Anda di halaman 1dari 2

BIRRUL WALIDAIN (Berbakti Kepada Kedua

Orang Tua)
Berbakti pada kedua orang tua adalah sebuah kewajiban yang sangat luhur dan mulia. Allah
Subhanahu wa Ta’ala seringkali menyandingkan perintah berbakti pada orang tua dengan perintah
mengesakan-Nya. Ini menunjukkan agungnya hak kedua ibu bapak. Abdullah bin Mas’ud
Radhiyallahu ‘Anhu pernah bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam:

“Amalan apa yang paling utama?” Beliau Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Mengerjakan
shalat tepat pada waktunya.” Aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Berbakti
kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Jihad fi
sabilillah.”[1]
Birrul walidain kita buktikan dengan berusaha membalas jasa kedua orang tua kita meskipun tiada
sebanding dengan jerih payah yang telah mereka berikan dalam mengasuh kita.
Dan berbakti kepada orang tua merupakan jalan menuju surga.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa
beliau bersabda:

“Sungguh merugi, sungguh merugi dan sungguh merugi orang yang masih memiliki kedua orang tua
yang sudah renta atau salah seorang dari keduanya kemudian hal itu tidak dapat memasukkan ia ke
dalam surga.”[2]
Abu Darda’ t berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Orang tua adalah bagian tengah pintu Jannah. Jika engkau mau silakan menyia-nyiakannya, jika
tidak maka jagalah pintu itu.”[3]
Salah satu bukti kebaktian kita pada kedua orang tua adalah dengan mendoakan dan memohon
ampunan bagi keduanya.
Sesungguhnya kedua orang tua kita sangat mengharapkan doa dan istighfar kita untuk mereka. Terlebih
lagi bila keduanya sudah tiada. Doa seorang anak kepada orang tuanya merupakan bukti bahwa ia
menyayangi kedua orang tuanya, mensyukuri kebaikan keduanya, atas segala jerih payah keduanya
dalam mengasuh kita dengan tekun dan sabar, menghidupi kita sehingga tumbuh menjadi manusia
yang dewasa. Semua itu harus kita syukuri dan berusaha untuk membalasnya. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”
(QS. Luqmaan: 14).
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

“Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia juga tidak bersyukur kepada
Allah.”[4]
Ingatlah, betapa besar jasa kedua orang tua dalam mengasuh kita. Khususnya, ibu yang telah
mengandung dan melahirkan kita dengan susah payah, mengasuh dan membesarkan kita tanpa rasa
bosan dan jenuh. Ayah yang telah banting tulang mencari nafkah, tak kenal lelah siang dan malam.
Keduanya dengan sabar mengurus segala kebutuhan kita. Maka dari itu, Rasulullah e menjadikan ridha
keduanya sebagai tanda keridhaan Allah atas seorang hamba.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:

“Ridha Allah pada ridha orang tua dan kemarahan Allah pada kemarahan orang tua.”
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan hal itu kepada kita dalam firman-Nya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.”
(QS. Luqmaan: 14).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya
mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan tentang kebaktian Nabi Isa ‘Alaihis Salam kepada
ibunya:
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS.
Maryam: 32).
Oleh karena itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menempatkan durhaka pada orang tua
termasuk salah satu dosa besar sesudah syirik. Diriwayatkan dari Abu Bakrah Nufai’ bin Al-Harits
Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

“Maukah kalian aku tunjukkan tiga dosa yang terbesar?” Kami berkata: “Tentu saja ya Rasulullah.”
Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, durhaka terhadap kedua orang tua.” Saat itu beliau
bersandar lalu beliau duduk dan berkata: “Ketahuilah dosa perkataan palsu dan persaksian
palsu.”[5]

[1] Muttafaqun ‘alaihi.


[2] HR. Muslim.
[3] Hadits riwayat At-Tirmidzy dan berkata: “Hadits shahih.” Hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani
dalam kitab Shahih Sunan At-Tirmidzy no: 1900.
[4] HR. Ahmad (III/118), An-Nasa’i dalam kitab Al-Kubra (VI/10128/2), Al-Baihaqi dalam kitab Al-
Kubra (III/239) dan lain-lain dari Anas bin Malik Hadist ini tertera dalam kitab Shahih Al-Jaami’
(6541).
[5] Muttafaqun ‘alaihi.
Dikutip dari kitab : Doa Anak Shalih oleh Ust. Abu Ihsan Al-Atsari.

Anda mungkin juga menyukai