OLEH :
DARUSMAN AJI. Jrs
BUKU : SONDANG P. SIAGIAN, 2005. FUNGSI-FUNGSI
MANAJERIAL, JAKARTA: BUMI AKSARA
1
Poskan komentar anda
BAB I
A. HAKIKAT MANAJEMEN
Defenisi yang paling sederhana, tetapi sekaligus paling “klasik” tentang manajemen
mangetakana bahwa manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh orang lain. Defenisi yang sangat sederhana tersebut memberikan
petunjuk bahwa manajemen dapat disoroti dari paling sedikit empat sudut pandangan.
Pertama: Betapapun berhasilnya para ilmuan mengembangakan teori tentang
manajemen –yang antara lain berakibat pada pengakuan bahwa manajemen merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan social-penerapan berbagai teori manajemen itu tetap
berdasarkan pendekatan yang situasional. Artinya, penerapan berbagai teori tersebut
masih harus dibarengi oleh “seni” menggerakkan orang lain agar mau dan mampu
berkarya demi kepentingan organisasi.
Kedua: Manajemen slalu berkaitan dengan kehidupan organisasional ketika terdapat
sekelompok orang yang menduduki berbagai tingkat kepemimpinan dan kelompok orang
lain yang tanggung jawab utamanya adalah menyelenggarakan berbagai kegiatan
operasional. Pandangan ini sangat mendasar karena keberhasilan seseorang yang
menduduki jabatan manajerial tidak lagi diukur dari keterampilannya menyelenggarakan
kegiatan operasional, melainkan dari kemahiran dan kemampuannya menggerakkan
orang lain dalam organisasi
Ketiga: keberhasilan organisasi sesungguhnya merupakan gabungan antara
kemahiran manajerial dan keterampilan teknis para pelaksana kegiatan operasional.
Keempat: Keduan kelompok utama dalam organisasi, yaitu kelompok manajerial dan
kelompok pelaksana mempunyai bidang tanggung jawab masing-masing yang secara
konseptual dan teoritikal dapat dipisahkan. Akan tetapi, hal itu secara operasional
menyatu dalam berbagai tindakan nyata dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Tidak dapat disangkal bahwa keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya sangat terganutng pada berbagai factor berikut.
1. Mampu tidaknya kelompok manajerial dalam organisasi menjalankan fungsi-fungsi
manajerial
2
Poskan komentar anda
2. Tersedia tidaknya tenaga operasional yang matang secara teknis dan mempunyai
keterampilan yang sesuai dengan berbagai tuntutan tugas yang harus
diselenggarakannya
3. Tersedianya anggaran yang memadai untuk pembiayaan berbagai kegiatan yang telah
ditetapkan untuk diselenggarakan.
4. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang jenis, jumlah, dan mutunya sesuai
dengan kebutuhan.
5. mekanisme kerja yang tingkat formalisasinya disesuaikan dengna kebutuhan
organisasi.
6. Iklim kerja dalam organisasi yang mendorong terwujudnya kerja sama yang harmonis
antara berbagai satuan kerja dalam organisasi.
7. situasi lingkungan yang diharapkan mendukung pelaksanaan kegiatan operasional
yang menjadi tanggung jawab organisasi.
Dengan bertitik tolak dari defenisi manajemen sebagai seni memperoleh hasil melalui
kegiatan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,
manajemen dapat dilihat sebagai kelompok orang yang menduduki berbagai jenjang dan
jabatan kepemimpinan. Sebagai kelompok pimpinan tanggung jawab utamanya bukan
lagi melaksanakan sendiri berbagai kegiatan operasional, melainkan menyelenggarakan
berbagai fungsi yang memungkinkan para tenaga pelaksana melaksanakan tugas
operasionalnya dengan efisiensi, efektif, ekonomis, dan produktif. Pertanyaan diatas pada
hakikatnya berarti bahwa para manajer dalam suatu organisasi lebih dituntut memiliki
human skill ketimbang keterampilan teknis.
C. TIPOLOGI KEPEMIMPINAN
Pembahasan tentang kepemimpinan dengan berbagai tipenya bukanlah focus analisis
dalam buku ini. Namun demikian, membahas manajemen sebagai kelompok
kepemimpinan mau tudak mau harus pula menyinggung hal-hal yang fundamental
tentang kepemimpinan, bukan saja karena hal itu relevan, tetapi juga karena
3
Poskan komentar anda
penyelengaraan berbagai fungsi manjerial menyangkut pemahaman tentang segi-segi
pokok kepemimpinan.
Bahkan dapat dikatakan bahwa kemampuan seseorang menyelenggarakan berbagai
fungsi manajerialnya sesungguhnya merupakan bukti paling nyata dari efektivitasnya
sebagai seorang pejabat pimpinan.
Banyak gaya yang dewasa ini digunakan untuk mengidentifikasikan tipe-tipe
pemimpin. Salah satu tipologi yang umum dikenal ialah dengan mengatakan bahwa para
pejabat pimpinan pada dasarnya dapat dikategorikan pada lima tipe, yaitu
1. tipe otokratik
2. tipe peternalistik,
3. tipe kharismatik,
4. tipe laissez, dan
5. tipe demokratik
D. TEORI KEPEMIMPINAN
Jika dimuka telah dibahas secara singkat tipe topologi kepemimpinan, pembahasan
itu perlu dilengkapi dengan pembahasan tentang berbagai teori kepemimpinan karena
berkaitan langsung dengan efektifitas para manajer menjalankan fungsi-fungsi
manajerialnya.
Dewasa ini dikenal berbagai teori kepemimpinan. Yang diidentifikasikan dan
dibahas secara singkat dalam karya tulis ini adalah
1. teori berdasarkan cirri-ciri
2. teori ketergantungan pada keadaan,
3. teori “jalan-tujuan”
4. teori keprilakuan,
5. teori situasional
6. teori “pemimpin-partisipasi”, dan
7. teori penerimaan
4
Poskan komentar anda
E. FUNGSI-FUNGSI MENAJERIAL
Sejak lahirnya ilmu administrasi dalam mananjemen, para ilmuan yang menekuninya
telah dan terus burusaha melakukan berbagai penelitian dalam rangka akumulasi
pengetahuan dan teori tentang proses manajemen, termasuk tentang funsi-fungsi
manajerial. Berbagai pemikiran dan penelitian tersebut telah menghasilkan berbagai
klasifikasi fungsi-fungsi manajerial tersebut.
Aneka ragam klasifikasiitu harus dipandang sebagai hal yang positif dalam arti
memperkaya pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang apa saja yang
harus dilakukan oleh para manajer agar kemampuan organisasi mencapai tujuan dan
berbagai sasarannya semakin meningkat. Merupakan kenyataan bahwa cara dan gaya
seorang ilmuwan membuat klasifikasi fungsi-fungsi manajerial dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti:
1. filsafat hidup yang dianutnya
2. perkembangan pengetahuan yang telah dicapai
3. kondisi lingkungan
4. perkembangan teknologi dan pemanfaatannya;
5. kondisi organisasi untuk mana fungsi-fungsi itu diselenggarakan.
Akan tetapi, terlepas dari aneka ragam klasifikasi tersebut para ilmuan telah sepakat
bahwa pada dasarnya keseluruhan fungsi-fungsi manajerial dapat digolongkan kepada
dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang. Yang tergolong kepada jenis
fungsi organic adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu dilakukan oleh
manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan
sebelumnya. Fungsi-fungsi organik tersebut merupakan menjabaran kebijaksanaan dasar
atau strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar
bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam oganisasi dan
dimaksudkan mendukung semua fungsi organic manaj
5
Poskan komentar anda
BAB II
PERENCANAAN
A. HAKIKAT PERENCANAAN
Salah satu utama menempatkan perencanaan sebagai fungsi organic manajerial yang
pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah konkret yang pertama-tama
diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Artinya, perencanaan merupakan usaha
konkretisasi langkah-langkah yang harus ditempuh yang dasar dasarnya telah diletakkan
dalam strategi organisai.
Defenisi Perencanaan
Banyak cara yang digunakan dalam mendefenisikan perencanaan.
Cara-cara yang digunakan oleh para ilmuwan dipengaruhi oleh berbagai factor seperti:
1. latar belakang pendidikannya
2. latar belakang sosialnya
3. latar belakang pengalamannya
4. filsafat hidup yang yang bersangkutan
5. paradigma yang digunakan
6. praaggapan yang dijadikan acuan kerangka konseptual
7. pendekatan kognitif yang digunakan dalam melakukan aksentuasi tertentu
8. bentuk, sifat, dan jenis factor-faktor lingkungan yang diperhitungkan
9. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Akan tetapi, terlepas dari berbagai factor pertimbangan tersebut di muka, kerangka
acuan konseptual yang biasanya mendasari pemikiran dalam membuat defenisi
perencanaan berangkat dari hal-hal yang sifatnya sangat fundamental, seperti hal-hal
berikut.
1. Efektifitas manajerial seseorang sangat ditentukan oleh kemahirannya
menyelenggarakan berbagai fungsi organic manajerial, termasuk perencanaan.
2. Defenisi yang dirumuskan diharapkan mempunyai makna operasional dan tidak
sekedar merupakan rumusan teoritikal yang lepas kaitannya dengan situasi nyata
6
Poskan komentar anda
yang dihadapi oleh para manajer dalam rangka mengemudikan dan menjalakan
roda organisasi
3. Organisasi selalu dihadapkan kepada berbagai jenis dan bentuk keterbatasan dan
karenanya melalui perencanaan yang benar, sumber dana dan daya yang terbatas
akan dapat dimanfaatkan sedemikian rupa sehinggga memberikan kegunaan yang
optimal bagi organisasi
4. Situasi keterbatasan yang dihadapi dalam kenyataan itu mengharuskan adanya
skala prioritas kegiatan yang tajam sehingga dana dan daya yang terbatas itu
digunakan terutama untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan yang secara positif
paling kuat dampaknya ke arah pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya.
5. Rencana yang dihasil oleh kegiatan perencanaan harus dapat dijadikan sebagai
landasan penyelenggaraan berbagai fungsi manajerial lainnya.
Karena itulah defenisi yang paling umum dibuat tentang perencanaan mengatakan
bahwa perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah
diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam
dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya.
B. PENYUSUNAN RENCANA
Salah satu cara yang paling lumrah dikemukankan dalam penyusunan suatu rencana
adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban
terhadap enam pertanyaan, yaitu
1. apa
2. dimana
3. bilamana
4. bagaimana
5. siapa, dan
6. mengapa
7
Poskan komentar anda
pengalaman menunjukkan bahwa ditemukannnya jawaban yang menyakinkan
terhadap enam pertanyaaan tersebut akan berakibat pada tersusunnya suatu rencana
yang baik.
1. Pertanyaan “Apa”
Pada dasarnya pertanyaan “apa” menyangkut tiga hal, yaitu apa yang dikerjakan,
sumber dana dan daya apa yang dibutuhkan, serta sarana prasarana apa yang diperlukan.
Seperti diketahui dalam setiap organisasi teradapat beraneka ragam kegiatan yang
dilaksanakan. Berbagai ragam aneka kegiatan itu dalam digolongkan kepada tiga
golongan besar, yaitu.
1. kegiatan-kegiatan yang termasuk kategori kegiatan pokok,
2. kegiatan-kegiatan penunjang, dan
3. kegiatan-kegiatan yang termasuk kategori periferal.
8
Poskan komentar anda
4. tersedianya tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan guna
menjamin terlaksanannya tugas dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan
produktifitas yang tinggi.
3. Pertanyaan “Bilamana”
Telah umum di akui bahwa salah satu kiri penting yang perlu dimiliki oleh seorang
manajer adalah kemampuannya untuk memilih waktu yang tepat untuk melakukan hal-
hal tertentu. Artinya, dari setiap manajer dituntut sense of timing yang tinggi. Akan lebih
baik lagi apabila hal itu dimilikinya secara naluriah. Kemampuan itulah yang harus
tercermin dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan “Bilamana”.
4. Pertanyaan “Bagaimana”
dalam satu rencana perlu terlihat dengan jelas jawaban terhadap pertanyaan
bagaimana cara orang-orang dan berbagai satuan kerja dalam organisasi
menyelenggarakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya untuk menyelesaikannya.
Dengan perkataan lain, semua orang dan semua satuan kerja dalam organisasi perlu
mengetahui bukan hanya cara dan teknik terbaik untuk menyelesaikan tugas, tetapi juga
memahami dan menaati aturan-aturan main yang telah ditetapkan dan disepakati
bersama.
4. Pertanyaan “Siapa”
Kiranya tidak akan terdapat kesukaran untuk menerima pendapat bahwa bentuk, sifat,
dan jenis jawaban terhadap pertanyaan “Siapa” akan sangat dominan peranannya dalam
merumuskan satu rencana yang baik. Tidak akan ada yang menyangkal bahwa apakah
rencana dapat dilaksanakan tau tidak, pada akhirnya tergantung pada siapa yang akan
melaksanakan rencana tersebut.
5. Pertanyaan “Mengapa”
Menanyakan pertanyaan “mengapa” berarti berusaha menemukan pembenaran yang
menyakinkan tentang tanggung jawaban-jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan
lainnya dalam proses perencanaan. Artinya, pertanyaan “mengapa” ditujukan kepada
9
Poskan komentar anda
jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan apa, dimana, bilamana, bagaimana, dan
siapa.
11
Poskan komentar anda
sering pula digunakan dalam perencanaan. Yang dimaksud ialah pemecahan masalah
sebagai teknik pengambilan keputuan dan teknik tersebut akan dibahas dibawah ini.
Telah umum diketahui bahwa setiap orang menduduki jabatan manajerial mau tidak mau
harus terlibat dalam pengambilan keputusan. Hanya bentuk dan sifatnya yang berbeda
tergantung pada tingkat jabatan manjerial yang bersangkutan. Pada umumnya dapat
dikatakan bahwa terdapat tiga jenis keputusan yang diambil dalam suatu organisasi, yaitu
keputusan strategic, keputusan teknis, dan keputusan operasional. Semakin tinggi
kedudukan manajerial seseorang, dia semakin banyak terlibat dalam pengambilan
keputusan strategic. Pada tingkat manajerial madya sifat keputusan yang diambilnya
adalah yang bersifat teknis, sedangkan pada jenjang manajerial rendah, kebanyakan
keputusan yang diambilnya adalah keputusan operasional.
12
Poskan komentar anda
BAB III
PENGORGANISAIAN
A. PRINSIP-PRINSIP ORGANISASI
Selalu relevan untuk memperhatikan bahwa organisasi sebagai alat untuk mencapai
tujuan dan berbagai sasaran tidak lebih dan tidak kurang sebagai alat yang keampuhannya
atau kemubazirannya sangat ditentukan oleh orang-orang yang menggunakannya.
Artinya, fungsi pengorganisasian harus dilihat tidak hanya sebagai masalah teknis yang
berkaitan dengan penentuan struktur dengan kotak-kotaknya dan penggambaran
pembagian tugas yang sifatnya mekanistik, melainkan berkaitan erat dengan sikap dan
perilaku para anggotanya dalam pemanfaatan organisasi tersebut.
Pemahaman keperilakuan dapat terwujud dengan mendalami lima belas prinsip
organisasi berikut ini, yaitu
1. kejelasn tujuan yang ingin dicapai
2. pemahaman tujuan oleh para anggota organisasi
3. penerimaan tujuan oleh para anggota organisasi
4. kesatuan arah,
5. kesatuan perintah,
6. fungsionalisasi
7. deliniasi berbagai tugas,
8. keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab,
9. pembagian tugas,
10. kesederhanaan struktur
11. pola dasar organisasi yang relative permanent,
12. adanya pola pendelegasian wewenang
13. rentang pengawasan
14. jaminan pekerjaan, dan
15. keseimbangan antar jasa dan imbalan
13
Poskan komentar anda
BAB IV
PENGGERAKAN
15
Poskan komentar anda
BAB V
PENGAWASAN
A. HAKIKAT PENGAWASAN
Membahas pengawasan sebagai fungsi organic managerial sesungguhnya berarti
berusaha menemukanjawaban terhadap pertanyaan mengapa pengawasan mutlak perlu
dilaksanakan. Jawaban terhadap pertanyaan yang sangat mendasar tersebut tidak selalu
mudah atau sederhana untuk menemukannya. Tidak mudah dan tidak pula sederhana
karena proses administrasi dan manajemen merupakan hal yang sangat kompleks. Yang
jelas ialah bahwa usaha mencari jawaban terhadap pertanyaan tersebut tidak bisa didekati
hanya secara teknis dan mekanistik saja, tetapi hanrus dikaitkan dengan sifat dasar
manusia pelaksana kegiatan-kegiatan operasional dalam suatu organisasi. Artinya,
pendekatan tennis dan keperilakuan harus digabung agar terjadi proses pengawasan yang
mendatangkan hasil sesuai dengan sasaran semua pihak dalam organisasi yang
bersangkutan.
Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan, perhatian serius
perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental, beberapa di
antaranya dibahas berikut ini.
Pertama: Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah etisiensi. Bekerja secara easier
berarti menggunakan sumber-sumber yang tersedia seminimal mungkin untuk
membuahkan hasil tertentu yang telah ditetapkan dalam rencana. Sudah umum diterima
sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan dalam praktik menunjukkan pula bahwa sumber-
sumber yang tersedia atau mungkin disediakan oleh organisasi apa pun untuk mencapai
tujuannya selalu terbatas, yaitu berupa data, tenaga, sarana, prasarana, dan waktu.
Keterbatasan demikian menuntut penggunaan yang sehemat-hematnya dari semua dana
dan daya yang dimiliki dengan tetap menghasilkan hal-hal yang ditargetkan untuk
dihasilkan. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa sesungguhnya dalam kehidupan
organisasional tidak pernah ada alasan apa pun yang dapat membenarkan sikap dan
tindakan yang boros dalam organisasi. Secara implisit pernyataan tersebut berarti bahwa
segala usaha yang dapat ditempuh perlu dan harus dilakukan agar pemborosan dalam
16
Poskan komentar anda
bentuk apa pun jangan sampai terjadi.
Kedua: Orientasi kedua dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan operational adalah
efektivitas. Jika seseorang berbicara tenting efektivitas sebagai orientals kerja, artinya
yang menjadi scrotal perhatiannya adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah
ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber- sumber tertentu yang
sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.
Artinya, jumlah dan jenis sumber-sumber yang akan digunakan sudah ditentukan
sebelumnya dan dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu harus
dicapai dalam batas waktu yang telah ditetapkan pula. Berbeda dengan orientals efisiensi,
efektivitas menyoroti tercapainya sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan sumber
dan sarana kerja tertentu yang dianggap memadai.
Meskipun sumber dana dan daya tertentu sudah dialokasikan, efektivitas kerja tetap tidak
membenarkan adanya pemborosan dalam bentuk apa pun.
Ketiga: Produktivitas merupakan orientals kerja yang ketiga. Ide yang menonjol dalam
membicarakan dan mengusahakan produktivitas ialah maksimalisasi hasilyang harus
dicapai berdasarkan dan dengan memanfaatkan Sumber dana dan daya yang telah
dialokasikan sebelumnya.
Dalam praktik, ketiga orientals kerja tersebut diterapkan sekaligus dan karena itu ketiga
istilah tersebut digunakan senapas karena memang berkaitan erat satu sangat lain dan
sangat diperlukan dalam menjalankan roda organisasi.
Keempat: Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang berlangsung dan
dimaksudkan untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan, penyelewengan, dan
pemborosan. Dengan perkataan lain, pengawasan bersifat prevented diperlukan hegelian
untuk mengenali berbagai gejala yang menjurus kepada berbagai hal negatif. Artinya,
setiap manager sebagai pelaksana fungsi pengawasan harus mampu mendeteksi berbagai
petunjuk kemungkinan timbulnya berbagai hal negatif dalam menjalankan roda
organisasi.
Tindakan demekian selalu dilakukan oleh seorang penerbang atau nakhoda kapal,
misalnya yang terus-menerus memantau segala factor yang berpengaruh pada penerangan
atau pelayarannya, seperti arah angin, tekanan udara, bentuk awan, dan lain sebagainya
sehingga ia mengetahui dengan tingkat kepastian yang tinggi apakah ia berada pada arah
17
Poskan komentar anda
yang benar atau tidak dan kondisi yang akan dihadapi dalam perjalanan. Demikian pula
halnya dengan setiap manager yang hanrus selalu mengamati segala sexual yang terjadi
dalam organisasi sehingga apa yang terjadi tidak lagi dipandang sebagai pendadakan.
Kelima: Tidak ada manager yang dapat mengelak dari tanggung jawab melakukan
pengawasan karena para pelaksana adalah masnusia yang tidak sempurna. Dengan sifat
dasar ketidaksempurnaannya, para pelaksana kegiatan operational tidal akan luput dari
kemungkinan berbuat khilaf, bahkan juga berbuat kesalahan. Artinya, kalaupun terjadi
penyimpangan dari rencana atau pemborosan sekalipun, belum tentu bahwa hal-hal
negatif itu terjadi karena kesengajaan, sebab sangat semanakin factor lainlah yang
menjadi penyebabnya, seperti kekurangan, keterampiian, kekurangan pengetahuan, atau
faktor-faktor lain sejenis itu.
Keenam: Pengawasan akan berjalan dengan lancar apabila proses dalam pengawasan
diketahui dan ditaati. Yang dimaksud dengan proses dasar itu, ialah
1 . penentuan standar hasil kerja,
2. pengukuran hasil pekerjaan, dan
3. koreksi terhadap penyimpangan yang mungkin terjadi
A. HAKIKAT PENILAIAN
Definisi penilaian yang penulis gunakan adalah pengukuran dan pembandingan 1
hasil-hasil yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.
Bertitik tolak dari defenisi di atas, penyelenggaraan fungsi penilaian didasarkan pada
paling sedikit empat konsepsi yang sangat fundamental.
Pertama: Usaha pencapaian tuljuan suatu organisasi merupakan proses. Telah
umum dimaklumi bahwa tujuan organisasi, terutama tujuan adilya, tidak manakan dan
memang tidal pernah tercapai sekalipun. Kenyataan ini telah dibuktikan oleh semua
organisasi. Telah diketahui pule bahwa tujuan akhir suatu organisasi biasanya bersifat
idealistic, dalam arti ia merupakan sesuatu yang di idam-idamkan dan diharapkan akan
tercapai satu kali kelak. Merupakan kenyataan pula bahwa tidak ada satu orang pun
dalam organisasi yang dapat mengatakan secara pasti kapan satu kali kelak itu akan tiba.
Di sinilah terletak inti pendapat yang mengatakan bahwa usaha pencapaian tujuan adalah
suatu proses.
Kedua: Karena usaha pencapaian tujuan akhir merupakan suatu proses, ia
dijabarkan menjadi tujuan yang jangkauan waktunya lebih pendek dan sifatnya pun lebih
konkret, antara lain karena dikuantifikasikan. Bagian tujuan jangka 1 itu biasanya dikenal
dengan istilah sasaran. Biasanya semakin pendek jangkauan waktu usaha sasaran tertentu,
usaha kuantifikasi pun biasanya lebih intenser. Agar mempunyai magna operational,
suatu proses dipecah-pecah menjadi tahapan-tahapan tertentu yang untuk kepentingan
penyelenggaraan fungsi-fungsi organic managerial dipandang sebagai suatu totalisme
yang independen, meskipun apabila dipandang sebagai bagian suatu proses, independensi
absolve tidak dimilikinya. Penahapan suatu proses dilakukan dengan berbagai criteria,
seperti:
1. penahapan dart segi waktu
2. penahapan dsri segi jumlah basil yang ditetapkan untuk dicapai
3. penahapan berdasarkan alokasi sejumlah dana tertentu
20
Poskan komentar anda
4. penahapan berdasarkan berbagai kegiatan sekelompok orang tertentu untuk melakukan
berbagai kegiatan yang hants dilakukan Islam sate kurun wake tertentu pulp
5. penahapan berdasarkan kombinasi dsri penahapari-penahapan di alas.
Hanya saja perdu ditekankan bahwa meskipun sate tahap tertentu dapat dipandang
sebagai suatu totalisms yang seolah-olah berdiri senders, setiap tahap tetap merupakan
bagman dart keseluruhan proses administrant dan manajemen. Setiap tahap yang telah
selesai dilaluilah yang dinilai untuk melihat dua hal berikut int.
1. Apakah organisasi berada pads rel yang benar dalam perjalanannya menuju
''pelabuhan'' akhir yang ingin ditujunya.
2. Segi-segi apa yang merupakan factor keberhasilan untuk dijadikan modal berharga di
masa depan dan segi-segi apa pula yang menjadi factor penyebab kekurang berhasilan
atau bahkan kegagalan untuk dihilangkan sehingga tidal terulang dalam pelaksanaan
tahap berikutnya. .
7. Management Audit
Salah satu perkembangan dalam usaha akumulasi teori dan praktik manajemen ialah
perhatian yang semakin besar yang diberikan pada pentingnya melakukan audit terhadap
kemampuan para manager menjalankan berbagai fungsinya.
Perkembangan ini sangat menarik untuk didalami mengingat pentingnya peranan yang
dimainkan oleh para manager dalam mengemudikan jalannya rode organisasi.
Artinya, para manajerlah yang: sesungguhnya bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang terjadi atau yang tidak terjadi dalam organisasi dalam rangka pencapaian tujuan
akhirnya.
Harapan untuk menghilangkan faktor-faktor penyebab kekurang berhasilan atau
kegagalan di masa depan terletak di tangan para manager itu juga. Sudah barang tentu
banyak cara yang dapat ditempuh untuk menghilangkan faktor-faktor negatif yang
dihadapi termasuk peninjauan kembali seluruh langkah dalam proses administrasi dan
manajemen. Akan tetapi, salah satu cara yang perlu digunakan ialah menilai mutu dan
kemampuan para manager dalam organisasi dan apabila perlu meningkatkannya melalui
pendidikan dan latihan. lnilah yang dimaksud dengan management audit.
Management audit dapat dilakukan dengan pendekatan langsung dan tidak langsung.
Yang dimaksud dengan pendekatan langsung galah dengan meneliti secara cermat
kemampuan para manager melakukan fungsi-fungsi manajerialnya. Salah satu cara
terbaik untuk mcneliti kemampuan suatu organisme adalah dengan menilai kemampuan
para manajerya. Pendekatan langsung ini dapat sangat bermanfaat. Pelaksanaann
didasarkan pada empat asumsi utama, yaitu sebagai berikut:
1) Manajer yang memiliki kemampuan yang tinggi akan tidak berbuat banyak
kesalahan.
2) Prestasi kerja para manager memang dapat diukur berdasarkan criteria yang
rational dan objektif.
3) Keberhasilan manajemen sangat tergantung pada kemampuannya mengemudikan
organisasi dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang makin
25
Poskan komentar anda
tinggi
4) Kemampuan para manager menerapkan teori dan asas-asas manajemen ilmiah
dapat dinilai.
5) Sebaliknya, yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung ialah melihat hasil
pekerjaan para manager yang bersangkutan dengan mengukur hasil pekerjaannya
dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dalam arti
kuantitas, kualitas, waktu, dan biaya yang menyelesaikan pekerjaan tertentu.
26
Poskan komentar anda