Anda di halaman 1dari 2

Bilik Bilik Cinta Muhammad #Part 1

Sesungguhnya telah ada pada diri Rasul suri teladan yang baik bagi orang yang memndam
harap pada Allah dan hari kiamat dan banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab:21)
Rumah adalah tempat yang seharusnya kita mendapatkan banyak ketenangan dan
kebahagiaan didalamnya. Karena salah satu visi hidup bersama antara sepasang manusia
adalah menjadikan Baiti Jannati yaitu rumahku syurgaku. Untuk mencapai visi tersebut,
sekaliber apapun pemimpin rumah tangga tidak hanya membuat rumahnya besar dan indah di
bagian luarnya saja ( misal menggunakan raw material berupa batu, semen, kayu, keramik,
cat ataupun genteng yang berkualitas dunia ) tetapi juga harus memperhatikan bagian dalam
rumahnya. Bahkan bagian dalam inilah yang jauh harus lebih difokuskan pembangunannya
daripada bagian luar tadi. Ibarat sebuah perusahaan, seorang suami adalah direkturnya dan
istrinya adalah sekretaris direkturnya serta anak-anak sebagai karyawannya yang semua
masing-masing mempunyai Job Description tersendiri. Kesuksesan perusahaan itu tergantung
bagaimana kinerja atasan sampai yang paling bawah itu sendiri, bukan dari besar kecilnya
suatu perusahaan.
Sebagai muslim sejati kita diberikan sebuah contoh yang luar biasa dari suri teladan kita,
Muhammad bin Abdullah Shalallahualaihiwasallam. Ya, rumah beliau adalah rumah yang
paling sakinah sekaligus berlimpah rahmah. Semua merasakannya dari siapapun yang
didalamnya ( budak, pembantu, tamu apalagi istri dan anak anaknya ). Rumah yang
didalamnya ditanam prinsip hidup mulia. Kita semua belajar bagaimana Rasulullah
Muhammad menangani setiap macam persoalan yang mencemari cuaca jernih rumah tangga
dengan sikap bijak, lembut dan juga penuh toleransi. Sikap yang tentu saja tidak menyimpang
dari garis aturan Allah dan juga tidak mengurangi rasa saling cinta diantara mereka. Bila
dituntut keras, beliau keras! Bila dituntut marah, beliau marah!, tetapi kekerasannya itu tidak
disertai tongkat. Kemarahannya tidak diikuti pecut. Tidak ada tangan melepaskan pukulan.
Tak ada umpatan bernada menghina dan melukai perasaan. Dan tak lama, segera setelah itu,
beliau jadi lembut dan lunak.
Tidak pernah beliau membebankan kesalahan dan kesulitan kepada orang-orang disekitarnya.
Keberadaan beliau tidak lantas menghapus keberadaan keluarga bahkan pembantu beliau
sekalipun. Pendapat mereka diperhatikan, siapapun yang berbicara disimak dengan penuh
antusias baik itu anak-anak ataupun orang tua, rakyat jelata ataupun raja. Beliau tanggung
penderitaan mereka sejauh mereka berada di rel kebenaran (Syariat Islam). Jika diketahui
menyimpang, tak segan mereka ditegur beliau dengan sopan, dimaafkan lalu diajak kembali
kepada kebaikan. Beliau, Rasulullah Muhammad, adalah manusia biasa layaknya manusia
pada umumnya. Rumah beliau tak berbeda dengan rumah para sahabat. Tak ada
keistimewaan apa apa, baik bentuk maupun pola hidup sehari-hari. Namun yang patut
dicontoh oleh para sahabat juga kita dari beliau adalah tanggung jawabnya untuk memimpin,
membimbing, memberi teladan yang baik dan juga kebajikan sempurna kepada seluruh
anggota keluarga. Mungkin diantara kepala keluarga ada yang tidak siap dan tidak sanggup
menjalankan fungsi kepemimpinannya. Tidak tahu menahu tentang berbagai cara
menyelesaikan kesulitan pelik dalam rumah tangga. Ataupun dalam hal berinteraksi dengan
seluruh komponen keluarga secara lugas, tidak tahu bagaimana berbuat bijak, membuat
keteladanan dan menyuguhkan pendidikan yang layak. Kalau begitu yang terjadi, lama
kelamaan rumah yang sudah dibangun akan menjadi oleng dan segala urusan rumah tangga
kacau balau.

Sejenak kita dengarkan lagi hadits sahih berikut ini:


Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah (Muhammad)
yang terbaik terhadap keluargaku. (HR. Turmudzi)
Rumah Rasulullah adalah contoh rumah yang Allah beri kemudahan dalamnya, yang
menjadikan harmonis serta tercipta visi Baiti Jannati didalamnya. Tugas kita adalah
mengusahakan semaksimal mungkin dengan mendasarkan segala urusan rumah tangga pada
apa yang diteladankan Rasulullah Shalallahualaihiwasallam, meniru dan mengikuti jejak
beliau juga menapaki jalan kebahagiaan yang ditunjukkan dengan cemerlang oleh beliau
bersama istri-istrinya dengan segala kecenderungan, lingkungan dan pola pendidikan yang
beragam, yang semua hidup beliau penuh kerelaan dan keharmonisan. Meski sesekali
diselingi riak perselisihan dan guncangan atau suasana yang sedikit memanas. Tetapi semua
itu berklimaks Happy Ending.

Anda mungkin juga menyukai