Di Mana Allah Saat Kita Menghadapi Pergumulan
Di Mana Allah Saat Kita Menghadapi Pergumulan
Allah yang kita sembah adalah Allah yang menciptakan pujian di waktu malam. Bicara tentang malam berarti bicara tentang kegelapan: penderitaan, masalah, dan pergumulan. Tetapi, orang yang hidup dekat dengan Allahbagaimana pun keadaannyaakan tetap merasakan kasih Allah dan melantunkan puji-pujian di tengah keadaan yang tergelap sekali pun; karena ia sadar bahwa Allah tidak pernah terlambat menolong dan tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadaNya. Di mana Allah pada saat orang percaya mengalami pergumulan? Alkitab memberikan tiga jawaban: 1. Allah ada di tengah Kita (Zefanya 3:16-18) Allah ada bersama dengan kita tepat di tengah-tengah pergumulan kita. Banyak orang berpikir, jika Tuhan bersama kita, itu berarti kita tidak akan menghadapi pergumulan. Tetapi, terkadang Dia ijinkan kita menghadapi pergumulan, supaya kita sadar bahwa Tuhan tidak pernah mendidik kita menjadi anak-anak yang manja dan penakut; Tuhan ada di tengah kita pada saat kita menghadapi pergumulan untuk mengajar, mendewasakan, menyatakan kasihNya, dan memberitahukan kita bahwa apa pun persoalan kita, Dia selalu ada untuk memberikan pertolongan tepat pada waktunya. 2. Dia ada di surga untuk membela kita (Kisah Para Rasul 3:54-60) Bagi orang dunia, terkadang orang benar tidak dianggap tidak mempunyai tempat; karena orang benar akan selalu dihambart dan disingkirkan. Terkadang, itu terjadi bukan karena orang benar berbuat dosa dan kejahatan, tetapi karena orang benar mempertahankan iman dan kesetiaanNya kepada Allah. Seseorang yang dapat melihat pembelaan Allah bukan seorang yang gampang kecewa, dendam dan putus asa. Tetapi selalu memandang kepada Allah dan percaya sepenuhnya bahwa pasti ada maksud dan rencana Tuhan yang indah. Allah ada di surga untuk mengatur permbelaan: memberikan kekuatan dan kemampuan kepada kita; mengatur malaikat di surga untuk bertugas menolong dan membela kita. 3. Allah berada di daerah musuh untuk memusnahkan musuh (Keluaran 14:13-14) Tuhan tahu di mana Dia harus berada. Ada masa-masa di mana Dia harus berada dekat dengan kita untuk mengajar kita. Tetapi, ada masa Dia perlu berada di surga untuk mengatur malaikatNya, guna membela orang percaya. Dan, ada saatnya Dia mendatangi daerah musuh untuk mengacaukan segala sesuatunya agar orang benar bisa maju merebut kemenangan. Tidak ada kuasa yang terlalu besar sehingga tidak dapat dikalahkan oleh Tuhan, dan tidak ada persoalan yang terlalu rumit sehingga tidak dapat diselesaikan oleh Tuhan. Allah tahu persis di mana Dia harus berada. Dan, di manapun Dia berada, Dia selalu ada untuk kita (Yesaya 41:11-13). Kita tahu bahwa Allah selalu berada di tempat yang tepat, dan karena kita tahu Allah berada di tempat yang tepat maka kita tidak perlu takut, tetap bersukacita, dan selalu mengucap syukur. Pendeta Gilbert Lumoindong
Menjadi orang pilihan Tuhan tidak berarti bebas dari masalah dan tantangan hidup, melainkan harus tetap bekerja keras, berbuat sesuatu bagi Tuhan, dan tidak mencari selamat untuk diri sendiri tetapi mau menjadi berkat bagi orang lain. Pendeta Gilbert Lumoindong
meninggalkan sesuatu yang tidak benar atau tidak baik, dan malas berkeringat alias tidak mau capai. 4. Jangan sembarangan dengan mulut (1 Petrus 3:10, Amsal 18:21) Jangan suka mengutuki diri sendiri, tetapi ucapkan berkat. Orang yang tidak bisa mengendalikan mulutnya, hidupnya pasti miskin. Ada banyak orang yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan karena mulutnya tidak baik, bahkan ada banyak orang yang musuhnya terlalu banyak karena mulutnya jahat. 5. Jangan sombong (Lukas 8:14) Alkitab berkata orang yang meninggikan diri pasti akan direndahkan. Orang boleh sehebat apa pun, tetapi jika Tuhan merendahkan hidupnya, tidak akan diberkati. Sebaliknya, orang yang merendahkan diri akan ditinggikan dan diberkati Tuhan. Pendeta Gilbert Lumoindong
olahraga cukup, makan teratur, hidupnya pasti sehat. Jadi, jangan menghina diri dengan berkata bahwa orang sakit itu berdosa. Itu namanya menghina Paulus, Ayub, Timotius. Tak perlu sesali datangnya penyakit, tetapi bagaimana hidup benar sehingga sakit dan penyakit menjadi bagian yang harus kita lewati. Kalau ada orang sakit lalu meninggal, jangan pula disesali. Tuhan punya banyak cara untuk memanggil orang. Yang penting, apakah orang yang dipanggil itu beriman atau tidak? Bila tidak, kita pantas sedih. Jangankan sakit atau mati, dia sembuh pun, kita tetap sedih jika hidupnya tidak benar. Jadi, di tengah pergumulan sebagai orang berdosa, dengan seluruh kelemahan tubuh, kita harus bijaksana memelihara kesehatan, supaya dengan tubuh sehat kita bisa mengabdi kepada Tuhan sesuai profesi kita. Saya berharap, ini bisa mencerahkan kita, sehingga hubungan dengan Tuhan (menjadi) yang paling penting, bukan apa sakit-penyakit kita. Bagi Saudara yang sedang terbaring sakit, periksa diri baik-baik. Kalau kau beriman pada Tuhan, bahagialah sekalipun sakit, karena Tuhan hidup dalam hati. Tetapi kalau sedang sakit dan tidak berhubungan baik dengan Tuhan, minta ampunlah, karena hidup benar dan beriman itu paling penting. Apa pun penyakitmu, Dia bisa sembuhkan, tetapi hubungan dengan Tuhan, itu yang paling utama.
Makna Iman
Pdt. Yohanes B. Mulyono: Iman berasal dari kata Ibrani, aman, menunjuk pada tindakan yang memegang teguh kepada Alah. Dialah sumber keselamatan, kehidupan, berkat, dan perlindungan. Sehingga apabila kita tidak mau percaya auat beriman kepada Tuhan, maka kita melepaskan diri dari sumber keselamatan yang sesungguhnya. Secara khusus, Allah menyatakan seluruh kehendak dan diriNya di dalam Tuhan Yesus. Mempercayai Yesus, berarti mengimani karya Allah yang menyelamatkan di dalam karya penebusanNya di atas kayu salib. Jadi, kita diselamatkan dengan iman kepada Kristus, karena iman itulah kita dibenarkan oleh Allah. Makna iman atau percaya, dapat dilihat di surat Ibrani 11:1, Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dari kesaksian ini, kita dapat melihat prinsip-prinsip dari makna iman atau percaya: 1. Iman dipahami sebagai dasar atau substansi yang fundamental dalam kehidupan umat manusia. 2. Iman sebagai dasar yang fundamental atas pengharapan kita kepada Allah. Sehingga pengharapan kita kepada Tuhan, tidak berpijak di atas dasar yang kosong atau pijakan yang sia-sia, tetapi berpijak kepada Allah yang hidup. 3. Iman merupakan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Ini berarti iman adalah bukti dari karya Tuhan yang memampukan kita untuk melihat rahasia keselamatan yang tidak dapat sepenuhnya dilihat oleh panca indera manusia. Itu sebabnya, Ibarni 11:3 meyatakan:
Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. Makna dari percaya atau iman, pada prinsipnya merupakan suatu tindakan yang mengamini dengan sungguh-sungguh, bahwa di balik peristiwa-peristiwa penciptaan atau kejadiankejadian tertentu, Allah menyatakan karyaNya. Jadi, walau kita belum pernah atau tidak melihat karya Allah tersebut, kita dimampukan untuk meyakini bahwa itu bukan sekadar peristiwa kebetulan. Tetapi timbul pertanyaan, bagaimana tindakan percaya terhadap Allah bukanlah sekadar ilusi, imaginasi atau khayalan belaka? Sebagai manusia, kita tidak hanya memiliki kesadaran intelektualitas, tetapi juga diberi karunia yakni kesadaran religius, yang memampukan kita untuk menyadari kebenaran yang melampaui pikiran dan perasaan. Melalui kesadaran religius tersebut, umat manusia berabad-abad lamanya, menyadari kehadiran dan eksistensi Allah yang mempengaruhi seluruh kehidupan mereka. Kesadaran religius sering juga disebut mata rohani. Dengan mata rohani tersebut kita dapat melihat dan percaya, sehingga bersedia untuk menyerahkan hidup dipimpin oleh kehendak Allah. Itu sebabnya dengan iman kita mengamini firman Tuhan sebagaimana yang telah diwahyukan oleh Allah melalui para nabi dan para rasul. Secara lebih khusus lagi, kita dimampukan untuk percaya pada penyataan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, sangatlah jelas makna percaya atau beriman kepada Tuhan, yaitu iman kepada Tuhan membutuhkan sikap yang tanpa syarat. Maksud sikap iman yang tanpa syarat adalah, Walau kita tidak melihat, namun kita percaya.