BAB II Dasar Teori Belom Beres
BAB II Dasar Teori Belom Beres
DASAR TEORI
2.1 Injeksi Gas CO2
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2
tercampur yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir
dengan melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang
tertinggal. CO2 adalah molekul stabil dimana 1 atm carbon mengikat 2 atom
oksigen, berat molekulnya 44.01, temperatur kritik 31.0
2.1.1
Sifat-sifat CO2
Perubahan sifat kimia fisika yang disebabkan oleh adanya injeksi CO2
adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan volume minyak
b. Penurunan viscositas
c. Kenaikan densitas
d. Ekstraksi sebagian komponen minyak
A.
CO2
yang
larut
dalam
minyak
akan
menyebabkan
Penurunan viscositas
Adanya sejumlah CO2 dalam minyak akan mengakibatkan penurunan
Kenaikan densitas
Terlarutnya sejumlah CO2 dalam minyak menyebabkan kenaikan
densitas, hal yang menarik ini oleh Holm dan Josendal dimana besarnya
kenaikan densitas dipengaruhi oleh tekanan saturasinya
Meskipun demikian bila fraksi CO2 terlarut telah mencapai suatu harga
tertentu, kenaikan fraksi mol lebih lanjut akan menyebabkan turunnya
densitas,
D.
komposisi
hidrokarbon
yang
terekstraksi
selama
proses
terekstraksi. Sedangkan pada fraksi ringan (C2-C6), juga fraksi berat harga
ekstraksi sangat kecil.
2.1.2
Sumber CO2
Sumber CO2 alami adalah yang tebaik, baik yang berasal dari sumur
yang memproduksi gas CO2 yang relatif murni ataupun yang berasal dari
pabrik yang mengolah gas hidrokarbon yang mengandung banyak CO2
sebagai kontaminan.
Sumber yang lain adalah kumpulan gas (stack gas) dari pembakaran
batubara (coal fired). Alternatif lain adalah gas yang dilepaskan dari pabrik
amonia. Beberapa kelebihan sumber tersebut adalah :
1. Pabrik amonia dan lapangan minyak yang dapat didirikan berdekatan
2. Kuantitas CO2 dari tiap sumber dapat diketahui
3. Gas CO2 yang dilepaskan dari pabrik amonia cenderung dapat
dikumpulkan dalam sebuah area industrial yang tersedia
4. Tidak memerlukan pemurnian, karena CO2 yang diperoleh mempunyai
kemurnian 98 % (Pullman kellog,1977).
Keberhasilan suatu proyek CO2 tergantung pada :
1.
2.
3.
4.
Karakteristik minyak
Bagian reservoir yang kontak secara efektif
Tekanan yang biasa dicapai
Ketersediaan dan biaya penyediaan gas CO2
2.1.3
10
larut
di air
menyebabkan air
mengembang dan
11
12
2. Komposisi Minyak
Holm dan Josendal menyatakan bahwa dalam sistem biner (diagram dua
fasa), komposisi dari minyak juga akan mempengaruhi tekanan yang
diperlukan untuk pendorongan miscible.
Menurut penelitian dari Holm dan Josendal didapatkan komposisi kimia
CO2 dan hidrokarbon selama pendorongan CO2 terhadap minyak Mead
Strawn pada tekanan 2000 psi dan temperatur 135 F. Pada daerah miscible
hanya terdapat sejumlah kecil pada komponen C2-C4 dalam fasa gabungan zat
cair dan uap. Dari analisa produksi fasa uap selama pendorongan telah
breakthrough CO2, tetapi sebelum miscible, diperlihatkan penguapan
komponen C2-C4 cenderung menempati bagian depan front pendorong.
Hal ini terlihat dengan adanya kenaikan % mol C 2-C4 dari 5,11 menjadi
10,86 pada daerah ini. Pada saat CO2 diinjeksikan, maka CO2 akan terserap
kedalamnya,
komponen-komponen
ringan
akan
menguap,
maka
13
2.1.5
14
yang
cukup
penting
dari
CO2
adalah
kemampuannya
pendorongan
pada
tekanan
yang
rendah.
Konsentrasi
15
hidrokarbon yang tinggi akan terdapat pada zona transisi dengan tekanan
pendorongan yang tinggi dan total residual saturation yang lebih rendah
akan tertinggal dalam media porous setelah proses pendesakan.
Total residual saturation yang tidak turut terdesak pada saat
pendorongan CO2 terhadap minyak pada tekanan 1800 psi dan 135 F yaitu
komponen C10+ berarti komponen C1 sampai C18 ikut terdesak oleh
pendorongan CO2 tersebut.
Sedangkan pada proses pendorongan CO2 terhadap minyak pada 2200 psi
dan 135 F, ternyata komponen hidrokarbon C22+ tidak ikut terdesak, hal ini
membuktikan bahwa tekanan pendorongan yang lebih tinggi maka lebih
banyak lagi komponen hidrokarbon yang turut terproduksi. Hal ini
membuktikan bahwa untuk mendapatkan recovery minyak yang tinggi,
haruslah pada tekanan pendorongan yang tinggi.
Gas CO2 telah tercampur dengan Oil In Place, dimana tekanan
pendorongan CO2 menyebabkan CO2 dan minyak tercampur secara sempurna.
Dalam hal ini tidak terjadi ekstraksi hidrokarbon dan dari analisa zona transisi
diperlihatkan terjadinya campuran CO2 dan Oil In Place dalam satu fasa.
2.1.6
16
melalui sumur-sumur injeksi yang telah ada, kemudian minyak yang keluar
diproduksikan melalui sumur produksi. Ada empat jenis mekanisme
pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
2. Injeksi Carbonate Water (Injeksi slug CO2 diikuti air).
3. Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti dengan air (Injeksi slug CO2 dan
air secara bergantian).
4. Adanya slug CO2 oleh cairan yang diikuti injeksi air dan CO2 (Injeksi CO2
dan air secara simultan).
Untuk gas yang dibawa dengan menginjeksikan terus menerus gas CO2 ke
dalam reservoir maka diharapkan gas CO2 ini dapat melarut dalam minyak
dan mengurangi viskositasnya, dapat menaikkan densitas (sampai tahap
tertentu, yang kemudian diikuti dengan penurunan densitas), dapat
mengembangkan volume minyak dan merefraksi sebagian minyak, sehingga
minyak akan lebih banyak terdesak keluar dari media berpori.
Untuk cara yang kedua, yaitu dengan menginjeksikan carbonat water ke
dalam reservoir. Sebenarnya carbonat water adalah percampuran antara air
dengan gas CO2 (reaksi CO2 + H2O) sehingga membentuk air karbonat yang
digunakan sebagai injeksi dalam proyek CO2 flooding. Tujuan utama adalah
untuk terjadi percampuran yang lebih baik terhadap minyak sehingga akan
mengurangi viskositas dari minyak serta mengembangkan sebagian volume
minyak sehingga dengan demikian penyapuan akan lebih baik.
17
Pada cara yang ketiga, yaitu membentuk slug penghalang dari CO2 yang
kemudian diikuti air sebagai fluida pendorong. Sama seperti cara pertama dan
kedua, pembentukan slug ini untuk lebih dapat mencampur gas CO2 kedalam
minyak, kemudian karena adanya air yang berfungsi sebagai pendorong maka
diharapkan efisiensi pendesakan akan lebih baik.
Untuk cara yang keempat sebenarnya sama dengan cara yang ketiga tetapi
disini lebih banyak fluida digunakan CO2 untuk lebih melarutkan minyak
setelah proses penyapuan terhadap pendesakan minyak, maka minyak yang
telah tersapu dan akan diproduksikan melalui sumur produksi.
Dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa injeksi CO2 dan air secara
simultan terbukti merupakan mekanisme pendesakan yang terbaik diantara
keempat metode tersebut (oil recovery sekitar 50 %). Disusul kemudian
injeksi slug CO2 dan air bergantian. Injeksi langsung CO2 dan injeksi slug
CO2 diikuti air sama buruknya dengan kemampuan mengambil minyak hanya
sekitar 25 %. Dalam semua kasus, pemisahan gaya berat antara CO 2 dan air
terjadi sebelum setengah dari batuan batuan recovery tersapu oleh campuran
dari dua fluida tersebut