Anda di halaman 1dari 5

Apakah yang dimaksud JAMKESMAS ? JAMKESMAS adalah kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Jamkesmas berdiri dengan tujuan untuk membantu masyarakat miskin dan tidak mampu untuk memdapatkan haknya dalam pelayanan kesehatan. Program ini merupakan program dari Pemerintah Pusat yang diselenggarakan oleh Departemen kesehatan melalui penugasan kepasa PT ASKES. Siapa saja yang berhak mendapatkan JAMKESMAS ? Seluruh warga Negara Indonesia yang berdomisili di luar propinsi daerah Ibukota DKI Jakarta dan memenuhi kriteria miskin atau kurang mampu berhak mendapatkan JAMKESMAS. Bagaimana cara mengajukan permohonan JAMKESMAS ? - Meminta Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari RT dan RW Setempat. - Membawa surat SKTM ke kelurahan dan kecamatan Setempat untuk dilegalisir. - Membawa surat yang telah dilegalisir ke Puskesmas setempat, puskesmas kemudian akan melakukan verifikasi atas permohonan tersebut dengan melakukan survey kerumah pemohon. Apabila disetujui, Puskesmas yang akan menerbitkan kartu jamkesmas. Apa bedanya Gakin dan JAMKESMAS ? Kedua program sama sama merupakan program pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin atau kurang mampu. Yang membedakan adalah bahwa Gakin merupakan program yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini Pemda DKI Jakarta, sedangkan Jamkesmas adalah program dari Pemerintah Pusat.

Apakah Jamkesmas dikelola perusahaan asuransi melanggar Undang-undang?


Jawab: 1. Ya, melanggar UUD45 Pasal 28H yang berbunyi: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

dan Pasal 34: (1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

2. Kedua pasal diatas menegaskan tanggung jawab negara secara langsung pada pelayanan kesehatan, khususnya pada fakir miskin dan anak terlantar.

3. Sistim yang dipilih pelayanan kesehatan yang dipilih ditegaskan haruslah berbentuk Jaminan Sosial,---bukan sistim asuransi dan bukan asuransi sosial.

4. Antara Sistim Jaminan Sosial dan Sistim Asuransi adalah dua sistim yang berbeda dan bertentangan.

Apa landasan hukum perjuangan kita?

Jawab: 1. Landasan hukum perjuangan kita adalah UUD 45 Pasal 28H dan pasal 34 ayat 1 dan 2.

2. Kedua pasal tersebut memerintahkan negara dan pemerintah menjamin kesehatan seluruh rakyat, khususnya fakir miskin dan anak terlantar,---bukan mengasuransikan. Bagaimana hubungan antara UU45 dengan UU No 40/2004 tentang SJSN dan perda-perda yang menjadi dasar program Jamkesda?

Jawab: 1. UU No 40/2004 tentang SJSN (Sistim Jaminan Sosial Nasional) sangat berbeda dan bertentangan dengan pasal-pasal dalam UUD45 di atas, karena SJSN dijalankan dalam sistim asuransi.

2. Hampir semua peraturan daerah tentang Sistim Kesehatan Daerah di berbagai kabupaten dan kota mengacu pada UU No 40/2004 tentang SJSN, yang mengesahkan perusahaan-perusahaan asuransi membisniskan orang sakit dalam program Jamkesda di tingkat kabupaten dan kota.

Mengapa ada Jamkesda?

Jawab: 1. Program Jamkesda dibuat karena tidak semua rakyat miskin dan hampir miskin disatu daerah tercakup dalam program Jamkesmas. Artinya tidak semua rakyat miskin dan hampir miskin memiliki kartu Jamkesmas. Sehingga pemerintah daerah merasa perlu menjalankan program Jamkesda. 2. Hal ini disebabkan 1). Pendataan orang miskin tidak sinkron antara yang dikeluarkan oleh BPS yaitu 19.100.000 kepala keluarga atau 76,4 juta jiwa dengan yang kenyataan di daerah.

2) Terjadi penyelewengan data orang miskin akibat PT Askes tidak melaksanakan tugasnya untuk mendata langsung nama dan alamat orang miskin dan hampir miskin. Sewaktu PT Askes yang ditugaskan oleh Departemen Kesehatan untuk membuat dan membagikan kartu Jamkesmas (sebelumnya Askeskin), secara pragmatis mengambil data nama orang dan alamat orang miskin dan hampir miskin dari Bupati, Walikota yang didapat dari camat, lurah/kepala desa, RW dan RT. Pragmatisme PT Askes ini menyebabkan banyak kartu Jamkesmas jatuh ke tangan keluarga dan kerabat birokrasi, sehingga banyak orang miskin dan hampir miskin tidak mendapatkan kartu Jamkesmas. 3. Pemerintah pusat, sejak tahun 2008 mengalokasikan setiap tahun Rp 4,1 triliun (2010 sebesar RP 5,1 Triliun) dari APBN untuk mencakup pelayanan kesehatan 76,4 juta rakyat miskin. Menteri Kesehatan 2004-2009, Siti Fadilah Supari menegaskan bahwa untuk rakyat miskin yang tidak tercakup dalam program Jamkesmas menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerahnya. Untuk itu pemerintah-pemerintah daerah mengalokasikan APBD nya untuk orang miskin diluar Jamkesmas dengan membuat program Jamkesda. 5. Perusahaan-perusahaan asuransi, seperti PT Askes, Bumi Putera dan perusahaan lainnya melihat potensi keuntungan besar dengan mengambil program Jamkesda. Maka hampir semua Jamkesda di kabupaten dan kota jatuh ke tangan perusahaan asuransi yang mengejar APBD pelayan rakyat miskin setempat. Mengapa rakyat miskin bisa dibisniskan ? Jawab: 1. Hal ini tidak terlepas dari grand design neo-kolonialisme dan imperialisme (Nekolim) untuk mensukseskan proyek-proyek neoliberalismenya. Tujuannya adalah melepaskan tanggung jawab negara dan pemerintah yang harus melindungi rakyat sehingga rakyat, seperti komoditi lainnya, sebagai objek akumulasi modal dalam pasar global. 2. Setelah berhasil mengamandemen UUD45, nekolim berhasil mendorong terbitnya berbagai undang-undang yang menjamin kelangsungan neoliberalisme, salah satunya adalah UU No 40/2004 tentang SJSN. 3. Setelah itu perda-perda asuransi kesehatan lahir atas dasar dorongan perusahaan-perusahaan asuransi sehingga memberikan legalitas sistim asuransi pada pelayanan rakyat miskin yang tidak tercakup dalam jamkesmas. Biasanya ada kolusi antara perusahaan asuransi dengan anggota DPRD setempat dan pemerintahan setempat sehingga program Jamkesda yang dijalankan perusahaan asuransi mendapatkan alokasi APBD. Siapa yang Untung dari Sistim Asuransi? Jawab: Yang mengambil keuntungan dalam sistim asuransi kesehatan ini adalah : 1. Jaringan sistim asuransi yang terdiri dari perusahaan asuransi, rumah-rumah sakit dan dokterdokter yang berhasil menolak pasien sehingga dana segar orang miskin yang sakit dari negara (APBD/APBN) bisa dikelola dalam bisnis lainnya seperti saham, properti, perkebunan, pertambangan dan lainnya.

2. Industri obat-obatan, alat kesehatan dan vaksin juga mendapatkan keuntungan karena pembelian dengan menggunakan dana alokasi negara. Birokrat pemerintahan dan anggota parlemen juga mendapatkan keuntungan dalam bentuk operasional fee, success fee dan banyak fasilitas dari perusahaan-perusahaan asuransi, perusahaan obat dan alat kesehatan 3. Pada suatu saat karena tidak mampu membayar maka pemerintah mendapatkan pinjaman dari Bank Dunia, lembaga keuangan lainnya, atau bantuan pinjaman dari lembaga-lembaga kesehatan dunia. Sehingga dengan cepat kepentingan nekolim dibidang kesehatan atau bidang lainnya semakin kuat di Indonesia. Secara bebas rumah-rumah sakit asing beroperasi di Indonesia. Secara bebas, apapun bisa diambil termasuk specimen darah dan virus asal Indonesia untuk dijadikan komoditi baru. Tentu saja semua jaringan yang berhasil membangun ketergantungan Indonesia pada nekolim tentu saja akan mendapatkan upah yang sebesar apapun tidak akan bisa menggantikan masa depan generasi mendatang yang sudah dalam genggaman nekolim. Siapa yang dirugikan? 1. Tentu saja rakyat khususnya rakyat miskin yang paling dirugikan. Tidak perlu susah-susah mencari contoh karena mayoritas kaum buruh, PNS dan prajurit bisa menceritakan pengalaman mereka berada ditangan perusahaan-perusahaan asuransi. Walaupun dipotong gaji untuk asuransi kesehatan, namun tidak pernah perusahaan asuransi menanggung 100% dari biaya pelayanan kesehatannya. 2. Atau tanyakan pada perusahaan asuransi yang menjalankan Jamkesda, apakah mereka menanggung semua penyakit? Apakah di semua rumah sakit? Apakah menanggung 100% biaya? Apakah untuk semua obat? Apakah termasuk bencana alam dan penyakit? Apakah bebas cost sharing dalam bentuk kontribusi ataupun iuran wajib? Apakah iuran dan konribusi akan dikembalikan kalau tidak sakit? Kemana dana yang di dapat dari APBD dan iuran itu pada akhir tahun? 3. Akibat sistim asuransi maka semakin banyak penolakan pasien tak mampu di rumah-rumah sakit. 4. Orang mampu dan kaya, akan menjadi objek empuk perusahaan-perusahaan asuransi, perusahaan obat dan alat kesehatan dan bisnis rumah sakit. Apakah penyakit akan berkurang atau terkendali? Ya, penyakit tidak akan berkurang bahkan bertambah namun terkendali. Artinya penyakit akan terkendali untuk mendatangkan semakin banyak keuntungan bagi nekolim khususnya perusahaan asuransi, perusahaan obat dan alat kesehatan dan bisnis rumah sakit. Apa yang harus dilakukan ? 1. Ajak seluruh rakyat dan DPR/DPRD menuntut pemenuhan jaminan kesehatan seluruh rakyat Indonesia agar mendapatkan pelayanan kesehatan maksimal dan cuma-cuma dari puskesmas sampai kelas 3 di rumah-rumah sakit pemerintah rawat inap dan rawat jalan. Agar seluruh rakyat mendapatkan pelayanan konsultasi dokter dan tindakannya medis serta obat-obatan untuk semua penyakit secara cuma-cuma. Untuk itu pemerintah hanya perlu meningkatkan APBN dari Rp 5,1 Triliun menjadi Rp 17,5 Triliun. 2. Ajak rakyat dan DPR/DPRD untuk membatalkan UU No 40/2004 tentang SJSN dan semua Perda asuransi ataupun asuransi sosial dalam sistim kesehatan rakyat. 3. Ajak rakyat dan DPRD/DPR memastikan negara dan pemerintah bertangggung jawab dan

mengelola langsung menjamin kesehatan rakyat. 4. Tolak semua sistim asuransi kesehatan terlibat mengurus jaminan kesehatan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai