Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang memberikan dasar-dasar pokok dan penting untuk jenjang-jenjang pendidikan berikutnya. Kemampuan siswa yang dibina dengan baik sejak dini akan memberikan dasar pijakan yang baik pula untuk dapat melangkah dalam dunia pendidikan pada jenjang berikutnya. Demikian pula sebaliknya, bila dalam tahap dasar ini kemampuan-kemampuan dasar belum dikembangkan maka anak akan banyak menemui kesulitan pada tahap jenjang pendidikan berikutnya, atau setidak-tidaknya akan mengalami hambatan-hambatan dalam memahami berbagai konsep. Oleh sebab itu pembinaan dalam cara-cara memahami suatu persoalan dan konsep-konsep sudah harus dimulai sejak di Sekolah Dasar, demikian pula dalam bidang Pendidikan Agama Katolik. Kitab Suci merupakan buku yang berisi refleksi pengalaman iman dalam hubungannya dengan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Kitab Suci memang ditujukan untuk semua umat dan semua bangsa. Akan tetapi tidak dapat disangkal pula bahwa refleksi isi Kitab Suci sebagian besar atau bahkan dapat dikatakan seluruhnya ditujukan untuk orang-orang yang dewasa, meskipun dalam segi-segi tertentu anak-anak juga disinggung dalam Kitab Suci, namun begitu dalam kaitannya dengan penyadaran iman untuk orang-orang yang dewasa. Oleh sebab itu, bagi anak-anak, untuk memahami isi Kitab Suci akan menjadi suatu kesulitan tersendiri, karena pola pikir dalam penulisan Kitab Suci tentu juga menggunakan pola pikir orang dewasa. Maka hal ini harus menjadi suatu pemikiran yang khusus dan serius bagi para pendamping iman anak-anak, untuk dapat menerjemahkan pesanpesan dan isi Kitab Suci bagi anak-anak, khususnya seusia siswa Sekolah Dasar. Sementara tuntutan secara moral dan pedagogis, menghendaki agar semenjak usia dini, anak-anak sudah dibiasakan untuk menyenangi Kitab Suci. Maka salah satu tugas guru agama Katolik Sekolah Dasar adalah agar

dapat menghadirkan isi dan pesan Kitab Suci kepada peserta didik, sehingga mereka dapat memahami isi Kitab Suci sesuai dengan usia mereka. Salah satu sifat anak adalah berpikir konkrit dan masih sulit untuk memahami yang abstrak dan konsepsional. Maka dari itu perlu kiranya dalam pembelajaran agama Katolik umumnya dan pengenalan Kitab Suci khususnya perlu dihadirkan secara konkrit dan indrawi pula. Oleh sebab itu untuk dapat memecahkan persoalan di atas, diadakanlah suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). B. Identifikasi Masalah. Kemampuan memahami isi Kitab Suci yang baik bagi anak Sekolah Dasar akan dapat terwujud jika sejak awal, anak dibiasakan untuk menyukai Kitab Suci. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang tepat guna agar anakanak Sekolah Dasar senang dengan kisah-kisah dalam Kitab Suci. Agar siswa Sekolah Dasar memiliki kemampuan memahami isi Kitab Suci yang baik maka perlu didukung oleh pengenalan isi Kitab Suci secara menarik, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Untuk itu penulis mengusulkan suatu Media Cerita Bergambar dalam memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. C. Rumusan Masalah. Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007? D. Tujuan. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

Ingin mengetahui

apakah penggunaan media cerita bergambar dapat

meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. E. Hipotesis Tindakan. Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007. F. Manfaat Penelitian. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini, akan memberikan manfaat yang berarti bagi: a. Siswa. 1) 2) 3) b. Mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi Kitab Suci. Membantu siswa menyenangi kisah-kisah dalam Kitab Suci. Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran agama Katolik. Guru. 1) Meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan proses pembelajaran agama Katolik dengan menggunakan media cerita bergambar, sehingga dapat mempermudah pembelajaran. 2) c. Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesulitan siswa Sekolah Dasar dalam memahami isi Kitab Suci. Sekolah. 1) 2) 3) Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran agama Katolik. Meningkatkan pendayagunaan alat peraga gambar. Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar siswa. pelaksanaan proses

G. Definisi Operasional. Untuk memberikan kesamaan konsep dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi-definisi yang ada dalam penulisan ini. a. b. Arti kata memahami menurut Desi Anwar (2002:325) adalah mengerti benar (akan), mengetahui benar. Pengertian media cerita bergambar didefinisikan sebagai berikut: 1) 2) 3) Menurut Tamsik Udin (1987:95), media berarti alat atau saluran untuk menyampaikan pesan. Cerita menurut Desi Anwar (2002:104) berarti karangan yang mengisahkan perbuatan. Gambar menurut Desi Anwar (2002:146) diartikan sebagai tiruan barang, dalam bentuk dua dimensi. Dengan demikian Media Cerita Bergambar dapat diartikan: alat untuk menyampaikan pesan dalam bentuk kisah dua dimensi. d. Kitab Suci. Kitab Suci atau Alkitab menurut Tom Jacobs (1993:13) adalah buku yang paling luhur dan paling unggul yakni buku suci. Yaitu seluruh buku iman Kristiani, baik yang disebut Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kitab Suci. 1. Pengertian Kitab Suci. Setiap agama memiliki suatu buku khusus yang menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan beragama bagi para umatnya. Buku tersebut sering disebut dengan Kitab Suci. Secara etimologis, Kitab Suci berasal dari dua kata yaitu kitab dan suci. Desi Anwar (2002:242) mengartikan kitab sebagai buku, buku suci, yakni buku yang berisi segala sesuatu yang bertalian dengan agama. Sedangkan Tom Jacobs (1993:13) mengartikan Kitab Suci dan Alkitab sama artinya, yaitu buku yang paling luhur dan paling unggul yakni buku suci atau Kitab Suci. Yang dimaksudkan adalah seluruh buku iman Kristiani, baik yang disebut Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Berdasarkan rumusan di atas Kitab Suci dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai buku yang paling diunggulkan oleh agama Katolik yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. 2. Isi Kitab Suci. Kitab Suci atau Alkitab terdiri dari sejumlah kitab-kitab yang ditulis dari masa ke masa pada zaman dahulu. Tom Jacobs (1993:13) menulis bahwa Alkitab atau Kitab Suci terdiri dari dua bagian yakni Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Kedua bagian tersebut masih dibagi-bagi lagi dalam berbagai kitab. Menurut Stefan Leks (1996:17) ada sejumlah 73 kitab dalam keseluruhan isi Alkitab atau Kitab Suci. Alkitab atau Kitab Suci umat Kristiani mempunyai corak tersendiri, yang berbeda dengan Kitab Suci dari umat beragama lain. Hal ini perlu diketahui oleh setiap orang yang ingin memahami isi Alkitab atau Kitab Suci, dan terlebih bila ingin menggunakannya dengan benar. Groenen dan Stefan Leks (1995:1) mengatakan, Orang yang tidak mengetahui ciri-corak khas Alkitab itu, tentu saja akan menangkap salah isinya.

Kitab Suci atau Alkitab adalah sekumpulan karangan yang dihasilkan umat beriman, baik Yahudi maupun Kristen selama ratusan tahun. Karangan-karangan itu bukan wangsit atau wahyu yang oleh Tuhan langsung diturunkan kepada tokoh-tokoh tertentu, seolah-olah mereka itu nabi atau resi. Menurut Groenen dan Stefan Leks (1995:2) karangan itu berisi kesaksian iman umat yang mengamati kejadian-kejadian tertentu, lalu mengartikannya berdasarkan imankepercayaan kepada Allah yang dipahami secara tertentu. Kesaksian iman para umat zaman dahulu yang tertuang dalam Alkitab atau Kitab Suci sebagian besar ditulis dalam bentuk cerita. Baik itu yang ada dalam kitab Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Cerita-cerita tersebut tidak mengisahkan tentang kehidupan surga serta para tokoh yang ada. Kitab Suci justeru menceritakan tentang kisah hidup manusia itu sendiri baik secara perorangan maupun secara kelompok sebagai umat beriman. Cerita-cerita itu tidak dapat dipandang secara harafiah sebagai suatu bentuk laporan historis dan kronologis, melainkan lebih dipandang sebagai suatu cerita bermakna yang perlu digali makna-makna serta maksud-maksud yang terkandung dari balik kisah-kisah tersebut. 3. Kitab Suci dan Anak. Kitab Suci yang merupakan hasil refleksi iman umat secara mendalami dalam terang dan bimbingan Roh Kudus akan lebih sulit dipahami oleh anak-anak. Hal ini dapat dimengerti karena hampir dari seluruh isi Kitab Suci atau Alkitab tidak ditujukan kepada anak-anak dalam arti orang yang masih kecil. Meskipun kata anak dalam Perjanjian Lama disebut dalam sejumlah 2.826 ayat, dan disebut dalam sejumlah 772 ayat dalam Perjanjian Baru. Hal itu tidak mengindikasikan bahwa ayat-ayat tersebut ditujukan kepada anak-anak. Memang dalam bagian tertentu disinggung tentang pengertian anak, namun hal tersebut dalam kaitannya dengan pembicaraan dengan orang dewasa. Misalnya dalam Injil Mateus (18:10) mengatakan, Ingatlah, jangan

menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga. Ayat tersebut tidak ditujukan kepada anak-anak, tetapi tetap dalam kaitannya dengan orang dewasa sebagai tujuan dari munculnya ayat tersebut. Penulis menemukan ayat-ayat yang seolah-olah ditujukan kepada anak-anak namun jika dikaji lebih lanjut ayat tersebut juga ditujukan kepada orang dewasa. Misalnya dalam Injil Lukas (18:20) tertulis, Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah, jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu. Kata hormatilah ayahmu dan ibumu, seolah-olah secara sekilas ditujukan kepada anak-anak, akan tetapi ayat tersebut beserta paralelnya serta yang senada dengan ayat tersebut sebenarnya ditujukan untuk orang dewasa. Contoh lain dalam Surat Paulus kepada jemaat di Efesus (6:2) tertulis, Hormatilah ayahmu dan ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini. Ayat tersebut dalam kaitannya dengan wejangan terhadap keluarga, maka ayat ini bisa dianggap sebagai ayat yang ditujukan kepada anak-anak, meskipun konteksnya anak dalam arti anggota keluarga, termasuk yang sudah berusia bukan lagi anak-anak. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa menterjemahkan isi Kitab Suci untuk ditujukan kepada anakanak akan menjadi suatu kesulitan tersendiri dan diperlukan suatu cara, strategi atau metode yang secara khusus pula. B. Media Cerita Bergambar 1. Pengertian Media Cerita Bergambar. Media Cerita Bergambar terdiri dari dua unsur pokok yaitu media dan cerita bergambar atau yang sering disingkat dengan cergam. Tamsik Udin (1987:97) mengartikan kata media sebagai alat atau saluran untuk menyampaikan pesan. Dalam dunia pendidikan, pesan yang disampaikan atau disalurkan melalui media itu adalah suatu ajaran.

Ajaran ini dapat berasal dari guru, dosen, atau orang pandai lainnya, yang secara umum disebut sebagai sumber belajar, manusia sumber atau nara sumber. Media, sebagai perantara atau saluran komunikasi, menyampaikan ajaran ini kepada siswa. Sri Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994:6-2) memberi arti tentang media sebagai berikut, .media yang merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai untuk mengantarkan pesan. Antara istilah media dengan alat peraga hampir sama, perbedaannya adalah sesuatu itu disebut media apabila menjadi satu kesatuan yang integral dengan proses pembelajaran. Sedangkan sesuatu itu disebut alat peraga apabila sesuatu itu sekedar menjadi alat bantu saja. Dari pendapat-pendapat tersebut maka penulis mengartikan media adalah orang, benda, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang dapat merangsang siswa untuk berkembang baik dalam segi pemahaman, keterampilan, maupun sikapnya. Cerita bergambar terdiri dari dua unsur kata cerita dan bergambar yang telah membentuk satu pengertian tersendiri. Cerita bergambar ini dapat disebut juga dengan sebutan gambar bersambung atau gambar seri. Karena terdiri dari unit-unit yang membentuk satu rangkaian cerita. Tamsik Udin (1987:108) mengartikan gambar seri atau gambar bersambung ialah. .untuk menerangkan suatu rangkaian perkembangan, seperti cerita untuk anak-anak, perkembangan suatu pekerjaan (cara pembuatan keramik, pembuatan pakaian) atau ceritacerita sejarah. Secara singkat penulis mengartikan Cerita Bergambar adalah rangkaian suatu peristiwa dalam bentuk gambar dua dimensi. 2. Pentingnya Media Cerita Bergambar. Beberapa hal tentang pentingnya media secara umum dan media cerita bergambar pada khususnya dapat penulis kemukakan sebagai berikut: a. b. c. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk berpikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme. Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. Memberikan pengalaman yang lebih nyata.

d. e. f. g. h.

Gambar bersifat lebih konkrit. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu. Gambar dapat digunakan untuk memperjelas suatu masalah. Dapat digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok (klasikal). Gambar dapat digunakan untuk merangkum suatu unit bacaan. Selain dari beberapa hal mengenai pentingnya media cerita

bergambar di atas, dapat juga media cerita bergambar mempunyai manfaat sebagai berikut: a. b. c. d. Memberikan gambaran yang nyata kepada anak-anak mengenai halhal yang sedang diceritakan. Memusatkan perhatian siswa terhadap obyek yang sedang dibicarakan. Siswa memahami hubungan bagian-bagian dari serangkaian cerita yang disajikan. Materi pembelajaran lebih membekas. Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (2002:19) mengemukakan bahwa teks atau cerita Kitab Suci dapat disampaikan dalam bentuk cergam: cerita bergambar. Lebih lanjut diuraikan bahwa ada banyak kisah Kitab Suci yang dapat disampaikan dalam bentuk gambar, misalnya: Nabi Yunus, Daud dan Goliat, Kisah Sengsara, Kisah Kebangkitan, dan sebagainya. yang diberikan melalui media cerita bergambar ini akan lebih bertahan lama dalam ingatan siswa, atau

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penulisan ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Alasan penulis memilih bentuk rancangan penelitian tindakan kelas adalah bahwa penulisan ini karena berlandaskan pada pengalaman nyata dan langsung dari penulis dalam melaksanakan tugas sehari-hari yaitu melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini juga lebih bersifat untuk perbaikan hasil belajar siswa pada umumnya dan memahami isi Kitab Suci pada khususnya. Kegiatan penulisan ini dilaksanakan dengan pola kerja sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ini: 1. Rancangan Siklus I a. Refleksi awal. Pada langkah pertama ini penulis mengidentifikasi masalah dan menganalisa masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dalam hal memahami isi kisah-kisah dalam Kitab Suci pada siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang. b. Merumuskan permasalahan secara operasional. Langkah kedua adalah merumuskan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran memahami isi Kitab Suci di kelas. c. Merumuskan hipotesis tindakan. Refleksi awal Perencanaan. Pelaksanaan Tindakan Pengumpulan data. Refleksi Perancangan ulang. Berikut adalah uraian mengenai langkah-langkah pola kerja penelitian

10

Hipotesis tindakan pada siklus pertama dirumuskan sebagai berikut: Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007. d. Menyusun rancangan tindakan. Rancangan tindakan yang disusun adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) e. Menentukan materi kisah dari Kitab Suci yang akan diajarkan kepada siswa. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Menyusun alat pengumpulan data yang berupa instrumen test. Menyusun rencana pengolahan data. Penulis sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik, melaksanakan pembelajaran memahami isi Kitab Suci kepada siswa dengan metode: sebagai berikut: 1) Kegiatan Pembuka a) Guru mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar tentang isi Kitab Suci dan juga menyiapkan alat-alat atau media yang akan digunakan. b) Doa pembuka. Guru pelan. c) Apersepsi. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman d) Pre test. Pre test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam hubungannya dengan materi yang akan siswa yang ada hubungannya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. mengajak siswa untuk berdoa pembuka pembelajaran dan siswa menirukan doa dari guru secara demonstrasi, bercerita, dan penugasan. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran ini adalah

Pelaksanaan / Tindakan.

11

diajarkan. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan data awal. 2) Kegiatan Inti. a) Siswa mempelajari isi salah satu kisah dalam Kitab Suci melalui media cerita bergambar yang telah disiapkan oleh guru. Guru menguraikan kisah dari isi Kitab Suci tersebut secara lisan. b) c) Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru sebagai pendalaman isi kisah Kitab Suci tersebut. Siswa dibimbing oleh guru untuk dapat menceritakan kembali isi kisah Kitab Suci tersebut secara lisan dengan bahasa siswa sendiri berdasarkan pemahaman siswa mengenai kisah dari Kitab Suci yang telah dipelajarinya melalui media cerita bergambar. 3) Kegiatan Penutup. a) Evaluasi. Guru mengadakan evaluasi mengenai hasil tindakan secara tertulis. b) f. Doa Penutup. Pengumpulan data. Sutrisno Hadi (1989:67) menulis bahwa seorang penyelidik dapat menggunakan questionnaire, interview, observasi biasa, test, eksperimen dan sebagainya dalam pemilihan metode pengumpulan data. Pengumpulan data pada penulisan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan metode test dengan instrumen Lembar Test Tertulis. Contoh instrumen pengumpulan data dengan metode test tersebut adalah: Berapa jumlah anak Nuh? g. Refleksi. Analisis data dan refleksi dilaksanakan oleh penulis dalam kegiatan yang terpisah dengan proses pembelajaran. Hasil refleksi dicatat dan dijadikan acuan untuk melakukan tindakan siklus II.

12

2.

Rancangan Siklus II. Atas dasar pelaksanaan dan hasil refleksi dari siklus I maka penulis membuat perencanaan tindakan ulang. Penulis melakukan pengulangan perencanaan dengan menambahkan rencana tindakan dengan menggunakan media cerita bergambar yang disertai dialog tertulis. Jika pada siklus I, penulis belum menggunakan media cerita bergambar yang disertai dialog tertulis, maka pada siklus kedua ini penulis lebih menonjolkan pada penggunaan media cerita bergambar yang disertai dialog tertulis. a. Rencana Tindakan. Berdasarkan hasil dari tindakan dan hasil refleksi siklus I, maka disusun suatu rancangan tindakan sebagai berikut: 1) Materi yang diajarkan adalah memahami salah satu kisah dalam Kitab Suci dengan menggunakan media cerita bergambar yang disertai dialog tertulis dalam cerita bergambar tersebut. 2) b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penulis melaksanakan tindakan dengan melaksanakan proses pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Kegiatan Pembuka a) Guru mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar tentang isi Kitab Suci dan juga menyiapkan alat-alat atau media yang akan digunakan. b) Doa pembuka. Guru pelan. c) Apersepsi. Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman siswa yang ada hubungannya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. mengajak siswa untuk berdoa pembuka pembelajaran dan siswa menirukan doa dari guru secara Pelaksanaan Tindakan.

13

d) 2) a)

Pre test. Siswa mempelajari isi salah satu kisah dalam Kitab Suci melalui media cerita bergambar yang telah disiapkan oleh guru, dengan menggunakan media cerita bergambar yang disertai dialog di dalamnya. Guru menguraikan kisah dari isi Kitab Suci tersebut secara lisan.

Kegiatan Inti.

b) c)

Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru sebagai pendalaman isi kisah Kitab Suci tersebut. Siswa dibimbing oleh guru untuk dapat menceritakan kembali isi kisah Kitab Suci tersebut secara lisan dengan bahasa siswa sendiri berdasarkan pemahaman siswa mengenai kisah dari Kitab Suci yang telah dipelajarinya melalui media cerita bergambar.

3)

Kegiatan Penutup. a) Evaluasi. Guru mengadakan evaluasi mengenai hasil tindakan secara tertulis. b) Doa Penutup.

Pengumpulan data Pengumpulan data pada penulisan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan metode test dengan instrumen Lembar Test Tertulis. Contoh instrumen pengumpulan data dengan metode test tersebut adalah: Berapa jumlah anak Nuh?

g.

Refleksi. Analisis data dan refleksi dilaksanakan oleh penulis dalam kegiatan yang terpisah dengan proses pembelajaran. Hasil refleksi dicatat dan dijadikan acuan untuk melakukan tindakan siklus III bila dirasa masih diperlukan tindakan siklus III.

14

B. Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang dengan jumlah siswa 5 anak. Penulis mengadakan penelitian ini di tempat tersebut dengan alasan bahwa Penulis melakukannya di tempat tugas sehari-hari sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik dan dalam rangkaian dengan kegiatan proses pembelajaran. Penulis menggunakan jumlah siswa sesuai dengan apa adanya. Karena penulisan penelitian tindakan kelas ini bukan suatu penelitian yang akan digunakan untuk generalisasi yang lebih luas, maka lebih bersifat mengabaikan ketentuan metode sampling. Akan tetapi tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk perbaikan kemampuan siswa dari penulis dengan jumlah siswa menurut apa adanya. Miftahusirojudin ( - : 7) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak menggunakan populasi, sample, dan teknik sampling. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah siswa yang nyata ada berapa pun jumlahnya dan tidak dianggap melanggar aturan penelitian. C. Tekhnik Pengumpulan Data. Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode test. Metode test ini dilaksanakan sebagai evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. Sutrisno Hadi (1989:67) menulis bahwa seorang penyelidik dapat menggunakan questionnaire, interview, observasi biasa, test, eksperimen dan sebagainya dalam pemilihan metode pengumpulan data. Prosedur yang digunakan adalah pre test dan post test. Jenis tes adalah test tertulis dan instrumen yang digunakan adalah lembar test. Yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai isi dari kisah Kitab Suci yang telah dipelajari dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup. Miftahusirojudin (- : 2) mengemukakan bahwa salah satu prinsip Penelitian Tindakan Kelas adalah metode pengumpulan data tidak menuntut waktu yang berlebihan sehingga mengganggu pembelajaran. Dengan

15

demikian pengumpulan data juga dapat dilakukan dalam kesatuan yang integral dengan proses pembelajaran. D. Analisis Data. Menurut Miftahusirojudin ( - : 8) bahwa analisis data dalam penelitian tindakan kelas menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: - Tidak menggunakan uji statistik. - Menggunakan analisis deskriptif: a. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu Membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja. b. Observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Maka dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data diwujudkan dalam bentuk deskriptif kualitatif atas dasar hasil test terhadap kemampuan memahami isi Kitab Suci pada siswa. Langkah-langkah analisis data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Pengecekan data, mengecek data-data hasil test. Interpretasi, yaitu merumuskan suatu tafsiran atas hasil data yang terkumpul. Menarik suatu kesimpulan atas data yang ada, apakah berdasarkan hasil test dari siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan memahami isi Kitab Suci pada siswa. d. Tindak lanjut. Dalam tahap ini penulis merumuskan langkah-langkah perbaikan untuk siklus berikutnya apabila pada siklus tersebut belum berhasil meningkatkan kemampuan siswa atau pelaksanaan tindakan dianggap selesai dan berhasil. e. Pengambilan simpulan. Merumuskan pernyataan atas hasil analisis data dari hasil test. Kriteria yang dijadikan sebagai pedoman adalah: Terjadi peningkatan kemampuan memahami isi Kitab Suci jika hasil test menunjukkan bahwa nilai keberhasilan memahami isi Kitab Suci minimal 75 %.

16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Hasil Penelitian Siklus I. Penggunaan media cerita bergambar pada tindakan siklus I yang menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk memahami isi Kitab Suci dengan media cerita bergambar yang tidak disertai dialog tertulis dengan jumlah siswa 5 anak, menunjukkan hasil : NO 1 2 3 4 5 Nama Anak Patricia Ana Pratiwi Yohana Serelita Felicia Widyawati Vincentia Wulansari Dhio Djwandoko Rata-Rata Tabel 1. Hasil Penilaian Siklus I Hasil Nilai 60 70 80 60 60 66 Prosentase 60 % 70 % 80 % 60 % 60 % 66 %

Keterangan: Dari hasil tersebut di atas, maka pada siklus I ini menunjukkan bahwa penggunaan media cerita bergambar dalam memahami isi Kitab Suci mampu menghasilkan keberhasilan sebesar 66 %. B. Hasil Penelitian Siklus II. Berdasarkan atas hasil dari siklus I, kemudian dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini peneliti menerapkan tindakan memahami isi Kitab Suci dengan menggunakan media cerita bergambar pada siswa yang sama dan dengan materi yang sama dengan penambahan penggunaan media cerita bergambar disertai dialog tertulis. Dari tindakan pada siklus II menunjukkan hasil sebagai berikut: NO 1 2 3 4 5 Nama Anak Patricia Ana Pratiwi Yohana Serelita Felicia Widyawati Vincentia Wulansari Dhio Djwandoko Rata-Rata Hasil Nilai 80 90 85 70 70 79 Prosentase 80 % 90 % 85 % 70 % 70 % 79 %

17

Tabel 2. Hasil Penilaian Siklus II C. Pembahasan Hasil Penelitian. Dari tabel pengolahan data hasil penilaian pada siklus II menunjukkan tingkat keberhasilan memahami isi Kitab Suci melalui media cerita bergambar mencapai keberhasilan sebesar 79 %. Hasil tindakan pada siklus II ini menunjukkan peningkatan sebesar 13 %. Hal tersebut dikarenakan media cerita bergambar yang digunakan lebih rinci dan disertai dialog tertulis. Selain karena alasan tersebut di atas, dapat terjadi peningkatan kemampuan memahami isi Kitab Suci juga disebabkan karena telah terjadi pengulangan materi yang diajarkan.

18

BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan atas hasil tindakan dan analisis data maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut: Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007. B. Saran. Berdasarkan hasil dari simpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: a. b. Keberhasilan memahami isi Kitab Suci pada siswa Sekolah Dasar kelas 2 dapat ditingkatkan dengan menggunakan media cerita bergambar. Pembelajaran memahami isi Kitab Suci melalui media cerita bergambar akan lebih dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi Kitab Suci jika disertai dengan dialog tertulis di dalamnya. c. Salah satu keterbatasan media cerita bergambar ini adalah tidak dapat diterapkan pada semua isi dalam Kitab Suci. Namun lebih banyak dapat digunakan dalam Kitab Suci yang berisi cerita atau kisah. d. Pembelajaran memahami isi Kitab Suci bagi siswa Sekolah Dasar, perlu adanya pengulangan yang baik agar siswa lebih memahami isi dari Kitab Suci tersebut.

19

DAFTAR REFERENSI Anwar, Desi, 2002, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Amelia. Groenen dan Stefan Leks, 1995, Percakapan Tentang Alkitab Sesudah Konsili Vatikan II, Yogyakarta, Kanisius. Hadi, Sutrisno, 1989, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta, Andi Offset. Udin, Tamsik dan Sopandi, 1987, Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan SPG/KPG/ SGO, Bandung, Epsilon Grup. Jacobs, Tom, 1997, Permasalahan Sekitar Kitab Suci 1, Yogyakarta, Kanisius. Lalu, Yosef, dkk, 2007, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar, Buku Siswa 2A, Yogyakarta, Kanisius. Leks, Stefan, 1999, Kitab Suci Dalam 33 Pelajaran, Jakarta, Celesty Hieronika. Miftahusirojudin, _____, Penelitian Tindakan Kelas, Diklat Guru Mapel Pendidikan Agama Katolik SD, Surabaya, Print Out - Balai Diklat Keagamaan. Waluyo, Djoko Adi, dkk, 1998, Buku Pedoman Penelitian, Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana. Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Universitas Terbuka. _____, 1974, Alkitab Elektronik 2.0.0 Alkitab Terjemahan Baru, ____, Lembaga Akitab Indonesia. _____, 2002, Kreatifitas Bina Iman Anak, Jakarta, Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia.

20

LAMPIRAN 1. 2. 3. Cerita Bergambar tentang kisah Nabi Nuh, yang digunakan dalam Siklus I. Cerita Bergambar tentang kisah Abraham Mempersembahkan Ishak, yang digunakan dalam Siklus II. Instrumen penelitian.

21

Anda mungkin juga menyukai