Anda di halaman 1dari 8

DEMOGRAFI

1. Pengertian Demografi
Demografi adalah uraian tentang penduduk, terutama tentang kelahiran, perkawinan,
kematian dan migrasi. Demografi meliputi studi ilmiah tentang jumlah, persebaran geografis,
komposisi penduduk, serta bagaimana faktor faktor ini berubah dari waktu kewaktu.

Beberapa ahli demografi terutama tertarik kepada statistik fertilitas (kelahiran),


moralitas (kematian) dan migrasi (perpindahan tempat) karena ketiga variabel ini merupakan
komponen komponen yang berpengaruh terhadap perubahan penduduk. Ketiga komponen
tersebut diukur dengan tingkat kelahiran, tingakt kematian dan migrasi yang menentukan
jumlah penduduk, komposisi umur dan laju pertambahan atau penurunan penduduk. Jika
seseorang ahli demografi mempelajari suatu negara, dia akan mengajukan pertanyaan
pertanyaan yang mendasar seperti:
1. Berapakah jumlah penduduk laki laki dan perempuan sekarang?
2. Diamanakah mereka bertempat tinggal?
3. Berapakah usia mereka?
4. Berapa anak yang telah lahir dan golongan penduduk manakah yang melahirkan
mereka?
5. Bagaimana ciri ciri yang mati atau pindah?
6. Dan bagaimana dan mengapa semua ini akan berubah?
Jhon graunt yang hidup antara tahun (1620-1674) menjawab beberapa pertanyaan
semacam itu untuk kota london pada abad ke 17. misalnya dia akan memperkirakan bahwa
penduduk kota london terdiri dari 199.000 laki laki dan perempuan 185.000, dan antara tahun
1628-162 bayi laki laki yang lahir sedikit banyak dari pada bayi perempuan.
Graunt ini adalah seseorang penjual bahan pakaian dan ia memperkirakan jumlah
kelahiran dan kematian pada tahun 1662 berdasarkan pengetahuannya tenyang kalkulasi
pasar. Karena menghitung ukuran ukuran demografi dan statistik statistik lainnya.

2. Definisi Demografi
1
Demografi adalah studi ilmiah tentang penduduk, terutama tentang jumlah, sturuktur
dan perkembangannya. Penduduk adalah hasil tingkat kelahiran, tingkat migrasi dan
tingkatkematian. Demograsi lajim digunakan untuk mnyebut studi tentang sipat terhadap
komposisi dan pertumbuhan penduduk.dan demograsi adalah suatu studi statistik dan
matematis tentang jumlah, komposisi san persebaran penduduk, serta perubahan faktor faktor
ini setelah melewati kurun waktu yang yang disebabkan oleh lima proses yaitu fertilitas,
moralitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.

3. DEMOGRAFI DAN DISIPLINNYA


Demografi dapat dianggap bersifat antar-disiplin karena erat hubungan-nya dengan
disiplin-disiplin lain seperti matematika, biologi, kedokteran, geografi, sosiologi dan
ekonomi.
Dalam studi tentang keluarga dapat dilihat bagaimana demografi berhubungan
dengan disiplin-disiplin lainnya. Sebenarnya ahli demografi tertarik kepada besar dan
susunan suatu keluarga. Seorang sejarahwan, terutama seorang ahli demografi sejarah,
tertarik kepada bentuk keluarga pada masa lalu dan aspek-aspek seperti usia kawin, susunan
dan besarnya keluarga. Karena keluarga adalah kesatuan dasar kegiatan sosial, maka para ahli
sosiologi dan anthropologi juga tertarik misalnya kepada status, peranan dan pengambilan
keputusan para anggota keluarga. Mengapa orang mengingin-kan anak? Adalah suatu
pertanyaan yang menarik perhatian seorang ahli psikologi. Dalam beberapa masyarakat, suatu
keluarga besar membawa status tertentu bagi ibu dan keluarga. Para ahli ekonomi
memandang keluarga sebagai satu kesatuan ekonomi dan penelitianr.ya meliputi hal-hal
seperti biaya hidup anak yang juga menarik perhatian ahli demografi.
Sebuah contoh yang lebih khusus acalah hubungan antara demografi
dan epidemiologi.  Kedua kata itu beiasal dari kata “demos” sebuah kata Yunani untuk
“penduduk”. Epidemi  terjadi jika suatu penyakit menyerang sejumlah besar penduduk pada
saat yang sama. Meskipun demikian, epidemiologi tidak hanya mempelajari epidemi saja,
tetapi kini meliputi morbiditas (penelitian tentang penyakit) dan juga salah satu akibatnya,
yaitu mortalitas.

Dalam demografi itu sendiri, ada perbedaan penting antara demografi


formal  (disebui juga demografi matematika atau analisa) dan studi kependu-dukan. Seorang

2
ahli demografi formal biasanya seorang ahli matematika karena demografi formal
menyangkut variabel-variabel demografi dalam bentuk matematika.

4. DATA DEMOGRAFI
Ada tiga sumber pokok data demografi:
1. Sensus penduduk
2. Survai sampel demografi
3. Sistem registrasi
1. Registrasi vital (catatan peristiwa-peristiwa pcnting seperti kelahiran, kematian
dan perkawinan)
1. Registrasi penduduk
2. Statistik migrasi internasional.
Dahulu sensus sering dihubungkan dengan pemungutan pajak dan kata “sensus”
berasal dari kata Latin “censere” yang berarti menaksir atau memungut pajak. Selain itu,
sensus juga dihubungkan dengan kepentingan militer: orang Yunani kuno menghitung jumlah
laki-laki dewasa pada masa perang dan juga pada waktu persediaan pangan berkurang.
Sekarang informasi sensus bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan untuk analisis statistik
saja, sedangkan data pribadi tidak diterbitkan. Yang menganggap sensus ada hubungannya
dengan pajak, relatif sedikit jumlahnya, tetapi di beberapa neqare. sensus masih diariggap
mengganggu kcleluasaan pribadi.
Di Amerika Serikat, suatu kemajuan penting terjadi dengan disusunnya Undang-
Undang Dasar tahun 1797 yang mengharuskan negara itu melaksa-nakan sensus setiap 10
tahun. Sensus yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, biasanya 10 atau 5 tahun
memudahkan perbandingan. Ciri-c.in khas sensus modem Iainnya
adalah universal dan serentak,  artinya, setiap individu dicacah pada waktu yang bersamaan.
A. Survai Sampe
Suatu survai sampel lebih murah karena hanya meliputi penduduk yang dipilih
sebagai wakil penduduk. Namun demikian, proses pemilihan ini dapat menimbulkan
kesalahan sampel (sampling error) yang tidak akan terjadi jika seluruh penduduk dicacah.
Masalah lain yang timbul adalah karena suatu sampel nasional secaia relatif jumlahnya tidak
besar, ada kemungkinan daerah atau unit yang kecil (misalnya suatu desa) tidak terwakili
sehingga dengan sendirinya sangat sukar menentukan karakteristik daerah ini.

3
Dari suatu sampel dapat diperoleh keterangan-keterangan yang lebih terperinci dan
berkualrtas’ lebih baik daripada suatu sensus, karena lebih banyak waktu dan tenaga dapat
dicurahkan untuk setiap wawancara. Sebuah Pertanyaan dalam sensus misalnya, dapat
menunjukkan berapa jumlah anak ri setiap wanita. Namun demikian, untuk memperoleh
perincian mengenai.
B. Registrasi Vital
Sensus dan survai menggambarkan keadaan penduduk pada suatu waktu tertentu.
Statistik vital merupakan sumber utama untuk mengetahui perubahan penduduk karena
statistik ini dikumpulkan secara kontinu dalam berbagai buku registrasi yang biasanya
meliputi kematian, kelahiran dan perkawinan. Catatan-catatan tentang hal ini telah disimpan
oleh beberapa gereja di Eropa sejak abad ke 14, tetapi sistem pencatatan sipil yang resmi baru
berkembang pada abad ke 19 dan 20. Jika registrasi dilaksanakan dengan cermot dan
diwajibkan seperti di Australia dan negara-negara maju lainnya, jumlah kelahiran dan
kematian dapat dianalisis bersama-sama dengan sensus terakhir dan statistik migrasi untuk
memungkinkan perhitungan tingkat kelahiran dan tingkat kematian, serta memperkirakan
jumlah penduduk pada setiap waktu.
Karena para petugas kesehatan masyarakat menekankan pentingnya mencegah
penyakit dan mengurangi kematian, maka analisis hal-hal tertentu dari data registrasi (sebab
kematian, umur waktu meninggal dan jenis pskerjaan almarhum/almarhumah) makin
dibutuhkan. Meskipun demikian, di banyak negara berkembang, sangat banyak biaya
diperlukan untuk menye-lenggarakan suatu sistem registrasi yang lengkap, sehingga dalam
jangka waktu beberapa dasawarsa mendatang, buku registrasi agaknya dapat diandalkan
untuk memberikan data demografi yang betul-betul dapat dipercaya.
C. Buku Registrasi Pendek
D. Statistik migrasi internasional.
E. Membandingkan data demografi.

FERTILI. B TAS
A. Berapa Perbedaan Fertilitas (Fertility Differential)

4
Pada Gambar 4B, semua variabel-antara langsung mempengaruhi fer tilitas,
sedangkan variabel lainnya yaitu variabel pengaruh, hanya dapat mempengaruhi fertilitas
secara tidak langsung. Jadi: variabel pengaruh variabel antara — fertilitas.
Tentu saja, Gambar 4B sangat disederhanakan. Misalnya, sikap terhadap besarnya
keluarga ideal mungkin mempengaruhi fertilitas, tetapi mungkin juga sebaliknya. Variabel-
pengaruh (seperti pendidikan, penghasilan dan pekerjaan), mungkin
^ljng_berkaitjm_sehingga pengaruh relatifnya terhadap • fertilitas jsukar cHtentukan. Pada
masa lalu para peneliti cenderung memusatkan perhatian kepada variabel-antara atau kepada
variabel pengaruh. Bagaimana pun juga, Survai Fertilitas Dunia mengharapkan agar
keduanya “digunakan apabila akan dibuat sesuatu analisis yang tajam tentang fertilitas.

B. Fertilitas dan Status Sosial Ekonomi


Wrong percaya bahwa norma yang menunjukkan penduduk dari golongan status
ekonomi yang Iebih rendah mempunyai fertilitas yang relatif lebih tinggi, hampir dapat
dikatakan sebagai suatu hukum sosial ekonomi. Ketika I survai di India dan di tempat lain
menunjukkan hasil yang sebaliknya, datanya antik dengan alasan bahwa wanita-wanita dari
kelas rendah cenderung lupa an jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Hull and Hull (1977)
mampu menentang ‘hukum’ yang terkenal itu karena datanya dianalisis menurut variabel-
berpengngaruh dan juga rnenurut variabel-antara. Hasil studi mereka di sebuah desa. Tengah
menunjukkan bahwa kelompok isteri yang berpenghasilan tinggi jMaporkan jumlah anak
yang Iebih banyak. Apakah hal ini karena wanita yang h miskin kurang memperhatikan
jumlah kelahiran? Setelah menganalisis data piaasarkan variabel-antara 3, 4, dan 7, mereka
menarik kecimpulan bahwa perrbedaan-perbedaan itu memang tidak dibuat-buat. Perkawinan
wanita yang lebih miskin kurang stabil, masa abstinensinya setelah bersalin lebih lama dan
mereka lebih mungkin menjadi mandul.

C. Fertilitas dan Pendidikan


Menurut Holsinger dan Kasarda (1976: 154), meskipun kenaikan tingkat pendidikan
menghasilkan tingkat kelahiran yang lebih rendah, tetapi hubungan antara kedua variabel ini
belum benar-benar terbukti. Pendidikan jelas mempengaruhi usia kawin karena pelajar dan
mahasiswa pada umumnya berstatus bujangan. Lagi pula, jika pendidikan meningkat, maka
pemakaian alat-alal kontrasepsi juga meningkat. Hawthorn (1970: 42) menyatakan bahwa
dalarr, semua masyarakat, ‘kesadaran akan pembatasan kelahiran memang tergantung’ pada

5
latar belakang daerah kota atau tempat ‘tinggal pendidikan dan penghasiian’. Pendidikan
yang kuat pengaruhnya terhadap variabel-variabe! pengaruh lainnya seperti sikap terhadap
bcsarnya kcluarga ideal, dan nilai anak.
Menurut Bouge (1969: 676), pendidikan mcnunjukkan pengaruh yang le bih kuat
terhadap fcrtilitas daripada variabel-variabel yang lain. Muangthai meru-pakan salah satu
contoh di mana kedua variabel ini mcmpunyai hubungan yang berlawanan: pada 1960,
wanita yang berumur di atas 50 mempunyai rata-rata anak 5, 7 bagi yang tidak
berpendidikan, 5, 2 bagi yang berpendidikan tingkat pertama dan 3, 4 bagi yang
berpendidikan tingkat menengah.

D. Ferbedaan Desa Kota


Di negara-negara maju, fertilitas di daerah pedesaan biasanya lebih tinggi daripada
di daerah kota. Di beberapa negara seperti Polandia dan Yugoslavia, perbedaan ini justru
lebih dari 30% (United Nations, 1976: 48). Di Australia pada 1911, jumlah anak bagi wanita
usia 45—49 tahun rata-rata adalah 4,2, sedangkan di pedesaan sebesar 4,8. Menjelang 1966,
angka ini turun menjadi 2,7 di kota, dan di daerah pedesaan menjadi 3,2.

E. Agama dan Fertilitas


Agama tentu saja merupakan salah satu variabel pengaruh yang penting. Orang
Katolik seringkali mempunyai fertilitas yang lebih tinggi daripada penganut fcjama Yahudi
atau Protestan. dan kebanyakan penelitian menunjukkan bahwa |:ang Islam sering
mempunyai fertilitas yang lebih tinggi daripada yang bukan |iam. Masing-masing hipotesa di
bawah ini mencoba menerangkan bagaimana dapat mempengaruhi perbedaan fertilitas.

F. Fertilitas Orang Katolik


Doktrin Katolik Roma sebenarnya pro-natalis. karena mendukung keluarga besar
dan menolak cara-cara pembatasan kclahiran yang paling efisien. Meskipun demikian,
banyak orang Katolik menggunakan cara-cara tersebut dan beberapa negara yang mayoritas
penduduknya beragama Katolik seperti Perancis, Austria dan Luzemburg, mempunyai tingkat
fertilitas yang sangat rendah.

G. Fertilitas kaum Muslimin

6
Ada lebih dari 22 negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam dan
penganut agama ini yang disebut kaum Muslimin, barangkali ber-jumlah sekitar seperlima
penduduk dunia. Kirk (19b6: 567) telah mencatat bahwa fertilitas kaum Muslimin (1) pada
umumnya tinggi, (2) tidak nyata menunjukkan tren penting dari waktu ke waktu. (3)
umumnya lebih tinggi daripada negara-negara tetangganya yang mayoritas penduduknya
beragama lain. Oleh karena itu. Kirk menarik kesimpulan bahwa hubungan antara agama dan
fertilitas itu lebih erat pada kaum Muslimin dari pada agama yang lain.

Kesimpulan
Sebagai kesimpulan bahwa hubungan antara studi kependudukan dan kebijaksanaan
kependudukan. Tentu saja teori teori demografi mempengaruhi kebijaksanaan kependudukan.
Studi kependudukan masih memainkan peranan penting dalam memutuskan tujuan
demografi yang ingin dicapai.kemudian sebelum suatu kebijaksanaan kependudukan yang
diterapkan harus diusahakan pengamatan terhadap akibat akibat yang demigrafis maupun
yang bukan demografis yang diharapkan dari kebijaksaan tersebut.

Daptar Pustaka

7
 Nin Bakni Sumanto, Ringsih Saldi. PENGANTAR KEPENDUDUKAN. Gajah
Mada Universiti Press, Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan Universitas Gajah
Mada, 1982
Ditulis dalam Prasarana Wilayah

Anda mungkin juga menyukai