BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan pada abad ke-21 merupakan
hal yang sangat penting karena dengan
pendidikan kita akan semakin cepat untuk
mengembangkan dan mengetahui potensi diri.
Pemerintah Indonesia sekarang sudah banyak
membangun Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), baik negeri maupun swasta, untuk
meningkatkan jumlah sumber daya manusia
yang berkualitas. Salah satu upaya manajemen
SMK untuk menarik minat masyarakat adalah
dengan adanya Quality Assurance (QA) atau
sering disebut Penjaminan Mutu/Kualitas
Pendidikan. Meningkatnya jaminan kualitas
(QA) pendidikan membantu manajemen
sekolah untuk mencapai predikat sekolah
unggulan
sehingga
sekolah
mendapat
kepercayaan dari calon siswa, baik yang akan
langsung bekerja maupun meneruskan ke
jenjang studi yang lebih tinggi.
Jaminan kualitas / Quality Assurance
(QA) adalah salah satu sarana untuk
meningkatkan
efektivitas
pendidikan.
Prinsipnya ada pada pelaku utama pendidikan
yang berada di garis depan, seperti kepala
sekolah, guru, staf dan karyawan, siswa dan
orang tua siswa untuk meningkatkan kualitas
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 1
Manajemen Pendidikan
Hal 2
Manajemen Pendidikan
Hal 3
Manajemen Pendidikan
BAB II
DASAR TEORI
A. Teori POAC
Dunia manajemen menggunakan prinsip
POAC ( Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling). Prinsip manajemen ini banyak
sekali digunakan oleh organisasi besar untuk
memajukan
serta mengelola
organisasi
mereka. Berikut akan penjelasaan POAC
(Planning,
Organizing,
Actuating,
dan
Controlling) tersebut.
Gambar POAC
Sumber: www.gurupendidikan.com
Hal 4
Manajemen Pendidikan
1. Planning
Hal 5
Manajemen Pendidikan
Hal 6
Manajemen Pendidikan
Hal 7
Manajemen Pendidikan
3. Actuating
gambar Actuating
Sumber www.stepchange.ie
Hal 8
Manajemen Pendidikan
Gambar Kontrol
Sumber : www.yourarticlelibrary.com
Hal 9
Manajemen Pendidikan
Hal 10
Manajemen Pendidikan
B. Teori SWOT
Gambar SWOT
Sumber : www.easy-marketing-strategies.com
Analisis
SWOT
adalah
metode
perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan (strengths),
kelemahan
(weaknesses),
peluang
(opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang
membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan
yang spesifik dari spekulasi bisnis atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 11
Manajemen Pendidikan
Hal 12
Manajemen Pendidikan
Hal 13
Manajemen Pendidikan
Hal 14
Manajemen Pendidikan
Hal 15
Manajemen Pendidikan
mengoptimalkan
fungsi
yang
telah
dinyatakan siap.
Oleh karena kondisi dan potensi sekolah
berbeda-beda antara satu dengan lainnya,
maka alternatif langkah-langkah pemecahan
persoalannya
pun
dapat
berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya
manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, sangat
dimungkinkan suatu sekolah mempunyai
langkah pemecahan yang berbeda dengan
sekolah lain untuk mengatasi persoalan
yang sama.
1. Strengths (kekuatan)
Gambar kekuatan
Sumber : pestleanalysis.com
Hal 16
Manajemen Pendidikan
Hal 17
Manajemen Pendidikan
Gambar kelemahan
Sumbre : pestleanalysis.com
Hal 18
Manajemen Pendidikan
Hal 19
Manajemen Pendidikan
3. Opportunities (peluang)
Gambar peluang
Sumber : pestleanalysis.com
Hal 20
Manajemen Pendidikan
Gambar Ancaman
Sumber : pestleanalysis.com
Hal 21
Manajemen Pendidikan
Hal 22
Manajemen Pendidikan
C. Materi M10P
Objek atau sumber daya yang menjadi
kajian dalam manajemen pendidikan ada tujuh ,
yaitu yang biasa dilakukan misalnya dengan
mengorganisasikan manusia dengan melihat
apa yang menjadi keahlian orang tersebut.
1. Man
Gambar manusia
Sumber : www.telegraph.co.uk
Hal 23
Manajemen Pendidikan
pemborosan
pendidikan.
dalam
suatu
lembaga
Ganbar uang
Sumber : www.kaganga.com
3. Materials
Hal 24
Manajemen Pendidikan
Gambar waktu
Sumber : formulabisnisindonesia.com
Hal 25
Manajemen Pendidikan
Hal 26
Manajemen Pendidikan
Hal 27
Manajemen Pendidikan
menggunakan
kesempatan
untuk
meningkatkan
pelayanan
pasien
dan
memecahkan masalah yang belum terungkap.
Azrul Azwar (1996 ) dalam bukunya
Menjaga
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
mengidentifikasi beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar pelayanan kesehatan dapat
mencapai tujuan. Syarat yang dimaksud paling
tidak harus mencakup delapan hal pokok, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tersedia ( available )
Wajar ( appropiate)
Berkesinambungan ( continue )
Dapat diterima ( acceptable)
Dapat dicapai ( accesible )
Dapat dijangkau ( afforadable )
Efisien (efficient)
Bermutu (quality)
Hal 28
Manajemen Pendidikan
Hal 29
Manajemen Pendidikan
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Jaminan Kepastian Kualitas (QA) di
SMK
1. Konsep Dasar
Konsep
dasar
jaminan
kepastian
kelulusan adalah suatu lembaga pendidikan
SMK untuk meningkatkan potensi siswa
SMK
sehingga
Tamatan
dari
SMK
diharapkan mampu dan siap bekerja sebagi
tenaga ahli dibidangnya, dan dapat
membuka lapangan pekerjaan karena sinergi
antara dunia pendidikan dengan dunia
industri di masyarakat sangat dibutuhkan.
Pengetahuan
dan
keterampilan
yang
dikembangkan di sekolah perlu disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
harapan pendidikan dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat, baik dari sisi
pengetahuan maupun penyelesaian masalah
kontektual yang dihadapi sehari-hari.
Gambaran tentang kualitas lulusan
pendidikan kejuruan yang disarikan dari
Finch dan Crunkilton (1984), bahwa :
Kualitas pendidikan kejuruan menerapkan
ukuran ganda, yaitu kualitas menurut ukuran
sekolah atau in-school success standards
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 30
Manajemen Pendidikan
Hal 31
Manajemen Pendidikan
Hal 32
Manajemen Pendidikan
Gambar TOEFL
Sumber : acehgemilang.com
Pengadaan
sarana
dan
prasana,serta buku pelajaran, rehabilitasi
gedung SMK. Agar siswa bisa lebih
nyaman
dalam
belajar.
Adanya
kompetisi-kompetisi yang bisa membuat
siswa
lebih
menonjol
dalam
kemampuannya.
Sertifikasi
bahasa
Inggris TOEFL dan TOEIC, agar siswa
lebih bisa dalam menguasai bahasa
Inggris. Pengembangan SMK bertaraf
internasional sehingga mutu nya bisa
lebih meningkat. Adanya besiswa
prestasi bagi siswa siswa berprestasi
yang kurang mampu.
d. Peningkatan Relevansi SMK
Pengembangan unit usaha yang ada
di SMK tersebut, bakat dan minat siswa
berkembang. Bantuan modal kerja
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 33
Manajemen Pendidikan
Hal 34
Manajemen Pendidikan
Hal 35
Manajemen Pendidikan
4) Menyelenggarakan
administrasi
sekolah yang meliputi administrasi
ketenagaan, keuangan, kesiswaan,
perlengkapan dan kurikulum.
5) Perencanaan
pengembangan,
pendayagunaan dan pemeliharaan
saran dan prasarana.
6) Pelaksanaan
hubungan
sekolah
dengan
lingkungan
dan
atau
masyarakat.
b. Kegiatan Proses Belajar Mengajar
Hal 36
Manajemen Pendidikan
Hal 37
Manajemen Pendidikan
Hal 38
Manajemen Pendidikan
Hal 39
Manajemen Pendidikan
d. Unit Produksi
Hal 40
Manajemen Pendidikan
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Hal 41
Manajemen Pendidikan
Hal 42
Manajemen Pendidikan
Hal 43
Manajemen Pendidikan
Hal 44
Manajemen Pendidikan
mempersiapkan
siswa
dengan
menyeleksi
calon
siswa
yang
mempunyai bakat dan minat untuk
mengikuti
pendidikan
di
sekolah
menengah kejuruan.
2) Kegiatan kesiswaan.
a) Menyusun program pembinaan
kesiswaan yang jelas dengan target
yang rasional.
b) Menginventari kegiatan kesiswaan
antara lain kegiatan kepramukaan,
musik, seni tari, teater, palang
merah remaja(PMR), bola voli,
basket, sepak bola, LKIR, majalah
dinding, kerohanian, dll.
Hal 45
Manajemen Pendidikan
g. Administrasi Sekolah
Hal 46
Manajemen Pendidikan
Gambar POAC
Sumber: fakhrudinblctelkom.blogspot.com
Hal 47
Manajemen Pendidikan
a. Planning (Rencana)
Dalam
meningkatkan
jaminan
kepastian kualitas (QA) harus memiliki
rencana. Tanpa ada rencana dalam
melaksanakan tidak dapat berjalan
dengan tepat. Dikarenakan planning
merupakan strategi untuk mengerakan
fungsi fungsi lain. Rencana
dalam
meningkatkan jaminan kepatian kualitas
(QA) adalah dapat menghasilkan lulusan
yang mempunyai skill yang berkompeten
dan biasa diserap oleh du/di. Sehingga
siswa dan guru harus saling membantu
untuk mewujudkannya.
b. Organizing (Organisasi)
Pengorganisasian sangat berperan
penting bagi suatu organisasi. Sebuah
organisasi, pengorganisasian biasanya
disusun dalam bentuk badan organisasi
atau struktur organisasi. Jadi dalam
meningkatkan jaminan kepastian kualitas
(QA)
SMK
dibutuhkan
setruktur
organisasi. Seperti kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum, wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan, komite,
dan sebagainya. Dengan dibuatnya
kesetrukturan
tersebut
dapat
memudahkan untuk memberi tugas,
mengelola tugas, serta mengaudit tugas.
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 48
Manajemen Pendidikan
Hal 49
Manajemen Pendidikan
Gambar swot
Sumber: www.preplounge.com
Hal 50
Manajemen Pendidikan
Hal 51
Manajemen Pendidikan
membuat
penghambat
peningkatan
jaminan
kepastian
kualitas
(QA).
Fasilitas internet tersendiri ini untuk
mengembangakan
diri
diluar
pembelajaran. Sehingga siswa dapat
mengetahui lebih dalam dari yang
disampaikan oleh guru. Tidak ada
internet maka siswa hanya mendapat
materi dari guru saja, padahal jam
pembelajaran itu terbatas. Hal ini
membuat siswa tidak dapat berkembang.
Serta diahir-ahir ini banyak siswa SMK
yang ingin kuliah sehingga target SMK
tersebut
tidak
tercapai
untuk
menyalurkan siswanya dalam berkerja.
c. Oportunities (Peluang)
Peluang dalam kepastian kualiatas
di SMK yaitu apabila semakin banyak
siswa yang berkompetensi maka banyak
siswa yang akan diterima di industri.
Kualitas SMK tersebut akan meningkat
karena dapat menghasilkan siswa yang
berkompetensi.
d. Threats (Ancaman)
Ancaman
dalam
peningkatan
jaminan
kepastian
kualitas
yaitu
kemajuan teknologi yang semakin cepat.
Hal ini dikatakan sebagai ancaman
karena tidak semua SMK mempunyai
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 52
Manajemen Pendidikan
meningkatkan
jaminan
Gambar uang
Sumber : www.canstockphoto.com
Hal 53
Manajemen Pendidikan
Hal 54
Manajemen Pendidikan
Hal 55
Manajemen Pendidikan
Hal 56
Manajemen Pendidikan
Hal 57
Manajemen Pendidikan
Hal 58
Manajemen Pendidikan
Hal 59
Manajemen Pendidikan
Hal 60
Manajemen Pendidikan
C. Artikel Terkait
1. Pengertian SMK
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah
lembaga pendidikan formal setingkat SMA.
SMK
ini
menyelengarakan
pendidikan
kejuruan pada jenjang menengah sebagai
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 61
Manajemen Pendidikan
Hal 62
Manajemen Pendidikan
Hal 63
Manajemen Pendidikan
Hal 64
Manajemen Pendidikan
Hal 65
Manajemen Pendidikan
Hal 66
Manajemen Pendidikan
diwujudkan
sepenuhnya
oleh
lembaga
pendidikan. Di antara indikator masalah ini
adalah, lulusan lembaga pendidikan belum
siap pakai karena hanya menguasai teori,
miskin keterampilan. Dunia industri pun
akhirnya meninggalkan sekolah karena tidak
ada linkage.
Selain itu juga disebabkan materi
pembelajaran tidak sesuai potensi daerah
dimana siswa bertempat tinggal. Materi
pelajaran dan konteks kehidupan siswa tidak
padu. Tidak terjadi transfer belajar dalam
kehidupan siswa tidak terjadi. Mengacu pada
indikasi tersebut, maka peluang kerja bagi
lulusan SMK pada dasarnya belum begitu
menggembirakan.
Jumlah ini memang belum ideal, sehingga
perlu diupayakan peningkatan daya serap
lulusan untuk memasuki lapangan kerja
maupun menciptakan peluang kerja. Secara
nasional, idealnya 80%-85% lulusan SMK
dapat memasuki lapangan kerja, sementara
15%-20% dimungkinkan dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Melihat data ini, maka penambahan jumlah
SMK, yang salah satu pertimbangannya
karena 52% lulusan SMA yang tidak studi
lanjut, apakah benar sebuah solusi?
Bukankah yang lebih utama dan pertama
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 67
Manajemen Pendidikan
adalah
meningkatkan
kualitas
kinerja
penyelenggaraan SMK sehingga kualitas
lulusannya
meningkat,
baru
kemudian
meningkatkan jumlah sehingga mencapai
proporsi
tertentu
sekitar
65
persen
penganggur terdidik adalah lulusan pendidikan
menengah (Sakernas, BPS 2004).
Gambaran tentang kualitas lulusan
pendidikan kejuruan yang disarikan dari Finch
dan Crunkilton (1984), bahwa : Kualitas
pendidikan kejuruan menerapkan ukuran
ganda, yaitu kualitas menurut ukuran sekolah
atau in-school success standards dan kualitas
menurut ukuran masyarakat atau out-of school
success standards. Kriteria pertama meliputi
aspek keberhasilan peserta didik dalam
memenuhi tuntutan kurikulum yang telah
diorientasikan pada tuntutan dunia kerja.
Kriteria kedua, kemampuan lulusan untuk
berhasil di luar sekolah berkaitan dengan
pekerjaan atau kemampuan kerja yang
biasanya dilakukan oleh dunia usaha atau
dunia industri.
Tamatan dari SMK diharapkan mampu
dan siap bekerja sebagi tenaga ahli
dibidangnya, dan dapat membuka lapangan
pekerjaan, namun pada kenyataanya angka
keterserapan lulusan di dunia kerja dan
industri masih jauh dari angka yang
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 68
Manajemen Pendidikan
diharapkan,
selain
faktor
ketersediaan
lapangan pekerjaan yang masih belum sesuai
dengan jumlah lulusan yang dihasilkan, faktor
kualitas lulusan masih menjadi penyebab
banyaknya lulusan yang belum bekerja.
Diharapkan melalui pengembangan SMK,
tingkat pengangguran dapat ditekan. Karena
berbeda dengan pendidikan SMA, pendidikan
SMK didasarkan pada kurikulum yang
membekali lulusannya dengan keterampilan
tertentu untuk mengisi lapangan kerja atau
membuka lapangan usaha. Selain itu, SMK
juga dapat diarahkan untuk mengangkat
keunggulan lokal sebagai modal daya saing
bangsa.
Kurikulum
SMK
sangat
memungkinkan untuk dikembangkan sesuai
dengan potensi wilayah dan lapangan
pekerjaan/usaha yang timbul akibat aktivitas
perekonomian wilayah.
Gambaran kelulusan yang besar dapat
memberikan masukan, bahwa dalam setiap
tahunnya dunia kerja perlunya melakukan
penyerapan tenaga kerja yang besar, apabila
ini belum mampu diatasi oleh pemerintah
maka akan timbulnya pengangguran atau
makin banyak orang yang mencari pekerjaan.
Sebagai penyelenggara pendidikan pihak
sekolah
di
tuntut
untuk
lebih
aktif
meningkatkan proses belajar mengajar (PBM)
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 69
Manajemen Pendidikan
Hal 70
Manajemen Pendidikan
Hal 71
Manajemen Pendidikan
Hal 72
Manajemen Pendidikan
Hal 73
Manajemen Pendidikan
Hal 74
Manajemen Pendidikan
Hal 75
Manajemen Pendidikan
Hal 76
Manajemen Pendidikan
Hal 77
Manajemen Pendidikan
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Dari hal diatas dapat di simpulkan bahwa:
1. konsep
dasar
jaminan
kepastian
kualitas/Quality Assurance (QA) di SMK
yaitu menurut Crunkilton (1984) di dalam
manajemen harus nengandung Kualitas
pendidikan kejuruan menerapkan ukuran
ganda, yaitu kualitas menurut ukuran
sekolah atau in-school success standards
dan kualitas menurut ukuran masyarakat
atau out-of school success standards
2. Aspek yang mendukung jaminan kepastian
kualitas/Quality Assurance (QA) di SMK
yaitu Perluasan akses SMK, pemerataan
akses SMK, peningkatan Relevansi SMK,
pencitraan SMK, pengembangan kualitas
layanan
SMK,
inovasi
pendidikan,
dan pengembangan kurikulum.
3. sistem manajemen yang baik dalam
meningkatkan jaminan kepastian kualitas
/Quality Assurance (QA) di SMK yaitu
Sekolah harus mempunyai manajemen
sekolah, kegiatan konsep belajar mengajar,
sarana dan prasarana, unit produksi, praktik
kerja industri, kesiswaan, dan administrasi
sekolah
Meningkatkan Jaminan Kepastian Kualitas (QA)
Hal 78
Manajemen Pendidikan
B. Saran
1. Salah satu cara untuk menghasilkan lulusan
yang
berkompeten
pertama
harus
meningkatkan mutu dari siswa terlebih
dahulu dan peningkatan jaminan kualitas
akan mengiringinya.
2. Untuk implementasinya, maka eksistensi
Gugus Sekolah dan manajemennya menjadi
pilihan yang strategis bagi pengadaan dan
pengembangan
alat
peraga/media
pendidikan dalam peningkatan jaminan
kepastian kualitas (QA).
Hal 79
Manajemen Pendidikan
BAB 5
REFERENSI
Referensi materi
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/
17/pengertian-fungsi-dan-ruang-lingkupmanajemen-pendidikan/.
(Diakses pada tanggal 10 Mei 2016, pukul 13:45
WIB.)
https://www.academia.edu/10033461/TUGAS_M
ATAKULIAH_MANAJEMEN_PENDIDIKAN_MAK
ALAH_KONSEP_DEFINISI_DAN_KOMPONEN_
DALAM_MANAJEMEN_PENDIDIKAN_PROGRA
M_STUDI_PENDIDIKAN_TEKNIK_ELEKTRONI
KA
(Diakses pada tanggal 11 Mei 2016, pukul 19:23
WIB.)
Csar BRZEA, dkk. 2005.
Assurance of Education
Citizenshipin Schools.
Hal 80
Manajemen Pendidikan
Hal 81