Fluida reservoir terdiri dari fluida hidrokarbon dan air formasi. Hidrokarbon sendiri
terdiri dari fasa cair (minyak bumi) maupun fasa gas, yang tergantung pada kondisi (tekanan
dan temperatur) reservoir yang ditempati. Perubahan kondisi reservoir akan mengakibatkan
perubahan fasa serta sifat fisik fluida reservoir.
Fluida minyak bumi dijumpai dalam bentuk cair, sehingga sesuai dengan sifat cairan
pada umumnya, pada fasa cair jarak antara molekul-molekulnya relatif lebih kecil daripada
gas. Sifat-sifat minyak bumi yang akan dibahas adalah densitas, viskositas, faktor volume
formasi dan kompressibilitas.
1. Densitas Minyak
(2-42)
dimana :
ρoSC = densitas minyak (14,7 psia; 60 oF)
ρoSCi = densitas komponen minyak ke-i (14,7 psia; 60 oF)
Xi = fraksi mol komponen minyak ke-i
Mi = berat mol komponen minyak ke-i
Densitas minyak biasanya dinyatakan dalam specific gravity minyak (γo), yang
didefinisikan sebagai perbandingan densitas minyak terhadap densitas air, yang secara
matematis, dituliskan :
(2-43)
dimana :
γo = specific gravity minyak
ρo = densitas minyak, lb/cuft
ρw = densitas air, lb/cuft
o
API = (2-44)
Hubungan antara temperatur dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini:
2. Viskositas Minyak
Gambar1.2
Hubungan Viskositas terhadap Tekanan 2)
= gradient kecepatan,
cm/(sec.cm).
Faktor volume formasi minyak (Bo) didefinisikan sebagai volume minyak dalam
barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak termasuk gas
yang terlarut. Atau dengan kata lain sebagai perbandingan antara volume minyak termasuk
gas yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi standard (14,7
psi, 60 °F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Perhitungan Bo secara empiris (Standing) dinyatakan dengan persamaan :
Gambar 1.3
Ciri Alur Faktor Volume Formasi
Terhadap Tekanan untuk Minyak 2)
Harga Bo dari kedua proses tersebut berbeda sesuai dengan keadaan reservoir selama
proses produksi berlangsung. Pada Gambar 2.22. terlihat bahwa harga Bo pada proses flash
liberation lebih kecil daripada proses differential liberation.
Gambar 1.4
Perbedaan antara Flash Liberation
Dengan Differential Liberation 2)
5. Kompressibilitas Minyak
(2-48)
Persamaan 3-29 dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami, sesuai
dengan aplikasi di lapangan, yaitu :
(2-
49)
dimana :
Bob = faktor volume formasi pada tekanan bubble point
Boi = faktor volume formasi pada tekanan reservoir
Pi = tekanan reservoir
Pb = tekanan bubble point.
6. Interfacial Tension
Interfacial tension merupakan tegangan molekul yang tidak setimbang antar dua fasa,
sehingga dua fluida tersebut tidak dapat saling menyatu. Seperti tegangan molekul minya
yang menempel/ melekat pada batuan pori di reservoir.
Sifat fisik gas yang akan dibahas antara lain adalah densitas, saturasi, faktor volume
formasi serta kompresibilitas gas.
1. Densitas Gas
Densitas atau berat jenis gas didefinisikan sebagai perbandingan antara rapatan gas
tersebut dengan rapatan suatu gas standar. Kedua rapatan diukur pada tekanan dan temperatur
yang sama. Biasanya yang digunakan sebagai gas standar adalah udara kering. Secara
matematis berat jenis gas dirumuskan sebagai berikut :
(2-50)
Definisi matematis dari rapatan gas (ρg) adalah MP / RT, dimana M adalah berat
molekul gas, P adalah tekanan, R adalah konstanta dan T adalah temperatur, sehingga bila
gas dan udara dianggap sebagai gas ideal, maka BJ gas dapat dituliskan dengan persamaan
sebagai berikut :
BJ gas =
= (2-51)
Apabila gas merupakan gas campuran, maka berat jenis dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
(2-
52)
2. Viscositas Gas
Viscositas merupakan ukuran tahanan gas terhadap aliran. Viscositas gas hidrokarbon
umumnya lebih rendah daripada viscositas gas non hidrokarbon.
Bila komposisi campuran gas alam diketahui, maka viscositasnya dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan :
(2-53)
dimana :
μg = viscositas gas campuran pada tekanan atmosfer
μgi = viscositas gas murni
Yi = fraksi mpl gas murni
Mi = berat molekul gas murni
Faktor volume formasi gas (Bg) didefinisikan sebagai besarnya perbandingan volume
gas pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir dengan volume gas pada kondisi standar
(60 °F, 14,7 psia). Pada faktor volume formasi ini berlaku hukum Boyle - Gay Lussac.
Bila satu standar cubic feet ditempatkan dalam reservoir dengan tekanan Pr dan
temperatur Tr, maka rumus - rumus gas dapat digunakan untuk mendapatkan hubungan antara
kedua keadaan dari gas tersebut, yaitu :
(2-54)
(2-55)
Untuk keadaan standar, maka Vr (cuft) harus dibagi dengan 1 scf untuk mendapatkan
volume standar. Jadi faktor volume formasi gas (Bg) adalah :
(2-56)
(2-57)
4. Kompresibilitas Gas
(2-58)
dimana :
Cg = kompresibilitas gas, psi-1
Cpr = pseudo reduced kompresibilitas
Cpc = pseudo critical pressure, psi
contoh soal :
1. Korelasi Standing
Jawab :
2. Korelasi Lasater
3. Korelasi Vaquez-Beggs
4. Korelasi Glaso
5. Korelasi Al Marhoun
6. Korelasi Petrosky
7. Korelasi Dokla-Osman
8. Korelasi Obomanu
9. Korelasi Farshad
Metoda Pb (psia)
Standing 3391,9
Vazques-Beggs 3739,3
Glaso 3850,38
Al-Marhoun 3783
Obomanu 2690,1
Kartoatmodjo-schmidt 2259
Lasater 3340,9
Farshad 2956,6
Petrosky-Farshad 3930,8
1. Korelasi Standing
2. Korelasi Vazquez-beggs
3. Korelasi Glaso
4. Korelasi Al-Marhoun
5. Korelasi Dokla Osman
6. Korelasi Obomanu
7. Korelasi Farshad
8. Korelasi Kartoadmodjo-Schmidt
Dari setiap metode yang telah dilakukan dapat di rangkum untuk menentukan korelasi
(hasil yang mendekati) dalam tabel berikut ini
Metoda Bo (rb/STB)
Standing 1,42
Vazques-Beggs 1,367
Glaso 1,388
Al-Marhoun 1,272
Dokla Osman 1,381
Obomanu 1,239
Kartoatmodjo-schmidt 1,437
Abdul Majeed 1,408
Farshad 1,400
D. Korelasi Compresibilitas
1. Korelasi Vazquees-beggs
2. Korelasi Petrosky-Farshad
3. Korelasi Kartoatmodjo-Schmidt
Dari setiap metode yang telah dilakukan dapat di rangkum untuk menentukan korelasi
(hasil yang mendekati) dalam tabel berikut ini:
Metoda Co (psi-1)
E. Korelasi Viskositas
F. Korelasi Interfacial Tension
Gambar 1.3
Gambar 1.4