Anda di halaman 1dari 18

Bab.

1 Metoda Ilmiah

A.    Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ( Sains)


     Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan
melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan
manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan
alam, telah mengubah sejarah peradaban manusia sehingga lebih modern.
1.      Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu
Berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh manusia secara garis besar
dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu;
1)      Ilmu Alam (Nature science)
2)      Ilmu Sosial (Social science)
3)      Ilmu Budaya (Humanitas)
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri khas
manusia. Manusia memiliki rasa ingin tahu mengenai benda-benda dan
gejala-gejala alam di sekitarnya, dan dirinya sendiri. Dari rasa ingin tahu
tersebut, manusia selalu menggunakan akal pikirannya untuk mencari tahu
serta mempelajari gejala-gejala alam agar dapat bermanfaat dalam
kehidupannya. Jadi,ilmu pengetahuan alam (sains) adalah ilmu yang
mempelajari gejala-gejala alam secara apa adanya.
2.      Ciri Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Konkret; Ilmu pengetahuan alam memiliki objek kajian berupa benda-
benda atau gejala-gejala alam yang nyata dan dapat ditangkap oleh indera
b.      Logis; Ilmu pengetahuan alam dikembangkan berdasarkan cara berpikir
logis. Cara berpikir logis adalah cara berpikir yang menggunakan logika dan
ajek. Kesimpulan yang diambil berdasarkan logika-logika tertentu, baik
secara induktif ataupun secara deduktif
c.       Objektif; Hasil dari ilmu pengetahuan alam merupakan suatu produk yang
terhindar dari maksud-maksud tertentu pelaku (subjektif), baik itu berupa
kepentingan seseorang maupun golongan. Hasil dari kajian ilmu pengetahuan
alam harus bsesuai dengan fakta dan buktu kebenaran ilmiah secara apa
adanya tampa ditambahi ataupun ditutupi dengan mitos dan perasaan
d.      Empiris; Ilmu pengetahuan alam atau sains dikembangkan berdasarkan
pengalaman empiris, yaitu pengalaman konkret yang dapat dirasakan semua
orang dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
e.       Sistematis; Hasil kajian ilmu pengetahuan alam, baik hasil penelitian
ataupun kajian ilmiah, didasarkan pada langkah-langkah yang sistematis dan
berurutan. Urutan berupa langkah-langkah metode ilmiah sehingga ketika
orang lain ingin melakukan hal yang sama, akan mendapatkan hasil yang
sama pula.
f.       Teori-teorinya berlaku umum; Begitu banyak teori-teori sains  yang lahir
dari ilmuwan yang menkaji  gejala-gejala alam. Teori-teori itu berlaku umum
dan dapat diketahui orang lain tanpa batas. Ketika seorang ilmuwan
mengeluarkan teori tertentu, orang lain dapat mengkoreksi atau mengkaji
ulang kesesuaian teori tersebut. Bahkan ilmuwan lain yang tidak sependapat
dapat mengeluarkan teori baru yang melengkapi atau membantah teori yang
tidak sesuai tersebut.

B.     Keterampilan Proses Sains


Para ilmuwan berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka
bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin. Mereka mengembangkan semua
keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan keterampilan
proses. Keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:
1.      Melakukan observasi
Observasi adalah keterampilan dalam mengamati objek atau fenomena
melalui panca indera, yaitu melihat, menyentuh, mengecap, mendengar, dan
membaui. Observasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu ,
seperti penggaris, mikroskop, termometer, lup, dan neraca. Hasil observasi
dapat ditampilkan dalam bentuk gambar,  bagan, tabel grafik, deskripsi atau
penjelasan
2.      Menafsirkan
Menafsirkan merupakan sesuatu kemampuan dalam memberi arti atau
menginterprestasikan suatu gejala-gejala atau kejadian berdasarkan kejadian
lainnya.  Dalam memberikan penafsiran hendaknya memiliki acuan atau
patokan. Acuan tersebut berdasarkan pengetahuan yang dimiliki dan pola
yang sudah terjadi.
3.      Memprediksi
Memprediksi berarti memperkirakan suatu kejadian dimasa yang akan datang
berdasarkan pola yang pernah terjadi sebelumnya pada kondisi yang sama.
4.      Mengindentifikasi variabel
Variabel adalah sesuatu yang menjadi fokus atau pusat perhatian, yang
memberikan pengaruh dan memiliki nilai sehingga dapat berubah. Variabel
dapat disebut juga peubah. Variabel merupakan objek penelitian yang dapat
menentukan hasil penelitian.
Ada beberapa macam variabel, yaitu:
a.       Variabel manipulasi/bebas, yaitu variabel yang sengaja dapat diubah dan
dimanipulasi oleh peneliti. Variabel manipulasi sengaja dibuat bervariasi oleh
peneliti
b.      Variabel respon/terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
manipulasi. Ketika variabel manipulasi berubah, variabel responpun ikut
berubah
c.       Variabel kontrol/pengendali, yaitu variabel yang berada diluar variabel
manipulasi dan variabel respon. Variabel dibuat sama dan terkendali agar
tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.
5.      Mengkomunikasikan hasil
Ketika seseorang mengkomunikasikan hasil kajian maupun penelitian sains,
ia harus menyampaikan dengan jelas, tepat, tampa menimbulkan ambigu.
Mengkomunikasikan hasil dapat melalui lisan maupun tulisan. Melalui lisan
misalnya dalam presentasi, diskusi, atau seminar ilmiah. Melalui tulisan
misalnya dalam bentuk makalah, laporan penelitian, atau jurnal.

C.    Metode Ilmiah


Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan
dalam rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah
diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu
kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang
karena para ilmuwan tak berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-
gejala alam yang terjadi.
Penelitian dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu:

1.      Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat
indera tanpa mengacu pada satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari
penelitian kuaklitatif berupa deskripsi atau penjelasan mengenai suatu
keadaan atau kejadian
2.      Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan menggunakan alat
ukur dan mengacu pada satuan pengukuran baku. Data yang didapat dari
penelitian kuantitatif berupa angka atau jumlah.
Untuk mendapatkan hasil penelitian, diperlukan langkah-langkah metode
ilmiah sebagai berikut:
1.      Menyusun rumusan masalah
Ketika seseorang inginmeneliti atau mencari jawaban, terlebih dahulu ia akan
menemukanmasalah. Masalah tersebut dapat ditemukan dari lingkungan
sekitar, baik maklik hidup maupun benda mati. Setelah menemukan masalah,
masalah tersebut kemudian dirumuskan. Dalam merumuskan masalah
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Masalah menyatakan adanya keterkaitan antara beberapa variabel atau lebih.
Hubungan itu dapat berupa pengaruh, perbedaan, atau perbandingan antar
variabel, baik variabel manipulasi, variabel respon, ataupun variabel kontrol.
b.    Masalah tersebut merupakan masalah yang dapat di uji dan dapat dipecahkan
c.   Masalah disusun dalam bentuk pertanyaan yang singkat, padatdan jelas.
Pertanyaan dibuat dengan diawali oleh kata tanya dan diakhiri dengan tanda
tanya.
2.      Menyusun kerangka teori
Setelah menemukan dan merumuskan masalah, langkah selanjutnya adalah
mengumpulkan keterangan-keterangan dan informasi, baik secara teori
maupun data-data fakta di lapangan, yang berhubungan dengan permasalahan
yang terjadi. Hal ini dilakukan sebagai modal dalam menyusun dugaan
sementara terhadap permasalahan yang terjadi. Keterangan-keterangan atau
informasi tersebut dapat diambil dari buku-buku berupa teori dari variabel-
variabel yang menjadi permasalahan, internet, atau dari jurnal penelitian. Dari
keterangan-keterangan dan infornasi tersebut diperoleh penjelasan sementara
terhadap permasalahan yang terjadi.

3.      Merumuskan hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara, hipotesis masih perlu dicari
kebenarannya. Dalam merumuskan hipotesis hendaknya harus diperhatikan
hal-hal berikut.
·         Ditulis dalam pernyataan
·         Sederhana dan jelas, mengandung variabel-variabel yang menjadi
perhatian
·         Berdasarkan keterangan-keterangan atau informasi yang dikaji baik dari
sumber bacaan ataupun fakta.
Ada dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol, merupakan jawaban sementara
yang menyatakan tidak ada pengaruh antarvariabel, dan hipotesis alternatif,
merupakan jawaban sementara yang menyatakan ada hubungan antarvariabel.
4.      Melakukan eksperimen
Setelah merumuskan hipotesis, maka tahap berikutnya adalah membuktikan
mkebenaran hipotesis tersebut. Untuk membuktikan diperlukan eksperimen.

5.      Mengolah dan menganalis data


Data yang diambil pada saat penelitian harus diolah dan dianalisis. Data
dibuat sederhana untuk melihat keterkaitan antarvariabel. Data dikelompokan
sesuai desuai dengan sifat dan jenisnya. Data dapat diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram. Setelah itu dianalisis dan dibahas
serta disesuaikan dengan kerangka teori yang tekah dibuat untuk mencari
kebenaran tentang hipotesis yang telah didapat sesuai dengan data eksperimen
atau tidak.

6.      Menarik kesimpulan


Kesimpulan didapat dari data eksperimen. Ada dua kemungkinan kesimpulan,
yaitu hipotesis diterima atau hipotesis ditolak. Hipotesis diterima jika hasil
eksperimen sesuai dengan hipotesis, yaitu ada keterkaitan avtarvariabel.
Hipotesis ditolak jika hasil eksperimen tidak sesuai dengan hipotesis dan
tidak ada keterkaitan antar variabel.
7.      Mempublikasikan hasil
Mempublikasdikan hasil adalah menginformasikan kepada orang lain dari
eksperimen yang telah dilakukan, agar orang lain mengetahui atau dapat
menguji cobakan kembali. Mempublikasikan hasil dapat dilakukan dengan
menyusun laporan hasil penelitian (laporan ilmiah), menerbitkan dalam
bentuk jurnal penelitian.
Susunan laporan ilmiah secara umum adalah sebagai berikut.
-          Judul
-          Kata Pengantar
-          Daftar Isi
-          Bab I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan Penelitian
I.4 hipotesis Penelitian
-          Bab II. Tinjauan Pustaka
-          Bab III. Metodologi Penelitian/Bahan dan Metode Kerja
-          Bab IV. Hasil dan Analisis/Pembahasan
-          Bab V. Kesimpulan dan Saran
-          Daftar Pustaka
Bab. 2 Keanekaragaman dan klasifikasi Makluk Hidup

A.    Keanekaragaman Makluk Hidup


Variasi makluk hidup menunjukanadanya keanekaragaman makluk hidup.
Keanekaragaman makluk hidup penting bagi kelangsungan hidup seluruh isi
bumi, termasuk manusia, hal ini karena makluk hidup sebenarnya saling
tergantung satu sama lainnya, ketergantungan tersebut bisa berupa makan
atau dimakan, menyeimbangkan siklus gas yang ada diudara, serta siklus
nutrisi. Selain itu makluk hidup yang beranekaragam berpotensi untuk dapat
dimanfaatkan oleh manusia, misalnya sebagai sumber pangan, bahan baku
obat.
1.      Tingkat Keanekaragaman makluk hidup
Di berbagai tempat yang berbeda, akan ditemukan ekosistem yang berbeda
pula, Keanekaragaman makluk hidup pada suatu ekosistem tidak akan sama
dengan keanekaragaman makluk hidup di ekosistem lain.
a.      Keanekaragaman tingkat ekosistem
Disebabkan adanya perbedaan letak geografis setiap ekosistem, yang
menyebabkan adanya perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan
perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya
penyinaran matahari.
Keadaan yang berbeda-beda ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora
dan fauna yang menempati suatu daerak
b.      Keanekaragaman tingkat jenis
Keanekaragaman yang terjadi pada makluk hidup yang berbeda jenis, dapat
teramati pada tingkat famili atau genus. Contoh aneka jenis kupu-kupu
c.       Keanekaragaman tingkat gen
Variasi antar individu yang sejenis, misalnya warna rambut pada kucing, atau
bentuk pial ayam jantan
2.      Keunikan keanekaragaman makluk hidup di Indonesia
Indonesia terdapat didaerah beriklim tropis sehingga keanekaragaman
hayatinya tinggi jika dibandingkan dengan daerah subtropis atau kutub.
Berdasarkan data World Resources Institute pada tahun 2002, Indonesia
memiliki 29.375 jenis tumbuhan bunga, 515 jenis mamalia, 929 jenis burung,
745 jenis reptil, dan 4.080 jenis ikan. Selain itu di Indonesia juga terdapat
berbagai jenis serangga, biota laut, jamur, bakteri, dan makluk hidup
lainnya            yang bahkan mungkin belum terindentifikasi
a.      Indonesia memiliki fauna tipe oriental, australia dan peralihan
Hewan tipe oriental
-          Mamalia berukuran besar; gajah, badak, banteng, harimau
-          Terdapat berbagai macam kera, terutama di kalimantan; orang
utan,bekantan, tarsius, dll
-          Jenis burung yang memiliki warna kurang menarik dibandingkan denga
tipe australia, tetapi dapat berkicau
Hewan tipe australia
-          Banyak mamalia berukuran kecil, seperti kuskus, landak, dan mamalia
berkantung, seperti kangguru
-          Jenis-jenis burungnya memiliki warna beragam, seperti cendrawasih dan
kasuari
Hewan tipe peralihan
-          Meliputi hewang yang berada disulawesi sampai kepulauan maluku.
Hewan tipe peralihan mirip dengan hewan tipe orientan dan hewan tipe
australia. Contoh, tarsius, burung maleo, kuskus, kera makaka, burung raja
udang, anoa, babirusa, dll

b.      Indonesia memiliki hewan dan tumbuhan endemik


Flora dan fauna di Indonesia tidak saja beranekaragam, tetapi banyak juga
yang merupakan jenis endemik. Hewan dan tumbuhan endemik indonesia
artinya hewan atau tumbuhan tersebut Cuma ada di indonesia, tidak terdapat
di negara lain. Hal ini terjadi karena banyaknya pulau-pulau yang terisolasi
satu sama lain dalam jangka waktu yang lama, sehingga terjadi evolusi jenis
lokal yang khas untuk pulau-pulau tersebut.
Hewan endemik, misalnya Phanthera tigris sumatraensis, harimau bali
(punah) jalak bali putih (leucopsar rothschildi), badak bercula satu
(Rhinoceros sundaicus), Owa Jawa (Hylobates moloch), tarsius (Tarsius
bancanus), Babirusa (Babyrousa babyrousa), kukang sumatera (Nycticebus
coucang), kukang kalimantan (Nycticebus menangensis), Komodo (Varanus
comodoensis)
Tumbuhan endemik, misalnya Rafflesia arnoldi, Rafflesia borneoensis.
3.      Manfaat Keanekaragaman Makluk Hidup
Keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia memberi banyak
manfaat bagi kehidupan. Adapun manfaat keanekaragaman hayati adalah
sebagai berikut.
a.      Sebagai sumber bahan pangan, papan, dan obat
b.      Sebagai sumber pendapatan devisa
c.       Sebagai sumber plasma nuftah
d.      Manfaat ekologi
e.       Manfaat keilmuan
f.       Manfaat keindahan

4.      Pengaruh Manusia terhadap Keanekaragaman Makluk Hidup


Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu berhubungan dengan makluk
hidup lain yang beranekaragam. Beberapa kegiatan manusia dapat
mempengaruhi keanekaragaman makluk hidup.
a.      Kegiatan manusia yang merusak keanekaragaman makluk hidup
-          Perusakan habitat, misalnya penggundulan hutan, atau pembakaran hutan,
tapi kadang kala juga terjadi akibat gejala alam seperti  banjir, atau gunung
meletus.
-          Penggunaan pestisida
-          Pencemaran limbah dan sampah
-          Perubahan tipe tumbuhan, dari hutan menjadi kebun sawit atau kebun
coklat, dll
-          Masuknya jenis tumbuhan atau hewan liar
-          Seleksi yang dilakukan oleh manusia

b.      Kegiatan manusia yang memperbaiki dan menjaga keanekaragaman


makluk hidup
-          Penghijauan
-          Pemuliaan, murupakan usaha membuat varietas unggul dengan cara
melakukan kawin silang.
-          Pelestarian secara in situ, pelestarian dalam habitat asli,
-          Pelestarian ex situ, pelestarian diluar habitat asli, misalnya kebun binatang

B.     Klasifikasi Makluk Hidup


Klasifikasi adalah menempatkan bersama-sama (mengelompokan) hal-hal
yang mirip satu sama lain.
Klasifikasi dilakukan berdasrkan persamaan dan perbedaan yang dimiliki
oleh makluk hidup. Makluk hidup yang dibumi kita ini sangat banyak dan
sangat beraneka ragam. Oleh karena itu, untuk memudahkan manusia dalam
mempelajarinya, dilakukan klasifikasi.
Kalsifikasi mempunyai manfaat penting, yaitu sebagai berikut;
·         Memudahkan dalam mempelajari makluk hidup yang beranekaragam.
·         Dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kekerabatan antara makluk
hidup yang satu dengan makluk hidup yang lain.
Klasifikasi akan  memberikan nama kepada kelompok-kelompok makluk
hidup menyebabkan munculnya istilah sistematika, sistematika mencakup
dua aspek utama, yaitu klasifikasi (penggolongan dan pengelompokkan) dan
tata nama. Kelompok-kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi disebut
takson. Sehingga istilah lain dari sistematika adalah taksonomi.
1.      Dasar Klasifikasi Makluk Hidup
Kegiatan klasifikasi adalah pembentukan kelompok-kelompok makluk hidup
dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat dari bermacam-macam ciri
yang dimiliki makluk hidup tersebut. Hal yang dapat menjadi dasar dalam
melakukan pengklasifikasian, misalnya manfaat, struktur morfologi dan
anatomi, atau ciri biokimia.
a.      Klasifikasi berdasarkan manfaat
Klasifikasi dapat dilakukan berdasarkan manfaat yang dimiliki oleh makluk
hidup tersebut. Ada juga kelompok tanaman budi daya, kelompok hewan
ternak, kelompok hewan liar, dll.
b.      Klasifikasi berdasarkan struktur morfologi dan anatomi
Klasifikasi ini berdasarkan ciri yang tampak dari luar tubuh dan ciri yang ada
dibagian dalam tubuh makluk hidup
c.       Klasifikasi berdasarkan ciri biokimia
Klasifikasi berdasarka ciri biokimia dilakukan berdasarkan ciri biokimia,
misalnya berdasarkan kandungan enzim yang dimiliki, berdasarkan susunan
basa nitrogen pada DNA, dll.

2.      Sistem-sistem Klasifikasi


Cara melakukan klasifikasi selalu mengalami perubahan seiring dengan
bertambahnya ilmu pengetahuan manusia dan adanya perbedaan tujuan
pengklasifikasian. Hal tersebut menyebabkan lahirnya berbagai sistem
klasifikasi.
Ada 3 macam sistem klasifikasi yang telah dibuat manusia, yaitu sistem
artifisial(buatan), sistem alam, dan sistem filogenetik. Perbedaan ketiga
sistem itu terletak pada tujuannya.
a.      Klasifikasi sistem artifisial
Semua sistem klasifikasi yang dibuat manusia sejak zaman dahulu sampai
sekarang dapat disebut sistem artifisial, yang menggunakan struktur
morfologi atau manfaat sebagai dasar pengklasifikasiannya.
Sistem klasifikasi tumbuhan yang juga dianggap artifisial adalah sistem
numerik (berdasarkan ciri-ciri kelamin tumbuhan) yang diciptakan Carollus
Linnaeus (1707-1778)
b.      Klasifikasi sistem alam
Klasifikasi sistem alam adalah suatu sistem klasifikasi yang mencita-citakan
terbentuknya takson-takson yang bersifat natural, artinya kelompok yang
terbentuk adalah kelompok yang sesuai denga kehendak alam. Dasar
klasifikasi yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan, terutama
persamaan ciri-ciri morfologi. Periode sistem klasifikasi sistem alam ini
adalah akhir abad 18 sampai pertengahan abad 19. Tokohnya adalah
Adanson(1727-1806). Lamarck (1744-1829), Cuvier(1769-1822).
c.       Klasifikasi sistem filogenetik
Sistem filogenik adalah sistem yang muncul setelah lahirnya teori evolusi.
Sistem ini menghendaki agar klasifikasi tidak saja menghasilkan rangkuman
mengenai dunia makluk hidup, tetapi juga dapat mencerminkan gambaran
urutan perkembangan makluk hidup menurut sejarah filogeniknya, serta jauh
dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan takson yang
lain. Selain ciri anatomi dan morfologi, sistem ini juga mempertimbangkan
ciri mana yang dianggap primitif dan ciri mana yang dianggap lebih maju.
Sampai sekarang sistem filogenik masih terus berkembang, bahkan
kekerabatan makluk hidup dilihat berdasarkan komposisi biokimia dalam
tubuhnya, seperti protein dan asam amino, sistem ini disebut juga dengan
kemotaksonomi

3.      Klasifikasi Enam Kingdom


Awalnya pengelompokan makluk hidup manusia menggunakan dua kingdom,
yaitu tumbuhan dan hewan. Pengelompokan tersebut berdasarkan
kemampuan tumbuhan menghasilkan makananya sendiri, dan hewan
mendapatkan makanan langsun dari lingkungan. Klasifikasi tiga kingdom
kemudian berkembang setelah ditemukannya mikroskop cahaya, yan
diketahui adanya makluk hidup bersel satu yang kemudian dikelompokan
menjadi kingdom tersendiri, sedangkan hewan dan tumbuhan bersel banyak.
Selanjutnya muncul k
Klasifikasi empat kingdom setelah tercipta mikroskop elektron yang dapat
digunakan untuk mengamati struktur dalam sel makluk hidup. Pengamatan
menggunakan mikroskop elektron menunjukan adanya makluk hidup yang
selnya tidak memiliki membran inti (Prokariot). Makluk hidup prokariot ini,
yang umumnya dikenal dengan nama bakteri, kemudian dikelompokkan
menjadi kingdom monera. Sementara tiga kingdom lainnya, Protista, Plantae
dan Animalia memiliki sel yang bermembran inti (Eukariota). Klasifikasi
lima kingdom terjadi karena dipisahkannya jamur dari tumbuhan menjadi
kingdom fungi, karena tumbuhan tidak berfotosintesis. Perkembangan
klasifikasi terus berlanjut sampai saat ini menjadi  Klasifikasi enam kingdom.
Dalam klasifikasi ini makluk hidup dikelompokkan menjadi kingdom
Archaebacteria, Eubacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia.
a.      Kingdom Archaebacteria dan Eubacteria
Archaebacteria dan Eubacteria merupakan kelompok makluk hidup berukuran
mikroskopik, bersel satu, dan tidak memiliki membran inti (prokariot).
Disamping menyebabkan penyakit, juga berperan sebagai dekomposer.
Dekomposer memecah senyawa organik sehingga mempertahakan siklus-
siklus yang diperlukan makluk hidup. Selain itu bakteri juga banya
dimanfaatkan untuk keperluan manusia, misalnya untuk menghasilkan produk
nata de coco dan  yoghurt, serta keju. Bakteri juga digunakan untuk rekayasa
genetik.
b.      Kindom Protista
Protista merupakan kelompok makluk hidup bersel satu atau bersel banyak
yang memiliki membran inti (eukariot) dan selnya tidak membentuk jaringan
sebenarnya.  Protista dapat dikelompokkan lagi menjadi,
-          Protista mirip jamur
-          Pritista mirip tumbuhan (Algae)
-          Protista mirip hewan (protozoa)
c.       Kingdom Fungi
Merupakan kelompok eukariot yang memiliki dinding sel dan tidak
berklorofil, sehingga tidak dapat berfotosintesis. Jamur ada yang uni seluler,
disebut juga khamir, ada yang multiseluler. Jamur multi seluler tersusun atas
filamen yang menyerupai benang, disebut hifa. Hifa-hifa jamur akan
bercabang-cabang dan membentuk jalinan yang disebut miselium. Pada
beberapa jamur, miselium akan tumbuh keatas membentuk badan buah, dan
inilah yang biasanya dimakan.
Dalam ekosistem, jamur berperan sebagai dekomposer bersama bakteri.
Selain itu jamur juga sangat bermanfaat bagi manusia, misalnya sel ragi
Saccharomyces cerevisiae yang digunakan membuat roti, jamur merang
(Volvariella volvaceae) sebagai bahan pangan, dan Penecillium sp. untuk
membuat antibiotik.
d.      Kingdom Plantae
Plantae merupakan kelompok makluk hidup eukariot  yang bersel banyak,
memiliki dinding sel, dan berklorofil sehingga bisa berfotosintesis. Plantae
dikelompokan menjadi tumbuhan nonvaskular (tumbuhan lumut) dan
tumbuhan vaskular (tumbuhan tidak berbiji dan tumbuhan berbiji).
Tumbuhan tidak berbiji yaitu paku-pakuan (pteridophyta) dan tumbuhan
berbiji terbagi atas tumbuhan biji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan
biji tertutup(Angiospermae).
Tumbuhan merupakan produsen dalan ekosistem. Tumbuhan menyediakan
makanan bagi semua makluk hidup yang lain, baik secara langsung maupun
tak langsung. tumbuhan juga menghasilkan oksigen yang diperlukan semua
kehidupan makluk hidup, dan manusia juga banyak memanfaatkan tumbuhan
untuk bahan membuat kain, bangunan dan sebagai tanaman hias. 
e.       Kingdom Animalia
animalia merupakan kelompok makluk hidup bersel banyak (eukariot), dan
mempunyai membran sel.Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang, hewan
dibedakan atas  Invertebrata dan  Vertebrata.
Kelompok Invertebrata terdiri atas beberapa filum yang anggotanya sangat
beragam. delapan filum utama dari invertebrata adalah sbb,
·         Porifera
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh berpori sehingga disebut juga hewan
spons. contoh Spongia  dan Hippospongia
·         Cnidaria (Coelenterata)
Memilki ciri tubuh berongga, memiliki fase polip dan medisa, memiliki
tentakel yang terdapat sel penyengat. Contoh ubur-ubur,  Hydra, dan anemon
laut.
·         Platyhelminthes (cacing pipih)
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh pipih. contoh: Planaria, Fasciola
hepatica, Taenia sp.
·         Nemathelminthes (cacing gilig)
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh bulat panjang dan ujun meruncing.
Contoh: Cacing tambag (Ancylostoma duodenale) dan cacing perut (Ascaris
lumbricoides)
·         Annelida (cacing gelang)
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh bersegmen. Contoh cacing tanah
·         Mollusca
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh lunak  yang dilindungi cangkang.
Contoh kerang, bekicot. cumi-cumi, dan gurita.
·         Arthropoda
Kelompok hewan ini memiliki ciri tubuh bersegmen dan berbuku-buku,
terdiri atas kepala, dada, dan perut. Contoh kalajengking, laba-laba, udang,
capung, kaki seribu.
·         Echinodermata
Kelompok hewan ini memiliki ciri rangka dalam berduri menembus kulit,
memiliki kaki ambukral yang berfungsi untuk pergerakan dan sebagai alat
penghisap. contoh bintang laut, teripang, lili nlaut, bintang laut, bulu babi.
 Kelompok vertebrata terdiri atas enam kelas, yaitu.
·         Chondrichthyes
Kelompok hewan ini memiliki ciri bernafas dengan insang, bersisik, bertelur,
dan memiliki rangka yang tersusun atas tulang rawan. contoh Ikan pari, Hiu.
·         Osteichthyes
Kelompok hewan ini memiliki ciri bernafas dengan insang, bersisik, bertelur,
dan memiliki rangka yang tersusun atas tulang keras, contohnya Ikan Mas,
Kakap, Gurame.
·         Amphibia
Kelompok hewan ini memiliki ciri kulit licin, mengalami metamorfosa, pada
fase larva bernafas dengan insang namun lama-kelamaan struktur insang
hilang dan digantikan paru-paru saat fase dewasa, umumnya hidup di dua
tempat, contoh katak, salamander, Ichtiosis.
·         Reptilia
Kelompok hewan ini memiliki ciri kulit bersisik, bernafas dengan paru-paru,
bertelur, contoh buaya, kura-kura, kadal, cecak
·         Aves
Kelompok hewan ini memilki ciri berbulu dan bersayap, bernafas dengan par-
paru, bertelur, contoh ayam, Mera, Kasuari.
·         Mammalia
Kelompok hewan ini memiliki ciri berambut, memilki kelenjar mammae,
bernafas dengan paru-paru, beranak, contoh Monyet, Kucing, Kelinci.

4.      Penamaan Ilmiah Makluk Hidup


Setiap makluk hidup memiliki nama yang berbeda-beda, hal itu menimbulkan
kesulitan dalam berkomunikasi. kemudian diciptakanlah sistem penamaan
yang disebut Binomial nomenclature oleh Carollus Linneus dalam bukunya
Species Plantarum (1753)
Aturan penulisan nama jenis (spesies) makluk hidup secara Binomial
Nomenclature:
a.       setiap nama harus terdiri atas dua kata yang menggunakan bahasa latin atau
dilatinkan, contoh Durio zibethinus
b.      kata pertama adalah nama marga (genus), sedangkan kata kedua adalah kata
penunjuk spesies
c.       Huruf pertama pada kata pertama ditulis huruf besar, dan huruf pertama
kata kedua tidak menggunakan huruf besar
d.      kedua kata harus dicetak miring atau digaris bawahi.
e.       Jika nama tumbuhan atau hewan lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya disatukan atau dituli dengan tanda penggandeng(-). Contoh
Hibiscus rosa-sinensis
f.       pada tumbuhan tidak boleh merupakan suatu tautonim, yaitu nama yang
terdiri atas dua kata yang persis sama atau dua kata yang hampir sama, seperti
Linaria linaria atau Boldu boldu. tetapi aturan ini tidak berlaku pada
pemberian nama hewan.

Anda mungkin juga menyukai