Anda di halaman 1dari 3

JUDUL BUKU INDONESIA MENGAJAR : KISAH PARA PENGAJAR MUDA DI PELOSOK NEGERI ( RESENSI BUKU JAWA POS, 18 DESEMBER

2011 ) SEBUAH ULASAN IDA AYU YUDI WITARI, S.PSI I. Pendahuluan Melihat, mendengar atau mungkin bahkan mengalami sendiri masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang terjadi di Bumi Nusantara kita ini, boleh jadi membuat kita pesimis terhadap pendidikan di Indonesia. Meskipun banyak prestasi yang kita dengar telah berhasil ditorehkan oleh putra-putri Indonesia baik di dalam dan di luar negeri melalui ajang olimpiade fisika, matematika dan lain sebagainya, hal tersebut tidak serta merta dapat menepis kenyataan bahwa masih banyak anak-anak Indonesia yang belum memperoleh kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Indonesia bukanlah hanya Pulau Jawa. Indonesia adalah Jajaran pulau-pulau dari Sabang hingga Merauke. Artinya, setiap anak yang berada di wilayah tersebut adalah anak-anak Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan yang sama. Janji Kemerdekaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa belum diterima secara merata di penjuru Tanah Air. Sebagian sudah sudah terlaksana dan sebagian lainnya belum. Banyak daerah-daerah terpelosok, terpencil dan daerah-daerah perbatasan di Indonesia yang belum mendapatkan pendidikan yang layak. Saat ini programprogram pemerintah mengenai upaya peningkatan mutu pendidikan dilaksanakan terbatas pada daerah-daerah tertentu saja. Bagi daerah-daerah terpencil dan tertinggal, yang miskin akses, belum tersedianya infrastruktur serta tingkat eknomi yang rendah menyebabkan pendidikan bukan merupakan prioritas. Masalah utama yang harus dihadapi oleh pemerintah pada daerah-daerah tersebut adalah melakukan peningkatan fasilitas pendidikan seperti tempat belajar dan penyediaan tenaga pendidik atau pengajar (guru). Daerah terpencil sering tidak memiliki tempat yang memadai untuk belajar, kadang mereka belajar di halaman terbuka, di bangunan rusak yang jauh dari rasa aman dan nyaman, dan kadang belajar menumpang di rumah-rumah penduduk. Mengenai kurangnya tenaga pendidik, pemerintah memiliki masalah dalam mendistribusikan tenaga pengajar di daerah-daerah pelosok. Kurangnya tenaga pengajar yang bersedia bertugas di daerah-daerah terpencil karena alasan kondisi geografis yang kurang strategis seperti sulitnya akses untuk menjangkau tempat itu menyebabkan para pengajar yang telah ditugaskan disana lebih sering tidak datang untuk mengajar. Salah satu contoh yaitu Desa Hampang Kecamatan Halong Kabupaten Balangan, salah satu desa terpencil yang mayoritas dihuni warga suku Dayak Meratus ini, termasuk yang cukup sulit dijangkau.

Melihat kenyataan-kenyataan tersebut, sesungguhnya yang utama yang harus tersedia di daerah terpencil adalah adanya pengajar atau guru. Sebab meskipun fasilitas pendidikan dapat disediakan, jika tidak ada tenaga pengajar atau pendidik (guru) yang mau bertugas di daerah tersebut maka pendidikan tidak akan dapat terlaksana. Perjuangan guru untuk mendidik dan mengajar murid sangat dibutuhkan karena akan berdampak sangat besar bagi pembangunan sumber daya manusia, terutama untuk daerah-daerah terpencil yang sangat sulit dijangkau dan di tembus oleh kemajuan tehnologi. Jadi perlu sekali diambil suatu tindakan yang nyata dan berdampak dalam merealisasikan strategi pendidikan untuk mencapai program pendidikan merata di seluruh tanah air Indonesia. Salah satu program yang sudah terealisasi adalah gerakan pengajar muda di pelosok negeri yang diprakasai oleh Yayasan Indonesia Mengajar. II. Mengulas Pengajar Muda di Pelosok Negeri Buku Indonesia Mengajar yang mengupas kisah para pengajar muda yang mengabdikan dirinya sebgai guru di daerah terpencil adalah salah satu program yang dapat memberikan sedikit optimisme bahwa kita masih memiliki harapan untuk dapat mewujudkan janji dan cita-cita kemerdekaan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Disebutkan bahwa para pengajar muda ini adalah sarjana-sarjana terbaik dari berbagai penjuru tanah air. Mereka terpanggil untuk menjadi Pengajar Muda ikut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah nyata di bidang pendidikan. Mereka merupakan manusia pilihan, orang yang pantang menyerah, serta mempunyai jiwa kepemimpinan dan kecintaan yangmendalam terhadap Nusantara. Mereka terpilih melalui seleksi yang begitu ketat. Diantara 1.383 pendaftar hanya 51 orang yang terambil. Menjadi Pengajar Muda bukanlah pengorbanan. Ini adalah kesempatan sekaligus kehormatan besar bagi mereka untuk mengenal bangsa Indonesia secara langsung dan utuh. Selama setahun di daerah penempatan, mereka mengajar, berinteraksi dan membagi inspirasi. Mereka mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan rakyat di daerah terpencil. Hal ini sangat luar biasa dan menjadi menarik. Luar biasa karena ini merupakan suatu bukti bahwa sebenarnya masih banyak jiwa-jiwa muda yang memiliki idealisme yang sarat pengabdian di Negara kita. Menjadi menarik untuk diulas disini bahwa kenyataannya selama ini pemerintah justru mengalami permasalahan dalam menempatkan tenaga pendidik pada daerah terpencil. Sangat minim tenaga pendidik (guru) yang mau menerima untuk ditempatkan di daerah terpencil. Para guru selalu menghindar untuk ditempatkan di luar Jawa yang notebene dianggap sebagai daerah terpelosok dan tertinggal, mereka membayangkan jauh dan sulitnya akses komunikasi dan transportasi. Inilah salah satu kendala yang menyebabkan bangsa kita sulit menjangkau daerah-daerah terpencil dalam rangka mencapai pendidikan yang merata. Lalu kemudian pertanyaannya adalah ada apa dengan para pengajar kita yang justru sengaja memilih pendidikan guru sebagai pilihan profesinya ? Mengapa para

guru ini tidak memiliki mental dan karakter yang dibutuhkan untuk membantu bangsa dalam mewujudkan cita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa ? yang semestinya memiliki idealisme yang tinggi untuk mendidik siapapun, dimanapun dan apapun kondisinya. III. Kesimpulan Berbanding terbalik dengan para Pengajar Muda, para pendidik (guru) menghindari penempatan di daerah terpencil bisa jadi karena minimnya gaji yang diberikan oleh pemerintah. Namun apapun penyebabnya seharusnya mulai dikritisi oleh pemerintah. Sehingga dapat dicermati kira-kira hal apa saja yang dapat dilakukan sehingga program pemerataan pendidikan di Indonesia dapat terlaksana. Minimnya peminat tenaga pendidik di daerah terpencil yang ditawarkan oleh pemerintah, dan tingginya minat pelamar untuk menjadi pengajar muda di Indonesia Mengajar seharusnya dapat memberikan jawaban bagi kita mengenai kegagalan pemerintah Indonesia dalam mendistribusikan tenaga pendidik. Mungkin saja minimnya gaji menjadi kendala utama, tapi ada baiknya strategi yang digunakan oleh Indonesia Mengajar untuk menarik pengajar yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil bisa menginspirasi pemerintah. Dengan strategi yang tepat serta perbaikan-perbaikan seperti memperbaiki system pengangkatan guru di daerah, mengevaluasi kembali pemberian kompensasi dan kesejahteraan bagi guru yang bersedia ditempatkan di daerah terpencil, membuat kebijakan penempatan guru di daerah terpencil sebagai prasyarat untuk memperoleh Surat Ijin Mengajar dengan evaluasi dan kontrol yang baik, serta memberikan jaminan akan memperoleh pengangkatan menjadi pegawai negeri setelah mengabdi didaerah terpencil bukan tidak mungkin akan banyak melahirkan para pengajar/pendidik (guru) yang mau mengabdi menjadi seorang pengajar di daerah-daerah terpencil. Sehingga apapun motivasi seorang pendidik yang bersedia pergi ke daerah terpencil baik materi, karir, ataupun pengabdian maka tujuan utamanya adalah kembali kepada cita-cita kemerdekaan bangsa kita yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang dapat dinikmati secara merata diseluruh Tanah Air Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai