Anda di halaman 1dari 4

ISSN: 1829-9466 2006 Journal of the Indonesian Oil and Gas Community.

Published by Komunitas Migas Indonesia

Manajemen Duplex Piping Welder pada Proyek Fabrikasi Platform: Masalah dan Solusi
Ediwin H. Siregar1, Sinnasamy Muniandi2
Project Control Group - PT Saipem Indonesia, Jl. HR Rasuna Said, Jakarta, Indonesia. E-mail: ediwin.siregar@saipem.co.id 2 Senior Welding Inspector - Saipem, 73, Science park drive, Cintech 1, Singapore Science Park 1, 118254, Singapore. E-mail: muniandi.sinnasamy@saipem.co.id Abstrak - Fabrikasi suatu unit instalasi untuk minyak dan gas sangat spesifik dan customized, di mana sebagian besar material untuk konstruksi instalasi tersebut terbuat dari baja, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja pengelasan sangat dominan. Peranan tenaga kerja pengelasan sangatlah penting mengingat pekerjaan ini bersifat time-limited, ketat dalam quality control, dan mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap disiplin/unit kerja yang lain. Pengelolaan tenaga kerja yang baik akan memperbesar peluang suatu proyek agar selesai tepat waktu dan sesuai rencana biaya (budget). tertentu menjadi suatu kesatuan platform. Welder dalam unit fabrikasi merupakan komponen utama mengingat hampir 50% personil adalah personil welder dengan berbagai tingkat kecakapan. Karena rangkaian jalur pipa utama, rangkaian pipa proses terbuat dari bahan duplex stainless steel sesuai dengan persyaratan klien maka seluruh process piping pada platform Vorwata A/B menggunakan kriteria 2500# Topsides Production Piping. Platform didesain sebagai wellhead platform, di mana fluida yang berasal dari sumur mendapat sedikit adjustment kemudian langsung dikirim melalui linepipe ke LNG plant. Process piping di atas wellhead platform juga terbuat dari bahan duplex stainless steel agar tahan korosi. Pig launcher dan manifold juga terbuat dari duplex stainless steel.
1

1. Pendahuluan
Tangguh GPF Platform terdiri dari dua platform yang identik, yang berfungsi untuk menyalurkan gas ke LNG plant di Papua Indonesia; keduanya, baik platform dan LNG plant, dibangun secara bersamaan. Kapasitas platform Tangguh GPF untuk mendukung dua train fasilitas LNG adalah 1,326 MMSCFD (million standard cubic feet per day). Pembangunan suatu platform tidak lepas kaitannya dengan tenaga kerja pengelasan (welder selanjutnya istilah welder akan dipakai dalam artikel ini) yang bertugas merangkai seluruh pipa struktur dan juga termasuk merangkai pipa-pipa untuk aliran fluida (atau disebut dengan process piping) dengan equipment

2. Duplex Piping Fabrication


Pipa duplex berdiameter 1 hingga 24. Pekerjaan fabrikasi untuk duplex di pipe shop dimulai dari pengerjaan pipa ukuran 8 dan 10 hingga pengerjaan manifold. Gambar 1 adalah grafik duplex pipe fabrication di pipe shop dari tanggal 7 Juli 2006 hingga 30 Juli 2006.

DUPLEX PIPING FABRICATION by "DB"


Daily Progress Rate (Full Weld) V.S. Man Power
140

120

115

100 87 80 80 72 80 78 76 77 78 77 81

80

81

81

80 76

80

92 80

85 79

87 92 80 86 83 78 82

96 80 84 78 83

87

91

73

71 66 61 56 49

73 68 63

60

53

56 44

42 32 17 18 9 24 25 0 29 22 24 15 19 20 22 13 16 15 21 23 13 21 18 17 0 14 26 12 23 17 12 21 21 28

45 40

40

20

12 16

14 15 8/7 2 15 9/7 0 13 18

20

20

15

0 7/7

0 10/7 11/7 12/7 13/7 14/7 15/7 16/7 17/7 18/7 19/7 20/7 21/7 22/7 23/7 24/7 25/7 26/7 27/7 28/7 29/7 30/7

Welder

ManPower

DB Weld-Out (Rate)

DB Fit-Up (Rate)

Gambar 1. Grafik duplex pipe fabrication di pipe shop dari tanggal 7 Juli 2006 hingga 30 Juli 2006. Sumber: dikutip dari statistik fabrikasi piping Duplex, project control group, Cilegon Yard

ISSN: 1829-9466 2006 Journal of the Indonesian Oil and Gas Community. Published by Komunitas Migas Indonesia

Grafik produktivitas welder di pipe shop diberikan di Gambar 2. Berdasarkan hasil monitoring, ramalan (forecast) dari penyelesaian piping duplex fabrication diperkirakan berakhir pada 20 September 2006, di mana target produksi di pipe shop adalah 6.645DB. Padahal sesuai dengan project schedule yang digunakan [1] piping installation on deck direncanakan selesai pada 14 September 2006, dan load out dari topside dilakukan pada 30 Oktober 2006.

Milestones yang tidak tercapai sehubungan dengan keterlambatan piping duplex fabrication adalah: Load out dari Topside pada 30 Oktober 2006 tidak dapat dilaksanakan Jadwal pemakaian barge DLB (derrick lay barge) yang akan digunakan pada beberapa proyek lainnya di kawasan regional Asia Pacific terganggu. Akhirnya, keputusan diambil pada bulan Agustus 2006 untuk merevisi fabrication schedule berikut platform installation schedule.

DUPLEX PIPING FABRICATION (w/o RT-UT ACCEPTANCE)


Daily Productivity by DB v.s. Total Welder (50% 1/3 Weld + 50% Full Weld)
140 120 120 96 90.5 85.5 79 80 68 78 81 71 72.5 70 83 77 69 72 56.5 61 78.5 71 77 111 95 113

100

60

40
25

20
16 15 15 13

18

20

24 18

23 21 21 19

20

22 16 15

21

21 18 17

20 15

0
4 4 4 3 4 4

7/7

8/7

9/7

1 0/7

1 /7 1

1 2/7

1 3/7

1 4/7

1 5/7

1 6/7

1 7/7

1 8/7

1 9/7

20/7

21 /7

22/7

23/7

24/7

25/7

26/7

27/7

28/7

29/7

30/7

Welder in Training

Welder in Production

Productivity

Gambar 2. Grafik produktivitas welder di pipe shop. Sumber: dikutip dari statistik fabrikasi piping Duplex, project control group, Cilegon Yard

WEEKLY REPAIR RATE


60%

50% 50% 40% 42% 28% 30% 23% 20% 13% 10%

30%

0%
7/7-1 3/7 1 4/7-26/7

'1/3 w eld

f ull w eld

combined

Gambar 3. Grafik repair rate di pipe shop. Sumber: dikutip dari statistik fabrikasi piping Duplex, project control group, Cilegon Yard

ISSN: 1829-9466 2006 Journal of the Indonesian Oil and Gas Community. Published by Komunitas Migas Indonesia

3. Masalah-Masalah pada Duplex Piping Fabrication


3.1 Welder
Gambar 2 memperlihatkan bahwa jumlah welder yang dapat disediakan manajemen hanya 80% dari total welder yang dibutuhkan. Dalam hal ini, pihak manajemen terlihat kurang responsive terhadap penyediaan welder dengan jumlah yang dibutuhkan. Repair rate (perbaikan) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh welder yang tidak qualified. Gambar 3 menggambarkan repair rate di pipe shop. Pengerjaan partial weld (1/3 weld) meliputi minimum 5 pass of weld ( yaitu root pass, hot pass and 3 filler pass ). Sedangkan full weld meliputi keseluruhan welding mulai capping (pengisian awal dengan material las) hingga RT (radiographic test) Tingginya repair rate juga disebabkan kurangnya peran aktif supervisor, dan untuk mengatasinya, training ulang diberikan kepada welder. Pada gambar 3 menunjukkan penurunan repair rate pada tanggal 14 26 Juli, perbaikan ini disebabkan karena welder yang mengalami repair diharuskan untuk mengikuti training kembali.

lapangan. Seringkali target mingguan dibuat tidak dapat dipenuhi, contohnya : manajemen menetapkan target sebesar 5 DB (dia bore) per welder per hari untuk di shop, akan tetapi target yang bisa dipenuhi oleh welder adalah sekitar 3.99 DB per welder per hari. Hal ini disebabkan oleh tingginya repair rate dan tidak konsistennya kinerja para welder.

3.5 Repair rate


Pengerjaan duplex sangatlah spesifik dibandingkan stainless steel, menyangkut metode pengelasan dan juga heat treatment. Apabila welder minim pengalaman dalam pengelasan duplex, yang mengerjakan dapat menyebabkan tingginya repair rate. Thickness, ketebalan pipa yang variatif, turut mempengaruhi performance dari welder. Dikarenakan thickness suatu material mempengaruhi cara pengelasannya, antara lain meliputi criteria: welding position and direction, diameter range, heat input, dll. Oleh sebab itu, apabila seorang welder selesai bekerja pada material tertentu dan berpindah ke material yang lain, otomatis performance welder tersebut akan terpengaruh untuk sementara waktu dan kemudian kembali ke kinerja terbaiknya.

3.2 Working layout


Layout tempat tidak sesuai dengan tahapan pekerjaan, yaitu mulai dari cut and bevel, fit up, dan full weld. Kurangnya peralatan pendukung, seperti grinding machine, chain block, tripod, level, pipe clamp, siku, dan lainnya

3.6 Problem Eksternal


Banyaknya proyek-proyek Migas di Indonesia yang dilakukan pada waktu yang bersamaan, menyebabkan demand welder sangat tinggi, sehingga menyebabkan persaingan mendapatkan welder semakin sulit.

3.3 Welding Procedures


Dimaksudkan agar WPS (weld procedure specification) tersebut sudah disetujui dan dapat digunakan, untuk menjadi pedoman pelaksanaan pekerjaan. WPS harus memuat informasi rinci mengenai base material specification, thickness, welding process, filler metal, shielding, heat input, dan lain lain. Apa yang terjadi adalah : WPS yang diperlukan pada waktunya, tidak tersedia dikarenakan proses approval yang terlalu lama dari sebuah WPS, sejak dari welding engineer subkontraktor, contractor, hingga welding engineer dari Owner. Salah satu requirement WPS disini adalah harus sejalan dengan requirement ASME B31.3/ASME IX.

4. Usaha Mitigasi yang Dilakukan


Adapun beberapa usaha yang dilakukan oleh pihak manajemen, untuk meningkatkan performance welder dalam menunjang kegiatan fabrikasi adalah sebagai berikut; hal ini berguna untuk menghindari biaya yang lebih besar yang diakibatkan dari tidak tercapai target konstruksi proyek Men-supervisi pekerjaan dengan lebih teliti, dengan menambah jumlah tenaga supervisi. Memonitor aspek kualitas secara ketat., dengan menambah jumlah tenaga QC. Memberikan insentif yang memadai, cara ini dapat digunakan dalam hubungannya meningkatkan produktivitas personil, misalnya dalam rangka memenuhi target tertentu. Menambah jam kerja (shift malam), dimana bila sudah ada terdapat leibh dari 2 group pekerja sedangkan peralatan dan runang kerja terbatas, dapat digunakan cara dua shift, shift pagi dan shift malam.

3.4 Komunikasi
Seringkali keputusan yang dibuat waktu rapat tidak selaras dan tidak sesuai dengan apa yang di terjadi di

ISSN: 1829-9466 2006 Journal of the Indonesian Oil and Gas Community. Published by Komunitas Migas Indonesia

Langkah terakhir adalah memindahkan sebagian pekerjaan kepada subkontraktor. Hal ini dilakukan apabila sisa pekerjaan masih cukup banyak dan target waktu sudah dekat sehingga bila hanya mengandalakan manpower internal, dikhawatirkan tidak ada manfaatnya, disamping itu perlu berhatihati dalam memilih subkontraktor agar tujuan kita tercapai Tentu saja diharapkan adanya kesadaran pada setiap orang untuk mencapai tujuan proyek yang dicanangkan, diharapkan timbul kerjasama tim yang lebih baik juga menghindari conflict diantara para pekerja dan sesama anggota tim proyek.

[4] Process Design Criteria, BP Tangguh GPF Project. [5] Welding Specification FEED documentation, BP Tangguh GPF Project. [6] Kumpulan Materi Las Duplex - Milis Migas Indonesia.

7. Biografi
Ediwin H. Siregar bekerja sebagai Senior Planning Engineer di PT Saipem Indonesia, Jakarta, dengan pengalaman lebih dari 10 tahun menangani proyek-proyek offshore pipeline/platform untuk industri migas. Siregar memperoleh gelar MT dari Universitas Indonesia dan BS dari Universitas Trisakti, keduanya dalam bidang Project Management. Ediwin Siregar merupakan salah seorang Moderator KBK Manajemen Proyek di Komunitas Migas Indonesia (KMI). Sinnasamy Muniandi bekerja sebagai Senior Welding Inspector - Saipem Asia, dengan pengalaman lebih dari 15 tahun menangani proyek-proyek offshore pipeline/platform untuk industri migas di regional Asia Pacific.

5. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat diambil kesimpulan, adalah sebagai berikut: Perlunya fabricator mempunyai standard procedure internal, untuk membantu pekerja dapat bekerja lebih optimal. Walaupun pekerjaan pengelasan dapat dipindah alihkan (out-source), perlunya mempunyai jumlah welder internal yang qualified secara minimal, mengingat pekerjaan piping fabrication, piping erection and piping hydrotest merupakan aktivitas kritis dalam project schedule. Dengan mengelola aktivitas kritis; piping fabrication, piping erection and piping hydrotest dalam project schedule, secara langsung ikut menekan melambungnya biaya fabrikasi dan biaya subkontraktor. Supervisory role, supervisor sangat berperan dalam memantau pelaksanaan di lapangan, termasuk memonitor aspek kualitas. Secara kontinyu, memantapkan komunikasi terhadap karyawan, sehingga karyawan selalu terupdated dengan keputusan / kebijakan manajemen yang ada. HRIS, human resource information system, mengingat permintaan untuk welder sangat tinggi perlu diadakan suatu system informasi, agar kebutuhan untuk welder dapat direspons dengan cepat.

6. Pustaka
[1] Harold Kerzner, Project Management A Systems Approach to Planning, Scheduling, and Controlling John Wiley, Sixth Edition. [2] Lioyd L. Byars, Ph.D, Leslie W Rue, Ph. D, Human Resource Management Richard D. Irwin, Inc, Third Edition. [3] Project Management Institute, A Guide to Project Management Body of Knowledge PMI, Third Edition.

Anda mungkin juga menyukai