1
2
atau -
1
2 .
Elektron kedua dapat memiliki n, l, m, yang sama, tetapi ia tidak boleh memiliki s
yang sama, karena bila terjadi demikian, asas larangan Pauli dilanggar. Jadi bila
1
2 , elektron kedua harus memiliki s = -
1
2 .
Sekarang, andaikan kita sedang menyusun atom litium (Z = 3). Seperti pada atom
helium, kedua elektron pertama akan memiliiki himpunan bilangan kuantum (n, l,
m, s) = (1, 0, 0, +
1
2 ) dan (1, 0, 0, -
1
2 ). Menurut asas larangan Pauli,
elektron ketiga tidak boleh memiliki himpunan bilangan kuantum yang sama
seperti kedua elektron yang pertama tadi. Akibatnya, ia tidak dapat menempati
tingkat n = 1, karena hanya ada dua himpunan bilangan kuantum berbeda yang
tersedia pada tingkat n = 1, sedangkan keduanya telah digunakan. Oleh karena itu,
elektron ketiga harus pergi ke tingkat n = 2. Pengalamam menunjukan bahwa
tingkat berikut dari kedua tingkat n = 2 (2s atau 2p) yang tersedia adalah tingkat
2s, karena itu, elektron ketiga dapat memiliki himpunan bilangan kuantum (n, l,
m, s) = (2, 0, 0, +
1
2 ) atau (2, 0, 0, -
1
2 ). Elektron keempat, dalam kasus
atom berilium (Z = 4), akan memiliki nilai n, l, dan m yang sama, tetapi s yang
berlawanan dari yang dimiliki elektron ketiga. Ketika kita mencapai atom boron,
(Z = 5), elektron kelima tidak lagi dapat menempati keadaan 2s, karena kita telah
menetapkan kedua himpunan bilangan kuantum yang mungkin pada tingkat itu;
elektron kelima dengan demikian pergi ke salah satu dari subtingkat 2p. Oleh
karena itu, dapatlah kita perkirakan bahwa sifat boron, dengan tambahan satu
elekron 2p, akan berbeda dari sifat atom litium atau berilium, yang haya memiliki
elektron 2s.
Proses menggunakan habis menggunakan semua bilangan kuantum yang
mungkin bagi satu tingkat, dan kemudian menempatkan elektron pada tingkat
berikutnya inilah yang menyebabkan berbedanya berbagai sifat kimia dan fisika.
Gambar 8.1
energi terendah, dan 2s serta 2p tetap cukup berdekatan energinya. Energi tingkat
2s selalu sedikit lebih rendah dari pada energi 2p (pisahan struktur halus sangat
kecil sehingga tidak dapat diperlihatkan pada diagram ini). Elektron 2s merasakan
daya tarik yang lebih besar dari inti atom di bandingkan dengan tarikan yang
dirasakan oleh elektron 2p, karena itu elektron 2s terikat lebih kuat pada atom,
sehingga energinya lebih rendah.
Contoh paling ekstrim ikatan terkokoh dari orbit-orbit tembus dapat terjadi
pada tingkat n = 3. Elektron 3s lebih sering menembusi orbit-orbit elektron
terdalam, sehingga ia terikat lebih kuat. Elektron 3p menembusi hampir sama
banyak. Elektron 3d tidak dapat menembusi orbit-orbit terdalam. Sebagai hasil,
tingkat 3s dan 3p terikat lebih kokoh dan oleh karena itu energinya rendah
dibandingkan dengan tingkat 3d. Efek yang hampir sama terjadi pada tingkat
n = 4, keterikatan lebih ketat dari elektron 4s dan 4p menarik energi mereka pada
tingkat yang begitu rendah sehingga mereka hampir bertepatan dengan tingkat 3d
seperti yang terlihat pada gambar 1. Tingkat 3d dan 4s memiliki kedekatan dalam
energi, untuk beberapa atom 3d lebih rendah dan untuk beberapa atom 4s yang
lebih rendah. Perbedaan energi yang kecil ini adalah faktor penting yamg
berkontribusi pada besarnya konduktivitas elektrik dari tembaga. Keterikatan
paling ketat dari penembusan orbit s dan p juga menarik tingkat 5s dan 5p turun
mendekati tingkat 4d, dengan cara yang sama menyebabkan tingkat 6s dan 6p
terlihat secara kasar memiliki energi yang sama seperti tingkat 5s dan 4f.
Semua nilai tingkat n dan l tertentu, misal (2s atau 3d) dikenal sebagai
subkulit. Jumlah elektron yang dapat ditempatkan pada setiap sub kulit adalah
2(2l+1). Faktor (2l+1) berasal dari nilai ml yang berbeda untuk setiap l, karena ml
dapat bernilai 0,
1,
2,
3, . . .,
kedua nilai ml yang berbeda; untuk tiap ms, kita dapat mempunyai ms = +
atau ms =
1
2
1
2
subkulit
1
2
2
3
3
4
3
4
5
4
5
6
4
5
6
7
5
6
0
0
1
0
1
0
2
1
0
2
1
0
3
2
1
0
3
2
1s
2s
2p
3s
3p
4s
3d
4p
5s
4d
5p
6s
4f
5d
6p
7s
5f
6d
Daya tampung
2(2l + 1)
2
2
6
2
6
2
10
6
2
10
6
2
14
10
6
2
14
10
Himpunan orbit dengan suatu nilai n tertentu, dengan jarak rata-rata yang
hampir sama ke inti atom ini, dikenal dengan kulit atom. Tiap kulit atom ini diberi
nama dengan huruf besar. Huruf K bagi kulit n = 1, L bagi kulit n = 2, M bagi kulit
n = 3, dan seterusnya.
Dalam usaha memahami keteraturan subkulit dan daftar berkala, kita harus
mengikuti kedua aturan pengisian subkulit elektron berikut :
1. Daya tampung setiap subkulit adalah 2 (2l +1). (ini tentu saja adalah cara
lain untuk mengungkapakan asas larangan pauli).
2. Elektron cenderung menempati keadaan energi terendah yang tersedia.
Untuk menunjukkan konfigurasi elektron dari masing-masing unsur, akan
kita gunakan suatu notasi. Dalam notasi ini, dituliskan identitas subkulit dan
jumlah elektron didalamnya. Identitas subkulit ditunjukkan dengan notasi yang
telah kita gunakan, sedangkan jumlah elektron dalam subkulit itu ditunjukkan
dengan suatu titik atas. Jadi, hidrogen memiliki konfigurasi 1s1 karena hanya ada
satu elektron pada subkulit 1s, sedangkan helium memiliki konfigurasi 1s2.
Helium, selain memiliki suatu subkulit terisi penuh (1s), juga memiliki suatu kulit
utama tertutup (kulit K); karena itu, ia merupakan unsur yang sangat stabil dan
lembam. Meningkat ke litium (Z = 3), pengisisan dimulai pada subkulit 2s; jadi,
litium memiliki konfigurasi 1s22s1. Selanjutnya, pada berilium (Z = 4, 1s22s2)
subkulit 2s penuh, sehingga unsur berikutnya harus memulai pengisian pada
subkulit 2p (boron, Z = 5, 1s22s22p1). Subkulit 2p memiliki daya tampung enam
elektron, karena itu pada neon (Z = 10, 1s22s22p6) baik subkulit 2p maupun kulit L
(n = 2) keduanya terisi penuh. Baris (atau periode,kala) berikutnya diawali dengan
natrium (Z = 11, 1s22s22p63s1), dan subkulit 3s dan 3p selanjutnya diisi mengikuti
cara yang sama seperti pada pengisian subkulit 2s dan 2p, yang berakhir dengan
gas mulia argon (Z = 18, 1s22s22p63s23p6). Unsur-unsur baris (kala) ketiga
memiliki sifat kimia yang sama dan unsur-unsur yang bersangkutan dari baris
(kala)
kedua,
karena
itu
mereka
dituliskan
langsung
dibawah
unsur
bersangkutannya pada baris kedua. Elektron berikutnya, seperti biasa harus pergi
kedalam tingkat 3d. Tetapi, kedalam orbit tembus elektron 4s menyebabkan
tingkat 4s tampak lebih sama dengan tingkat 3d, dan ternyata energi tingkat 4s
tampak sedikit lebih rendah sehingga mengalami pengisian terlebih dulu. Karena
itu, konfigurasi kalium (Z = 19) adalah 1s22s22p63s23p64s1) dan kalsium (Z = 20)
1s22s22p63s23p64s2. Kedua unsur ini memiliki sifat yang sama seperti semua unsur
yang bersangkutan dengan satu dan dua elektron subkulit s pada kala kedua dan
ketiga, sehingga masing-masing berada tepat dibawah unsur bersangkutannya.
Sekarang, kita mulai dengan mengisi subkulit 3d. Karena tidak ada subkulit 1d
dan 2d (mengapa ?), maka kita perkirakan unsur pertama dengan konfigurasi
subkulit-d memiliki sifat kimia yang agak berbeda dari unsur-unsur yang telah
kita tempatkan sebelumnya; dengan demikian, unsur ini tidak harus muncul dalam
salah satu kelompok (kolom) terisi sebelumnya, jadi kita bentuk suatu kelompok
baru yang dimulai dengan skandium (Z = 21, 1s22s22p63s23p64s23d1), dan subkulit
3d akhirnya terisi penuh dengan seng (Z = 30, 1s22s22p63s23p64s23d10). (Dalam
proses pengisian ini terdapat penyimpangan kecil; yang paling penting adalah
tembaga, dengan Z = 29. Untuk kasus ini, tingkat 3d terletak agak sedikit lebih
rendah dari pada tingkat 4s, sehingga subkulit 3d terisi dahulu dari pada 4s, yang
menghasilkan konfigurasi 1s22s22p63s23p64s23d104s1. Seperti yang akan kita lihat
pada pasal berikut, konfigurasi inilah yang menyebabkan tembaga memiliki
konduktivitas elektrik yang tinggi). Dalam deret berikutnya, subkulit 4p yang
diisi, mulai dari galium (Z =31) hingga gas mulia kripton (Z = 36). Ketika
berpindah ke kala berikutnya, kita mengisi lagi subkulit 5s sebelum subkulit 4d,
dan deret kesepuh unsur yang berkaitan dengan pengisian subkulit 4d ini ditulis
langsung dibawah deret yang memiliki konfigurasi dengan tingkat 3d kosong.
(Perak, dengan Z = 47, berkaitan tepat dengan tembaga dalam kala keempat,
dengan subkulit 4d terisis dulu sebelum 5s). Setelah tingkat 4d terisi penuh,
subkulit 5p menyusul diisi, yang berakhir dengan gas mulia xenon (Z = 54). Kala
berikutnya dimulai dengan cesium dan barium yang mengisi subkulit 6s, dan
lantanium yang dimulai dean subkulit 5d. Seperti pada kasus dengan kala-kala
sebelumnya, energi tingkat 5d dan 6s letaknya hampir sama; karena 6s agak
sedikit lebih rendah, maka ialah yang diisi dulu. Tetapi, masih ada subkulit lain
pada energi yang hampir sama dengan 6s dan 5d yaitu subkulit 4f, yang sekarang
mulai diisi, dari cerium hingga litetium. Deret unsur-unsur ini, yang disebut
lantanida atau unsur tanah-langka (rare earths), biasanya dituliskan secara terpisah
dalam daftar berkala, karena tidak ada unsur subkulit-f lain yang dibawahnya
dituliskan unsur-unsur lain. Subkulit 4f memiliki daya tampung 14 elektron,
sehingga terdapat 14 unsur dalam deret lantanida. Begitu subkulit 4f terisi penuh,
kita kembali lagi dengan pengisian subkulit 5d, dengan menuliskan unsur-unsur
baru di bawah kolom dengan unsur-unsur 3d dan 4d yang berkaitan, dan
kemudian melengkapi kalana dengan mengisi subkulit 6p, yang berakhir dengan
gas mulia radon. Kala ketujuh memulai hampir sama dengan yang keenam,
dengann suatu deret yang dikenal sebagai aktinida, yang ditulis dibawah deret
lantanida, yang berkaitan dengan pengisian subkulit 5f.
Dalam tabel 8.2 didaftarkan berbagai konfigurasi beberapa unsur.
Yang sangat mengesankan dari skema ini adalah bahwa penyusunan daftar
berkala ini telah cukup dikenal sebelum teori atom diperkenalkan. Pada tahun
1859 Mandeleev menata unsur-unsur kedalam beberapa kelompok dan kala
berdasarkan sifat kimia dan fisikanya. Pemahaman susunan berkala berdasarkan
tingkat energi atom ini merupakan suatu kemenangan besar bagi teori atom. Yang
tersisa kini adalah menafsirkan sifat kimia dan fisika berbagai unsur berdasarkan
tingkat energi atom.
Tabel 8.2 konfigurasi elektron beberapa unsur
Gambar 8.3 Jari-jari atom, ditentukan lewat pengukuran jarak antara atom
suatu kristal ionik. Jari-jari ini berbeda dengan jari-jari rata-rata
awan elektron atom bebas.
Tabel 8.3 Energi ionisasi (eV) dari atom netral beberapa unsur
H
13,60
K
4,34
He
24,59
Cu
7,72
Li
5,39
Kr
14,00
Be
9,32
Rb
4,18
Ne
21,56
Au
9,22
Na
5,14
Ar
15,76
2. Energi ionisasi
Energi minuman yang diperlukan untuk membebaskan sebuah elektron dari
atomnya dikenal sebagai energi ionisasi. Sebagai contoh, hidrogen memiliki
energi ionisasi sebesar 13,6 eV. Helium memiliki energi ionisasi sebesar 24,6
eV bagi elektron pertama, dan 54,4 eV bagi elektron kedua. Tabel 8.3
menyajikan daftar energi ionisasi beberapa unsur, dan gambar 8.4
memperlihatkan ketergantungan energi ionisasi pada bilangan atom Z.
R=
A
Resistivitas
ohm cm. Konduktor elektrik yang baik memiliki resistivitas yang kecil (
=1,7 x 10-6
pandang atom, arus bergantung pada aliran elektron yang relatif lemah
ikatannya, yang mudah dibebaskan dari atomnya dengan menggunakan beda
potensial. Selain itu, juga bergantung pada kemampuan elektron untuk
berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Jadi unsur-unsur dengan elektron s,
yang lebih ringan didapati berada jauh dari inti atom dibandingkan terhadap
elekton-elektron dengan nilai l yang besar, diperkirakan akan memiliki
resistivitas yang kecil.
Gambar 8.5 memperlihatkan ketergantungan resisitivitas elektrik pada
nomor atom.
dan
(7.24). efek inilah yang berperan bagi suseptibilitas paramagnet dan terjadi
dalam semua atom. Diamagnetisme disebabbkan oleh efek berikut : apabila
pada suatu untai elektrik dikenakan suatu medan magnet, maka akan mengalir
arus imbas dalam untaian tersebut; arus i,bas ini menimbulkan medan magnet
yang cenderung melawan medan yang dikenakkan (hukum lenz). Dalam
kasus fisika atom, kias untai elektrik adalah elektron yang mengorbit, dan
arus imbas terdiri atas sedikit penembahan atau penurunan laju elektron
dalam orbinya. Ini menghasilkan magnetisasi bahan dengan arah melawan
medan B yang dikenakan, karena ini saham diamagnet pada x adalah negatif.
Gambar 8.6 memperlihatkan suseptibilitas magnet beberapa unsur.
Gas mulia
Gas mulia menempati kolom terakhir daftar berkala. Karena subkulit
atomnya terisi penuh, maka gas mulia pada umumnya tidak bergabung dengan
unsur lain guna membentuk senyawa; unsur-unsur ini sangat sulit melepaskan
atau menerima elektron. Pada suhu ruangan, mereka berbentuk gas monotom
( satu atom), dan karena atom-atomnya tidak saling mengait, titik didihya sangat
rendah (-200c). Energi ionisasi lebih besar daripada unsur-unsur tetangganya,
karena diperlukan energi tambahan untuk membuka subkulit yang terisi penuh.
Unsur-unsur subkulit-p
Unsur-unsur pada kolom sebelum gas mulia adalah unsur halogen (F, Cl,
Br, l, At). Atom unsur-unsur ini kekurangan satu elektron untuk membentuk suatu
kulit tertutup dan memiliki konfigurasi np5. Kkarena subkulit p tertutup adalah
konfigurasi yang sangat stabil, maka unsur-unsur ini akan mudah sekali
membentuk senyawa dengan atom lain yang dapat memenuhi ambahan elektron
yang diperlukannya untuk mengisi penuh subkulit p. Oleh karena itu unsur
Halogen, sangat reaktif.
Bila kita menyusuri deret keenam yang subkulit p-nya sedang mengalami
pengisian, jari-jari atom tampak menyusut. penyusutan ini terjadi karena
muatan inti atom bertambah sehingga menarik semua orbit lebih dekat keinti
atom. Dari gambar 8.3 dapat anda catat bahwa unsur halogen memiliki jari-jari
terkecil diantara tiap deret subkulit p. ( Jari-jari kristal semua gas mulia tidak
diketahui).
Bila muatan inti atom kita perbesar, ikatan elektron-elektron p juga menjadi
lebih kuat; dari gambar 8.4 kita lihat bahwa energi ionisasi bertambah secara
teratur bila subkulit p diisi.
Dari gambar 8.6 kita lihat bahwa setiap subkulit p bersifat diamagnet,
dengan ciri khas suseptibilitas magnet yang negatif.
Logam transisi
Ketiga deret unsur yang subkulit d-nya mengalami pengisian (Sc hingga Zn,
Y hingga Cd, Lu hingga Hg) dikenal sebagai logam transisi. Sebagian besar sifat
kimianya
ditentukan
oleh
elektron-elektron
Terluar
---
yang
fungsi
gelombangnya meluas lebih jauh lagi dari unti atom. Bagi logam transisi,
elektron-elektron terluar ini adalah selalu elektron s, yang memiliki jari-jari ratarata yang lebih besar daripada elektron d. (Ingat bahwa jari-jari rata-rata hanya
bergantung pada n; elektron s pada logam transisi memiliki n yang lebih besar dari
pada elektro d). Begitu nomor atom dalam deret logam transisi bertambah, kita
menanbah satu elektron d dan satu satuan muatan pada inti atom; efek totalnya
pada elektron s sangat kecil, karena elektron d tambahan ini menghalangi
tambahan muatan inti tadi. Oleh karena itu, sifat kimia logam transisi tidak
berbeda banyak satu sama lainnya, sebagaimana diperlihatkan oleh kecilnya
perubahan jari-jari atom dan energi ionisasinya.
Resistivitas elektrik logam transisi memperlihatkan dua pola menarik:
kenaikan tajam pada pertengahan deret, dan penurunan tajam dekat ke ujung deret
(Gambar 8.5). penurunan tajam dekat keujung deret inilah yang menyebabkan
kecilnya resistivitas (konduktivitas besar) yang memiliki tembaga, perak dan
emas. Jika kita mengisi subkulit d mengikuti urutan ini, maka tembaga akan
memiliki konvigurasi 4s2,3d9; tetapi subkulit d penuh bersifat lebih mantap dari
pada subkulit s penuh, sehingga salah satu elektron s dipindahkan ke subkulit d,
yang menghasilkan konfigurasi 4s13d10. Elektron s tunggal sangat relatif bebass
inilah yang menyebabkan tembaga bersifat sebagai konduktor yang amat baik.
besar dari pada suseptibilitas logam transisi. Bahkan sifat foromagnet unsurtanahlangka juga lebih besar daripada kelompok besi. Umumnya, kita berpendapat
bahwa besi adalah unsur yang paling bersifat magnet daripada semua logam
lainnya. Jika kita megnetkan sepotong besi, maka medan magnet dalamnya
(dalam potongan besi itu) adalah sekitar 28 T. Logam holmium, sebuah unsur
tanah-langka, yang termagnetkan, memiliki medan magnet dalam sebesar 800 T,
secara kasar 30 kali yang dimiliki besi ! banyak unsur tanah-langka lainnya
memiliki sifat magnet yang saama. (unsur-unsur tanah langka tidak meperlihatkan
sifat foromagnet mereka pada suhu ruangan, kecuali bila di dinding hingga
mencapai suhu 20 K).
Aktinida
Unsur-unsur deret aktinida seharusnya pula memiliki sifat kimia dan fisika
yang sama seperti unsur-unsur tanah-langka. Sayangnya, sebagian besar unsur
aktinida (yang setelah uranium) bersifat radioaktif dan tidak terdapat di alam.
Mereka adalah unsur buatan yang hanya tersedia dalam jumlah yang sangat kecil.
Dengan demikian kita tidak mampu menentukan siifat makronya.
8.5 Sinar-X
Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan rentang
panjang gelombang kurang lebih dari 0,01 hingga 10 nm
(energinya kurang lebih dari 100 eV hingga 100 keV). Sinar-X
dipancarkan dalam transisi antara berbagai tingkat energi terisi
yang lebih rendah dari sebuah atom. Elektron-elektron terdalam
mengisi
kekosongan
tersebut,
dengan
transisi
optik.
Penyerapan
dan
pemancaran
1s 2s 2 p 3 s
1s 2s
dan
1s
. Kita dapat
1 s1 2 s 1 , 1 s 1 2 p 1 , 1 s 1 3 s 1 ,
radiasi
ultraviolet.
Semua
foton
dalam
daerah
ml , ms
), maka atom
(Z=6) adalah
l 1=l 2
l 1 , ml 1, ms 1
dan (2,
l 2 , ml 2 , m s 2
), dimana
menyatakan
vektor
momentum
sudut
8.7. Laser
Ada tiga cara radiasi elektromagnetik berinteraksi dengan
tingkat energy atom. Sebuah atom dalam keadaan eksitasi
bertransisi ke tingkat yang lebih rendah, dengan memancarkan
sebuah foton. Ini disebut pemancaran spontan yang dinyatakan
sebagai :
kedua,
bagi
penyerapan
spektrum
serap
perimbas,
dan
yang
penyerapan
total
impak
dua
foton.
Proses
ini
gterus
GLOSARIUM
Atom
Aktianida
Awan
Bilangan kuantum
Bintang
Bintang eutron
Elektron
Energi
Event horizon
galaksi
Identitas
sosialisasi.
Ionisasi
Kecepatan relatif
Kuark
Kuantum
Konduktivitas
Konfigurasi Elektron :
Lepton
Lubang hitam
Merkuri
Neutron
Notasi ilmiah
Orbit
Periode
Perihelion
Proton
Presesi
Pulsar
Reaksi
Sinyal Elektrik
Struktur
Subkulit
Supernova
Unsur