Kelas Aves
Pada burung betina hanya ada satu ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan
tidak tumbuh sempurna dan tetap kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh
suatu corong penerima ovum yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar
menjadi uterus yang bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang
testis yang berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah ujung oviduk pada saat sperma masuk ke
dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi akan bergerak mendekati kloaka. Saat
perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk, ovum yang telah dibuahi sperma akan
dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami oleh induknya. Suhu tubuh induk akan
membantu pertumbuhan embrio menjadi anak burung. Anak burung menetas dengan
memecah kulit telur dengan menggunakan paruhnya. Anak burung yang baru menetas
masih tertutup matanya dan belum dapat mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan
dalam sarang.
Pada waktu istirahat, tulang rusuk bergerak ke depan, rongga dada membesar,
paru-paru mengembang sehingga udara masuk dan mengalir lewat bronkus ke kantung
udara bagian belakang, bersamaan dengan itu udara yang sudah ada di kantung udara
belakang mengalir ke paru-paru dan menuju kantung udara depan. Pada saat tulang
rusuk kembali ke posisi semula, rongga dada mengecil sehingga udara dari kantung
udara masuk ke paru-paru. Selanjutnya, saat di alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler
alveolus. Jadi, pengikatan O2 berlangsung pada saat inspirasi maupun ekspirasi
Pada waktu terbang, inspirasi dan ekspirasi dilakukan oleh kantung-kantung udara.
Waktu sayap diangkat ke atas, kantung udara di ketiak mengembang, sedang kantung
udara di tulang korakoid terjepit, sehingga terjadi inspirasi (O2 pada tempat itu masuk
ke paru-paru). Bila sayap diturunkan, kantung udara di ketiak terjepit, sedang kantung
udara di tulang korakoid mengembang, sehingga terjadi ekspirasi (O2 pada tempat itu
keluar). Makin tinggi burung terbang, makin cepat burung mengepakkan sayapnya
untuk mendapatkanoksigen yang cukup banyak. Udara luar yang masuk, sebagian kecil
tetap berada di paru-paru, dan sebagian besar akan diteruskan ke kantung udara
sebagai udara cadangan. Udara pada kantung udara dimanfaatkan hanya pada saat
udara (O2) di paru-paru berkurang, yakni saat burung sedang mengepakkan sayapnya.
4. Pencernaan BURUNG
Paruh→Rongga mulut→kerongkongan→tembolok→lambung kelenjar→empedal→usus
halus→usus besar→kloaka
Burung, layaknya hewan lain, dalam hidupnya memiliki sistem pencernaan. Sistem
pencernaan adalah proses mengubah makanan dari bentuk kompleks menjadi bentuk
sederhana atau dari bentuk kasar ke dalam bentuk halus. Hal ini bertujuan agar
makanan yang masuk dapat diserap oleh tubuh untuk metabolisme. Burung di sini
meliputi hewan jenis burung dan juga unggas.
Pada bagian depan mulut, burung memiliki paruh yang fungsinya untuk mengambil
makanan. Sementara itu, di mulut burung, terdapat lidah yang berukuran kecil, kaku,
tebal, dan runcing yang dilapisi zat kitin. Makanan masuk ke dalam rongga mulut
langsung melewati kerongkongan menuju bagian tembolok.
Tembolok ini merupakan bagian ruangan hasil pelebaran dari kerongkongan pada
bagian yang berdekatan dengan lambung. Makanan dalam tembolok disimpan terlebih
dahulu selama beberapa waktu.
Pencernaan di Lambung
Dari lambung pengunyah, makanan masuk ke usus halus untuk dicerna kembali
secara enzimatis oleh enzim yang dihasilkan pankreas, empedu, dan hati. Hasil dari
pencernaan enzimatis ini yaitu sari-sari makanan yang diserap pembuluh darah di
dalam usus halus dan usus buntu. Usus buntu pada burung ini terdiri dari dua macam.
Keduanya terdapat di dalam permulaan usus besar yang berfungsi memperluas bidang
penyerapan sari-sari makanan.