nasokamial. Meskipun mengalami kesulitan, tergantung pada tipe
luka yang diinjeksikan, lingkungan steril harus disiapkan sebelum diinjeksikan. Dengan
penyakit infeksi, penyebaran lokal dari proses yang diobati dapat terjadi.

Intraokuler
Deskripsi : Ada 4 tipe injeksi intraokuler yang digunakan :
1.

Chamber arterior: injeksi atau irigasi langsung ke dalam chamber anterior mata.

2.

Intravitreal : injeksi langsung ke dalam lubang vitreous pada mata.

3.

Retrobulbar : injeksi di sekitar ( bukan ke dalam) bagian posterior bulat.

4.

Subkonjugtiva : meskipun termasuk di bawah intraokuler, injeksi subkonjungtiva


(dan retrobulbar) bukanlah injeksi intraokuler. Injeksi semacam ini diberikan di
bawah konjugtiva, sehingga obat-obat berdifusi melalui limbus dan sklera ke dalam
mata.

Indikasi : Setiap rute digunakan untuk pengobatan infeksi dan inflamasi pada maya yang
tidak diobati secara efektif oleh pengobatan secara topikal atau sistemik, untuk anestesi
globe (retrobulbar) dan untuk dilatasi pupil dengan sikloplegik dan midriatik.
Memasukkan obat ke dalam mata adalah mengalami kesulitan, sebagai transpor
intraokuler dan difusi adalah miskin. Injeksi intraokuler adalah dilengkapi seringkali oleh
infus intravena obat terapetik. Pemilihan tipe injeksi intraokuler tergantung pada penyakit
yang ada dan lokasi yang tepat pada penyakit tersebut pada mata.
Perhatian : Perhatian ekstra dan teknik tepat diinginkan untuk meminimalkan atau
mencegah kerusakan pada mata, terutama pada endotelium kornea. Komplikasi yang
dapat timbul tergantung pada seleksi rute, adalah kerusakan saraf mata, perdarahan,
pelepasan retina, nekrosis retina, katarak dan injeksi obat langsung ke dalam sirkulasi
dengan efek sistemik. Infeksi selalu berbahaya dan harus sedapat mungkin dicegah,
sebab infeksi dapt menyebabkan kerusakan pada mata yang cepat dan atau kebutaan.
Volume larutan yang dapat diinjeksikan ke dalam mata biasanya terbatas, umumnya
tidak lebih dari 0,1-0,2 ml. Oleh karena dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang
anatomi dan fungsi mata maka ahli mata yang dapat melakukannya.
o

Intrapleural

Deskripsi : Biasanya diinjeksikan tunggal ke dalam lubang pleura. Seringkali, pipa tidak
permanent dimasukkan ke dada melalui pembedahan, rute ini dapat digunakan untuk
tujuan irigasi atau untuk injeksi obat berulang.
Indikasi : Seringkali, infeksi atau keganasan meliputi lubang pleura, umumnya bila proses
penyakit adalah kerusakan fungsi pernafasan, maka digunakan rute ini. Enzim (seperti
streptokinase dan streptodornase) dapat diinjeksikan pada empyemas cair tebal yang
todak dapat dihilangkan oleh absorpsi atau repsorpsi secara alamiah. Bila bagian kiri
tidak terobati, empyemas dapat menyebabkan fibrasis, adhesi, penebalan pleura dan
restriksi pernafasan. Juga penyebaran karsinoma atau mesothelomas pleura dapat
diobati dengan injeksi intrapleural lokal dan bahan-bahan antitumor atau sclerosis,
terutama bila infus berulang menjadi masalah.
Perhatian : Komplikasi yang paling sering disebabkan oleh infeksi intrapleural adalah
pneumothorax (kolaps paru-paru), perdarahan intrapleural dan atau infeksi
superimposed. Hal yang terakhir lebih sering terjadi saat pipa dada berada di dalam dada
untuk periode waktu yang panjang.
o

Intrauterin
Deskripsi : Diinjeksikan atau diinfuskan melalui jarum yang dimasukkan secara perkutan
ke dalam rahim yang hamil.
Indikasi : Injeksi atau infus bahan-bahan tertentu seperti garam 20%, prostaglandin E
atau urea ke dalam rahim yang hamil digunakan setelah 16 minggu kehamilan untuk
menginduksi kerja dalam aborsi medik atau membawa fetus yang masih hidup. Meskipun
kebanyakan aborsi dilakukan menggunakan terknik operasi, maka di tangan ahli yang
kurang berpengalaman, aborsi medik melalui injeksi intrauterin ini berguna. Sebagai
tambahan, bahan-bahan yang berbeda untuk studi roentgenografik dapat diinjeksikan
untuk studi anomaly kongental yang potensial.
Perhatian : Infeksi (amnionitis dan myometritis) adalah komplikasi yang paling umum
terjadi. Bila garam 20% tidak diinginkan untuk diinfuskan secara i.v pada pasien,

kematian dapat terjadi. Untungnya hal ini jarang terjadi. Seringkali, sindrom koagulopati
intravaskular terhambur dapat terjadi, yang diakibatkan oleh semua masalah yang
disebabkan rute ini. Kemungkinan di tangan orang yang tidak berpengalaman,
pembengkakan rahim atai saluran kemih dapat diinjeksikan.
o

Intraventrikuler
Deskripsi : Diinjeksikan langsung ke dalam ventrikel lateral otak.
Indikasi : Rute ini utamanya digunakan selama pengobatan infeksi (seperti meningitis
bakteri atau fungi dan atau ventrikulitis) dan keganasan (seperti infiltrasi leukemia dari
meningitis atau karsinomatosa) melibatkan membran dan cairan serebrospinal yang
meliputi SSP. Rute ini digunakan terutama dalam situasi dimana obat-obat yang
digunakan berdifusi atau lewat dengan buruk dari kompartemen vaskuler ke dalam
ventrikel dan ruang subarachnoid dan atau dimana efek samping sistemik dari bahan
partikulat diinginkan (seperti dalam pengobatan meningitis fungi dengan amfoterisin
atau dalam terapi infiltrasi leukemia dengan methothexate).
Perhatian : Oleh karena cairan serebrospinal adalah organ yang kritis sebagai otak dan
cordspinal dank arena salah satu fungsinya dipercaya untuk menjaga atau melindungi
cairan dari organ ini. Pemisahan cairan atau membran termasuk deleterius dan mungkin
mati. Adanya bahan asing, kimia, dan biologic, jika diinjeksikan ke sistem dapat
mengendapkan inflamasi.

Textbook of Pharmaceutics : 553


Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu atau lebih lapisan kulit
atau membran mukosa ke dalam daerah khusus dari tubuh. Jenis-jenis berikut yang tersedia :
1. Intradermal atau injeksi intrakutan
Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick test), tuberculosis (Old
Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni).
2.

Injeksi Subkutan atau Hipodermik

Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkan untuk efek lokal, seperti
anestesi lokal.
3. Injeksi Intramuskular
Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspensi diberikan melalui rute
intramuscular.
4. Intravena
Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti Phytomenadion
Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih diberikan dalam bentuk infus i.v untuk
mengganti cairan darah yang hilang akibat shok, luka, operasi pembedahan, atau cairan
tubuh hilang oleh diarrhoeia, seperti pada kolera.
5. Injeksi Intra-arterial
Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer.
6. Injeksi Intrakardial
Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk pengobatan darurat,
bebas bahan partikulat.
7. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid
Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida.
8. Injeksi Intrasisternal
Untuk pemberian antibiotik.
9. Injeksi Peridural
Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.

II.1.3 Keuntungan Injeksi


SDF : 11
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi pertimbangan
utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.

2. Terapi parenteral diperlukan untukobat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang dapat
dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan secara
injeksi.
4. Bila memungkinkan, terapi parenteral memberikan kontrol obat dari ahli karena pasien harus
kembali untuk pengobatan selanjutnya. Juga dalam beberapa kasus, pasien tidak dapat
menerima obat secara oral.
5. Penggunaan parenteral dapat menghasilkan efek lokal untuk obat bila diinginkan seperti pada
gigi dan anestesi.
6. Dalam kasus simana dinginkan aksi obat yang diperpanjang, bentuk parenteral tersedia,
termasuk injeksi steroid periode panjang secara intra-artikular dan penggunaan penisilin
periode panjang secara i.m.
7. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan
elektrolit.
8. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat dipenuhi
melalui rute parenteral.
PTM : 6
1. Aksi obat biasanya lebih cepat.
2. Seluruh dosis obat digunakan.
3. Beberapa obat, seperti insulin dan heparin, secara lengkap tidak aktif ketika diberikan secara
oral, dan harus diberikan secara parenteral.
4. Beberapa obat mengiritasi ketika diberikan secara oral, tetapi dapat ditoleransi ketika diberikan
secara intravena, misalnya larutan kuat dektrosa.
5. Jika pasien dalam keadaan hidrasi atau shok, pemberian intravena dapat menyelamatkan
hidupnya.
Parrot : 283
Beberapa obat mempunyai keuntungan dibandingkan dengan pemberian secara oral.

1. Pemberian rute ini adalah penting ketika jalur gastrointestinal tidak dapat digunakan karena
pembedahan atau kekurangan stabilitas, seperti obat-obat penisilin dan penisilin G.
2. Respon fisiologis dari injeksi lebih cepat dan efektif dibandingkan pemberian secara oral.
3. Dalam kasus darurat dimana pasien tidak sadar atau tidak menerima obat oral, pemberian
parenteral dapat memberikan efek yang segera dan menentu.
4. Injeksi dapat menghasilkan efek lokal. Anestesi lokal digunakan oleh dokter gigi untuk
menginjeksi dekat batang dari serabut dan membantu sensasi nyeri segera pada
daerahnya.
II.1.4 Kerugian Injeksi
SDF : 11
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara aseptik
dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek fisiologisnya.
4. Yang terakhir, karena pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih
mahal dibandingkan metode rute yang lain.
PTM : 11
1. Beberapa rasa sakit dapat terjadi seringkali tidak disukai oleh pasien, terutama bila sulit untuk
mendapatkan vena yang cocok untuk pemakaian i.v.
2. Dalam beberapa kasus, dokter dan perawat dibutuhkan untuk mengatur dosis.
3. Sekali digunakan, obat dengan segera menuju ke organ targetnya. Jika pasien
hipersensitivitas terhadap obat atau overdosis setelah penggunaan, efeknya sulit untuk
dikembalikan lagi.
4. Pemberian beberapa bahan melalui kulit membutuhkan perhatian sebab udara atau
mikroorganisme dapat masuk ke dalam tubuh. Efek sampingnya dapat berupa reaksi
phlebitis, pada bagian yang diinjeksikan.

Parrot : 283
Beberapa orang tidak menyukai pemberian injeksi karena :
1. Umumnya, injeksi itu tidak nyaman.
2. Dibutuhkan orang-orang yang terlatih untuk pemberiannya.
3. Perhatian harus diberikan untuk injeksi intravena.
4. Reaksi sensitivitas lebih sering terjadi pada parenteral daripada bentuk sediaan lain.
5. Terapi parenteral lebih mahal daripada bentuk yang lain karena penggunaan dan produksinya.
II.1.5 Komposisi Injeksi
SDF : 16
Obat-obat dalam larutan dalam pembawa yang cocok, dengan atau tanpa bahan tambahan,
ditujukan untuk penggunaan parenteral yang dikenal sebagai injeksi. Injeksi dapat dikemas
sebagai unit dosis tunggal atau unit dosis ganda, volumenya dapat sejumlah setengah milliliter,
seperti injeksi Atropin Sulfat atau sebanyak 1 L seperti injeksi dektrosa.
Modern Pharmeceutics : 450-457
1. Bahan aktif
2. Bahan tambahan
a.

Antioksidan
Garam-garam sulfurdioksida, termasuk bisulfit, metasulfit dan sulfit adalah yang paling
umum digunakan sebagai antioksidan. Selain itu digunakan :

b.

Asam askorbat

Sistein

Monotiogliseril

Tokoferol

Bahan antimikroba atau pengawet

Benzalkonium klorida

Klorobutanol

Benzil alkohol

Metakreosol

Timerosol

Propil p-hidroksibenzoat

Butil p-hidroksibenzoat

Fenol

Metil p-hidroksibenzoat
c.

d.

Buffer

Asetat

Sitrat

Fosfat

Bahan pengkhelat
Garam etilendiamintetraasetat (EDTA)

e.

f.

g.

h.

Gas inert

Nitrogen

Argon

Bahan penambah kelarutan (Kosolven)

Etil alkohol

Gliserin

Polietilen glikol

Propilen glikol

Lecithin

Surfaktan

Polioksietilen

Sorbitan monooleat

Bahan pengisotonis

i.

j.

Dekstrosa

NaCl

Bahan pelindung

Dekstrosa

Laktosa

Maltosa

Albumin serum manusia

Bahan penyerbuk

Laktosa

Manitol

Sorbitol

Gliserin

3. Pembawa
a.

Pembawa air
Menggunakan air untuk injeksi

b.

Pembawa nonair dan campuran


o

Minyak nabati

Minyak jagung

Minyak biji kapas

Minyak kacang

Minyak wijen

Pelarut bercampur air

Gliserin

Etil alkohol

Propilen glikol

Polietilenglikol 300

II.1.6 Syarat-syarat Injeksi


PTM : 11
Rangkuman dari syarat-syarat utama dari produk injeksi :
Karena kritikal alami, sediaan parenteral harus disiapkan secara hati-hati, mengontrol kondisi
lingkungan dan pengemasan untuk menjamin bahwa pada penggunaan produk :
a.

Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah kondisi yang
kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).

b.

Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.

c.

Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.

Parrot : 284
Semua bahan-bahan yang dimasukkan ke epidermis tubuh harus bebas dari mikroorganisme,
pirogen dan iritasi. Dalam injeksi volume besar, pH dan tekanan osmotik, dan aliran harus secara
fisiologi bercampur dengan cairan tubuh.
SDF : 37
1)

Sterilitas
Semua bentuk sediaan yang diberikan secara parenteral, larutan optalmik dan beberapa
dosis medis yang digunakan dalam hubungannya dengan pemberian bahan yang harus
steril, bebas dari semua mikroorganisme hidup, kebebasan dari mikoorganisme hidup
dijamin pada awalnya dengan pembuatan produk dengan proses sterilisasi yang sah,
kemudian pengemasan produk dalam dalam suatu bentuk yang meyakinkan penyimpanan
dari sifat ini. Istilah steril adalah mutlak dan seharusnya tidak pernah digunakan atau betulbetul dipertimbangkan dalam suatu cara relatif baik sebagian atau hampir steril juga
diharapkan dalam penanganan berikutnya dari produk selama pemberian, teknik aseptik
dan manipulator akan menjamin pengeluaran berlanjut dari mikroorganisme hidup. Teknik

aseptik yang tepat untuk penyiapan dan pemberian bentuk sediaan steril akan didiskusikan
selanjutnya.
2)

Bebas dari bahan partikulat


Bahan partikulat mengacu kepada bahan yang bergerak, tidak larut, yang tanpa sengaja
ada dalam sediaan parenteral. Kehadiran bahan partikulat dalam sediaan larutan parenteral
diperhatikan karena konsep rute pemberiannya. Walaupun rute parenteral dapat
menyiapkan lama penyimpanan, penampilan, kebutuhan, dan metode efektif dari
pemberian, namun dipercaya bahwa bahan-bahan dari luar yang tidak disengaja dapat
berbahaya. Komposisi dari bahan partikulat yang tidak diinginkan bervariasi. Dalam
beberapa hal, komposisi ini dari berbagai sumber, mengingat yang lain memiliki sumber
khusus tersendiri. Bahan asing yang ditemukan dalam sediaan parenteral meliputi selulosa,
serat kapas, gelas, karet, logam, partikel plastik, bahan kimia tidak larut, karet diatomae,
ketombe dan sebagainya.
Pengaruh Secara Biologis
Kejernihan, atau tidak adanya bahan partikel yang tampak selalu dipertimbangkan sebagai
persyaratan untuk produk parenteral. Bagaimanapun, awalnya ini adalah alasan fisiologis
misalnya pengaruh larutan terhadap bahan yang tampak terhadap pasien yang
menerimanya dalam injeksi akan merupakan gambaran kesimpulan produk yang beredar di
pasaran, dengan adanya bahan yang mengapung. Saat gelas ampul mulai terkenal sebagai
wadah pengemasan, hal ini dapat dicatat bahwa kemungkinan partikel gelas akan masuk
ke dalam larutan saat ampul dibuka.
Sumber
Bahan partikel dapat masuk dalam larutan parenteral dengan berbagai cara dan sumber :
1.

Larutan itu sendiri dan bahan kimia yang dikandungnya.

2.

Proses pabrikasi dan berbagai variabel seperti lingkungan, peralatan dan personil.

3.

Komponen kemasan dan kandungannya.

4.

Alat dan peralatan yang digunakan saat pemberian produk.

5.

Manipulasi yang melibatkan peralatan produk untuk pemberian sama baiknya dengan
lingkungan saat produk tersebut dibuat.

3)

Bebas dari Pirogen


Sekarang dalam praktek pemberian obat secara parenteral, reaksi piretik sering diamati.
Reaksi-reaksi ini antara lain malaise, sakit kepala, dan peningkatan suhu tubuh (demam).
Istilah seperti "sait fever", "protein fever", "serum fever", dan "salvarsan fever", umum
digunakan untuk mengartikan reaksi ini.
Definisi
Pirogen didefinisikan sebagai produk metabolit yang berasal dari mikroorganisme hidup,
atau mikroorganisme mati yang dapat menyebabkan respon demam setelah penyuntikan.
Pirogen diproduksi oleh mikroorganisme gram-negatif yang sangat poten. Ekstrak pirogen
kering muncul menjadi stabil sepanjang waktu, bahkan larutan yang terpirogenik kehilangan
beberapa aktivitasnya sampai beberapa tahun.

4)

Kestabilan
Dalam perkembangan sediaan steril, perkembangan atau perhatian utama ditujukan pada
kestabilan obat. Obat dalam sediaan cenderung menjadi kurang stabil daripada obat dalam
bentuk kering. Untuk penggunaan parenteral, suatu larutan atau suspensi dibutuhkan atau
berupa faktor kestabilan obat dipertimbangkan secara hati-hati. Pemilihan bahan tambahan
membantu dalam peranannya pada kestabilan secara fisika dan kimia. Untuk larutan
kestabilan secara fisika memperlihatkan pada kenampakan secara fisika dari produk saat
penyimpanan. Pembentukan endapan atau warnanya biasanya mengindikasikan
ketidakstabilan. Penguraian obat tidak begitu nyata ditunjukkan oleh perubahan secara
visual, sutau larutan subpoten dapat tetap jernih dan tidak berwarna.

5)

Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah (SDF : 164)


Walaupun diinginkan bahwa cairan intravena isotonik untuk meminimalkan trauma pada
pembuluh darah, larutan hipertonik atau hipotonik dapat diberikan dengan sukses. Larutan
nutrient hipertonik konsentrasi tinggi digunakan pada hiperalimentasi parenteral. Untuk

meminimalkan iritasi pembuluh, larutan ini diberikan secara perlahan dengan kateter pada
vena besar seperti subclavian.
II.1.7 Injeksi Intravena Harus Steril (Lachman : 639)
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang unik di antara bentuk obat terbagi-bagi. Karena
sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke dalam tubuh. Karena sediaan
mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efesien yakni membran kulit dan
mukosa, maka sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksis dan
harus mempunyai kemurnian yang tinggi.
II.1.8 Uji Kesterilan (FI III : 18)
Injeksi harus memenuhi syarat uji sterilitas yang tertera pada uji keamanan hayati.
II.1.9 Uji Keseragaman Bobot (FI III : 19)
Keseragaman bobot : Sediaan yang sebelum digunakan sebagai injeksi dilarutkan terlebih dahulu,
harus memenuhi syarat keseragaman bobot berikut : Hilangkan etiket 10 wadah, cuci bagian luar
wadah dengan air, keringkan. Timbang satu persatu, dalam keadaan terbuka. Keluarkan isi wadah,
cuci wadah dengan air kemudian dengan etanol (95%)P, keringkan pada suhu 105 0C hingga bobot
tetap, dinginkan, timbang satu persatu. Bobot isi wadah tidak boleh menyimpang lebih dari batas yang
tertera pada daftar berikut, kecuali satu wadah yang boleh menyimpang tidak lebih dari 2 kali batas
yang tertera.
Bobot yang tertera pada etiket
Tidak lebih dari 120 mg
Antara 120 mg dan 300 mg
300 mg atau lebih

Batas penyimpanan (%)


+10
+ 7,5
+5

II.1.10 Keseragaman Volume (FI III L 19)


Volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari volume yang ditetapkan. Kelebihan volume
yang dianjurkan tertera dalam daftar di bawah ini.
Volume pada etiket
0,5 ml
1,0 ml

Volume tambahan yang dianjurkan


Cairan encer
Cairan kental
0,10 ml
0,12 ml
0,10 ml
0,15 ml

2,0 ml
5,0 ml
10,0 ml
20,0 ml
30,0 ml
50,0 ml atau lebih

0,15 ml
0,30 ml
0,50 ml
0,60 ml
0,80 ml
2%

0,25 ml
0,50 ml
0,70 ml
0,90 ml
1,20 ml
3%

II.1.11 Wadah Injeksi


Scoville's : 207
Wadah sebaiknya selalu diisi dengan volume larutan yang lebih besar daripada yang tertera
pada label. Ini perlu karena beberapa larutan akan selalu melekat pada sisi wadah dan tidak
dapat terpisah, khususnya ketika penggunaan vial silikon. Penggunaan vial dan ampul
sebelumnya dibuat dengan silikon membuat pergerakan isi lebih mudah karena cairan dengan
vial tidak basah dan berpisah dengan gelas tetapi agak mengalir dengan cepat dan bebas dari
sini. Sejumlah besar larutan perlu untuk menambahkan akan mengubah ukuran wadah dan
viskositas larutan.
Scoville's : 200
Ada dua tipe utama wadah untuk injeksi yaitu dosis tunggal dan dosis ganda. Wadah dosis
tunggal yang paling sering digunakan adalah ampul dimana kisaran ukurannya dari 1-100 ml.
pada kasus tertentu, wadah dosis ganda dan sebagainya berupa vial serum atau botol serum.
Kapasitas vial serum 1-50 ml, bentuknya mirip ampul tetapi disegel dengan pemanasan.
Ditutup dengan penutup karet spiral. Botol serum juga dapat sebagai botol tipe army dengan
kisaran ukuran dari 75-100 ml dan memiliki mulut yang lebar dimana ditutup dengan penutup
karet spiral. Labu atau tutup yang lebih besar mengandung 250-2000 ml, digunakan untuk
cairan parenteral yang besar seperti NaCl isotonis.
Encyclopedia : 231
1. Gelas
Gelas digunakan untuk sediaan parenteral dikelompokkan dalam tipe I, Tipe II, dan Tipe III
(tabel 8). Tipe I adalah mempunyai derajat yang paling tinggi, disusun hampir ekslusif dan

barosilikat (silikon dioksida), membuatnya resisten secara kimia terhadap kondisi asam
dan basa yang ekstrim. Gelas tipe I, meskipun paling mahal, ini lebih disukai untuk produk
terbanyak yang digunakan untuk pengemasan beberapa parenteral. Gelas tipe II adalah
gelas soda-lime (dibuat dengan natrium sulfit atau sulfida untuk menetralisasi permukaan
alkalinoksida), sebaliknya gelas tipe III tidak dibuat dari gelas soda lime. Gelas tipe II dan
III digunakan untuk serbuk kering dan sediaan parenteral larutan berminyak. Tipe II dapat
digunakan untuk produk dengan pH di bawah 7,0 sebaik sediaan asam dan netral. USP
XXII memberikan uji untuk tipe-tipe gelas berbeda.
Formulator harus mengetahuidan sadar bahwa masing-masing tipe gelas adalah
berbeda dan level bahan tambahannya (boron, sodium, potassium, kalsium, besi, dan
magnesium) yang berefek terhadap sifat kimia dan fisika. Oleh karena itu, formulator
sebaiknya mempunyai semua informasi yang diperlukan dari pembuatan gelas untuk
memastikan bahwa formulasi gelas adalah konsisten dan dari batch dan spesifikasi bahan
tambahan adalah konsisten ditemukan.
Gelas untuk parenteral volume kecil Tabel 8
Tipe

Definisi Umum

Test USP

Batas

Paling resisten,

Gelas serbuk

Ukuran (ml)
Semua

ml 0,02 N asam
1,0

II

gelas borosilikat
Gelas dibuat dari

Attack water

100 atau kurang

0,7

III
IV

soda lime
Gelas soda lime
Gelas soda lime-

Gelas serbuk
Gelas serbuk

lebih 100
Semua
Semua

0,2
8,5
15,0

tujuan umum
Wadah gelas ambar digunakan untuk produk yang sensitif terhadap cahaya. Warna
ambar dihasilkan dengan penambahan besi dan mangan oksida untuk formulasi gelas.
Namun demikian, dapat leach ke dalam formulasi dan mempercepat reaksi oksidasi.
2.

Karet

Formulasi karet digunakan dalam sediaan parenteral volume kecil untuk penutup vial dan
catridge dan penutup untuk pembedahan. Formulasi ini betul-betul kompleks. Tidak hanya
mereka mengandung basis polimer karet, tetapi juga banyak bahan tambahan seperti
bahan pelunak, pelunak, vulkanishing, pewarna, aktivator dan percepatan, dan
antioksidan. Banyak bahan-bahan tambahan ini tidak dikarakteristikkan untuk isi atau
pemurnian dan dapat bersumber dari masalah degradasi fisika dan kimia dalam produk
parenteral. Seperti gelas, formulator harus bekerja dengan tertutup dengan pembuat karet
untuk memilih formulasi karet yang tepat dengan spesifikasi tetap dan karakteristik untuk
mempertahankan kestabilan produk.
Paling banyak polimer karet digunakan dalam penutup sediaan parenteral volume
kecil adalah alami dan butil karet dengan silikon dan karet neopren digunakan jarang. Butil
karet lebih disukai karena ini diinginkan sedikit bahan tambahan, mempunyai penyerapan
uap air rendah (oleh karena itu, baik untuk serbuk kering steril sensitif terhadap
kelembaban) dan sifat sederhana dengan penghormatan penyerapan gas dan reaktivitas
dengan produk farmasetik.
Masalah dengan penutup karet termasuk leaching bahan ke dalam produk,
penyerapan bahan aktif atau pengawet antimikroba oleh elastomer dan coring karet oleh
pengulangan insersi benang. Coring menghasilkan partikel karet yang berefek terhadap
kualitas dan keamanan potensial produk.
Silikonisasi penutp karet adalah umum dilakukan untuk memfasilitasi pergerakan
karet melalui peralatan sepanjang proses dan peletakan ke dalam vial. Akan tetapi, silikon
tidak bercampur dengan obat hidrofilik, khususnya protein. Kontak yang luar biasa dengan
karet tersilikonisasi dapat menghasilkan agregasi protein. Pembuatan elastomer
mempunyai perkembangan formulasi yang tidak menginginkan penggunaan silikon untuk
menggunakan dalam operasi produksi kecepatan tinggi.
3.

Plastik

Pengemasan plastik adalah sangat penting untuk bentuk sediaan mata yang diberikan
oleh botol plastic fleksibel, orang yang bersangkutan memeras untuk mengeluarkan
tetesan larutan steril, suspensi atau gel. Wadah plastic parenteral volume kecil lain dari
produk mata menjadi lebih luas dipakai karena pemeliharaan harga, eliminasi kerusakan
gelas dari kenyamanan penggunaan. Seperti formulasi karet, formulasi plastik dapat
berinteraksi dengan produk, menyebabkan masalah fisika dan kimia. Formulasi plastik
adalah sedikit. Kompleks daripada karet dan cenderung mempunyai potensial lebih
rendah untuk bahannya. Paling umum digunakan plastik polimer untuk sediaan mata
adalah polietilen densitas rendah. Untuk sediaan parenteral volume kecdil yang lain,
formulasi polyolefin lebih luas digunakan sebaik polivinil klorida, polipropilen, poliamida
(nilon), polikarbonat dan kopolimer (seperti etilen-vinil asetat).

Tabel 9- Komponen karet Dapat Diautoklaf Digunakan Dalam


Sediaan Parenteral Volume Kecil
Reaksi Potensial Dengan
Tipe

Bahan Tambahan

Penyerapan Uap Air

Butil
Natural
Neupren
Polisopren
Silikon

Sederhana
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sederhana

Rendah
Sederhana
Sederhana
Sederhana
Sangat tinggi

Produk
Sederhana
Tinggi
Tinggi
Sederhana
Rendah

4. Container / wadah
Tipe wadah yang paling umum digunakan untuk sediaan parenteral volume kecil adalah
gelas atau vial polietilen dengan penutup karet dan besi. Gelas ampul digunakan paling
banyak untuk sistem pengemasan parenteral volume kecil, tetapi jarang digunakan
sekarang karena masalah aprtikel gelas ketika leher ampul dibuka. Masing-masing
pembedahan dan wadah catridge mempunyai peningkatan popularitas dan penggunaan
karena kenyamanan mereka dibandingkan vial dan ampul. Vial dan ampul menginginkan
kemunduran produk dari kemasan. Injeksi, sebaliknya produk-produk dalam pembedahan

dan catridge adalah siap untuk diberikan. Keduanya digunakan untuk parenteral volume
besar (LVP).
Wadah plastik digunakan untuk penggunaan produk mata. Salep dengan tube
logam digunakan untuk kemasan salep mata steril.
II.1.12 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Distribusi Obat Yang Diinjeksikan Secara Subkutan atau
Intramuskular Ke Dalam Sirkulasi Umum (PDF Vol 1: 40-41)
1.

Kelarutan Obat
Obat-obat perlu dilarutkan secara sempurna sebelum mereka dapat melewati obat atau
hambatan jaringan dan masuk ke dalam sistem sirkulasi. Ada 2 tipe kelarutan yang penting
yaitu kelarutan dalam pembawa dari bentuk sediaan dan kelarutan dalam cairan tubuh. Untuk
obat-obat yang diberikan dalam bentuk larutan, kelarutan dari sediaan dicegah. Akan tetapi
obat yang diberikan dalam bentuk suspensi, kecepatan disolusi obat dari pembawa bentuk
sediaan, sebaik kelarutan dalam jaringan cairan pada daerah yang disuntikkan, secara lebih
besar menentukan kecepatan absorpsi dari obat. Kecepatan disolusi dari obat yang
diinjeksikan dalam bentuk suspensi tergantung dari ukuran partikel obat, pH cairan pada
daerah yang disuntikkan, sifat polimorfis dari bentuk kristal obat, dan koefesien difusi obat.
Viskositas yang lebih tinggi, koefesien dari obat dikurangi. Sekali obat dalam larutan dari
bentuk sediaan, kelarutannya dalam cairan pada jaringan subkutan atau otot tergantung pada
koefesien partisi dan derajat ionisasi sebagai tanda oleh pH cairan yang ada pada daerah
yang disuntikkan.

2.

Koefesien Partisi Obat


Kelarutan dalam lemak rendah dari obat, lebih rendah koefesien partisinya, dan lebih lambat
kecepatan absorpsinya ke dalam aliran darah dari tempat yang diinjeksikan.

3.

Kecepatan Aliran Darah Pada Daerah Yang Disuntikkan


Fakta yang telah diketahui bahwa aliran darah yang lebih besar dalam jaringan kapiler ke dan
dari tempat dimana ia diinjeksikan, maka akan semakin tinggi kecepatan absorpsi dari obat.
Injeksi ke dalam otot lateral paha atau bokong dihubungkan dengan absorpsi obat yang lebih

lambat dan rendah (karena vaskular yang kurang dan bahan lemak lebih tinggi) daripada
injeksi dalam otot. Faktor-faktor yang meningkatkan aliran darah, seperti latihan, meningkatkan
absorpsi obat setelah injeksi intramuscular atau subkutan. Sebaliknya, faktor-faktor yang dapat
mengurangi aliran darah, seperti obat vasokonstriksi seperti epinefrin, jika diberikan secara
concurrently pada daerah yang diinjeksikan mengurangi kecepatan absorpsi obat.
4.

Degradasi Obat Pada Daerah Yang Diinjeksikan


Distribusi dari bahan aktif obat secara biologis dikurangi jika obat dimetabolisme atau dalam
cara lain didegradasi pada daerah terinjeksi.

5.

Ukuran Partikel Dari Obat


Ukuran partikel obat yang tersuspensi mempengaruhi kecepatan disolusinya dalam bentuk
sediaan. Ukuran partikel yang lebih besar, kecepatan disolusi lebih lambat, luas permukaan
obat kurang tersedia untuk interaksi dengan cairan tubuh. Obat-obat yang sedikit larut, seperti
diazepam, fenitoin, dan digoxin, meskipun perlahan-lahan larut dalam bentuk kosolvennya,
mereka tidak larut dalam cairan berair tubuh. Pengendapan partikel dapat dilarutkan kembali,
tetapi kecepatan disolusinya lambat.

6.

Bahan-bahan Formulasi
Bahan-bahan yang ditambahkan untuk formulasi sediaan obat untuk dapat disuspensikan
kembali (seperti derivate selulosa), untuk melarutkan (seperti gliserin)dan atau untuk
peningkatan kestabilan (antioksidan) yang secara potensial dapat mempengaruhi distribusi
obat dari daerah pemberian. Demikian efek-efek dapat dimanifestasikan dalam berbagai cara,
seperti kompleksi yang mengurangi kecepatan disolusi obat, dan sebagai peningkat viskositas,
yang mengurangi transport obat dari daerah injeksi ke sistem sirkulasi.

II.1.13 Distribusi Obat Yang Diberikan Secara Parenteral


Bahan-bahan yang diberikan secara intramuscular, intravena atau subkutan masuk ke
dalam sistem sirkulasi melalui limfatik dan atau sistem transport vena. Sebelum dipompakan masuk
ke dalam sirkulasi arteri oleh jantung, bahan-bahan harus pertama melewati paru-paru. Alur kapiler
paru-paru seperti filter dan dalam beberapa keadaan bertindak sebagai reservoir jika partisi bahan

yang terinjeksi dalam jaringan paru-paru dan secara subsequent terlepas balik ke dalam sistem
sirkulasi. Paru-paru bertindak sebagai organ distribusi dan eliminasi.paur-paru juga bertindak
sebagai daerah untuk metabolisme bahan-bahan tertentu.
Setelah injeksi intravena atau infuse, obat-obat yang masuk ke dalam paru-paru
didistribusikan melalui distribusi seluruh volumenya, menyediakan partisi obat yang menyenangkan.
Porsi obat yang dibersihkan oleh ekshalasi, khususnya untuk mereka dengan tekanan uap tinggi.
Setelah pemberian injeksi intramuscular atau subkutan, obat-obat terabsorpsi juga dapat
didistribusikan dari paru-paru. Akan tetapi, injeksi di daerah tersebut berhubungan dengan lag time
antara waktu injeksi dan penampakannya dalam darah.

II.1.14 Cara Penyegelan Ampul (Lachman : 671)


Ampul dapat ditutup dengan melelehkan bagian gelas dari leher ampul sehingga
membentuk segel penutup atau segel tarik. Segel penutup dibuat dengan melelehkan sebagian
gelas pada bagian atas leher ampul bulatan gelas dan menutup bagian yang terbuka. Segel tarik
dibuat dengan memanaskan leher dari suatu ampul yang berputar di daerah ujungnya kemudian
menarik ujungnya hingga membentuk kapiler kecil yang dapat diputar sebelum bagian yang meleleh
tersebut ditutup.
II.1.15 Cara Pengisian Ampul (Scoville's : 206)
Untuk pengisian ampul, jarum hipodermik panjang adalah penting karena lubangnya
kecil. Jarum harus dimasukkan ke dalam ampul sampai di bawah. Leher ampul, tetapi tidak cukup
jauh untuk masuk ke dalam larutan yang dimasukkan ke dalam ampul. Jarum harus dikeluarkan dari
ampul tanpa menggunakan tetes larutan pada dinding primer dari leher ampul. Metode ini
digunakan untuk mencegah pengurangan dan pengotoran jika ampul disegel.

DAFTAR PUSTAKA
1.

AMA Drug Evaluation, (1995), Drug Evaluation Annual, 1995, American Medical Association, America.

2.

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depkes RI, Jakarta.

3.

Ditjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV Depkes RI, Jakarta.

4.

Ganiswara, S.B., (1995), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta.

5.

Gennaro, A.R., (1998), Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition, Marck Publishing Co, Easton.

6.

Gilman,G.A., (1994), Goodman and Gilman's The Pharmaceutical Basis of Therapeutics, Pergamen Press.

7.

Jenkins, G.L., (1969), Scoville's:The Art of Compounding, Burgess Publishing Co, USA.

8.

Kibbe,A.H., (1994), Handbook of Pharmaceutical Excipient, The Pharmaceutical Press, London.

9.

King, R.E., (1984), Dispensing of Medication, Ninth Edition, Marck Publishing Company, Philadelphia.

10. Lachman, L, et all, (1986), The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, Third Edition, Lea and Febiger,
Philadelphia.
11. Martin., (1971), Dispensing of Medication, Marck Publishing Company, Pensilvania.
12. Nuswantari, D., (1998), Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
13. Reynolds,J.E.F., (1982), Martindale The Extra Pharmacopeia, 28th Edition, Pharmacetical Press, London.
14. Parfitt,K., (1994), Martindale The Complete Drug Reference, 32nd Edition, Pharmacy Press.
15. Tjay, T.H., (2000), Obat-obat Penting, Edisi V, Depkes RI, Jakarta.
16. Rawling,E.A., (2003), Bentley Textbook of Pharmaceutics, Eight Edition, Bailliere, Tindall, London.
17. Howard, C. Ansel. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI Press. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai