Sekitar 75 buah kelenjar limfe terdapat pada setiap sisi leher, kebanyakan
berada pada rangkaian jugularis interna dan spinalis assesorius. Kelenjar limfe
yang selalu terlibat dalam metastasis tumor adalah kelenjar limfe pada rangkaian
jugularis interna.
Kelenjar limfe servical dibagi ke dalam gugusan superficial dan gugusan
profunda. Kelenjar limfe superficial menembus lapisan pertama fascia servical
masuk kedalam gugusan kelenjar limfe profunda. Meskipun kelenjar limfe nodus
kelompok superficial lebih sering terlibat dengan metastasis, keistimewaan yang
dimiliki kelenjar kelompok ini adalah sepanjang stadium akhir tumor, kelenjar
limfe nodus kelompok ini masih signifikan terhadap terapi pembedahan.
Kelenjar limfe profunda sangat penting sejak kelenjar-kelenjar kelompok
ini menerima aliran limfe dari membran mukosa mulut, faring, laring, glandula
saliva dan glandula thyroidea sama halnya pada kepala dan leher.
Hampir semua bentuk radang dan keganasan kepala dan leher akan
melibatkan kelenjar geta bening leher bila ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening di leher, perhatikan ukurannya, apakah nyeri atau tidak, bagai mana
konsistensinya, apakah lunak kenyal atau keras, apakah melekat pada dasar atau
kulit. Menurut Sloan Kattering Memorial Cancer Center Classification, kelenjar
getah bening leher dibagi atas 5 daerah penyebaran.
Keterangan :
I.
II.
III.
IV.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
posterior. Pembesaran kelenjar tiroid atau getah bening atau kelainan struktur
pembuluh darah dapat segera terlihat dengan nyata.
Ketika anda melakukan palpasi, carilah tulang hioid, tulang rawan tiroid,
kelenjar tiroid, musculus Sternokleidomastoideus, processus mastoideus, tulang
rawan krikoid dan arteri Karotis. Palpasi kelenjar getah bening dengan
mempergunakan ujung jari untuk melakukan tekanan ringan. Fiksasi kepala
penderita dapat dicapai dengan penempatan satu tangan anda di belakang oksiput,
sementara tangan anda yang lain melakukan palpasi. Dengan jari-jari anda yang
melakukan palpasi, lakukan gerakan - gerakan lambat, hati-hati dan halus,
mengeser atau berputar. Mula-mula lakukan pemeriksaan di trigonum anterior,
kemudian di trigonum posterior dan akhirnya di submental.
Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan posisi pemeriksa berdiri
dibelakang pasien dan meraba dengan kedua belah tangan seluruh daerah leher
dari atas ke bawah. Bila terdapat pembesaran kelenjar limfe, tentukan ukuran,
bentuk konsistensi, perlekatan dengan jaringan sekitarnya.
Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa
berada dibelakang penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala penderita
condong ke depan sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi mandibula.
Kepala dapat dimiringkan dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi dapat
dilakukan pada kelenjar yang superficial maupun yang profunda. Juga dapat
dilakukan dengan palpasi bimanual.
ringan
dengan
menggerakkan
jari-jari
sepanjang
musculus
sternokleidomastoideus. Pada palpasi yang lebih dalam, ibu jari ditekan di bawah
musculus Sternokleidomastoideus pada kedua sisi sehingga dapat di palpasi
kelenjar yang terdapat di sub atau retro dari muskulus ini. Bila pemeriksaan ini
negatif atau meragukan, maka pemeriksa harus berdiri di belakang penderita
kemudian ibu jari digunakan untuk menggeser musculus Sternokleidomastoideus
ke depan sementara jari yang lain meraba pada tepi anterior muskular tersebut.
Perabaan secara bilateral dan simultan selalu dianjurkan untuk menilai perabaan
antara kedua sisi. Palpasi kelenjar leher ini agak sulit pada orang gemuk, leher
pendek dan leher yang berotot. Terutama bila kelenjarnya masih kecil.
Palpasi kelenjar limfa asesorius dilakukan dengan menekan ibu jari pada tepi
posterior m. Trapezium ke depan dan jari-jari ditempatkan pada permukaan
anterior muskulus ini.
DAFTAR PUSTAKA
Soepardi EA, Iskandar N. Sistem aliran limfe leher dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. 5th ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran UI; 2001. p. 137-42
Adams GL, Boies LR, Higler PA. Anamnesis dan Pemeriksaan Kepala dan Leher
dalam Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC; 1997. p. 3,23
Luhulima, JW. CollumdalamAnatomi Head and Neck. Makassar: Fakultas
Kedokteran UH; 2002. p. 35-5, 42-3
Pabst R, Putz R. Atlas Anatomi Manusia Sobbota. Jakarta: EGC; 2002.
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Leher dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed.
Jakarta: EGC; 2003.