Anda di halaman 1dari 37

Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KEDOKTERAN KELUARGA

FILARIASIS

Disusun Oleh :
Firyal Soraya Nurhidayati

NIM. 1010015051

Pembimbing :
dr. Evi Fitriany, M.Kes
dr. Kasiman
Veronika Hinum, S.KM, MM

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat
Ilmu Kedokteran Komunitas
Puskesmas Palaran/ Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman Samarinda
2016

KEDOKTERAN KELUARGA

FILARIASIS

Disusun Oleh:
Firyal Soraya Nurhidayati
1010015051

Pembimbing
dr. Evi Fitriany, M.Kes
dr. Kasiman
Veronika Hinum, S.KM, M.M

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Puskesmas Palaran Samarinda
2016

LEMBAR PENGESAHAN
FILARIASIS

Kedokteran Keluarga
Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik
pada Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:
Firyal Soraya Nurhidayati
1010015051

Dipresentasikan pada

Juni 2016

Pembimbing

dr. Evi Fitriany, M.Kes


NIP. 19770915 200604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................3
DAFTAR ISI................................................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................6
1.1. Latar Belakang..............................................................................................6
1.2. Tujuan Penulisan...........................................................................................7
BAB 2 KASUS..............................................................................................................8
2.1. Identitas Pasien..............................................................................................8
2.2. Anamnesis.....................................................................................................9
2.3. Pemeriksaan Fisik.......................................................................................10
2.4. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis..............................................................12
2.5. Diagnosis.....................................................................................................12
2.6. Usulan Penatalaksanaan..............................................................................12
2.7. Prognosis.....................................................................................................12
BAB 3 ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA................................................13
3.1. Anggota Keluarga.......................................................................................13
3.2. Genogram....................................................................................................14
3.3. Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga dan Lingkungan..........................14
3.4. Penilaian Apgar Keluarga...........................................................................17
3.5. Pola Hidup Bersih dan Sehat Keluarga.......................................................19
3.6. Resume Faktor Risiko Lingkungan Keluarga.............................................22
3.7. Diagnosis Keluarga.....................................................................................23
3.8. Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan...........................................24
3.9. Skoring Kemampuan Penyelesaian Masalah Kesehatan.............................27
BAB 4 PEMBAHASAN.............................................................................................30
BAB 5 PENUTUP......................................................................................................33
5.1. Kesimpulan................................................................................................. 33

5.2. Saran............................................................................................................33
LAMPIRAN...............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filariasis atau elephantiasis atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai
penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang
disebabkan karena infeksi cacing filaria (Kemenkes RI, 2010). Penyakit ini
menyerang saluran dan kelenjar getah bening (Kemenkes RI, 2014). Di Indonesia
terdapat sebutan lain untuk penyakit ini, yaitu kaki gajah, boa besar, gewa poting,
gewansa, guala bala, kiplol hadong, tewa poting, dan lain lain (Dinkes Alor, 2010)
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa di dunia
terdapat 1,3 miliar penduduk yang berada di lebih dari 83 negara berisiko tertular
filiriasis, dan lebih dari 60% negara-negara tersebut berada di Asia Tenggara.
Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diantaranya sudah terinfeksi dengan 43 juta
orang sudah menunjukkan gejala klinis berupa pembengkakan anggota tubuh di kaki
atau lengan (Lymphedema) atau anggota tubuh lainnya. Penyakit ini tersebar luas
terutama di pedesaan, dapat menyerang semua golongan umur baik anak-anak
maupun dewasa, laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI, 2010).
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius
di Indonesia. Diperkirakan sampai tahun 2009 terdapat 11.914 kasus kronis yang
dilaporkan dan diestimasikan prevalensi mikrofilaria 19% (Kemenkes RI, 2010).
Tingkat penularan penyakit filariasis di Indonesia masih tingi. Diperkirakan sekitar
10 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 60 juta orang mempunyai
risiko tinggi untuk tertular karena nyamuk penularnya tersebar luas (Depkes RI,
2010).
Mengingat penyebaran penyakit filariasis yang sangat luas di Indonesia maka
bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kecacatan dan stigma
psikososial yang berdampak pada penurunan produktivitas penderita, beban keluarga
dan kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Oleh karena itu penyakit kaki gajah ini

telah menjadi salah satu penyakit menular yang diprioritaskan untuk dieliminasi
(Kemenkes RI, 2010).
Diprakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan
keputusan WHO dengan mendeklarasikan "The Global Goal of Elimination of
Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020", di Indonesia
program eliminasi filariasis dimulai pada tahun 2002 (Depkes RI, 2010). Program
Eliminasi Filariasis meruupakan salah satu program prioritas nasional pemberantasan
penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 7
tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia pada tahun 2020. Program ini dilakukan
bertahap lima tahunan yang dimulai tahun 2010-2014 (Kemenkes RI, 2010).
1.2

Tujuan Penulisan
1. Menambah ilmu pengetahuan dan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. Mengkaji ketepatan penegakan diagnosis dan penatalakasanaan terhadap
filariasis dan limfedema.

BAB 2
KASUS

2.1 Identitas Pasien


Nama

: Tn S

Umur

: 50 tahun

Jenis kelamin : Pria


Alamat

: Jalan Parikesit 3 Kampung Hemat Energi RT.21 Handil Bakti,


Palaran

Status

: Belum menikah

Pekerjaan

: Tukang Kebun

Pendidikan

: SD

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

NO
1

Nama

Status

Umur

Suku

Pendidikan

Pekerjaan

Bapak S

Bapak

Meninggal

Jawa

Tamat SD

Ibu M

Ibu

Meninggal

Jawa

Tamat SD

Ny. P

Kakak
kandung
Kakak
kandung
Kakak
kandung
Pasien

Meninggal

Jawa

Tamat SMP

Meninggal

Jawa

Tamat SMP

52 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

50 tahun

Jawa

Tamat SD

48 tahun

Jawa

Tamat SD

46 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

45 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

Tn.A

Adik
kandung
Adik
kandung
Adik
kandung
Keponakan

Tukang
kebun
Petani

25 tahun

Jawa

Tamat SMA

Buruh

Nn.D

Keponakan

20 tahun

Jawa

Tamat SMA

Swasta

Tn. K
Ny. N
Tn. S
Tn. M
Ny. S
Ny.S

Tabel 2.1 Identitas Keluarga Pasien


2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 13.00 WITA.
2.2.1 Keluhan Utama
Paha hingga kaki kanan bengkak.
2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Paha hingga kaki kanan pasien mulai membengkak sejak 7 tahun terakhir.
Pembengkakan tersebut berlangsung perlahan, semakin lama semakin membesar.
Pada awalnya bengkak hilang timbul, namun sejak 5 tahun terakhir bengkak menetap.
Terkadang pasien merasa badannya demam dan kakinya terasa nyeri, oleh karena itu
pasien seringkali membeli obat sendiri di warung. Pasien sudah disarankan oleh
keluarga untuk berobat ke puskesmas, namun pasien menolak dengan alasan sudah
pernah berobat dan susah untuk berpergian. Pasien pernah mengobati keluhannya
tersebut ke beberapa pengobatan tradisional namun tidak ada perubahan. Menurut
pasien saat ini aktifitasnya sangat terganggu. Pasien tidak menggunakan alas kaki jika
berjalan di luar rumah.
2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Sekitar 10 tahun yang lalu pasien mengalami keluhan demam yang hilang timbul,
nyeri pada lipatan paha, serta terdapat bentukan seperti tali merah yang terasa nyeri.
Pada saat itu pasien melakukan pemeriksaan darah dan dikatakan mengalami
penyakit kaki gajah. Setelah itu pasien mendapatkan pengobatan dari puskesmas
hingga dikatakan sembuh.
2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga atau tetangga dengan keluhan serupa pada saat pasien pertama
kali terserang penyakit maupun pada saat ini.

2.2.5 Kehidupan Sosial Ekonomi


Pasien memenuhi kehidupan ekonominya dengan bertanam sayuran di kebun
yang berada di dekat rumahnya. Saat ini akibat kegiatannya yang terbatasi, sumber
penghasilan pasien cenderung bergantung pada adik kandungnya yang tinggal dekat
dengannya. Selain itu pasien cenderung membatasi dirinya dengan tetangga sekitar
karena malu untuk bersosialisasi. Pasien hingga saat ini belum menikah.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

: Kompos Mentis

Tinggi Badan

: 160 cm

Berat Badan

: 70 kg

Tekanan Darah

: 110/80 mmHg

Frekuensi Nadi

: 100 kali/ menit

Frekuensi Napas

: 22 kali/ menit

Suhu

: 36,8 0C

Kepala
Bentuk
Rambut
Mata

: Normosefali
: Warna hitam
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,

Hidung
Telinga

refleks cahaya (+/+)


: Nafas cuping hidung (-), discharge (-)
: Discharge (-/-)

Mulut

: Sariawan (-), lidah kotor (-), faring hiperemis (-)

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax

Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: Gerakan dinding dada simetris, retraksi (-)


: Vokal fremitus sama kanan dan kiri
: Sonor di semua lapangan paru, batas jantung normal
: Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), ronchi (-/-),

bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-)


Abdomen

Inspeksi

protruding mass / hernia umbilikalis (-)


Palpasi
: Soefl, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani, shifting dullness (-)
Auskultasi
: Bising usus normal

: Bentuk normal, simetris, distended (-), scar (-),

Ekstremitas

Superior
Inferior
sinistra
dekstra

: akral hangat, CRT <2 detik, tidak edema


:
: teraba hangat, edema (-)
: teraba hangat, edema menetap (+), lipatan kulit

(+), nodul (-), mossy lesions (-)


Gambar 2.1 Limfedema Stadium 3 pada Ekstremitas Inferior Dekstra Pasien

2.4 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis


Pemeriksaan hapusan darah tepi : Mikrofilaria (-)

2.5 Diagnosis
Filariasis dengan Limfedema Stadium 3 Ekstremitas Inferior Dekstra

2.6 Usulan Penatalaksanaan


1. Farmakologis
Paracetamol tablet 500 mg 3x1
2. Non Farmakologis
Edukasi untuk :
Menjaga kebersihan anggota tubuh yang bengkak
Pelatihan anggota tubuh yang bengkak
Elevasi anggota tubuh bengkak saat tidur, nonton TV, kegiatan istirahat
lainnya
Pemakaian alas kaki yang cocok
Memakai verban elastis atau pembalutan saat melakukan aktivitas
Edukasi penyebab penyakit, gejala, dan terapi
2.7 Prognosis
Ad Vitam: dubia ad bonam
Ad Functionam: dubia ad malam
Ad Sanationam: dubia ad malam

BAB 3
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

No
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
perkawinan
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat

I. KEPALA KELUARGA
Tn. S
50 tahun
Laki-laki

II. PASANGAN
-

Belum menikah

Islam
Jawa
Tamat SD
Tukang Kebun
Jalan Parikesit 3 Kampung Hemat Energi RT.21 Handil

lengkap

Bakti, Palaran

3.1 Anggota Keluarga


N
O
1

Nama

Status

Umur

Suku

Pendidikan

Pekerjaan

Serumah

Ny. N

Kakak
kandung
Pasien

52 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

Tidak

Tn. S

50 tahun

Jawa

Tamat SD

Tidak

48 tahun

Jawa

Tamat SD

46 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

Tidak

45 tahun

Jawa

Tamat SD

IRT

Tidak

Tn.A

Adik
kandung
Adik
kandung
Adik
kandung
Keponakan

Tukang
kebun
Petani

Tn. M

Ny. S

Ny. S

25 tahun

Jawa

Buruh

Tidak

Nn.D

Keponakan

20 tahun

Jawa

Tamat
SMA
Tamat
SMA

Swasta

Tidak

3.2 Genogram

Tidak

Keterangan :
: Pria
: Wanita
----

: Pasien

: Tinggal berdekatan

3.3 Status Fisik, Sosial, Ekonomi, Keluarga Dan Lingkungan


No Ekonomi Keluarga
1
2
3

Luas tanah
Luas Bangunan
Pembagian ruangan

Keterangan
20 x 10 meter
8 x 5 meter
Rumah adalah

rumah

pribadi,

terdiri dari 1 lantai, 1 dapur dan


ruang makan, 1 ruang tamu, 1 wc
4
5

Besarnya daya listrik


Tingkat pendapatan keluarga :
a. Pengeluaran rata-rata/bulan

sekaligus kamar mandi,


1000 Watt
Rp. 750.000,00

Bahan makanan: Beras, Lauk/ikan,


sayur, air minum
Diluar bahan makanan

Rp.150.000,00

Kesehatan

Listrik

Air

Lain-lain

b. Penghasilan keluarga/bulan

Rp. 1.000.000

No Perilaku Kesehatan
1
2

Pelayanan promotif/preventif
Puskesmas
Pemeliharaan kesehatan anggota keluarga lain Puskesmas, praktek dokter

Pelayanan pengobatan

Puskesmas, praktek dokter

Jaminan pemeliharaan kesehatan

Jamkesda

No Pola Makan Keluarga


1

Pasien dan anggota keluarga

Makan 3 kali sehari (pagi, siang dan


malam).

No Aktivitas Keluarga
1

Aktivitas fisik
a.

Pasien

Bangun

pagi

pukul

05.00

melaksanakan sholat subuh kemudian


bersiap-siap untuk berkebun.
Kegiatan

bekerja

dimulai

pukul

07.00-14.30 WITA.
Setelah

bekerja

pasien

langsung

pulang ke rumah.
b. Adik kandung pasien

Adik

kandung

melaksanakan

pasien
tugas

hanya
rumah

tangganya.
2

Aktivitas mental

Seluruh

anggota

keluarga

melaksanakan ibadah sholat, namun


tidak rutin 5 waktu. Jarang mengikuti
kegiatan

keagamaan

di

mesjid

setempat.
No

Lingkungan

Sosial

Hubungan

keluarga

lingkungan
kecuali

sekitar

pasien

dengan

cukup

yang

baik,

memang

memiliki kepribadian tertutup.


2

Fisik/Biologik
Perumahan dan fasilitas

Cukup

Luas tanah

20 x 10 meter

Luas bangunan

8 x 5 meter

Jenis dinding terbanyak

Beton

Jenis lantai terluas

Semen

Sumber penerangan utama

Lampu listrik

Kamar

Ruang tamu pasien sekaligus menjadi


tempat tidur pasien

Sarana MCK

Kamar mandi berada dekat dapur,


kamar mandi dan WC jadi satu.
Tempat mencuci piring dan pakaian
berada di kamar mandi.

Sarana Pembuangan Air Limbah

Septic tank digunakan sebagai tempat


penampungan limbah.

Sumber air sehari-hari

Air sumur

Sumber air minum

Air isi ulang

Pembuangan sampah

Sampah dikumpulkan menjadi satu

plastik

kemudian

diletakkan

di

belakang rumah dan dibuang sendiri.

3.4 Penilaian Apgar Keluarga

Kriteria

Adaptasi

Pernyataan

Saya

puas

keluarga

dengan

saya

sudah

menjalankan

sesuai

dengan seharusnya
Saya
puas
dengan
saya

dapat

Kadang

(2)

(1)

tidak
pernah
(0)

karena

membantu

memberikan
terhadap
Pertumbuhan

Selalu

Hampir

anggota

keluarga

keluarga

Kadang

karena

masing-masing

Kemitraan

Hampir

solusi
permasalahan

yang dihadapi
Saya
puas

dengan

kebebasan yang diberikan


keluarga

saya

untuk

mengembangkan
kemampuan
miliki
Kasih sayang Saya

puas

kehangatan
sayang

yang

yang

keluarga saya

saya

dengan
dan

kasih

diberikan

Kebersamaa

Saya puas dengan waktu

yang disediakan keluarga


untuk

menjalin

kebersamaan
Jumlah

Keterangan :
Total skor 8-10 = Fungsi keluarga sehat
Total skor 6-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
Total skor 5 = Fungsi keluarga sakit
Kesimpulan :
Nilai skor keluarga ini adalah 3, artinya keluarga ini menunjukan fungsi keluarga
sakit.

3.5 Pola Hidup Bersih Dan Sehat Keluarga


No

Indikator Pertanyaan

Jawaban

Keterangan

A. Perilaku Sehat
1
Tidak merokok

Ya

Pasien merokok

Ada yang memiliki kebiasaan


2

Tidak

merokok
Persalinan
Dimana ibu melakukan persalinan

Bersalin ditolong oleh

bidan
3

Imunisasi
Apakah

bayi

ibu

sudah

di Imunisasi lengkap

imunisasi lengkap
Balita di timbang
Apakah

balita

ibu

sering Tidak rutin karena ibu

ditimbang? Dimana?

sering

tidak

dapat

informasi
5

Sarapan pagi

Apakah seluruh anggota keluarga Tidak rutin sarapan pagi


memiliki kebiasaan sarapan pagi?
6

Dana sehat / Askes

Jamkesda

Apakah anda ikut menjadi peserta


7

askes
Cuci tangan
Apakah anggota keluarga

Tidak rutin mencuci

mempunyai kebiasaan mencuci

tangan dengan sabun

tangan menggunakan sabun

sebelum dan sesudah

sebelum makan dan sesudah

BAB

buang air besar ?


Sikat gigi
Apakah anggota keluarga

Seluruh anggota

memiliki kebiasaan gosok gigi

keluarga melakukan

menggunakan odol

kebiasaan menggosok
gigi

Aktivitas fisik/olahraga
Apakah anggota keluarga

Seluruh anggota

melakukan aktivitas fisik atau

keluarga jarang

olah raga teratur

melakukan olahraga

B. Lingkungan Sehat
1

Jamban
Apakah dirumah tersedia jamban

Ya, tersedia Jamban

dan seluruh keluarga

duduk

menggunakannya
Air bersih dan bebas jentik
Apakah dirumah tersedia air

Di rumah menggunakan

bersih dengan tempat/tendon air

sumber air berasal dari

tidak ada jentik ?

air sumur dan ditampung

di dalam drum, tidak ada


tempat penampungan air
yang berjentik
3

Bebas sampah
Apakah dirumah tersedia tempat

Rumah tersedia tempat

sampah? Dan di lingkungan

sampah namun

sekitar rumah tidak ada sampah

menumpuk belum

berserakan?

dibuang. Lingkungan

sekitar rumah terlihat


banyak sampah
berserakan.
4

SPAL
Apakah ada/tersedia SPAL

Pembuangan limbah

disekitar rumah

menggunakan Septic
tank

Ventilasi

Ventilasi berjumlah 3

Apakah ada pertukaran udara

buah, dua ada di ruangan

didalam rumah

tamu dan 1 di dapur.

Ukuran ventilasi 0,5 x 1


meter, terbuat dari kayu,
dan kaca berwarna
bening.
6

Kepadatan
Apakah ada kesesuaian rumah

Rumah cukup luas untuk

dengan jumlah anggota keluarga?


Lantai

digunakan 1 orang.

Apakah lantai bukan dari tanah?

Seluruh lantai rumah dari

semen dilapisi keramik.


C. Indikator tambahan
1
ASI Eksklusif
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan

Ya

hanya mendapat ASI saja sejak


2

lahir sampai 6 bulan


Konsumsi buah dan sayur
Apakah dalam 1 minggu terakhir

Tidak semua anggota

anggota keluarga mengkonsumsi

keluarga mengkonsumsi

buah dan sayur?

sayur dan jarang

mengkonsumsi buah
Jumlah
Klasifikasi

10

SEHAT I : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 1-5 pertanyaan (merah)


SEHAT II : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 6-10 pertanyaan (Kuning)
SEHAT III : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 11-15pertanyaan (Hijau)
SEHAT IV : Dari 18 pertanyaan jawaban Ya antara 16-18pertanyaan (Biru)
Kesimpulan

Dari 18 indikator yang ada, yang dapat dijawab Ya ada 10 pertanyaan yang berarti
identifikasi keluarga dilihat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehatnya masuk dalam
klasifikasi SEHAT II.

3.6 Resume Faktor Risiko Lingkungan Keluarga


Faktor Resiko

Rumah berukurang 8 x 5 meter yang terbuat dari bahan beton


cukup untuk dihuni oleh 1 orang.

Fisik

Ventilasi dan pencahayaan untuk ruangan cukup

Kebersihan area rumah kurang dan lingkungan sekitar rumah


juga banyak sampah yang menumpuk serta berisiko sebagai
sarang perkembangan vektor penyakit karena terdapat daerah

Biologi

Psikososioekonomi

rawa-rawa.
Tidak ada keluarga atau tetangga yang menderita filariasis

sebelumnya maupun pada saat ini.


Memiliki kartu jaminan kesehatan daerah.

Ekonomi pasien sebagian besar tergantung pada keluarga

Pengetahuan tentang kesehatan serta lingkungan kesehatan


kurang

Rasa pasrah terhadap penyakit yang diderita dan malu untuk


bersosialisasi serta memiliki rumah tangga sendiri karena
penyakit yang diderita.

Perilaku

Kepribadian pasien tertutup.


Higiene pribadi kurang bersih.

Kesehatan

Berobat di sarana pengobatan kali ini hanya karena anjuran


keluarga, namun tidak ada niat dari diri sendiri untuk berobat
lagi.

Pengetahuan mengenai penyakit yang diderita kurang.

Rendahnya pengetahuan dan kesadaran untuk mengetahui


pentingnya peranan keluarga yang baik terhadap kesembuhan

Gaya hidup

pasien.
Prioritas untuk kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

Keinginan untuk bersosialisasi kurang .

3.7 Diagnosa Keluarga (Resume masalah kesehatan)


3.7.1 Status kesehatan dan faktor risiko (Individu, keluarga dan komunitas)

Pengetahuan individu dan keluarga mengenai filariasis belum memadai

Pasien cenderung tertutup terhadap masalah pribadinya sehingga ia cenderung


memendamnya sendiri.

Pasien belum menikah.

3.7.2 Status upaya kesehatan (Individu, keluarga dan komunitas)

Pendapatan untuk pemenuhan sandang, pangan, papan terkadang bergantung


pada keluarga.

Memiliki Jamkesda.

Pemeriksaan kesehatan hanya jika keluhan tidak kunjung membaik atau


bertambah berat dan dipaksa oleh keluarga.

Semua anggota keluarga memiliki kesempatan yang sama dalam berobat.

Pemeliharaan kebersihan keluarga dan lingkungan kurang

3.7.3 Status lingkungan

Ukuran tempat tinggal cukup memadai, pencahayaan dan ventilasi cukup.

Kebersihan rumah dan lingkungan kurang baik

Hubungan dengan tetangga kurang baik karena pasien yang memiliki


kepribadian tertutup.

3.8 Rencana Penatalaksanaan Masalah Kesehatan


Terhadap status kesehatan indivdu dan keluarga
No

Masalah

Pengobatan

1.

kesehatan
Individu

Diagnosis kerja yang ditegakkan pada pasien adalah

(Filariasis

Filariasis dengan Limfedema Stadium 3 Ekstremitas

dengan

Inferior Dekstra. Rencana terapi yang diberikan yaitu :

Limfedema
Stadium

Farmakologis

Ekstremitas

Paracetamol tablet 500 mg 3 x 1

Inferior

Dekstra)

Non Farmakologis

Perawatan kebersihan rutin dan penggunaan alas kaki


yang sesuai untuk bagian tubuh yang mengalami
pembengkakan.
Edukasi pasien mengenai penyakit yang dialaminya.
Terutama bahwa keluhan yang dihadapi saat ini
merupakan komplikasi atau gejala kronis yang sifatnya
menetap dari penyakit yang dialaminya sebelumnya.
Edukasi pasien agar tetap makan dan minum yang
bergizi, istirahat yang cukup dan berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada jika terdapat keluhan.
Edukasi mengenai perlunya menjaga kebersihan rumah
dan lingkungan pasien.
Konseling

mengenai

kondisi

sosial

pasien.

Menjelaskan bahwa pasien tidak perlu malu terhadap


kondisinya. Memberikan semangat kepada pasien
untuk menjalani kehidupannya.

2.

Keluarga

Edukasi mengenai penyakit pasien, terutama bahwa


keluhan yang dihadapi saat ini merupakan komplikasi
atau gejala kronis dari penyakit yang dialaminya
sebelumnya.
Edukasi mengenai pengobatan yang bisa diberikan
pada pasien.
Edukasi mengenai perlunya peranan keluarga terdekat
untuk memberikan dukungan tenaga maupun moril
kepada pasien.

Perawatan masalah kesehatan keluarga

Masalah Kesehatan

Tindakan Perawatan (Promotif, Preventif, Protektif)


Individu

Filariasis

Terapi farmakologis

Terapi
farmakologis

Edukasi mengenai
penyakit, penularan,
gejala
klinis,
pencegahan
dan
pengobatannya.

non

Keluarga

Komunitas

Melakukan
penyuluhan
dan
edukasi
kepada
masyarakat
melalui leaflet dan
brosur mengenai
filariasis.

Edukasi
mengenai
penyakit,
penularan,
gejala
klinis,
pencegahan dan
pengobatannya.

GAYA HIDUP
Tidak mempraktekkan perilaku hidup bersih sehat
Tidak pernah berolahraga

PERILAKU KESEHATAN
Higiene pribadi kurang baik
Pengetahuan tentang kesehatan kurang
Pasien tidak langsung berobat ke puskesmas bila sakit

LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONO
Pasien memiliki jaminan kesehatan
Pasien memiliki kepribadian tert
Ekonomi pasien bergantung kelu
FAMILY

PASIEN
PELAYANAN KES.
Jarak rumah-pusat pelayanan kes : 4km, pasien memiliki kesulitan mengendarai motor

FILARIASIS

FAKTOR BIOLOGI
Riwayat keluarga maupun tetangga dengan keluhan serupa tidak ada sehingga kemungkinan penyebaran infeksi masih belum diketahaui.

Komunitas:
Sanitasi rumah dan lingkungan sekitar rumah kurang baik

LINGK. KERJA
Tidak ada

LINGK. FISIK
Ventilasi dan pencahayaan rumah
Luas rumah sesuai dengan jumla

3.9 Skoring Kemampuan Penyelesainan Masalah Dalam Keluarga


Skor

Masalah

Upaya Penyelesaian

Awal

Fungsi biologis

Pasien menderita penyakit

pasien

dan

tentang

penularan,

gejala

sempat dikatakan sembuh,

klinis, pencegahan dan pengobatannya

mengalami

gejala

kronis dari penyakit ini


Penyakit
yang
dialami

Tidak ada tetangga maupun


keluarga

yang

keluhan

serupa,

penyebab,

keluarga

penyakit,

pasien mengganggu aktivitas

Edukasi

ini sejak 7 tahun terakhir dan


namun

Memberikan pengobatan farmakologis dan


non farmakologis

memiliki

Edukasi untuk melaporkan segera ke pihak


puskesmas jika ada tetangga atau keluarga

sumber

yang mengalami keluhan serupa.

penularan belum diketahui


Fungsi ekonomi & pemenuhan
kebutuhan

Pasien

memiliki

kesehatan

daerah,

jaminan

belum

kesehatan lain yang berlaku

memiliki jaminan kesehatan

lain yang dapat berlaku


Ekonomi pasien sebagian
besar masih bergantung pada
keluarga

Memotivasi agar pasien memiliki jaminan

Memotivasi keluarga untuk memberikan


dukungan dana jika diperlukan

Kepribadian pasien yang

Mengusahakan

agar

tertutup, minder, dan kurang

bersosialisasi

bersosialisasi dengan warga

minder dalam dirinya

dan

pasien

menghilangkan

mau
rasa

sekitar.
Faktor perilaku kesehatan
keluarga

Pemeliharaan kebersihan diri

dan kesehatan lingkungan

kurang
Pemeliharaan kesehatan dan

Edukasi tentang higiene dan pentingnya


lingkungan yang bersih dan sehat

perawatan penyakit kurang

Edukasi tentang pentingnya memelihara


kesehatan diri. Salah satu caranya adalah
menggunakan alas kaki yang sesuai.

Perilaku pencarian solusi

Edukasi

agar

segera

berobat

jika

masalah kesehatan belum

mengalami sakit dan rutin memeriksakan

sepenuhnya mengandalkan

kesehatan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

tenaga kesehatan
Lingkungan rumah

Kebersihan dan kerapihan

Membersihkan

rumah

rumah

dan

dan
tidak

lingkungan

ruangan di dalam rumah

sekitar

membiarkan

serta lingkungan sekitar

sampah atau barang bekas berserakan, tidak

rumah masih kurang

membiarkan adanya air yang menggenang.


Bisa dengan cara pembagian tugas di antara
anggota keluarga.

Keterangan :

Skor 1 = tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi


Skor 2 = keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, hanya ada keinginan;
penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider

Skor 3 = keluarga mau melakukan namun perlu pengendalian sumber yang belum
dimanfaatkan; penyelesaian masalah dilakukan sebagian oleh provider.
Skor 4 = keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya; masih tergantung pada
upaya provider
Skor 5 = dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga

BAB 4
PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien Tn. S usia 50 tahun, dengan keluhan
bengkak yang menetap pada paha hingga kaki kanan sejak 5 tahun yang lalu. Tn. S
tinggal seorang diri di rumahnya, namun berdekatan dengan rumah adik kandungnya.
Pasien belum memiliki keluarga sendiri, namun keluarga terdekat pasien adalah adik
kandung perempuannya, suami dari adik kandung perempuannya, serta kedua anak
dari adik kandung perempuannya. Keluhan yang ia alami saat ini sebenarnya sudah
dialami sejak 7 tahun yang lalu, namun saat itu bengkak belum menetap seperti
sekarang. Tidak ada anggota keluarga maupun tetangga yang mengalami hal serupa
dengan pasien. Saat ini selain keluhan di atas, pasien juga mengeluhkan demam yang
kadang muncul serta nyeri pada kedua kakinya.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien sekitar 10 tahun yang lalu memang
pernah didiagnosis menderita penyakit kaki gajah lalu mendapatkan pengobatan dari
puskesmas hingga dikatakan sembuh. Pada saat itu pasien mengeluhkan demam yang
hilang timbul, nyeri pada pada lipatan paha serta terdapat bentukan seperti tali merah
yang terasa nyeri. Pada saat itu tidak terdapat keluarga atau tetangga yang mengalami
keluhan serupa dengan pasien. Perkembangan klinis filariasis dibagi menjadi gejala
klinis akut dan kronis. Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis,
adenolimfangitis yang disertai demam dan rasa lemah. Sedangkan gejala kronis yang
dapat terjadi berupa limfedema, lymp scrotum, kiluria dan hidrokel. Limfedema
terbagi dalam 7 stadium berdasarkan klinis. Kriteria limfedema stadium 3 adalah
terdapat bengkak di kaki yang menetap, lipatan kulit yang dangkal, tidak ada nodul,
tidak ada mossy lesions, dan tidak ada hambatan berat (Kemenkes RI, 2014).
Pasien tinggal di rumah pribadinya, yang kebersihan rumah dan
lingkungannya kurang terjaga. Banyak bagian dari halaman rumahnya yang berupa
rawa-rawa ditumbuhi tanaman air. Daerah endemis filariasis pada umumnya adalah

daerah dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman, persawahan, rawarawa dan hutan. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa berpengaruh sebagai
tempat penyebaran vektor filariasis (Kemenkes RI, 2014)
Diagnosis penyakit filariasis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis
mikrofilaria

maupun

pengujian

antigen

(Immunochromatographic

Test/ICT)

(Kemenkes RI, 2014). Dikatakan positif jika terdapat mikrofilaria dalam darah
pasien. Walaupun dalam darah pasien sudah tidak ditemukan mikrofilaria, terkadang
yang tersisa dari tubuh pasien adalah gejala kronis dari penyakit filariasis yakni
antara lain limfedema seperti yang dialami pasien. Selain itu pasien juga dapat
mengalami demam, nyeri, dan lain-lain. Pada penderita filariasis kronis (mengalami
gejala klinis kronis) cacing bisa masih hidup atau sudah mati, tetapi meninggalkan
gejala klinis filariasis (Kemenkes RI, 2014)
Upaya pengobatan yang terpenting pada filariasis sebenarnya adalah
menghilangkan parasit di dalam tubuh pasien filariasis klinis positif dengan tujuan
memutus

rantai

penularan,

yakni

dengan

pemberian

obat

dosis

tunggal

Diethylcarbamazine Citrat (DEC), albendazol, dan paracetamol (Kemenkes RI,


2010). Untuk pasien filariasis kronis yang sedang mengalami serangan akut harus
diobati terlebih dahulu serangan akutnya sesuai jenis serangan akut yang dialami. Jika
pasien mengalami demam dan nyeri pada kaki bisa diberikan paracetamol. Indikasi
paracetamol adalah sebagai analgesik dan antipiretik. Dosis dewasa adalah 300-1000
mg per kali maksimum 4000 mg per hari (Kemenkes RI, 2014).
Untuk perawatan pasien dengan gejala klinis kronis seperti limfedema harus
ditangani sesuai stadium penyakit tersebut. Terkadang hanya diperlukan perawatan
serta pengobatan simptomatik, namun juga bisa dilakukan pembedahan jika telah
terdapat indikasi. Pada limfedema stadium 3 perlu dilakukan pencucian dan
pengeringan anggota tubuh yang bengkak sebanyak 1 kali per hari, perawatan lesi
jika ada, latihan gerak pada anggota tubuh yang bengkak, elevasi tungkai pada siang
dan malam hari, penggunaan alas kaki yang cocok, serta dapat dilakukan pembalutan.

Pemberian salep antibiotik ataupun anti jamur serta pembedahan kosmetik belum
diperlukan pada limfedema stadium 3 (Kemenkes RI, 2014).
Masalah lain dalam keluarga ini adalah pasien hanya memiliki jaminan
kesehatan daerah, yang sudah tidak bisa digunakan lagi jika pasien ingin berobat ke
tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi selain puskesmas. Selain itu aktifitas
pasien terganggu dengan kecacatan yang dialaminya. Pasien juga terkadang malu untuk
bersosialisasi dengan tetangga sekitar. Filariasis dapat menimbulkan kecacatan seumur
hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya bila telah menimbulkan
pembengkakan. Keadaan ini membawa dampak beban ekonomi yang diderita oleh
masyarakat yaitu untuk biaya berobat, hari produktif yang hilang karena sakit,
meninggal dan hari produktif anggota rumah tangga lain yang hilang karena harus
merawat orang yang sakit. Sedangkan dampak sosial adalah berupa kegiatan sosial
terganggu, tidak bisa menikmati waktu rekreasi, rasa tidak nyaman karena sakit dan
duka kehilangan seseorang anggota keluarga (Kemenkes RI, 2010). Keluarga
disarankan untuk membantu pasien baik dukungan tenaga maupun moril kepada pasien.
Keluarga juga disarankan untuk bergantian mengurus kebersihan rumah. Serta dapat
membantu membuat jaminan kesehatan.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan studi kasus terhadap pasien Tn. S dengan keluhan utama
bengkak pada paha hingga kaki kanan. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, analisis kedokteran keluarga berdasarkan status fisik, soSial,
ekonomi, PHBS keluarga, upaya kesehatan dan lingkungan didapatkan kesesuain
antara aspek-aspek tersebut dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien.
Pemecahan dan perencanaan permasalahan yang dihadapi oleh pasien juga disusun
berdasarkan kemampuan dan kesanggupan dari keluarga pasien sebagai satu kesatuan
utuh sehingga pemecahan masalah yang dihadapi secara holistik dan sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
5.2 Saran
Perlu adanya pemahaman lebih mendalam kembali tentang penangan secara
kedokteran keluarga mengenai kasus filariasis dengan permasalahan kecacatan serta
perlu adanya perbaikan penulisan ke depannya

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Data diambil dari
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/mengenal_filariasis_1.pdf
pada tanggal 16 Mei 2016.
Dinkes Alor. 2010. Buku Pedoman Pengobatan Masal Filariasis Bagi Bidan Desa dan
Tenaga

Pembantu

Eliminasi.

Data

diambil

dari

http://www.batukarinfo.com/system/files/Guidebook%20MDA%20(Ind).pdf
pada tanggal 16 Mei 2016.
Kemenkes

RI.

2010a.

Filariasis

di

Indonesia.

Data

diambil

dari

www.depkes.go.id/download.php?file...filariasis.pdf pada tanggal 16 Mei


2016.
Kemenkes RI. 2010b. Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di
Indonesia.

Data

diambil

dari

http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/NATIONAL_PLAN_FILARIASIS
_2010-IND__2010-14.pdf pada tanggal 16 Mei 2016.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94
Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis. Data diambil dari
http://www.depkes.go.id/download.php?file pada tanggal 16 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai