Anda di halaman 1dari 2

Penururnan titik beku Pratikum dilakukan dengan membekukan larutan baik berupa larutan urea 0,5 grm, urea

1 grm, larutan NaCl 0,5 grm, dan larutan NaCl 1 grm yang telah diletakkan di tabung reaksi. Proses pembekuan dilakukan dengan cara meletakkan satu per satu tabung reaksi ke dalam gelas kimia yang telah berisi es batu yang dicampurkan dengan garam. Garam dapur yang digunakkan tersebut sebagai campuran es yang dimaksudkan untuk menghambat proses pencairan es, sehingga dapat membantu kita dalam melakukan penganalisisan terhadap titik beku larutan yang di uji tersebut. Atau dengan kata lain garam berfungsi sebagai penurun titik beku air, air yang awalnya berupa es akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan titik beku air murni. Fungsi garam bukan agar air tetap menjadi es, tetapi es akan mencair namun suhu yang dimiliki lebih rendah. Beaker glass yang berisikan air ini berfungsi untuk mencegah agar proses pendinginan berjalan terlalu cepat. Titik beku air murni adalah 0oC, sementara titik beku larutan garam dan larutan urea lebih rendah. Larutan garam 0,5 grm dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi bongkahan es dan campuran garam, kemudian suhunya diukur setiap tiga puluh detik hingga larutan membeku, Larutan membeku pada suhu..... Lalu penurunan titik beku dihitung dengan rumus Tf = titik beku pelarut titik beku larutan dan hasil yang diperoleh adalah.... Hal yang sama juga dilakukan pada larutan urea 1 grm. Larutan urea 1 grm, dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi es dan garam, kemudian suhunya diukur tiap 30 detik. Ternyata suhunya yang diperoleh adalah..... Kemudian Penurunan titik beku dihitung dan hasil yang diperoleh adalah.... Suhu ini lebih rendah daripada larutan urea 0,5 grm. Larutan Urea diketahui sebagai suatu larutan non-elektrolit. Dari konsep dasar teori, didapatkan bahwa kemolalan akan mempengaruhi sifat koligatif larutan, yang berimplikasi kemolalan akan mempengaruhi penurunan titik beku suatu larutan. Dari data diatas diketahui bahwa larutan urea 1grm memiliki titik beku lebih rendah daripada 0,5 grm, karena kemolalan laruan urea 0,1 grm lebih tinggi daripada larutan 0,5 grm. Hal ini sesuai dengan teori DT f= m. Kf >> Naiknya molalitas suatu larutan sebanding dengan perubahan penurunan titik bekunya.

Pengamatan dilanjutkan dengan membekukan larutan NaCl 0,5 grm ke dalam gelas kimia. Kemudian suhu diukur setiap 30 detik hingga larutan membeku yaitu pada suhu..... Kemudian penurunan titik beku dicari dan diperoleh hasil.... Hal yang sama juga dilakukan pada larutan gram 1 grm. Larutan NaCl membeku pada suhu..... Kemudian dicari besar penurunan titik bekunya dengan rumus.... dan diperoleh hasil ... Penurunan titik beku larutan NaCl 1 grm lebih tinggi daripada 0,5 grm. Hal ini disebabkan karena kemolalan larutan NaCl 1grm lebih besar daripada kemolalan larutan NaCl 0,5 grm. Hal ini sesuai dengan teori DT f= m. Kf >> Naiknya molalitas suatu larutan sebanding dengan perubahan penurunan titik bekunya. Dari data diatas diperoleh bahwa larutan garam dapur (NaCl) memiliki penurunan titik beku lebih rendah dibandingkan degan larutan urea (CO(NH2 ) 2) . Kita ketahui bahwa larutan urea merupakan larutan non-elektrolit sementara larutan garam dapur merupakan larutan elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik, karena larutan elektrolit terurai menjadi partikel-partikel yang berupa ion. Larutan non elektrolit merupakan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena tidak trurai menjadi partikel-partikel yang berupa ion. NaCl merupakan larutan elektrolit, sedangkan urea (CO(NH2)2) merupakan larutan non elektrolit. Urea tidak terionisasi sehingga tetap sebagai molekul, itulah sebabnya pada konsentrasi yang sama NaCl mempunyai Tf 2x lebih besar dari pada urea. Pada kemolalan yang sama, penurunan titik beku larutan elektrolit (NaCl) lebih besar dibanding larutan non elektrolit (CO(NH2)2). Anonim, 2007. Sifat koligatif larutan. Banjar Baru: Universitas Lambung Mangkurat (diakses tanggal 10 Mei 2012) Yazid,Estien. 2005. Kimia Fisika untuk Paramedis.Yogyakarta: CV. Andi Offset. Purba, Michael, 2006. Kimia 3A Untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai