Anda di halaman 1dari 7

METODE ILMIAH

Dalam modul ini akan dikaji tentang metode ilmiah. Metode ilmiah
merupakan metode yang
digunakan untuk memecahkan berbagai masalah secara ilmiah. Materi
pembahasan akan
difokuskan pada hal-hal tentang pengertian metode ilmiah dan langkah-
langkah metode ilmiah.
Modul ini dapat dipelajari secara mandiri, kerja kelompok atau tutorial.
Pada akhir kegiatan
pembelajaran diharapkan siswa dapat:
1. Memahami pengertian metode ilmiah.
2. Menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.
3. Mampu mengidentifikasi objek secara terencana dan sistematis untuk
memperoleh informasi
gejala alam biotik.
A. Materi Pembelajaran
Metode ilmiah adalah metode yang digunakan untuk memecahkan
masalah dengan menggunakan
langkah ilmiah yang teratur, sistematis dan terkontrol.
1. Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Rumusan langkah-langkah metode ilmiah yang biasa dilakukan para
ilmuwan dalam memecahkan
masalah adalah:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap lingkungan sekitar untuk
menentukan objek yang
paling tepat untuk penelitian.
b. Menentukan dan Merumuskan Masalah
Perumusan masalah dilakukan setelah melakukan observasi.
Perumusan masalah
digunakan untuk membatasi objek penelitian yang akan dilaksanakan.
Rumusan masalah
diwakili oleh pertanyaan-pertanyaan tentang objek penelitian.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah-masalah yang
sudah dirumuskan.
d. Merancang Eksperimen
Eksperimen adalah percobaan yang dilakukan untuk menguji hipotesis
yang ada. Sebelum
eksperimen dilakukan, terlebih dahulu harus ada
perencanaan/rancangan penelitian.
Dalam perencanaan penelitian meliputi metode eksperimen yang akan
digunakan, alat,
bahan, teknik analisis data yang akan digunakan dalam eksperimen
hingga mendapatkan
hasil yang akurat.
e. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dapat berjalan baik, bila perancangan
eksperimen sudah matang.
Pelaksanaan eksperimen adalah proses penelitian yang akan
menghasilkan data-data
eksperimen yang akan dianalisis untuk membuktikan kebenaran
hipotesis yang sudah
dirumuskan.
f. Pelaporan Penelitian
Di akhir penelitian akan dirumuskan suatu kesimpulan yang menjadi
konsep/teori. Secara
keseluruhan pelaporan penelitian berisi tentang rumusan masalah
hingga hasil akhir
(kesimpulan) dari proses penelitian. Pengkomunikasian hasil penelitian
dapat dilakukan
secara tertulis dan lisan, dalam bentuk penyampaian data-data hasil
penelitian, analisis
hasil penelitian dan kesimpulan yang dirumuskan untuk menjawab
rumusan masalah yang
ada.
2. Sikap Ilmiah
Seorang ilmuwan (sainstis) harus memiliki sikap ilmiah dalam
melakukan kerja ilmiah
menggunakan metode ilmiah. Beberapa sikap ilmiah yang harus dimiliki
sainstis adalah:
1
Modul IPA SMK Wikrama Bogor
Bab 1. Metode Ilmiah
2
a. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan
penelitian-penelitian
demi mendapatkan sesuatu yang baru.
b. Jujur
Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur,
artinya selalu menerima
kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak
boleh mengubah
data hasil penelitiannya.
c. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian
terhadap suatu masalah
tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu
masalah, penelitian
harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data
yang akurat maka
kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
d. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang
teliti dalam
melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga
menghasilkan data
yang baik.
e. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian
tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus
berdasarkan fakta yang
diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau
menerima pendapat
yang benar dari orang lain.
f. Terbuka Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar
atau paling hebat.
Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus
menerimanya.
3. Kegunaan Metode Ilmiah
Dengan adanya sikap ilmiah dan metode ilmiah akan menghasilkan
penemuan-penemuan yang
berkualitas tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan
manusia. Beberapa kegunaan
metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain:
a. Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan
pembuktian yang memuaskan.
b. Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran
yang objektif.
c. Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang
sebelumnya masih menjadi teka
teki.
4. Kerja Ilmiah
Dalam mengembangkan metode ilmiah, para ilmuwan bekerja
berlandaskan teori, hipotesis dan
sistematis. Diawali dengan adanya masalah yang dihadapi, para
ilmuwan berusaha mencari cara
pemecahannya. Dalam mencari pemecahan, ilmuwan berusaha mencari
keterangan melalui
berbagai proses, misalnya membaca buku jurnal, maupun mengadakan
observasi. Dari keteranganketerangan
akan disusun sebuah hipotesis. Kebenaran hipotesis akan diuji melalui
eksperimen.
Dari eksperimen akan diperoleh data.
Selanjutnya data akan diolah dan diperoleh kesimpulan. Untuk
meyakinkan kebenaran dari
kesimpulan hasil eksperimen, dilakukan eksperimen ulang. Setelah
dilakukan eksperimen
berulang-ulang hasilnya tetap sama maka kesimpulan tadi dapat
diterima kebenarannya dan
dianggap sebagai teori atau hukum. Cara kerja ilmuwan dengan
menerapkan langkah-langkah
metode ilmiah, dikenal dengan kerja ilmiah.
Di lingkungan sekolah, pengembangan metode ilmiah dilakukan melalui
kerja ilmiah. Dalam kerja
ilmiah, para siswa diperkenalkan pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses. Melalui
pendekatan keterampilan proses, siswa dan instruktur dituntut
senantiasa bersikap kritis terhadap
segala permasalahan yang dihadapinya. Beberapa macam kemampuan
keterampilan proses dalam
kerja ilmiah harus ditumbuhkembangkan pada setiap siswa antara lain,
mengamati/observasi,
mengelompokan, mencari hubungan, meramalkan, menafsirkan,
mengajukan pertanyaan,
menerapkan/aplikasi, merencanakan percobaan dan
mengkomunikasikannya.
Modul IPA SMK Wikrama Bogor
Bab 1. Metode Ilmiah
3
a. Mengkelompokan/klasifikasi
Kemampuan melakukan observasi dapat diterapkan untuk mengamati
objek-objek yang berada
di sekitar sekolah. Untuk menyusun suatu objek penelitian perlu
dilakukan pengamatan
terhadap persamaan dan perbedaan, kemudian mengelompokan objek
berdassarkan tujuan
tertentu. Keterampilan proses mengelompokan ini disebut dengan
penggolongan/klasifikasi.
Dalam sains, klasifikasi membantu untuk menyederhanakan objek
sehingga mudah dipelajari
dan dipahami. Klasifikasi sangat diperlukan dalam proses pembentukan
konsep. Oleh sebab itu,
klasifikasi merupakan keterampilan proses yang mutlak harus
dikembangkan pada para
ilmuwan-ilmuwan muda. Beberapa cara untuk melakukan klasifikasi
objek-objek sains, antara
lain sebagai berikut:
1) Menyusun klasifikasi biner berdasarkan ciri yang tampak
Klasifikasi ini mengelompokan objek-objek sains dalam dua kelompok
berdasarkan ada
tidaknya suatu cirri yang telah ditentukan. Objek yang memiliki ciri
tertentu dikelompokan ke
dalam satu kelompok dan objek yang tidak memiliki ciri tertentu
dikelompokkan dalam
kelompok lain.
Contoh: objek yang ada adalah ikan, burung, ayam, ular dan kambing.
Dari objek tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kelompok yaitu
kelompok hewan yang
mempunyai kaki dan hewan yang tidak mempunyai kaki. Hewan yang
mempunyai kaki yaitu
burung, kucing, ayam, dan kambing. Hewan yang tidak mempunyai kaki
yaitu ikan dan ular.
Hewan yang berkaki dapat dibedakan menjadi dua kelompok secara
biner, yaitu hewan
berambut atau tidak berambut. Kucing dan kambing merupakan hewan
yang berambut.
2) Menyusun klasifikasi bertingkat
Menurut Funk, dkk (1985), bahwa klasifikasi bertingkat memiliki
karakteristik khusus sebagai
berikut:
a) Memungkinkan untuk menyusun beberapa pengelompokan yang
berbeda, tergantung
dari ciri nyata yang digunakan.
b) Bila setiap benda yang termasuk di dalam kelompok asal sudah
dipisahkan menjadi
kategori yang anggotanya hanya suatu benda/objek, berarti penyusunan
klasifikasi telah
selesai.
c) Deskripsi dari setiap benda diperoleh dengan merangkum seluruh ciri
yang dimiliki
kategori tempat benda/objek tersebut berada.
Pada klasifikasi ini, akan dapat terbentuk hirarki kelompok benda-benda
tadi.
3) Mengurutkan secara seri
Klasifikasi cara ini, yaitu mengelompokan objek-objek sains kedalam
urutan berdasarkan
mampu atau tidaknya benda tersebut menunjukan ciri-ciri tersebut.
Objek-objek itu diurutkan
dari yang kecil ke besar atau dari yang pendek ke panjang dan
seterusnya.
Untuk mengelompokan atau memisahkan objek ke dalam kelompok
yang lebih kecil, dapat
menggunakan pasangan sifat atau ciri-ciri kontras yang ditemukan pada
makhluk tersebut.
Pada tingkatan yang paling besar, biasanya ciri kontras yang
dipergunakan adalah ciri
morfologi. Pada tatanan selanjutnya, menggunakan ciri anatomi dan ciri
fisiologi.
Contoh pasangan sifat/ciri kontras yang dipergunakan untuk
mengelompokan hewan,
misalnya kulit berambut dengan kulit tidak berambut, kulit bersisik
dengan tidak bersisik,
bertulang kebelakang dengan tidak bertulang kebelakang, berkaki
dengan tidak berkaki, dan
sebagainya. Ciri-ciri makhluk hidup yang berpasangan dan
dipergunakan untuk mencandra
serta mengelompokan makhluk hidup disebut kunci determinasi. Karena
ciri yang
dipergunakan terdiri atas pasangan-pasangan, maka sering disebut
kunci dikotomi. Di bawah
ini contoh kunci dikotomi tumbuhan.
a) Apakah tumbuhan tersebut memiliki pembuluh pengangkut?
(1) Ya, lanjutkan ke.............................................................. b
(2) Tidak ............................................................................... Bryophyta
(lumut)
b) Apakah tumbuhan tersebut menghasilkan biji?
(1) Ya, lanjutkan ke ............................................................. c
(2) Tidak .............................................................................. Pterydophyta
(paku-pakuan)

Anda mungkin juga menyukai