Tuanku
Tuanku
Setingkat di bawah Tuanku ialah gelar Peto dan *Labai, bila seseorang yang
telah menguasai fikih, tarikat dan ilmu hakekat. Gelar ini berasal dari Turki. Seorang
labai atau peto hanya diberi hak memimpin jamaahnya, dan belum berhak memimpin
surau sendiri. Tingkat ketiga, Malin, gelar seorang guru bantu (guru tuo) yang
dipercaya tuanku memberikan bimbingan kepada murid-murid pada suatu surau.
Seorang *malin (maulana) telah memiliki pengetahuan agama yang lebih luas dari
murid-murid lainnya. Setelah bertahun-tahun belajar pada seorang ulama (surau),
seorang murid yang telah menguasai ilmu fikih dan sanggup membaca do'a-doa, lalu
diberi gelar Pakih. Sedangkan yang sanggup membaca Al Qur’an, diberi gelar Kari.
Gelar tuanku mengalami masa jayanya di Minangkabau pada abad ke-18. Saat itu
berpuluh-puluh surau dipimpin oleh tuanku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
agama.
Sumber: Drs. Sjafnir Aboe Nain, Tuanku Imam Bonjol, Sejarah Intelektual Islam di Minangkabau (1784-
1832), Penerbit ESA, Padang 1988