Hiperbilirubinemia
Kasus
Seorang bayi perempuan, by SA, berumur
15 hari, dirawat di Bagian Perinatologi
RSUP Dr M Djamil Padang sejak tanggal 22
Mei 2016
Anamnesis (Alloanamnesis didapatkan
dari ayah kandung)
Keluhan Utama : Tampak kuning seluruh
tubuh bayi
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum letargi, frekuensi jantung
144 x/menit, frekuensi nafas 44 x/ menit,
suhu 36,7oC, berat badan 1100 g, dan
panjang badan 38 cm. Sianosis tidak ada,
ikterik ada hingga kaki. Bentuk kepala
bulat, simetris, ubun-ubun besar 1,5x1,5
cm, ubun-ubun kecil 0,5 x 0,5 cm, jejas
persalinan tidak ada.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil
pemeriksaan
laboratorium
menunjukkan hemoglobin 10,3 gr/dl,
leukosit 4.107/mm3, hitung jenis leukosit
0/4/4/71/20/1, dan trombosit 4000/mm3,ht
47 %.
GDR 27 g/dl. Albumin 2,3 g/dl , bilirubin
total 32,09 mg/dl, bilirubin direk 23, 95
mg/dl, bilirubin indirek 8,14 mg/dl. Kesan
hiperbilirubinemia.
Diagnosis Kerja
NBBLR 1100 gr, PB 36 cm
Lahir dengan partus spontan di luar
Ibu baik, ketuban tidak jelas.
A/S (partus luar)
Taksiran maturitas 32-33 minggu
Jejas persalinan tidak ada
Kelainan kongenital tidak ada
Penyakit sekarang :
Hiperbilirubinemia ec susp inkompabilitas ABO dd
susp early onset sepsis
NBBLR 1100 gram
Tatalaksana
Hiperbilirubinemia ec susp inkompabilitas ABO dd
ec susp early onset sepsis
Diagnostik :
anamnesis,
pemeriksaan
fisik
(kremer), pemeriksaan penunjang
Terapi: Fototerapi intensif, transfusi tukar,
antibiotik Meropenem 3 x 44 mg IV, Amikasin 3 x
8 mg IV
Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga tentang
penyakit, pengobatan, dan komplikasi yang bisa
terjadi
NBBLR
IVFD PG2 6,8 cc/jam
Sementara Puasa
Rencana :
Direncanakan untuk transfusi tukar dengan
indikasi bilirubin total 33,42 mg/dl.
Tes Comb ibu dan anak
Hasil :
Post transfusi tukar pasien stabil, darah
keluar 210 cc, darah masuk 210 cc. Demam,
kejang, sesak (-).
Hasil uji direk comb= negatif (-) ibu dan anak
Pemantauan
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Hiperbilirubinemia adalah naiknya kadar
bilirubin
serum
melebihi
normal.
Presentasinya pada neonatus muncul dalam
salah satu dari dua bentuk berikut ini:
hiperbilirubinemia tidak terkonyugasi / indirek
atau terkonyugasi / direk.
Gejala paling prevalen dan paling mudah
diidentifikasi dari kedua bentuk tersebut
adalah ikterus, yang didefinisikan sebagai
kulit dan selaput lendir menjadi kuning.
PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk
jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir
dari pemecahan katabolisme heme melalui
proses reaksi oksidasi-reduksi.
Bilirubin berasal dari katabolisme protein
heme,
dimana
75%
berasal
dari
penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari
penghancuran eritrosit yang imatur dan
protein heme lainnya seperti mioglobin,
sitokrom, katalase dan peroksidase.
ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
a) Produksi yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan
bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah
lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan
sepsis.
b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan
fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom CrigglerNajjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar
yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
DIAGNOSIS
Anamnesis.
a)Riwayat kehamilan dengan
komplikasi(obat-obatan, ibu DM, gawat
janin, malnutrisi intrauterine, infeksi
intranatal.
b)Riwayat persalinan dengan
tindakan/komplikasi.
c)Riwayat ikterus/terapi sinar/transfusi tukar
pada bayi sebelumnya.
d)Riwayat inkompatibilitas darah.
e)Riwayat keluarga yang menderita anemia,
pembesaran hepar dan limpa.
Pemeriksaan fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat
dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari
dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan
terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa
tidak terlihat dengan penerangan yang kurang,
terutama pada neonatus yang berkulit gelap.
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada
neonatus secara klinis, mudah dan sederhana
adalah dengan penilaian menurut Kramer.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serum bilirubin (direk dan indirek)
harus dilakukan pada neonatus yang mengalami
ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau
bayi-bayi yang tergolong resiko tinggi terserang
hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan
untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus
antara lain adalah golongan darah dan Coombs
test, darah lengkap dan hapusan darah, hitung
retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk.
Pemeriksaan serum bilirubin total diulang setiap 424 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar
bilirubin. Kadar serum albumin juga diukur untuk
menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi
tukar.
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin
adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin
menggunakan
fenobarbital. Obat ini
kerjanya
lambat,
sehingga
hanya
bermanfaat apabila kadar bilirubinnya
rendah dan ikterus yang terjadi bukan
disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini
sudah jarang dipakai lagi.
f)
Menghambat
produksi
bilirubin.
Metalloprotoporfirin merupakan kompetitor
inhibitif terhadap heme oksigenase. Ini
masih
dalam
penelitian
dan
belum
digunakan secara rutin.
g) Menghambat hemolisis. Immunoglobulin
dosis
tinggi
secara
intravena
(5001000mg/Kg IV>2) sampai 2 hingga 4 jam
telah digunakan untuk mengurangi level
bilirubin pada janin dengan penyakit
hemolitik isoimun. Mekanismenya belum
diketahui tetapi secara teori immunoglobulin
menempati sel Fc reseptor pada sel
retikuloendotel dengan demikian dapat
KOMPLIKASI
Kern ikterus, yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak.
Pada kern ikterus, gejala klinis pada permulaan
tidak jelas antara lain: bayi tidak mau
menghisap,
letargi,
mata
berputar-putar,
gerakan tidak menentu, kejang tonus otot
meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus.
Bayi yang selamat biasanya menderita gejala
sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,
gangguan pendengaran, paralysis sebagian
otot mata dan dysplasia dentalis.