Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
KEDOKTERAN KELUARGA
FILARIASIS
Disusun Oleh :
Firyal Soraya Nurhidayati
NIM. 1010015051
Pembimbing :
dr. Evi Fitriany, M.Kes
dr. Kasiman
Veronika Hinum, S.KM, MM
KEDOKTERAN KELUARGA
FILARIASIS
Disusun Oleh:
Firyal Soraya Nurhidayati
1010015051
Pembimbing
dr. Evi Fitriany, M.Kes
dr. Kasiman
Veronika Hinum, S.KM, M.M
LEMBAR PENGESAHAN
FILARIASIS
Kedokteran Keluarga
Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik
pada Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh:
Firyal Soraya Nurhidayati
1010015051
Dipresentasikan pada
Juni 2016
Pembimbing
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................6
1.1. Latar Belakang..............................................................................................6
1.2. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
BAB 2 KASUS..............................................................................................................8
2.1. Identitas Pasien..............................................................................................8
2.2. Anamnesis.....................................................................................................9
2.3. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................10
2.4. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis..............................................................12
2.5. Diagnosis.....................................................................................................12
2.6. Usulan Penatalaksanaan..............................................................................12
2.7. Prognosis.....................................................................................................12
BAB 3 ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA................................................13
3.1. Anggota Keluarga.......................................................................................13
3.2. Genogram....................................................................................................14
3.3. Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga dan Lingkungan..........................14
3.4. Penilaian Apgar Keluarga...........................................................................17
3.5. Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga.......................................................19
3.6. Resume Faktor Risiko Lingkungan Keluarga.............................................22
3.7. Diagnosis Keluarga.....................................................................................23
3.8. Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan...........................................24
3.9. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Kesehatan.............................27
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................................................30
BAB 5 PENUTUP......................................................................................................33
5.1. Kesimpulan................................................................................................. 33
5.2. Saran............................................................................................................33
LAMPIRAN...............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang
disebabkan karena infeksi cacing filaria (Kemenkes RI, 2010). Penyakit ini
menyerang saluran dan kelenjar getah bening (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia
terdapat sebutan lain untuk penyakit ini, yaitu kaki gajah, boa besar, gewa poting,
gewansa, guala bala, kiplol hadong, tewa poting, dan lain lain (Dinkes Alor, 2010)
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa di dunia
terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular
filiriasis, dan lebih dari 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara.
Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta
orang sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki
atau lengan (Lymphedema) atau anggota tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas
terutama di pedesaan, dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak
maupun dewasa, laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2010).
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius
di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 terdapat 11.914 kasus kronis yang
dilaporkan dan diestimasikan prevalensi mikrofilaria 19% (Kemenkes RI, 2010).
Tingkat penularan penyakit filariasis di Indonesia masih tingi. Diperkirakan sekitar
10 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 60 juta orang mempunyai
risiko tinggi untuk tertular karena nyamuk penularnya tersebar luas (Depkes RI,
2010).
Mengingat penyebaran penyakit filariasis yang sangat luas di Indonesia maka
bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dan stigma
psikososial yang berdampak pada penurunan produktivitas penderita, beban keluarga
dan kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Oleh karena itu penyakit kaki gajah ini
telah menjadi salah satu penyakit menular yang diprioritaskan untuk dieliminasi
(Kemenkes RI, 2010).
Diprakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan
keputusan WHO dengan mendeklarasikan "The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020", di Indonesia
program eliminasi filariasis dimulai pada tahun 2002 (Depkes RI, 2010). Program
Eliminasi Filariasis meruupakan salah satu program prioritas nasional pemberantasan
penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 7
tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Program ini dilakukan
bertahap lima tahunan yang dimulai tahun 2010-2014 (Kemenkes RI, 2010).
1.2
Tujuan Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan dan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalakasanaan terhadap
filariasis dan limfedema.
BAB 2
KASUS
: Tn S
Umur
: 50 tahun
Status
: Belum menikah
Pekerjaan
: Tukang Kebun
Pendidikan
: SD
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
NO
1
Nama
Status
Umur
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Bapak S
Bapak
Meninggal
Jawa
Tamat SD
Ibu M
Ibu
Meninggal
Jawa
Tamat SD
Ny. P
Kakak
kandung
Kakak
kandung
Kakak
kandung
Pasien
Meninggal
Jawa
Tamat SMP
Meninggal
Jawa
Tamat SMP
52 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
50 tahun
Jawa
Tamat SD
48 tahun
Jawa
Tamat SD
46 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
45 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
Tn.A
Adik
kandung
Adik
kandung
Adik
kandung
Keponakan
Tukang
kebun
Petani
25 tahun
Jawa
Tamat SMA
Buruh
Nn.D
Keponakan
20 tahun
Jawa
Tamat SMA
Swasta
Tn. K
Ny. N
Tn. S
Tn. M
Ny. S
Ny.S
: Kompos Mentis
Tinggi Badan
: 160 cm
Berat Badan
: 70 kg
Tekanan Darah
: 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Napas
: 22 kali/ menit
Suhu
: 36,8 0C
Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
: Normosefali
: Warna hitam
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Ekstremitas
Superior
Inferior
sinistra
dekstra
2.5 Diagnosis
Filariasis dengan Limfedema Stadium 3 Ekstremitas Inferior Dekstra
BAB 3
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA
No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
perkawinan
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
I. KEPALA KELUARGA
Tn. S
50 tahun
Laki-laki
II. PASANGAN
-
Belum menikah
Islam
Jawa
Tamat SD
Tukang Kebun
Jalan Parikesit 3 Kampung Hemat Energi RT.21 Handil
lengkap
Bakti, Palaran
Nama
Status
Umur
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Serumah
Ny. N
Kakak
kandung
Pasien
52 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
Tidak
Tn. S
50 tahun
Jawa
Tamat SD
Tidak
48 tahun
Jawa
Tamat SD
46 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
Tidak
45 tahun
Jawa
Tamat SD
IRT
Tidak
Tn.A
Adik
kandung
Adik
kandung
Adik
kandung
Keponakan
Tukang
kebun
Petani
Tn. M
Ny. S
Ny. S
25 tahun
Jawa
Buruh
Tidak
Nn.D
Keponakan
20 tahun
Jawa
Tamat
SMA
Tamat
SMA
Swasta
Tidak
3.2 Genogram
Tidak
Keterangan :
: Pria
: Wanita
----
: Pasien
: Tinggal berdekatan
Luas tanah
Luas Bangunan
Pembagian ruangan
Keterangan
20 x 10 meter
8 x 5 meter
Rumah adalah
rumah
pribadi,
Rp.150.000,00
Kesehatan
Listrik
Air
Lain-lain
b. Penghasilan keluarga/bulan
Rp. 1.000.000
No Perilaku Kesehatan
1
2
Pelayanan promotif/preventif
Puskesmas
Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga lain Puskesmas, praktek dokter
Pelayanan pengobatan
Jamkesda
No Aktivitas Keluarga
1
Aktivitas fisik
a.
Pasien
Bangun
pagi
pukul
05.00
bekerja
dimulai
pukul
07.00-14.30 WITA.
Setelah
bekerja
pasien
langsung
pulang ke rumah.
b. Adik kandung pasien
Adik
kandung
melaksanakan
pasien
tugas
hanya
rumah
tangganya.
2
Aktivitas mental
Seluruh
anggota
keluarga
keagamaan
di
mesjid
setempat.
No
Lingkungan
Sosial
Hubungan
keluarga
lingkungan
kecuali
sekitar
pasien
dengan
cukup
yang
baik,
memang
Fisik/Biologik
Perumahan dan fasilitas
Cukup
Luas tanah
20 x 10 meter
Luas bangunan
8 x 5 meter
Beton
Semen
Lampu listrik
Kamar
Sarana MCK
Air sumur
Pembuangan sampah
plastik
kemudian
diletakkan
di
Kriteria
Adaptasi
Pernyataan
Saya
puas
keluarga
dengan
saya
sudah
menjalankan
sesuai
dengan seharusnya
Saya
puas
dengan
saya
dapat
Kadang
(2)
(1)
tidak
pernah
(0)
karena
membantu
memberikan
terhadap
Pertumbuhan
Selalu
Hampir
anggota
keluarga
keluarga
Kadang
karena
masing-masing
Kemitraan
Hampir
solusi
permasalahan
yang dihadapi
Saya
puas
dengan
saya
untuk
mengembangkan
kemampuan
miliki
Kasih sayang Saya
puas
kehangatan
sayang
yang
yang
keluarga saya
saya
dengan
dan
kasih
diberikan
Kebersamaa
menjalin
kebersamaan
Jumlah
Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan :
Nilai skor keluarga ini adalah 3, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
sakit.
Indikator Pertanyaan
Jawaban
Keterangan
A. Perilaku Sehat
1
Tidak merokok
Ya
Pasien merokok
Tidak
merokok
Persalinan
Dimana ibu melakukan persalinan
bidan
3
Imunisasi
Apakah
bayi
ibu
sudah
di Imunisasi lengkap
imunisasi lengkap
Balita di timbang
Apakah
balita
ibu
ditimbang? Dimana?
sering
tidak
dapat
informasi
5
Sarapan pagi
Jamkesda
askes
Cuci tangan
Apakah anggota keluarga
BAB
Seluruh anggota
keluarga melakukan
menggunakan odol
kebiasaan menggosok
gigi
Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga
Seluruh anggota
keluarga jarang
melakukan olahraga
B. Lingkungan Sehat
1
Jamban
Apakah dirumah tersedia jamban
duduk
menggunakannya
Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air
Di rumah menggunakan
Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia tempat
sampah namun
menumpuk belum
berserakan?
dibuang. Lingkungan
SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL
Pembuangan limbah
disekitar rumah
menggunakan Septic
tank
Ventilasi
Ventilasi berjumlah 3
didalam rumah
Kepadatan
Apakah ada kesesuaian rumah
digunakan 1 orang.
Ya
keluarga mengkonsumsi
mengkonsumsi buah
Jumlah
Klasifikasi
10
Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 10 pertanyaan yang berarti
identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam
klasifikasi SEHAT II.
Fisik
Biologi
Psikososioekonomi
rawa-rawa.
Tidak ada keluarga atau tetangga yang menderita filariasis
Perilaku
Kesehatan
Gaya hidup
pasien.
Prioritas untuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
Memiliki Jamkesda.
Masalah
Pengobatan
1.
kesehatan
Individu
(Filariasis
dengan
Limfedema
Stadium
Farmakologis
Ekstremitas
Inferior
Dekstra)
Non Farmakologis
mengenai
kondisi
sosial
pasien.
2.
Keluarga
Masalah Kesehatan
Filariasis
Terapi farmakologis
Terapi
farmakologis
Edukasi mengenai
penyakit, penularan,
gejala
klinis,
pencegahan
dan
pengobatannya.
non
Keluarga
Komunitas
Melakukan
penyuluhan
dan
edukasi
kepada
masyarakat
melalui leaflet dan
brosur mengenai
filariasis.
Edukasi
mengenai
penyakit,
penularan,
gejala
klinis,
pencegahan dan
pengobatannya.
GAYA HIDUP
Tidak mempraktekkan perilaku hidup bersih sehat
Tidak pernah berolahraga
PERILAKU KESEHATAN
Higiene pribadi kurang baik
Pengetahuan tentang kesehatan kurang
Pasien tidak langsung berobat ke puskesmas bila sakit
LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONO
Pasien memiliki jaminan kesehatan
Pasien memiliki kepribadian tert
Ekonomi pasien bergantung kelu
FAMILY
PASIEN
PELAYANAN KES.
Jarak rumah-pusat pelayanan kes : 4km, pasien memiliki kesulitan mengendarai motor
FILARIASIS
FAKTOR BIOLOGI
Riwayat keluarga maupun tetangga dengan keluhan serupa tidak ada sehingga kemungkinan penyebaran infeksi masih belum diketahaui.
Komunitas:
Sanitasi rumah dan lingkungan sekitar rumah kurang baik
LINGK. KERJA
Tidak ada
LINGK. FISIK
Ventilasi dan pencahayaan rumah
Luas rumah sesuai dengan jumla
Masalah
Upaya Penyelesaian
Awal
Fungsi biologis
pasien
dan
tentang
penularan,
gejala
mengalami
gejala
yang
keluhan
serupa,
penyebab,
keluarga
penyakit,
Edukasi
memiliki
sumber
Pasien
memiliki
kesehatan
daerah,
jaminan
belum
Mengusahakan
agar
bersosialisasi
dan
pasien
menghilangkan
mau
rasa
sekitar.
Faktor perilaku kesehatan
keluarga
kurang
Pemeliharaan kesehatan dan
Edukasi
agar
segera
berobat
jika
sepenuhnya mengandalkan
tenaga kesehatan
Lingkungan rumah
Membersihkan
rumah
rumah
dan
dan
tidak
lingkungan
sekitar
membiarkan
Keterangan :
Skor 3 = keluarga mau melakukan namun perlu pengendalian sumber yang belum
dimanfaatkan; penyelesaian masalah dilakukan sebagian oleh provider.
Skor 4 = keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya; masih tergantung pada
upaya provider
Skor 5 = dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga
BAB 4
PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. S usia 50 tahun, dengan keluhan
bengkak yang menetap pada paha hingga kaki kanan sejak 5 tahun yang lalu. Tn. S
tinggal seorang diri di rumahnya, namun berdekatan dengan rumah adik kandungnya.
Pasien belum memiliki keluarga sendiri, namun keluarga terdekat pasien adalah adik
kandung perempuannya, suami dari adik kandung perempuannya, serta kedua anak
dari adik kandung perempuannya. Keluhan yang ia alami saat ini sebenarnya sudah
dialami sejak 7 tahun yang lalu, namun saat itu bengkak belum menetap seperti
sekarang. Tidak ada anggota keluarga maupun tetangga yang mengalami hal serupa
dengan pasien. Saat ini selain keluhan di atas, pasien juga mengeluhkan demam yang
kadang muncul serta nyeri pada kedua kakinya.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sekitar 10 tahun yang lalu memang
pernah didiagnosis menderita penyakit kaki gajah lalu mendapatkan pengobatan dari
puskesmas hingga dikatakan sembuh. Pada saat itu pasien mengeluhkan demam yang
hilang timbul, nyeri pada pada lipatan paha serta terdapat bentukan seperti tali merah
yang terasa nyeri. Pada saat itu tidak terdapat keluarga atau tetangga yang mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Perkembangan klinis filariasis dibagi menjadi gejala
klinis akut dan kronis. Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis,
adenolimfangitis yang disertai demam dan rasa lemah. Sedangkan gejala kronis yang
dapat terjadi berupa limfedema, lymp scrotum, kiluria dan hidrokel. Limfedema
terbagi dalam 7 stadium berdasarkan klinis. Kriteria limfedema stadium 3 adalah
terdapat bengkak di kaki yang menetap, lipatan kulit yang dangkal, tidak ada nodul,
tidak ada mossy lesions, dan tidak ada hambatan berat (Kemenkes RI, 2014).
Pasien tinggal di rumah pribadinya, yang kebersihan rumah dan
lingkungannya kurang terjaga. Banyak bagian dari halaman rumahnya yang berupa
rawa-rawa ditumbuhi tanaman air. Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah
daerah dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawarawa dan hutan. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa berpengaruh sebagai
tempat penyebaran vektor filariasis (Kemenkes RI, 2014)
Diagnosis penyakit filariasis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis
mikrofilaria
maupun
pengujian
antigen
(Immunochromatographic
Test/ICT)
(Kemenkes RI, 2014). Dikatakan positif jika terdapat mikrofilaria dalam darah
pasien. Walaupun dalam darah pasien sudah tidak ditemukan mikrofilaria, terkadang
yang tersisa dari tubuh pasien adalah gejala kronis dari penyakit filariasis yakni
antara lain limfedema seperti yang dialami pasien. Selain itu pasien juga dapat
mengalami demam, nyeri, dan lain-lain. Pada penderita filariasis kronis (mengalami
gejala klinis kronis) cacing bisa masih hidup atau sudah mati, tetapi meninggalkan
gejala klinis filariasis (Kemenkes RI, 2014)
Upaya pengobatan yang terpenting pada filariasis sebenarnya adalah
menghilangkan parasit di dalam tubuh pasien filariasis klinis positif dengan tujuan
memutus
rantai
penularan,
yakni
dengan
pemberian
obat
dosis
tunggal
Pemberian salep antibiotik ataupun anti jamur serta pembedahan kosmetik belum
diperlukan pada limfedema stadium 3 (Kemenkes RI, 2014).
Masalah lain dalam keluarga ini adalah pasien hanya memiliki jaminan
kesehatan daerah, yang sudah tidak bisa digunakan lagi jika pasien ingin berobat ke
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi selain puskesmas. Selain itu aktifitas
pasien terganggu dengan kecacatan yang dialaminya. Pasien juga terkadang malu untuk
bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Filariasis dapat menimbulkan kecacatan seumur
hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya bila telah menimbulkan
pembengkakan. Keadaan ini membawa dampak beban ekonomi yang diderita oleh
masyarakat yaitu untuk biaya berobat, hari produktif yang hilang karena sakit,
meninggal dan hari produktif anggota rumah tangga lain yang hilang karena harus
merawat orang yang sakit. Sedangkan dampak sosial adalah berupa kegiatan sosial
terganggu, tidak bisa menikmati waktu rekreasi, rasa tidak nyaman karena sakit dan
duka kehilangan seseorang anggota keluarga (Kemenkes RI, 2010). Keluarga
disarankan untuk membantu pasien baik dukungan tenaga maupun moril kepada pasien.
Keluarga juga disarankan untuk bergantian mengurus kebersihan rumah. Serta dapat
membantu membuat jaminan kesehatan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan studi kasus terhadap pasien Tn. S dengan keluhan utama
bengkak pada paha hingga kaki kanan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, analisis kedokteran keluarga berdasarkan status fisik, soSial,
ekonomi, PHBS keluarga, upaya kesehatan dan lingkungan didapatkan kesesuain
antara aspek-aspek tersebut dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien.
Pemecahan dan perencanaan permasalahan yang dihadapi oleh pasien juga disusun
berdasarkan kemampuan dan kesanggupan dari keluarga pasien sebagai satu kesatuan
utuh sehingga pemecahan masalah yang dihadapi secara holistik dan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
5.2 Saran
Perlu adanya pemahaman lebih mendalam kembali tentang penangan secara
kedokteran keluarga mengenai kasus filariasis dengan permasalahan kecacatan serta
perlu adanya perbaikan penulisan ke depannya
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2010. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Data diambil dari
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/mengenal_filariasis_1.pdf
pada tanggal 16 Mei 2016.
Dinkes Alor. 2010. Buku Pedoman Pengobatan Masal Filariasis Bagi Bidan Desa dan
Tenaga
Pembantu
Eliminasi.
Data
diambil
dari
http://www.batukarinfo.com/system/files/Guidebook%20MDA%20(Ind).pdf
pada tanggal 16 Mei 2016.
Kemenkes
RI.
2010a.
Filariasis
di
Indonesia.
Data
diambil
dari
Data
diambil
dari
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/NATIONAL_PLAN_FILARIASIS
_2010-IND__2010-14.pdf pada tanggal 16 Mei 2016.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94
Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis. Data diambil dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file pada tanggal 16 Mei 2016