Anda di halaman 1dari 32

8.

1 Asas Larangan Pauli


Pada tahun 1925 Wolfgang Pauli menemukan prinsip pokok yang
menentukan konfigurasi elektron dari atom yang memiliki lebih dari satu elektron.
Secara sederhana asas larangan Pauli adalah sebagai berikut:
Dua elektron dalam sebuah atom tidak boleh memiliki himpunan bilangan
kuantum (n, l, ml, ms) yang sama.
Asas larangan Pauli merupakan aturan paling penting yang mengatur struktur
atom, dan kajian terhadap sifat-sifat atom hanya akan berhasil melalui
pemahaman secara mendalam terhadap asas ini.
Marilah kita ilustrasikan bagaimana asas larangan Pauli bekerja dalam
kasus atom helium (Z = 2). Elektron pertama dalam helium, pada keadaan dasar,

memiliki himpunan bilangan kuantum n = 1, l = 0, m = 0, s = +

1
2

atau -

1
2 .

Elektron kedua dapat memiliki n, l, m, yang sama, tetapi ia tidak boleh memiliki s
yang sama, karena bila terjadi demikian, asas larangan Pauli dilanggar. Jadi bila

elektron pertama memiliki s = +

1
2 , elektron kedua harus memiliki s = -

1
2 .

Sekarang, andaikan kita sedang menyusun atom litium (Z = 3). Seperti pada atom
helium, kedua elektron pertama akan memiliiki himpunan bilangan kuantum (n, l,

m, s) = (1, 0, 0, +

1
2 ) dan (1, 0, 0, -

1
2 ). Menurut asas larangan Pauli,

elektron ketiga tidak boleh memiliki himpunan bilangan kuantum yang sama
seperti kedua elektron yang pertama tadi. Akibatnya, ia tidak dapat menempati

tingkat n = 1, karena hanya ada dua himpunan bilangan kuantum berbeda yang
tersedia pada tingkat n = 1, sedangkan keduanya telah digunakan. Oleh karena itu,
elektron ketiga harus pergi ke tingkat n = 2. Pengalamam menunjukan bahwa
tingkat berikut dari kedua tingkat n = 2 (2s atau 2p) yang tersedia adalah tingkat
2s, karena itu, elektron ketiga dapat memiliki himpunan bilangan kuantum (n, l,

m, s) = (2, 0, 0, +

1
2 ) atau (2, 0, 0, -

1
2 ). Elektron keempat, dalam kasus

atom berilium (Z = 4), akan memiliki nilai n, l, dan m yang sama, tetapi s yang
berlawanan dari yang dimiliki elektron ketiga. Ketika kita mencapai atom boron,
(Z = 5), elektron kelima tidak lagi dapat menempati keadaan 2s, karena kita telah
menetapkan kedua himpunan bilangan kuantum yang mungkin pada tingkat itu;
elektron kelima dengan demikian pergi ke salah satu dari subtingkat 2p. Oleh
karena itu, dapatlah kita perkirakan bahwa sifat boron, dengan tambahan satu
elekron 2p, akan berbeda dari sifat atom litium atau berilium, yang haya memiliki
elektron 2s.
Proses menggunakan habis menggunakan semua bilangan kuantum yang
mungkin bagi satu tingkat, dan kemudian menempatkan elektron pada tingkat
berikutnya inilah yang menyebabkan berbedanya berbagai sifat kimia dan fisika.

8.2 Keadaan Elektron dalam Atom Elektron Banyak


Berikut ini akan diberikan tingkat-tingkat energi dalam atom elektron
banyak, seiring dengan penambahan nomor atom tersebut.

Gambar 8.1

Subkulit atom, dalam urutan pertambahan energi.


pengelompokan energi ini tidak berdasarkan suatu skala
tertentu, tetapi semata-mata mewakili ukuran reatif energi
subkulit bersangkutan.

Gambar 8.1 melukiskan pengaturan tingkat-tingkat energi dalam atom


elektron banyak bila nomor atom Z bertambah. Tingkat 1s tetap sebagai tingkat

energi terendah, dan 2s serta 2p tetap cukup berdekatan energinya. Energi tingkat
2s selalu sedikit lebih rendah dari pada energi 2p (pisahan struktur halus sangat
kecil sehingga tidak dapat diperlihatkan pada diagram ini). Elektron 2s merasakan
daya tarik yang lebih besar dari inti atom di bandingkan dengan tarikan yang
dirasakan oleh elektron 2p, karena itu elektron 2s terikat lebih kuat pada atom,
sehingga energinya lebih rendah.
Contoh paling ekstrim ikatan terkokoh dari orbit-orbit tembus dapat terjadi
pada tingkat n = 3. Elektron 3s lebih sering menembusi orbit-orbit elektron
terdalam, sehingga ia terikat lebih kuat. Elektron 3p menembusi hampir sama
banyak. Elektron 3d tidak dapat menembusi orbit-orbit terdalam. Sebagai hasil,
tingkat 3s dan 3p terikat lebih kokoh dan oleh karena itu energinya rendah
dibandingkan dengan tingkat 3d. Efek yang hampir sama terjadi pada tingkat
n = 4, keterikatan lebih ketat dari elektron 4s dan 4p menarik energi mereka pada
tingkat yang begitu rendah sehingga mereka hampir bertepatan dengan tingkat 3d
seperti yang terlihat pada gambar 1. Tingkat 3d dan 4s memiliki kedekatan dalam
energi, untuk beberapa atom 3d lebih rendah dan untuk beberapa atom 4s yang
lebih rendah. Perbedaan energi yang kecil ini adalah faktor penting yamg
berkontribusi pada besarnya konduktivitas elektrik dari tembaga. Keterikatan
paling ketat dari penembusan orbit s dan p juga menarik tingkat 5s dan 5p turun
mendekati tingkat 4d, dengan cara yang sama menyebabkan tingkat 6s dan 6p
terlihat secara kasar memiliki energi yang sama seperti tingkat 5s dan 4f.
Semua nilai tingkat n dan l tertentu, misal (2s atau 3d) dikenal sebagai
subkulit. Jumlah elektron yang dapat ditempatkan pada setiap sub kulit adalah
2(2l+1). Faktor (2l+1) berasal dari nilai ml yang berbeda untuk setiap l, karena ml

dapat bernilai 0,

1,

2,

3, . . .,

l. Faktor ekstra 2 datang dari

kedua nilai ml yang berbeda; untuk tiap ms, kita dapat mempunyai ms = +

atau ms =

1
2

1
2

. Menurut skema ini, subkulit 1s memiliki daya tampung 2(2

0 + 1) = 2 elektron; subkulit 3d sebanyak 2(2 2 + 1) = 10 elektron.


Tabel 8.1 Pengisian subkulit atom
n

subkulit

1
2
2
3
3
4
3
4
5
4
5
6
4
5
6
7
5
6

0
0
1
0
1
0
2
1
0
2
1
0
3
2
1
0
3
2

1s
2s
2p
3s
3p
4s
3d
4p
5s
4d
5p
6s
4f
5d
6p
7s
5f
6d

Daya tampung
2(2l + 1)
2
2
6
2
6
2
10
6
2
10
6
2
14
10
6
2
14
10

Himpunan orbit dengan suatu nilai n tertentu, dengan jarak rata-rata yang
hampir sama ke inti atom ini, dikenal dengan kulit atom. Tiap kulit atom ini diberi

nama dengan huruf besar. Huruf K bagi kulit n = 1, L bagi kulit n = 2, M bagi kulit
n = 3, dan seterusnya.

8.3 Daftar Berkala


Gambar 8.2 memperlihatkan daftar berkala, yaitu suatu barisan terurut
unsur-unsur kimia, yang didaftarkan menururt urutan bertambahnya nomor atom
Z dan disusun sedemikian rupa sehingga kolom-kolom vertikal, yang disebut
kelompok, berisi unsur-unsur yang memiliki sifat kimia dan fisiska yang sama.
Dalam pasal ini kita akan membahas cara bagaimana pengisisn sub kulit elektron
membantu kita memahami susunan daftar berkala ini. Dalam pasal berikut akan
kita kaji beberapa sifat kimia dan fisika sejumlah unsur.

Gambar 8.2 Daftar berkala unsur

Dalam usaha memahami keteraturan subkulit dan daftar berkala, kita harus
mengikuti kedua aturan pengisian subkulit elektron berikut :
1. Daya tampung setiap subkulit adalah 2 (2l +1). (ini tentu saja adalah cara
lain untuk mengungkapakan asas larangan pauli).
2. Elektron cenderung menempati keadaan energi terendah yang tersedia.
Untuk menunjukkan konfigurasi elektron dari masing-masing unsur, akan
kita gunakan suatu notasi. Dalam notasi ini, dituliskan identitas subkulit dan
jumlah elektron didalamnya. Identitas subkulit ditunjukkan dengan notasi yang
telah kita gunakan, sedangkan jumlah elektron dalam subkulit itu ditunjukkan
dengan suatu titik atas. Jadi, hidrogen memiliki konfigurasi 1s1 karena hanya ada
satu elektron pada subkulit 1s, sedangkan helium memiliki konfigurasi 1s2.
Helium, selain memiliki suatu subkulit terisi penuh (1s), juga memiliki suatu kulit
utama tertutup (kulit K); karena itu, ia merupakan unsur yang sangat stabil dan
lembam. Meningkat ke litium (Z = 3), pengisisan dimulai pada subkulit 2s; jadi,
litium memiliki konfigurasi 1s22s1. Selanjutnya, pada berilium (Z = 4, 1s22s2)
subkulit 2s penuh, sehingga unsur berikutnya harus memulai pengisian pada
subkulit 2p (boron, Z = 5, 1s22s22p1). Subkulit 2p memiliki daya tampung enam
elektron, karena itu pada neon (Z = 10, 1s22s22p6) baik subkulit 2p maupun kulit L
(n = 2) keduanya terisi penuh. Baris (atau periode,kala) berikutnya diawali dengan
natrium (Z = 11, 1s22s22p63s1), dan subkulit 3s dan 3p selanjutnya diisi mengikuti
cara yang sama seperti pada pengisian subkulit 2s dan 2p, yang berakhir dengan
gas mulia argon (Z = 18, 1s22s22p63s23p6). Unsur-unsur baris (kala) ketiga
memiliki sifat kimia yang sama dan unsur-unsur yang bersangkutan dari baris

(kala)

kedua,

karena

itu

mereka

dituliskan

langsung

dibawah

unsur

bersangkutannya pada baris kedua. Elektron berikutnya, seperti biasa harus pergi
kedalam tingkat 3d. Tetapi, kedalam orbit tembus elektron 4s menyebabkan
tingkat 4s tampak lebih sama dengan tingkat 3d, dan ternyata energi tingkat 4s
tampak sedikit lebih rendah sehingga mengalami pengisian terlebih dulu. Karena
itu, konfigurasi kalium (Z = 19) adalah 1s22s22p63s23p64s1) dan kalsium (Z = 20)
1s22s22p63s23p64s2. Kedua unsur ini memiliki sifat yang sama seperti semua unsur
yang bersangkutan dengan satu dan dua elektron subkulit s pada kala kedua dan
ketiga, sehingga masing-masing berada tepat dibawah unsur bersangkutannya.
Sekarang, kita mulai dengan mengisi subkulit 3d. Karena tidak ada subkulit 1d
dan 2d (mengapa ?), maka kita perkirakan unsur pertama dengan konfigurasi
subkulit-d memiliki sifat kimia yang agak berbeda dari unsur-unsur yang telah
kita tempatkan sebelumnya; dengan demikian, unsur ini tidak harus muncul dalam
salah satu kelompok (kolom) terisi sebelumnya, jadi kita bentuk suatu kelompok
baru yang dimulai dengan skandium (Z = 21, 1s22s22p63s23p64s23d1), dan subkulit
3d akhirnya terisi penuh dengan seng (Z = 30, 1s22s22p63s23p64s23d10). (Dalam
proses pengisian ini terdapat penyimpangan kecil; yang paling penting adalah
tembaga, dengan Z = 29. Untuk kasus ini, tingkat 3d terletak agak sedikit lebih
rendah dari pada tingkat 4s, sehingga subkulit 3d terisi dahulu dari pada 4s, yang
menghasilkan konfigurasi 1s22s22p63s23p64s23d104s1. Seperti yang akan kita lihat
pada pasal berikut, konfigurasi inilah yang menyebabkan tembaga memiliki
konduktivitas elektrik yang tinggi). Dalam deret berikutnya, subkulit 4p yang
diisi, mulai dari galium (Z =31) hingga gas mulia kripton (Z = 36). Ketika

berpindah ke kala berikutnya, kita mengisi lagi subkulit 5s sebelum subkulit 4d,
dan deret kesepuh unsur yang berkaitan dengan pengisian subkulit 4d ini ditulis
langsung dibawah deret yang memiliki konfigurasi dengan tingkat 3d kosong.
(Perak, dengan Z = 47, berkaitan tepat dengan tembaga dalam kala keempat,
dengan subkulit 4d terisis dulu sebelum 5s). Setelah tingkat 4d terisi penuh,
subkulit 5p menyusul diisi, yang berakhir dengan gas mulia xenon (Z = 54). Kala
berikutnya dimulai dengan cesium dan barium yang mengisi subkulit 6s, dan
lantanium yang dimulai dean subkulit 5d. Seperti pada kasus dengan kala-kala
sebelumnya, energi tingkat 5d dan 6s letaknya hampir sama; karena 6s agak
sedikit lebih rendah, maka ialah yang diisi dulu. Tetapi, masih ada subkulit lain
pada energi yang hampir sama dengan 6s dan 5d yaitu subkulit 4f, yang sekarang
mulai diisi, dari cerium hingga litetium. Deret unsur-unsur ini, yang disebut
lantanida atau unsur tanah-langka (rare earths), biasanya dituliskan secara terpisah
dalam daftar berkala, karena tidak ada unsur subkulit-f lain yang dibawahnya
dituliskan unsur-unsur lain. Subkulit 4f memiliki daya tampung 14 elektron,
sehingga terdapat 14 unsur dalam deret lantanida. Begitu subkulit 4f terisi penuh,
kita kembali lagi dengan pengisian subkulit 5d, dengan menuliskan unsur-unsur
baru di bawah kolom dengan unsur-unsur 3d dan 4d yang berkaitan, dan
kemudian melengkapi kalana dengan mengisi subkulit 6p, yang berakhir dengan
gas mulia radon. Kala ketujuh memulai hampir sama dengan yang keenam,
dengann suatu deret yang dikenal sebagai aktinida, yang ditulis dibawah deret
lantanida, yang berkaitan dengan pengisian subkulit 5f.
Dalam tabel 8.2 didaftarkan berbagai konfigurasi beberapa unsur.

Yang sangat mengesankan dari skema ini adalah bahwa penyusunan daftar
berkala ini telah cukup dikenal sebelum teori atom diperkenalkan. Pada tahun
1859 Mandeleev menata unsur-unsur kedalam beberapa kelompok dan kala
berdasarkan sifat kimia dan fisikanya. Pemahaman susunan berkala berdasarkan
tingkat energi atom ini merupakan suatu kemenangan besar bagi teori atom. Yang
tersisa kini adalah menafsirkan sifat kimia dan fisika berbagai unsur berdasarkan
tingkat energi atom.
Tabel 8.2 konfigurasi elektron beberapa unsur

8.4 Sifat- Sifat Unsur


Dalam pasal ini kita akan mempelajari secara singkat bagaimana
pengetahuan kita mengenai struktur atom membantu kita dalam memahami sifatsifat fisika dan kimia berbagai unsur. Bahasa kita akan didasarkan pada kedua
aturan berikut.

1. Subkulit yang terisi penuh lazimnya merupakan konfigurasi paling mantap.


Atom dengan satu elektron di luar kulit tertutupnya rela melepaskan elektron
tersebut pada atom lain guna membentuk suatu ikatan kimia. Begitu pula,
atom yang kulit tertutupnya kekurangan satu elektron cenderung menerima
tambahan elektron dari atom lain guna membentuk suatu ikatan kimia.
2. Subkulit yang terisi penuh tidak memberi saham pada sifat fisika dan kimia
suatu atom. Hanya elektron-elektron pada subkulit tidak terisi penuh yang
perlu ditinjau.
Kita akan meninjau sejumlah sifat fisika berbagai unsur, dan akan mencoba
memahami sifat-sifat tersebut berdasarkan teori atom.
1. Jari-jari atom
Telah kita pelajari bahwa jari-jari sebuah atom bukanlah suatu besaran yang
tertentukan secara pasti, karena ukuran sebuah atom ditentukan oleh rapat
probabilitas elektron. Begitu pula, jari-jari atom merupakan suatu besaran
yang sulit diukur lewat percobaan, dan ternyata, percobaan yang berbeda
menghasilkan pula nilai jari-jari yang berbeda. Salah satu cara untuk
mendefenisikan jari-jari atom adalah dengan mengukur jarak antara atom
dalam sebuah kristal yang mengandung unsur itu. Tetapi, jika unsur muncul
dalam kristal yang berbeda dengan valensi yang berbeda, jari-jari yang diukur
dapat pula berbeda. Gambar 8.3 memperlihatkan ketergantungan jari-jari khas
atom tersebut pada Z.

Gambar 8.3 Jari-jari atom, ditentukan lewat pengukuran jarak antara atom
suatu kristal ionik. Jari-jari ini berbeda dengan jari-jari rata-rata
awan elektron atom bebas.
Tabel 8.3 Energi ionisasi (eV) dari atom netral beberapa unsur
H
13,60
K
4,34
He
24,59
Cu
7,72
Li
5,39
Kr
14,00
Be
9,32
Rb
4,18
Ne
21,56
Au
9,22
Na
5,14
Ar
15,76
2. Energi ionisasi
Energi minuman yang diperlukan untuk membebaskan sebuah elektron dari
atomnya dikenal sebagai energi ionisasi. Sebagai contoh, hidrogen memiliki
energi ionisasi sebesar 13,6 eV. Helium memiliki energi ionisasi sebesar 24,6
eV bagi elektron pertama, dan 54,4 eV bagi elektron kedua. Tabel 8.3
menyajikan daftar energi ionisasi beberapa unsur, dan gambar 8.4
memperlihatkan ketergantungan energi ionisasi pada bilangan atom Z.

Gambar 8.4 Energi Ionisasi beberapa unsur


3. Resistivitas elektrik
Apabila antara kedua ujung bahan makro dikenakan suatu beda potensial
(tegangan), maka aliran elektrik akan mengalir di dalamnya. Arus I dan
tegangan V dalam kebanyakan bahan saling berkaitan menurut hukum Ohm,
V = IR, dimana R adalah resistan elektrik bahan tersebut. Jika panjang bahan
adalah L dan luas penampang A, maka resistannya adalah
L

R=
A
Resistivitas

merupakan sifat khas bahan dan diukur dalam satuan

ohm cm. Konduktor elektrik yang baik memiliki resistivitas yang kecil (

=1,7 x 10-6

ohm cm bagi tembaga), konduktor jelek memiliki

konduktivitas yang besar (

= 2x1017 ohm cm bagi belerang). Dari sudut

pandang atom, arus bergantung pada aliran elektron yang relatif lemah
ikatannya, yang mudah dibebaskan dari atomnya dengan menggunakan beda
potensial. Selain itu, juga bergantung pada kemampuan elektron untuk

berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Jadi unsur-unsur dengan elektron s,
yang lebih ringan didapati berada jauh dari inti atom dibandingkan terhadap
elekton-elektron dengan nilai l yang besar, diperkirakan akan memiliki
resistivitas yang kecil.
Gambar 8.5 memperlihatkan ketergantungan resisitivitas elektrik pada
nomor atom.

Gambar 8.5 Resistivitas elektrik beberapa unsur


4. Suseptibilitas magnet
Apabila sebuah bahan ditempatkan dalam suatu medan magnet dengan
intensitas B, maka bahannya termagnetkan, dan memiliki suatu magnetisasi
M, yang besarnya sebanding dengan B.
0M = XB
Xadalah suseptibilitas magnet. (Bahan yang memiliki x > 0 disebut
paramagnet, dan yang memiliki x < 0 disebut diamagnetik; bahan yang tetap
bersifat magnet walaupun medan B dihilangkan disebut foromagnet dan bagi
bahan seperti itu, x tidak terdefenisiskan).
Dari sudut pandang teori atom, kemagnetan atom bergantung pada I
dan s elektron-elektron terluarnya, karena kedua momen magnet

dan

berbanding lurus dengan l dan s [ingat kembali persamaan (7.16) dan

(7.24). efek inilah yang berperan bagi suseptibilitas paramagnet dan terjadi
dalam semua atom. Diamagnetisme disebabbkan oleh efek berikut : apabila
pada suatu untai elektrik dikenakan suatu medan magnet, maka akan mengalir
arus imbas dalam untaian tersebut; arus i,bas ini menimbulkan medan magnet
yang cenderung melawan medan yang dikenakkan (hukum lenz). Dalam
kasus fisika atom, kias untai elektrik adalah elektron yang mengorbit, dan
arus imbas terdiri atas sedikit penembahan atau penurunan laju elektron
dalam orbinya. Ini menghasilkan magnetisasi bahan dengan arah melawan
medan B yang dikenakan, karena ini saham diamagnet pada x adalah negatif.
Gambar 8.6 memperlihatkan suseptibilitas magnet beberapa unsur.

Gambar 8.6 Suseptibilitas magnet beberapa unsur.

Sekarang marilah kita lihat bagaimana peran struktur atom dalam


menjelaskan sifat-sifat unsur ini.

Gas mulia
Gas mulia menempati kolom terakhir daftar berkala. Karena subkulit
atomnya terisi penuh, maka gas mulia pada umumnya tidak bergabung dengan
unsur lain guna membentuk senyawa; unsur-unsur ini sangat sulit melepaskan
atau menerima elektron. Pada suhu ruangan, mereka berbentuk gas monotom
( satu atom), dan karena atom-atomnya tidak saling mengait, titik didihya sangat
rendah (-200c). Energi ionisasi lebih besar daripada unsur-unsur tetangganya,
karena diperlukan energi tambahan untuk membuka subkulit yang terisi penuh.
Unsur-unsur subkulit-p
Unsur-unsur pada kolom sebelum gas mulia adalah unsur halogen (F, Cl,
Br, l, At). Atom unsur-unsur ini kekurangan satu elektron untuk membentuk suatu
kulit tertutup dan memiliki konfigurasi np5. Kkarena subkulit p tertutup adalah
konfigurasi yang sangat stabil, maka unsur-unsur ini akan mudah sekali
membentuk senyawa dengan atom lain yang dapat memenuhi ambahan elektron
yang diperlukannya untuk mengisi penuh subkulit p. Oleh karena itu unsur
Halogen, sangat reaktif.
Bila kita menyusuri deret keenam yang subkulit p-nya sedang mengalami
pengisian, jari-jari atom tampak menyusut. penyusutan ini terjadi karena
muatan inti atom bertambah sehingga menarik semua orbit lebih dekat keinti
atom. Dari gambar 8.3 dapat anda catat bahwa unsur halogen memiliki jari-jari
terkecil diantara tiap deret subkulit p. ( Jari-jari kristal semua gas mulia tidak
diketahui).
Bila muatan inti atom kita perbesar, ikatan elektron-elektron p juga menjadi
lebih kuat; dari gambar 8.4 kita lihat bahwa energi ionisasi bertambah secara
teratur bila subkulit p diisi.

Dari gambar 8.6 kita lihat bahwa setiap subkulit p bersifat diamagnet,
dengan ciri khas suseptibilitas magnet yang negatif.
Logam transisi
Ketiga deret unsur yang subkulit d-nya mengalami pengisian (Sc hingga Zn,
Y hingga Cd, Lu hingga Hg) dikenal sebagai logam transisi. Sebagian besar sifat
kimianya

ditentukan

oleh

elektron-elektron

Terluar

---

yang

fungsi

gelombangnya meluas lebih jauh lagi dari unti atom. Bagi logam transisi,
elektron-elektron terluar ini adalah selalu elektron s, yang memiliki jari-jari ratarata yang lebih besar daripada elektron d. (Ingat bahwa jari-jari rata-rata hanya
bergantung pada n; elektron s pada logam transisi memiliki n yang lebih besar dari
pada elektro d). Begitu nomor atom dalam deret logam transisi bertambah, kita
menanbah satu elektron d dan satu satuan muatan pada inti atom; efek totalnya
pada elektron s sangat kecil, karena elektron d tambahan ini menghalangi
tambahan muatan inti tadi. Oleh karena itu, sifat kimia logam transisi tidak
berbeda banyak satu sama lainnya, sebagaimana diperlihatkan oleh kecilnya
perubahan jari-jari atom dan energi ionisasinya.
Resistivitas elektrik logam transisi memperlihatkan dua pola menarik:
kenaikan tajam pada pertengahan deret, dan penurunan tajam dekat ke ujung deret
(Gambar 8.5). penurunan tajam dekat keujung deret inilah yang menyebabkan
kecilnya resistivitas (konduktivitas besar) yang memiliki tembaga, perak dan
emas. Jika kita mengisi subkulit d mengikuti urutan ini, maka tembaga akan
memiliki konvigurasi 4s2,3d9; tetapi subkulit d penuh bersifat lebih mantap dari
pada subkulit s penuh, sehingga salah satu elektron s dipindahkan ke subkulit d,
yang menghasilkan konfigurasi 4s13d10. Elektron s tunggal sangat relatif bebass
inilah yang menyebabkan tembaga bersifat sebagai konduktor yang amat baik.

Pada pertengahan deret logam transisi terjadi kenaikan jtajam dalam


resistivitas; ternyata kulit setengah-penuh juga merupakan suatu konfigurasi
mantap, sehingga Mn (3d5) dan Re (5d5) memiliki resistivitas yang lebih besar
daripada tetangganya. (unsur Tc, dengan konvigurasi 4d5, bersifat radioaktif, tetapi
tidak terdapat di alam; resistivitasnya tidak diketahui). Kenaikan yang sama dalam
resistivitas juga terlihat pada unsur-unsur pertengahan deret 4f.
Logam transisi memiliki suseptibilitas magnet yang sama, yang disebabkan
oleh besarnya momentum sudut yang dimiliki elektron-elektron d dan juga kerena
besarnya jumlah elektron subkulit-d yang dapat saling menggandengkan momen
magnet spin-nya. Kedua efek ini cukup besar untuk mengatasi efek diamagnetik
gerak orbit. Elektron d, dengan momentum sudutnya yang besar, juga berperan
sebagai sifat foromagnet besi, nikel dan kobal. Tetapi, begitu subkulit d terisi
penuh, momen magnet spin dan orbit tidak lagi memberi sahan pada sifat magnet
unsur (kerena semua nilai ml dan ms, positif maupun negatif, terpakaikan); karena
alasan inilah, tembaga dan seng bersifat diamagnet, bukannya paramagnet seperti
logam transisi tentang mereka.
Lantanida (Unsur Tanah-Langka)
Unsur tanah-langka agak mirip dengan logam transisi dalam hal bahwa
subkulit terdalam (4f) diisi kemudian setelah subkulit terluar (6s).
Berdasarkan alasan yang sama seperti dibahas diatas, maka sifat unsur tanahlangkaseharusnya juga tidak berbeda jauh; dan memang jari-jari atom dan energi
ionisasi mereka menunjukkan bahwa hal ini benar.
Karena besarnya momentum sudut elektron subkulit-f (l = 3) dan juga
karena banyaknya jumlah elektron subkulit-f yang dapat menyerahkan momen
magnet spin mereka, maka suseptibilitas paramagnet unsur tanah-langka lebih

besar dari pada suseptibilitas logam transisi. Bahkan sifat foromagnet unsurtanahlangka juga lebih besar daripada kelompok besi. Umumnya, kita berpendapat
bahwa besi adalah unsur yang paling bersifat magnet daripada semua logam
lainnya. Jika kita megnetkan sepotong besi, maka medan magnet dalamnya
(dalam potongan besi itu) adalah sekitar 28 T. Logam holmium, sebuah unsur
tanah-langka, yang termagnetkan, memiliki medan magnet dalam sebesar 800 T,
secara kasar 30 kali yang dimiliki besi ! banyak unsur tanah-langka lainnya
memiliki sifat magnet yang saama. (unsur-unsur tanah langka tidak meperlihatkan
sifat foromagnet mereka pada suhu ruangan, kecuali bila di dinding hingga
mencapai suhu 20 K).

Aktinida
Unsur-unsur deret aktinida seharusnya pula memiliki sifat kimia dan fisika
yang sama seperti unsur-unsur tanah-langka. Sayangnya, sebagian besar unsur
aktinida (yang setelah uranium) bersifat radioaktif dan tidak terdapat di alam.
Mereka adalah unsur buatan yang hanya tersedia dalam jumlah yang sangat kecil.
Dengan demikian kita tidak mampu menentukan siifat makronya.
8.5 Sinar-X
Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan rentang
panjang gelombang kurang lebih dari 0,01 hingga 10 nm
(energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV). Sinar-X
dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi
yang lebih rendah dari sebuah atom. Elektron-elektron terdalam

terikat sedemikian kuatnya sehingga ukuran lebar antara tingkat


energinya memadai bagi pemancaran foton dalam rentang
panjang gelombang sinar-X. Sebaliknya, ikatan elektron-elektron
terluar relatif lemah, dan lebar tingkat energinya hanyalah
beberapa elektron volt. Dengan demikian transisi antara tingkattingkat ini hanyalah memberikan foton dalam spektrum cahaya
tampak.
Karena semua kulit terdalam sebuah atom terisi penuh,
maka transisi sinar-X tidak akan pernah terjadi dalam keadaan
normal. Sebagai contoh, sebuah elektron 2p tidak bisa bertransisi
ke subkulit 1s, karena semua atom setelah hidrogen memiliki
subkulit 1s yang terisi penuh. Untuk dapat mengamati transisi
yang seperti ini kita harus membebaskan sebuah electron dari
subkulit 1s. ini dapat dilakukan dengan menembaki atom dengan
berkas elektron (atau partikel lain) yang dipercepat hingga
mencapai energi yang cukup memadai untuk menendang keluar
sebuah elektron 1s setelah bertumbukan dengannya.
Begitu berhasil membebaskan satu elektron dari subkulit
1s, elektron dari subkulit lebih tinggi akan dengan segera
bertransisiuntuk

mengisi

kekosongan

tersebut,

dengan

memancarkan sebuah foton sinar-X dalam proses ini. Tentu saja


energy foton sama dengan beda energi. Keadaan awal dan akhir
electron yang bertransisi.

Di depan kita telah mendefinisikan suatu notasi yang


menetapkan kulit = 1 sebagai kulit K. ketika membebaskan
elekktron 1s, kita menciptakan suatu kekosongan dalam kulit K.
semua sinar x yang di pancarkan dalam proses mengisi
kekosongan ini di kenal sebagai sinar x kulit K, atau secara
singkat sinar XK. (sinar X ini di pancarkan dalam transisi yang
datangnya dari kulit L, M, N, tetapi mereka di kenal oleh
kekososngan yang mereka isi bukan oleh kulit asal merek). Sinar
XK yang berasal dari n=2 (kulit L dikenal sebagai sinar XK , dan
sinar-XK yang berasal dari tingkat yang lebih tinggi dikenal
sebagai K, K, dan seterusnya.
Dapat pula terjadi bahwa penembakan atom dengan
berkas electron dapat membebaskan sebuah electron dari kulit L,
dan electron dari tingkat-tingkat tertinggi akan segera berpindah
ke bawah mengisi kekosongan. Foton yang dipancarkan dalam
berbagai transisi ini dikenal dengan sinar X L yang bernergi

terendah dikenal sebagai

, dan sinar X L lainnya dikenal

menurut aturan pertambahan energi.

8.6. Spektrum Optik


Bila dieksitasikan ataun dibebaskan salah satu elektron
terluar atom, maka transisi yang terjadi berda dalam rentang

spectrum tampak, karena itu disebut transisi optik. Karena orde


energi ikat elektron-elektron terluar dalam atom adalah sekitar
beberapa elektron volt, maka dibutuhkan tegangan elektrik yang
relatif rendah untuk membebaskan sebuah elektron terluar guna
menghasilkan

transisi

optik.

Penyerapan

dan

pemancaran

cahaya oleh elektron-elektron inilah yang berperan memberi


warna bahan (meskipun energi elektron dalam zat padat
biasanya sangat berbeda dari yang dalam elektron terpisah).
Berbeda dari spektrum sinar-X, yang berubah secara perlahan
dan mulus dari satu unsur ke unsur lainnya, spektrum optik
dapat memperlihatkan perubahan besar antara unsur satu
dengan unsur tetangganya, terutama yang memiliki subkulit
terisi penuh.
Setelah atom hidrogen, diagram tingkat energi yang
mudah dipahami adalah diagram logam alkali (Li, Na, K, Rb, Cs,
dan Fr) yang memiliki satu elektron s di luar kulit teras
konfigurasi gas mulia. Dengan demikian, sebagian besar keadaan
eksitasinya adalah eksitasi dari elektron tunggal dan spektrum
yang dihasilkan mirip spektrum hidrogen, karena muatan inti
atomnya +Ze, terhalangi oleh (Z-1) elektron lainnya.
Konfigurasi keadaan dasar bagi litium adalah

bagi natrium adalah

1s 2s 2 p 3 s

1s 2s

dan

. Keadaan eksitasi untuk

kedua kasus ini dapat diperoleh dengan memindahkan elektron


terluar ke keadaan yang lebih tinggi.
Konfigurasi keadaan dasar helium adalah

1s

. Kita dapat

menghasilkan suatu keadaan eksitasi dengan memindahkan


salah satu elektron ini ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi, beberapa

konfigurasi eksitasi yang mungkin adalah

1 s1 2 s 1 , 1 s 1 2 p 1 , 1 s 1 3 s 1 ,

dan seterusnya. Foton dipancarkan bila elektron yang tereksitasi


itu bertransisi kembali ke tingkat 1s.
Gejala fluoresensi, yang juga disebut cahaya hitam (black
light), adalah penyebab benderangnya benda bila disinari
dengan

radiasi

ultraviolet.

Semua

foton

dalam

daerah

ultraviolet, yang tidak tampak bagi mata manusia, memiliki


energi yang lebih tinggi daripada yang dalam daerah tampak.
Karena itu, jika sebuah foton ultraviolet diserap oleh sebuah
atom, maka semua elektron terluarnya (yang menyebabkan
transisi optik) tereksitasikan ke tingkat-tingkat yang lebih tinggi.
Ketika bertransisi kembali ke keadaan dasar, elektron-elektron
tersebut memancarkan berbagai foton dalam daerah tampak.
8.6. Penjumlahan Momentum Sudut
Pada atom alkali seperti natrium, sifat atomnya terutama
ditentukan oleh sifat elektron tunggal terluarnya, jika elektron

tersebut memiliki bilangan kuantum (n, l,

ml , ms

), maka atom

secara keseluruhan berperilaku seolah-olah memiliki bilangan


kuantum itu pula. Dalam atom yang lebih kompleks, seperti
karbon, hal ini tidaklah benar. Konfigurasi elektron dari karbon

(Z=6) adalah

1 s 2 2 s 2 2 p 2 . Andaikan kedua elektron 2p memiliki

bilangan kuantum (2,

l 1=l 2

l 1 , ml 1, ms 1

dan (2,

l 2 , ml 2 , m s 2

), dimana

= 1. Atom karbon ini dengan demikian berperilaku

seolah-olah memiliki momentum sudut L, yang merupakan


jumlah vektor dari vektor-vektor momentum sudut menurut :
L=l 1 +l 2
Vektor-vektor momentum sudut bukanlah vektor biasa,
melainkan

menyatakan

vektor

momentum

sudut

terkuantisasikan, sehingga mereka harus dijumlahkan dengan


suatu cara tersendiri :
1. Carilah nilai maksimum yang dapat dimiliki oleh komponen z
gabungan kedua vektor.
2. Carilah nilai mutlak selisih komponen-z bila tiap vektor
memiliki nilai maksimum komponen z-nya.
3. Bilangan kuantum L gabungan mengambil semua nilai bulat
yang mungkin mulai dari yang berhubungan dengan jumlah
maksimum komponen z (2 ealam kasus ini).

4. Aturan kuantisasi yang lazim bagi momentum sudut juga


berlaku bagi vektor L, yaitu :

|L|= L(L+1) dan Lz =M L

Aturan untuk menemukan himpunan bilangan kuantum


keadaan dasar dikenal dengan aturan Hund :
1. Pertama-tama carilah nilai maksimum S yang taat asas
terhadap asas Pauli.
2. Untuk nilai S itu, carilah nilaai maksimum L yang yang taat
asas terhadap asas Pauli.

8.7. Laser
Ada tiga cara radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan
tingkat energy atom. Sebuah atom dalam keadaan eksitasi
bertransisi ke tingkat yang lebih rendah, dengan memancarkan
sebuah foton. Ini disebut pemancaran spontan yang dinyatakan
sebagai :

atom* atom + foton


Tanda asterik, menunjukkan suatu keadaan eksitasi.
Interaksi
bertanggungjawab
resonansi.

kedua,
bagi

penyerapan
spektrum

serap

perimbas,
dan

yang

penyerapan

Gambar 8.7. Interaksi Radiasi Elektromagnetik


Sebuah atom, pada keadaan dasar menyerap sebuah foton
dengan energi memadai dan bertransisi ke suatu keadaan
eksitasi

atom + foton atom


Interaksi ketiga, yang bertanggungjawab bagi cara kerja
laser, aalah pemancaran perimbas atau terangsang. Dalam
proses ini, atom berada pada keadaan tereksitasi. Sebuah foton
yang jatuh pada atom tersebut dengan energy yang tepat sama
(sama dengan beda energy dua tingkat keaaan atom) akan
mengimbasinya memancarkan sebuah foton engan bertransisi ke
keadaan yang lebih rendah atau dasar.

atom* + foton atom + 2 foton


Hasil terpenting dari reaksi ini adalah kedua foton yang
terpancarkan bergerak dalam arah yang sam dan dengan energy
yang sama pula, akibatnya gelombang elektromagnetik yang

bersangkutang betul-betul sefase (koheren). Sebuah foton yang


melewati atom pertama menyebabkan terjadinya pemancaran
terimbas yang menghasilkan dua buah foton. Masing-masing
foton ini kemudian menyebabkan pemancara terimbas yang
menghasilkan

total

impak

dua

foton.

Proses

ini

gterus

berlangsung dengan hasil penggandaan jumlah foton pada setiap


tahap, sehingga tercipta seberkas foton yang kuat, yang
semuanya koheren dan bergerak dalam arah yang sama.
Model sederhana bagi laser ini tidak dapat bekerja, karena
beberapa alasan:
1. Karena sulit untuk mempertahankan sekelompok ataom pada
keadaan eksitasi sehingga dirangsang memancarkan foton
yang pemancarannya terjadi secara spontan.
2. Karena atom-atom yang masih berada pada keaaan dasarnya
akan menyerap foton yang lewat sehingga menghilangkan
beberapa foton dari berkas pebggandaan foton yang sedang
dibangun.

Gambar 8.8. Berkas Foton Kuat dalam Sebuah Laser


Pemecahannya adalah dengan memilih suatu atom yang
memiliki tiga tingkat energi. Atom-atom yang mula-mula berada
pada keadaan dasar dipompa ke suatu keaaan eksitasi oleh
suatu sumber energy luar (suatu pulsa elektrik) atau sorotan
cahaya. Keadaan eksitasi kemudian meluruhkan dengan cepat
sekali ke suatu tingkat eksitasi yang lebih rendah, yang bersifat
metastabil (atom berada pada keadaan itu cukup lama). Transisi
berkeadaan metastabil kembali ke dalam keadaan dasar adalah
transisi pelaseran yang diimbas oleh sebuah foton yang lewat.
System ini (laser tiga tingkat) memecahkan persoalan pertama
yang muncul dngan laser dua tingkatdenag menempatkan
sekumpulan atom pada keadaan eksitasinya tetapi system ini
tidak memecahkan persoalan kedua, yaitu atom-atom pada
tingkat dasar akan menyerap foton hasil transisi pelaseran dan
menghilangkannya dari berkas.

Laser Helium-Neon aalah salah satu contoh laser empat


tingkat, disini suatu campuran gas helium dan neon diisi ke
dalam suatu tabung sempit seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 8.9. Diagram Skematis Laser He-Ne


Pengaliran arus elektrik tertentu dalam campuran gas ini
akan memompa helium dari keadaan dasarnya ke keadan
eksitasi pada energi sekitar 20,6 eV. Keadaan ini merupakan
keadaan metastabil atom helium dimana atom tetap berada
pada keadaan itu untuk suatu selang waktu yang relatif lama,
karena sebuah elektron 2s tidak diperkenankan turun kembali ke
tingkat 1s dengan memancarkan foton. Kemudian dapat terjadi
bahwa atom helium yang tereksitasi dapat menumbuk sebuah
atom neon yang berada pada keadaan dasarnya. Apabila hal ini
terjadi, energi eksitasi 20,6 eV akan dipindahkan atom helium ke
atom neon, karena neon ternyata memiliki suatu keadaaan
eksitasi dengan energi 20,6 eV. Sedangkan atom helium sendiri
kembali ke keadaan dasarnya.

GLOSARIUM
Atom

Unit dasar dari semua benda yang terdiri dari


nukleus (inti atom) dan dikelilingi oleh awan
elektron bermuatan negatif.

Aktianida

Unsur kimia yang mencakup 15 unsur antara


aktinium dan lawrensium pada tabel periodik,
dengan nomor atom antara 89 sampai dengan 103.

Awan

Sekumpulan tetesan air/kristal es di dalam atmosfer


yang terjadi karena pemadatan uap air yang terdapat
dalam udara setelah melampaui keadaan jenuh

Bilangan kuantum

Bilangan yang menyatakan kedudukan atau posisi


elektron dalam atom yang diwakili oleh suatu nilai
yang menjelaskan kuantitas kekal dalam sistem
dinamis.

Bintang

Benda langit luar angkasa yang memiliki ukuran


besar dan memancarkan cahaya sebagai sumber
cahaya.

Bintang katai putih

Bintang kecil yang sudah tidak lagi bersinar

Bintang eutron

Bintang padat krcil yang diperkirakan menandai


titik

Elektron

Partikel sub atom yang bermuatan negatif

Energi

Kemampuan untuk melakukan usaha (kerja) atau


melakukan suatu perubahan.

Event horizon

Perbatasan dalam ruang waktu suatu derah disekitar


lubang hitam ajal evolusi bintangyang lebih besar
dari matahari

galaksi

Salah satu komponen yang tersebar dalam ala


semesta

Identitas

Refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari


keluarga, gender, budaya, etnis dan proses

sosialisasi.
Ionisasi

Proses fisik mengubah atom atau molekulmenjadi


ion dengan menambahkan atau mengurangi parikel
bermuatan seperti elektron atau lainnya.

Kecepatan relatif

Kecepatan suatu benda dibandingkan dengan benda


lainnya

Kuark

Zarah terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi

Kuantum

Berasal dari kata kuanta artinya jumlah (banyak).

Konduktivitas

Kemampuan dari larutan, logam atau gas, secara


singkat semua bahan untuk melewati arus listrik

Konfigurasi Elektron :

Susunan elektron-elektron pada sebuah atom.

Lepton

Salah satu golongan pertikel fundamental yang

terdiri dari elektron (e) sebagai pertikel yang


bermuatan negatif yang paling ringan moun ()
sebagai pertikel bermuatan negatif yang paling
ringan bermassa sekitar 200 kali lebih besar dari
massa elektron.
Lontanida

Unsur tanah langka

Lubang hitam

bagian dari ruang waktu yang merupakan gravitasi


paling kuat, bahkan cahayanya tidak bisa kabur

Merkuri

Logam yang mencemari air yang berasal dari


limbah
industri

Neutron

Partikel sub atomik yang tidak bermuatan (neetral)

Notasi ilmiah

Cara penulisan nomor yang mengakomodasi nilai


nilai terlalu besar atau kecil untuk dengan mudah
ditulis dalam notasi desimal standar

Orbit

Jalur yang dilalui oleh objek, di sekitar objek


lainnya, di dalam pengaruh dari gaya tertentu.

Periode

Selang waktu yang diperlukan oleh suatu benda


untuk menempuh satu putaran.

Perihelion

titik atau posisi didalam orbit sebuah asteroid,


komet, dan planet yang terdekat dengan matahari.

Proton

Partikel pembawa muatan listrik positif

Presesi

Gerak sumbu bumi yang mirip dengan gasing

Pulsar

Sisi-sisa bntang padam yang memencarkan


gelombang radio teramat kuat yang menyerupai
denyut, dan yang berputar pada sumbunya sendiri
dengan sangat cepat.

Reaksi

Kemampuan dalam bertindak untuk menanggapi


rangsang yang timbul dari indra.

Sinyal Elektrik

Besaran elektrik terukur yang berubah


dalam waktu dan atau dalam ruang, serta
membawa informasi

Struktur

Suatu tatanan yang membentuk suatu kelompok


dalam masyarakat.

Subkulit

Lambang kulit atom, yang biasa dilambangkan


dengan huruf s, p, d, f, dan seterusnya.

Supernova

Ledakan dari suatu bintang di galaksi yang


memencarkan lebih banyak energi dari pada nova

Unsur

Zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan


lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana.

Anda mungkin juga menyukai