Anda di halaman 1dari 80

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP ABORSI DARI KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SEKOLAH MENENGAH UMUM NEGERI

I PEMATANG SIANTAR KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN, TAHUN 2007

SKRIPSI

Oleh :

TINCEULI SINAGA
NIM : 021000305

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera utara Skripsi , Desember 2007

ABSTRAK

TINCEULI SINAGA PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP ABORSI DARI KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SMU NEGERI I SIANTAR KECAMATAN SIANTAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2007. Kasus Aborsi adalah fenomena sosial yang tak kunjung ada solusi pemecahan masalahnya. Tidak tertinggal pelaku atau korban aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki terjadi di kalangan remaja. Keadaan yang menghawatirkan ini lebih berbahaya lagi apabila remaja tersebut mengidap penyakit infeksi menular seksual (HIV/AIDS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar yaitu berjumlah 424 orang. Simple Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dalam penelitian berjumlah 79 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan siswi SMU Negeri I Siantar mengenai pengetahuan dan sikap terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki pada umumnya sedang yaitu sebesar 77,22%, sikap siswi SMU Negeri I Siantar baik yaitu sebesar 100%. Diharapkan institusi yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi khususnya remaja putri dapat bekerjasama dengan media elektronik khususnya televisi dalam menyiarkan pembelajaran tentang aborsi dan bahayanya.

Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Remaja Putri, Aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar. Skripsi ini tidak hadir begitu saja. Penulis berterima kasih kepada mereka yang berperan amat penting di dalam memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil. Tanpa sentuhan tangan dan pikiran mereka, skripsi ini masih menjadi tumpukan yang tak berarti. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada : 1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. 2. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku dosen Penguji I dan Kepala Departemen PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. 3. Bapak Dr. Drs. Kintoko Rokhadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I mulai dari persiapan hingga terselesainya skripsi ini. 4. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II mulai dari persiapan hingga terselesainya skripsi ini. 5. Bapak Drs. Edi Syahrial MKM selaku Dosen Penguji II. 6. Ibu Siti Khadijah, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik. 7. Seluruh Dosen / Staf di bagian Departemen PKIP Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

8. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang memberi dukungan materi dan doa restu mulai dari Ananda mahasiswa di FKM hingga terselesaikannya skripsi ini. 9. Abang, Kakak, Adik, juga seluruh keluarga yang memberi dukungan moril kepada penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan Kasih Dan karunia-Nya kepada kita.

Medan, Desember 2007

Penulis

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

DAFTAR ISI ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI........................................................................................................ DAFTAR TABEL .............................................................................................. BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1.2. Permasalahan .............................................................................. 1.3. Tujuan.......................................................................................... 1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1.Perilaku ........................................................................................ 2.2.Pengetahuan (Knowledge)............................................................ 2.3.Sikap (Attitude) ............................................................................ 2.4.Aborsi........................................................................................... 2.4.1. Pengertian........................................................................ 2.4.2. Jenis Aborsi..................................................................... 2.4.3. Aborsi Tidak Aman (Unsafe Aborsion) .......................... 2.4.4. Kehamilan Tidak Dikehendaki (KTD)............................ 2.4.5. Kehamilan Remaja .......................................................... 2.4.6. Pendidikan Seks Berbasis Sekolah.................................. 2.4.7. Hambatan Orang Tua dalam Menyempaikan Masalah Kesehatan Reproduksi..................................................... 2.4.8. Persiapan Menghadapi Masa Puber ................................ 2.5. Aborsi Dan Hukum .................................................................... 2.5.1. Hukum Pidana (KUHP) RI ............................................. 2.5.2. Aborsi dengan Undang-Undang Kesehatan ................... 2.6. Aborsi Dari Sudut Pandang Agama ............................................ 2.6.1. Agama Islam ................................................................... 2.6.2. Agama Kristen dan Katolik............................................. 2.6.3. Agama Hindu dan Buddha .............................................. 2.7. Kerangka Konsep ....................................................................... METODE PENELITIAN ................................................................ 3.1.Jenis Penelitian............................................................................. 3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ................................................... 3.3.1. Populasi ............................................................................ 3.3.2. Sampel.............................................................................. 3.4.Metode Pengumpulan Data.. ........................................................ 3.5.Instrumen Penelitian .................................................................... 3.6.Defenisi Operasional.................................................................... i ii iv vi 1 1 7 7 7 7 8 9 9 10 13 18 18 19 22 23 25 27 29 30 31 31 32 32 32 33 34 35 36 36 36 36 36 36 38 38 38

BAB III

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

3.7.Aspek Pengukuran ...................................................................... 3.7.1.Pengetahuan........................................................................ 3.7.1.Sikap.................................................................................... 3.8.Teknik Pengolahan dan Analisa Data .......................................... 3.8.1. Pengolahan Data .............................................................. 3.8.2. Analisa Data..................................................................... BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 4.2. Hasil Penelitian ....................................................................... 4.2.1. Data Umum Responden ................................................. 4.2.2. Data Khusus Responden ................................................ 4.2.3. Data Pengetahuan Responden ....................................... PEMBAHASAN ............................................................................. 5.1. Karakteristik Responden ......................................................... 5.2. Sumber Informasi Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki 5.3. Pembahasan Hasil Pengetahuan Responden Pada Penelitian . 5.4. Pembahasan Sikap Responden Terhadap Aborsi Dari Keha Milan Tidak Dikehendaki ........................................................ KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 6.1. Kesimpulan ............................................................................. 6.2. Saran .......................................................................................

40 40 40 41 41 41 42 42 42 42 43 43 55 55 55 57 59 63 63 63

BAB V

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN : 1. Kuesioner Penelitian 2. Surat Izin Penelitian dari FKM USU 3. Surat Keterangan telah melakukan penelitian dari SMU Negeri 1 Siantar. 4. Master Tabel Hasil Penelitian

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Perilaku remaja sekarang sudah amat mengkhawatirkan. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya kasus-kasus seperti aborsi, kehamilan tidak diinginkan (KTD), dan infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS (Suarta, 2007). Dari berbagai survei di Indonesia mendukung penemuan bahwa akar masalah dibalik alasan melakukan aborsi adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan remaja dalam masalah pengaturan kesehatan reproduksi dan seksual (Wilopo, 2005). Indonesia merupakan salah satu negara yang melarang praktek aborsi. Hal ini ditegaskan dalam UU Kesehatan No 23 tahun 1992. Bahkan KUHP dengan tegas melarang tindakan aborsi apapun alasannya kecuali untuk menyelamatkan nyawa si ibu sebagaimana diatur dalam pasal 346, pasal 347, pasal 348, pasa1 349 (Maria,2006). Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak berkompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar (Hanifah,2007).

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Menurut Wilopo (2005), dampak negatif aborsi pada status kesehatan perempuan, baik dari aspek fisik atau psikososial kontroversial, terutama yang terjadi pada usia remaja. Selain dampak negatif kesehatan tersebut, dampak lain secara sosial, ekonomis dan kultural merupakan masalah penting. Aborsi pada usia remaja merupakan indikasi bahwa remaja memiliki kehidupan reproduksi yang tidak sehat serta belum siap dalam memasuki kehidupan berkeluarga. Padahal, agar terbentuk keluarga yang berkualitas diperlukan kesiapan dalam pengetahuan dan kesesuaian sikap dalam mengatur kehidupan reproduksinya, sehingga pembentukan keluarga adalah proses yang direncanakan dan tidak dilakukan secara dini serta tanpa rencana atau keluarga prematur. Aborsi tidak aman dapat mengakibatkan terjadinya infeksi saluran reproduksi, sehingga menimbulkan nyeri panggul yang kronis, infeksi ruang panggul, dan berakibat kemandulan dikemudian hari. Resiko ini lebih berat apabila perempuan juga mengidap penyakit menular seksual. Kemandulan karena gangguan saluran reproduksi ini akan menentukan kehidupan keluarganya di masa depan. Kehidupan keluarga dengan infertilitas memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, sehingga ada hubungan yang tidak langsung antara aborsi, infertilitas dan kualitas keluarga. Sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

menyembunyikan kejadian aborsi, dilain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan (Hanifah, 2007). Dari situs http://situs.kesrepro.info, diakses tanggal 10 juli 2007 World Health Organization (WHO), di tahun 1999, setiap tahun terdapat sekitar 210 juta ibu yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta di antaranya melakukan aborsi, dan hampir setengahnya melalui cara-cara yang tidak aman (sekitar 20 juta). Akibatnya, terdapat 70.000 kematian ibu akibat melakukan aborsi tidak aman setiap tahunnya, sementara empat juta lainnya mengalami kesakitan.
Menurut Hidayat (2004), di Indonesia diperkirakan ada satu juta wanita yang mengalami KTD (kehamilan tidak dikehendaki). Dan menurut laporan WHO, di seluruh dunia diperkirakan 15 juta remaja setiap tahunnya hamil, 60% diantaranya tidak dikehendaki. Salah satu akibat sehingga terjadinya KTD adalah ketidak tahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat mengakibatkan kehamilan.

Di Indonesia, l l % dari kematian maternal akibat aborsi yang tidak aman (unsaf-abortion) menurut data WHO, pada tahun 2004 (Wilopo,2005). Estimasi nasional menyatakan setiap tahun terjadi dua juta kasus aborsi di Indonesia. Ini artinya terdapat 43 kasus aborsi perseratus kelahiran hidup (menurut hasil sensus penduduk tahun 2000), terdapat 53.783.717 perempuan usia 15-49 tahun atau 37 kasus aborsi pertahun perseribu perempuan usia 15-49 tahun (berdasarkan Crude

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Birth Rate (CBR) sebesar 23 perseribu kelahiran hidup). Sebuah studi yang dilakukan di beberapa fasilitas kesehatan di Indonesia, mengistimasikan 25-60% kejadian aborsi adalah aborbsi di sengaja (induced abortion). (http://situs.kesrepro.info). Dari berbagai penelitian menunjukkan, perilaku seksual pada remaja mempunyai korelasi dengan sikap remaja terhadap seksualitas. Penelitian tentang perilaku seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di kota Medan; 8,5% remaja di Jokjakarta, 3,4% di kota Surabaya, serta 31,1% remaja di kota Kupang telah terlibat hubungan seks secara aktif. Penelitian juga menemukan, 33,5% responden laki-laki di kota Bali pernah berhubungan seks, sedangkan di desa Bali sebanyak 23,6% laki-laki. Di Jokjakarta, kota sebanyak 15,5% sedangkan di desa sebanyak 0,5% (Tito,2001). Jumlah pelajar di Jakarta yang hamil di luar nikah semakin banyak. Dari 500 pelajar Sekolah Menengah Umum (SMU) yang dijadikan responden, sekitar 4,2%nya mengaku kandungannya digugurkan. Wilayah Jakarta Timur menduduki peringkat pertama dalam kasus ini, yaitu sekitar tujuh persen. Responden yang diambil rata-rata siswa yang baru menjalani masa orientasi sekolah. (Sukmaningsih,2003). Menurut Hidayat (2004), ternyata 97,05 % dari 1.660 responden mahasiswi di Yogyakarta sudah tidak perawan lagi. Bahkan diketahui pula 90% diantaranya telah melakukan aborsi. Sampai dengan Januari 2001 rata-rata perhari lima remaja putri mengaku telah mengalami pengalaman pranikah. Dengan demikian, dalam sebulan rata-rata remaja yang mengaku hamil pranikah sebanyak 150 orang. Mereka mengalami kehamilan itu usianya bervariasi mulai dari kelas dua SMP sampai mahasiswa.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Menurut Laazulva (2005), sebanyak 560 kasus (10,89%) kehamilan tidak dikehendaki (KTD), unwanted pregnancy sepanjang tahun 2004, terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bila dilihat dari proporsi yang mengalami KTD terbagi untuk tingkat pendidikan Sekolah Menengah Lanjutan Pertama (SMP) sebanyak 1,42%, dan proporsi tingkat pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) ada 16,6%. Adapun selebihnya adalah kelompok mahasiswa. Banyak remaja yang konsultasi menanyakan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi, mulai dari mimpi basah, menstruasi, masturbasi atau onani, sampai terjadinya proses kehamilan. Sebagian besar klien KTD berada dalam kisaran usia 15-24 tahun dan pengetahuan tantang risiko melakukan hubungan seks masih rendah. Hasil survey di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Sumatera Utara, Medan tahun 2004-2006, jumlah remaja yang konseling 126 orang dengan umur 16-24 tahun. Masalah yang dikonsulkan tentang pacar dan masalah seksualitas. Diantaranya 60 orang mengatakan sudah melakukan hubungan suami istri dan diantaranya sudah ada yang pernah kandungannya digugurkan. Dikutip dari laporan CMR (centra mitra remaja) (Tahun 2007). Hasil survey di rumah sakit umum daerah Dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar, jumlah kasus abortus tahun 2002 sampai 2006 dikutip dari laporan RL.2a. abortus spontan 29 orang abortus teraupetik medik 32 orang. Abortus lainnya 76 orang (Tahun 2007).

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

SMU Negeri I Pematang Siantar merupakan salah satu SMU Negeri kategori Baik dan berprestasi, yang ada di Kabupaten Simalungun dimana rentang usia pada sekolah ini berada pada usia 15-19 tahun atau masih tergolong kepada usia remaja. Pada usia ini, remaja sangat rentan atau sensitif terhadap hal-hal baru yang memungkinkan berpotensi terjadinya berbagai permasalahan termasuk hubungan seks pranikah. Adanya budaya cobacoba dikalangan remaja merupakan trend remaja saat ini supaya kelihatan wah dikalangan remaja itu sendiri, utamanya terjadi di kalangan remaja yang tinggal di kota-kota seiring dengan semakin meningkatnya arus informasi di Kabupaten Simalungun. Banyaknya informasi yang berkonotasi pornografi yang bersumber dari berbagai media seperti media cetak (misalnya; koran, majalah, tabloid, dan sebagainya) dan juga media elektronik (misalnya; Internet, Short Message Sent/SMS, VCD porno dan sebagainya) perlu disikapi dalam menerima informasi tersebut khususnya para remaja yang masih rentan atau peka terhadap hal-hal baru tersebut. Pengetahuan dan sikap para remaja putri di SMU Negeri I Pematang Siantar perlu mendapat perhatian yang ekstra agar para remaja tersebut tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diinginkan akibat dampak dari seks bebas yang berkaitan dengan informasi yang diterima melalui media dimaksud dengan melakukan budaya cobacoba dalam pergaulan sehari-hari.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Para siswa khususnya remaja putri di SMU Negeri I Pematang Siantar tentu saja tidak luput dari arus informasi yang semakin gencar tersebut. Tanpa adanya atau tanpa dibekalinya remaja dengan pengetahuan maupun sikap yang baik terhadap informasi tersebut, hal ini tentu sangat berpeluang terjadinya hubungan seks pranikah yang berlanjut kepada kejadian aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki di sekolah tersebut. Berdasarkan paparan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 1.2. Permasalahan Bagaimana pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007. 1.3.2. Tujuan Khusus: 1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

2. Untuk mengetahui sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Siantar kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun tahun 2007. 1.4. Manfaat Penelitian: 1. Sebagai bahan referensi dalam pengembangan keilmuan khususnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan masukan untuk Dinas Kesehatan Kabupaten dalam upaya penyuluhan kesehatan dimasa yang akan datang. 3. Sebagai pedoman bagi remaja putri untuk pencegahan melakukan seks dini, kehamilan tidak direncanakan, dan aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Perilaku manusia pada hakekatnya adalah seluruh aktivitas manusia, baik yang teramati maupun yang tidak teramati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, lalu organisme tersebut meresponnya (Notoatmodjo, 2003). Notoadmojo (2003) juga menjelaskan bahwa dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua bagian yaitu : 1. Perilaku tertutup (convert behavior), respon terhadap stimulus yang terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap. 2. Perilaku terbuka (overt behavior), respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata, jelas bentuk dan prakteknya serta dapat diamati oleh orang lain. Menurut Ali (2003), secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni : 1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin, dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain adalah seorang yang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih terselubung (covert behavior). 2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut overt behavior. 2.2. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam enam tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know). Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa sebuah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup, dan menguras),tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses

perencanaan,ia harus dapat membuat perencanaan,ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk aedes agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e.Sintesis (shyntesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang halhal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. f.Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya. 2.3. Sikap (attitude) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik - tidak-baik, dan sebagainya). Champell (1950) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: An individuals attitude is syndrome of response consistency with regard to object. jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran,perasaan, perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelakksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup. Komponen Pokok Sikap: Menurut Allport (1954) sikap itu terdiri dari tiga komponen pokok, yaitu: a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta. b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancangancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap terhadap penyakit kusta diatas, adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Contoh: Seseorang ibu mendengar (tahu) penyakit demam berdarah (penyebabnya, cara penularannya, cara

pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya keluarganya, terutama anaknya tidak kena demam berdarah. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat (kecendrungan bertindak) untuk melakukan 3M agar anaknya tidak terserang demam berdarah. Ibu ini mempunyai sikap tertentu (berniat melakukan 3M) terhadap objek tertentu yakni penyakit demam berdarah.

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut: a. Menerima (receiving)
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima (ante natal care), dapat diketahui atau diukur dari kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care di lingkungannya. b. Menanggapi (Responding) Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care tersebut ditanya dan diminta menanggapi oleh penyuluh, kemudian ia menjawap atau menanggapinya. c. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons. Contoh butir a diatas, ibu itu mendiskusikan ante natal care dengan suaminya, atau bahkan mengajak tetangganya untuk mendengarkan ante natal care. d. Bertanggung jawab (responsible) Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang paling diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang yang mencemoohkan atau adanya resiko lain. Contoh tersebut diatas, ibu yang

sudah mau mengikuti penyuluhan ante natal care, ia harus berani untuk mengorbankan waktunya, atau mungkin kehilangan penghasilannya, atau diomeli oleh atau diomeli mertuanya karena meninggalkan rumah, dan

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

sebagainya.(Notoatmojo,2005) Menurut Notoadmodjo (1993), ada beberapa teori determinan perilaku, antara lain sebagai berikut : Teori Lawrence Green : Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku tersebut terbentuk dari tiga faktor. Pertama , faktor-faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Kedua, faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan dan alat-alat kontrasepsi. Ketiga, faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok pendukung dan perilaku masyarakat. Teori WHO : Analisa dari tim kerja WHO menyatakan bahwa perilaku seseorang disebabkan oleh empat alasan pokok. Pertama, pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain, sikap yang akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain, kepercayaan-kepercayaan yang biasanya diperoleh dari orangtua meskipun kepercayaan tersebut diyakini tanpa ada pembuktian terlebih dahulu dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek kesehatan. Kedua, orang-orang yang dianggap penting dimana seseorang akan mencontoh perilaku orang yang penting baginya. Ketiga, sumberdaya yang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

mencakup fasilitas, uang, waktu dan tenaga. Keempat, kebudayaan yang mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat baru tanpa mengetahui terlebih dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice) seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Ali, 2003).

2.4. Aborsi 2.4.1. Pengertian Menurut Fact About Abortion, Info Kit on Womens Health oleh Institute for Social, Studies and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu (http://www.nedstatbasic.net). Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namon setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran prematur (http://www.nedstatbasic.net). Di Indonesia, belum ada batasan resmi mengenai aborsi. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda atau sebelum bulan ke empat masa kehamilan (http://www.nedstatbasic.net).

2.4.2. Jenis Aborsi Dalam ilmu kedokteran, istilah-istilah ini digunakan untuk membedakan aborsi (http://www.nedstatbasic.net) : 1. Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab alami.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

2. Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja. Termasuk di dalamnya adalah: Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan. Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat. Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.

Dalam bahasa sehari-hari, istilah keguguran biasanya digunakan untuk spontaneous abortion, sementara aborsi digunakan untuk induced abortion. Sedangkan jenis abortus menurut terjadinya dibagi menjadi dua yaitu (http://www.nedstatbasic.net) : 1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan), yaitu : Abortus Imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pads kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hash konsepsi masih dalam uterus. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hash konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. 2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu : menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus provokatus dapat dibedakan menjadi : Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya : a. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi. b. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi). c. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat. d. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah. e. Prosedur tidak dirahasiakan f. Dokumen medik harus lengkap Abortus Provokatus Kriminalis Abortus yang sengaja dilakukan dengan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

tertentu. Abortus Provokatus Kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki (KTD). Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya : a. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil. b. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi. c. Kehamilan di luar nikah. d. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. e. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat f. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). Selain itu tidak bisa dilupakan jugs bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan. g. Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah : pertama, wanita bersangkutan. Kedua, dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati). Ketiga, orang lain yang bukan tenaga medis yang karena suatu alasan tidak menghendaki suatu kehamilan.

2.4.3. Aborsi Tidak Aman (Unsafe Abortion) Yang dimaksud dengan aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih/kompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Umumnya aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis, seperti korban perkosaan, hamil diluar nikah, kegagalan alat kontrasepsi dan lain-lain. Ketakutan dari calon ibu dan pandangan negatif dari keluarga atau masyarakat akhirnya menuntut calon ibu untuk melakukan pengguguran kandungan secara diam-diam tanpa memperhatikan resikonya (http://www.nedstatbasic.net). Sedangkan menurut batasan WHO dalam kutipan

http://www.nedstatbasic.net. diakses 2007 menyebutkan bahwa aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau keduaduanya. Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen kontribusi Angka Kematian Ibu Global. Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan, namun karena adanya larangan baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek aborsi tidak aman meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan enam kabupaten memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan pelayan aborsi dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di Kabupaten dilakukan oleh swasta/ pribadi (http://www.nedstatbasic.net). Strategi untuk menurunkan risiko kematian karena aborsi tidak aman adalah dengan menurunkan demand perempuan terhadap aborsi tidak aman. Ini dapat dimungkinkan bila pemerintah mampu menyediakan fasilitas keluarga berencana
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

yang berkualitas dilengkapi dengan konseling. Konseling keluarga berencana dimaksudkan untuk membimbing klien melalui komunikasi dan pemberian informasi yang obyektif untuk membuat keputusan tentang penggunaan salah satu metode kontrasepsi yang memadukan aspek kesehatan dan keinginan klien, tanpa menghakimi. Bagi remaja yang belum menikah, perlu dibekali dengan pendidikan seks sedini mungkin sejak mereka mulai bertanya mengenai seks. Namun, perlu disadari bahwa risiko terjadinya kehamilan selalu ada, sekalipun pasangan menggunakan kontrasepsi. Bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tetap tidak tersedia, maka akan selalu ada demand perempuan terhadap aborsi tidak aman (Susilo , 2002). 2.4.4. Kehamilan Yang Tidak Dikehendaki (KTD) Zahrotinisak (2002), menyatakan terjadinya kehamilan yang tidak dikehendaki dapat berakibat buruk terhadap janin ibu, ataupun anak setelah lahir. Banyak wanita (ibu) yang tidak menghendaki kehamilannya, berupaya menggugurkan janinnya dengan meminum obat-obatan tertentu atau melakukan aborsi. Namun ada yang menerimanya dengan pasrah dan menghendaki janinnya lahir walaupun di warnai dengan rasa kekecewaan. Moralitas dan rasa keibuan nya yang sering mengusiknya untuk kemudian menerima kehamilan itu. Kehadiran anak dari kehamilan tidak dikehendaki secara emosi (kejiwaan) mempunyai hubungan batin yang kurang dekat dengan ibu atau ayah, hal ini menimbulkan kesenjangan dalam memberi perhatian, kasih sayang, dukungan, bahkan penyediaan fasilitas-fasilitas lahir/materil seperti pendidikan, kesehatan, pakaian dan lain-lain. Dibandingkan dengan anaknya dari
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

kehamilan yang memang dikehendaki Dari hasil SDKI 1997, delapan dari sepuluh kelahiran (83%) memang diinginkan sesuai rencana, sembilan persen diharapkan tetapi pada waktu kemudian (ditunda), dan delapan persen tidak diinginkan sama sekali. Urutan kelahiran mempunyai hubungan erat dengan perencanaan kehamilan. Hampir semua kelahiran pertama diharapkan (95%), dan satu dari empat dari kelahiran ke empat dan seterusnya tidak dikehendaki (32,1%). Zahrotinisak (2002) juga mengatakan, kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi, merupakan dua hal yang erat kaitannya (terutama untuk aborsi yang sengaja dilakukan tanpa alasan medis). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tahun 1997 di Jawa Barat, menunjukan bahwa aborsi (dari kehamilan tidak dikehendaki) mempunyai alasan-alasan : 1. Karena malu, takut 15% 2. Sudah memiliki anak, tidak ingin, hamil lagi 40% 3. Belum ingin memiliki anak lima persen 4. Disuruh suami lima persen. 2.4.5. Kehamilan Remaja. Bagus (1998) kurangnya pengetahuan tentang waktu yang aman untuk melakukan hubungan seksual mengakibatkan tejadi kehamilan remaja, yang sebagian besar tidak dikehendaki. Kehamilan telah menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin (stres) yang disebabkan oleh beberapa faktor. Melakukan gugur kandung tetap belum dapat diterima karena bertentangan
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

dengan ajaran agama dalam lingkungan dasar negara Pancasila. Sekalipun pelaksanaan gugur kandung bertentangan moral agama tetap merupakan alternatif yang paling ringan risikonya dan murah biayanya dibandingkan menerima cemoohan masyarakat, keluarga dan temannya bila kehamilan diteruskan sampai pada persalinan. Dalam pelaksanaan gugur kandung sering dilakukan secara tersembunyi oleh tenaga tidak terlatih atau dukun, sehingga dapat berakibat buruk. Gugur kandung yang ditangani orang yang kurang dapat dipertanggung jawabkan akan terjadi perdarahan, kerusakan alat reproduksi remaja, dan infeksi yang mengakibatkan kematian. Disamping itu kesembuhan yang kurang sempurna dapat mengakibatkan kerusakan alat reproduksi dan infeksi menahun dan infertilitas. Kerusakan partial saluran telur wanita dapat menimbulkan hamil ektopik makin meningkat yang memerlukan tindakan darurat. Bila kehamilan ini diteruskan dalam usia yang relatif muda dari sudut kebidanan dapat mengakibatkan penyulit (komplikasi) kehamilan yang cukup besar diantaranya persalinan belum cukup bulan (prematuritas), pertumbuhan janin dalam rahim yang kurang sempurna, kehamilan dengan keracunan yang memerlukan penanganan khusus, persalinan sering berlangsung dengan tindakan

operasi,perdarahan setelah melahirkan makin meningkat, kembalinya alat reproduksi yang terlambat setelah persalinan mudah terjadi infeksi setelah persalinan, pengeluaran ASI yang tidak cukup. Upaya demikian maka pemilihan gugur kandung merupakan pilihan yang paling ringan resikonya, sekalipun masih tetap mempunyai penyulit yang tidak sedikit. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat telah berhadapan dengan
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

revolusi kebebasan seksual pada remaja yang dapat mengakibatkan dua masalah penting yaitu penyakit hubungan seks yang menjurus pada penyakit radang panggul dan kehamilan yang tidak dikehendaki. Kejadian yang muncul kepermukaan sangat kecil dibandingkan yang sebenarnya dalam masyarakat laksana gunung es. Pelaksanaan praktis upaya preventif tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan remaja dalam lingkungan keluarga, memberikan pendidikan seksual yang sehat, mengikut sertakan dalam semua aktipitas yang produktif, menganjurkan untuk menggunakan metode keluarga berencana. Untuk mengatasi kehamilan yang tidak dikehendaki perlu di ikuti dengan tepat pelaksanaan UndangUndang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 15 dalam melakukan tindakan tertentu. Upaya preventif bertujuan untuk menyelamatkan alat reproduksi remaja, sehingga tidak terjadi akibat yang buruk dan dapat meneruskan serta menurunkan generasi yang tangguh pada waktunya berkeluarga nanti.

2.4.6. Pendidikan Seks Berbasis Sekolah Remaja adalah seorang anak manusia yang berusia 14-21 tahun. Di dalam keadaan ini mereka sangat rawan terhadap apapun, mereka selalu ingin mencoba segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk itu para remaja perlu mendapatat pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya. Hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang, dan rata-rata pernah melakukan hubungan suami-isteri (intercourse) pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Di Indonesia kasus-kasus tersebut diperparah dengan kurang adanya komitmen dan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mengatur tentang pendidikan seksual dan reproduksi bagi remaja terutama di tiap sekolah, lemahnya kerjasama lintas sektor (depkes-depdiknasdepsos) dan kecenderungan menganggap Lembaga Swadaya Masyarakat pesaing sekaligus musuh pemerintah menjadi hambatan penyelenggaraan program tersebut. Kita akui memang norma adat dan nilai budaya leluhur yang masih dianut besar masyarakat Indonesia juga menjadi tantangan terbesar sebagian dalam

penyelenggaraan pendidikan seksual dan

reproduksi berbasis sekolah. Semisal masih banyaknya pendapat, permasalahan seks itu tabu untuk dibicarakan kepada mereka yang belum menikah, dengan pendidikan seks justru akan meningkatkan kasus-kasus seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, dan IMS termasuk HIV/AIDS (Suarta, 2007). Defenisi yang diberikan WHO (1974) tentang remaja lebih bersifat

konseptual, defenisi tersebut dikemukakan dalam tiga kriteria, pertama, kriteria biologi dengan ciri individu berkembang mulai saat pertama kali menunjukkan tandatanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Kedua remaja sebagai individu mengalami perkembangan psikologi dan indentifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. Ketiga sosial ekonomi terjadi peralihan dari
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

ketergantungan yang penuh menjadi keadaan yang relatif lebih mandiri lebih mandiri, (Sarlito, 2003) SIECUS (Sexuality Information and Education Council United States) menulis tentang materi pokok yang harus terdapat dalam pendidikan seksual dan reproduksi (Suarta, 2007): 1. perkembangan manusia (anatomi dan fisiologi system reproduksi) 2. hubungan antar manusia (baik dengan keluarga, teman sejawat, dan pacaran dengan pernikahan) 3. kemampuan personal (nilai, pengambilan keputusan, komunikasi, dan negosiasi)

4. perilaku seksual (kontrasepsi, IMS, dan pencegahan HIV/AIDS serta aborsi maupun kejahatan atau pelecehan seksual) 5. budaya dan social (peran fender, agama, dan seksualitas). Adapun komponen-komponen yang turut menentukan kesuksesan program pendidikan seksual dan reproduksi berbasis sekolah, (Suarta,2007) yakni 1. ketepatan identifikasi dan memahami karakter setiap kelompok 2. melibatkan remaja dalam perencanaan program 3. bekerjasama dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan orang tua 4. komunikasi interpersonal 5. jejaring 6. sumber daya (baik sumber daya manusia dalam hal ini tenaga pengajar maupun sumber daya alamnya atau fasilitas yang tersedia)

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

2.4.7. Hambatan Orang Tua Dalam Menyempaikan Masalah Kesehatan Reproduksi Para ahli yang berkecipung dalam anak, pada umumnya sependapat bahwa pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi, termasuk dalam hal ini adalah pendidik dalam bidang kesehatan reproduksi, ( Singgih, 1993). Kesulitan sering timbul karena pengetahuan orang tua mengenai reproduksi mungkin kalah jauh dibanding dengan pengetahuan anak. Dalam hal demikian jelas orang tua mampu mengimbangi pengetahuan anak, karena itu orang tua acap kali perlu belajar antara lain mengenai bacaan atau kursus konsultasi dengan ahli yang memang mengetahui hal tersebut. Hambatan lain juga sering timbul karena kurang terbukanya hubungan antara orang tua dengan anak. Untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi karena merupakan

sesuatu yang sifatnya sangat pribadi maka dibutuhkan suasana akrab, terbuka dari hati kehati antara orang tua dengan anak. Sehingga keluhan seperti tidak tahu bagaimana harus memulai, merasa kaku, kebingungan dan sebagaimana dapat dikurangi dengan suasana seperti itu, ( Jamaluddin, 2001). Pada umumnya orang tua menunggu sampai anaknya puber, terutama untuk anak perempuan, bila membicarakan masalah tentang reproduksi. Padahal seharusnya persiapan menghadapi masa puber dapat dilakukan sedini mungkin sebelum tandatanda fisiknya nampak. Sedikitnya sebelum seorang anak menginjak dunia remaja, dimana proses kematangan seks mulai timbul, harus sudah diberikan. Misalnya anak perempuan sebelum mengalami haid pertama, mengalami mimpi basah, ( Kartini, 1992).
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

dan anak-anak laki-laki sebelum

2.4.8. Persiapan Menghadapi Masa Puber Persiapan mengalami masa puber ini sangat penting untuk memberikan, (BKKBN./ Com, 2003): 1. Dasar bagi anak untuk mengetahuan tanggung jawabnya sebagai seorang yang akan dewasa 2. dasar-dasar untuk memilih, menentukan atau mampu mengambil keputusan tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, cepat atau tidak bagi dirinya, keluarga dan agamanya.

3. mempunyai kesadaran tentang terjadinya gejala fisik yang berhubungan dengan puber. 4. pemahaman tentang kehidupan seksual termasuk kewajiban agama dan beban hukum. 2.5. Aborsi dan hukum 2.5.1. Hukum Pidana (KUHP) RI. Pada pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan aborsi sebagai tindak pidana, sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal tersebut dibawah ini: Pasal 346 Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana paling lama empat tahun
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Pasal 347 1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan kandungan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan penjara pidana paling lama dua belas tahun. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun. Pasal 348 1.Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2.Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun. Pasal 349 Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari jabatan yang digunakan untuk melakukan kejahatan. 2.5.2. Aborsi dan undang-undang kesehatan. Ditegaskan juga dalam Undang-Undang tentang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 Ayat 1,2,3, berikut: 1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

2. Tindakan medis tertentu sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan: a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut. b. Oleh tenaga kesehatan 2.6. Aborsi dari sudut pandang Agama. 2.6.1. Agama Islam. Mainstream pandangan agama Islam yang dianut masyarakat Indonesia mayoritas melarang aborsi. Adanya perdebatan yang terjadi dikalangan ulama fikih adalah hal biasa dalam menentukan suatu pandangan termasuk didalamnya persoalan fikih aborsi. Karena setiap ulama mewakili kondisi dan ruang dimana mereka hidup, yang tentu saja berpengaruh pada metode dan hasil dari yang mereka kaji. Berkaitan dengan fikih aborsi, pendapat para ulama sangat beragam, meskipun dengan argumentasi yang sama-sama bersumber dari teks. Ulama dari madzab Hanafi memperbolehkan pengguguran kandungan sebelum kehamilan berusia 120 hari

dengan alasan belum terjadi penciptaan. Mayoritas ulama Hanabilah membolehkan pengguguran kandungan selama janin masih dalam bentuk segumpal darah (alaqah) karena belum berbentuk manusia. Syafiiyah melarang aborsi dengan alasan kehidupan dimulai sejak konsepsi sebagaimana dikemukakan oleh Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, tetapi sebagian lain dari mereka yaitu Abi Sad dan Al-Qurthubi membolehkan. 2.6.2. Agama Kristen dan Katolik. Dalam tradisi Katolik sikap terhadap aborsi sangat dipengaruhi oleh pemikiran dan prakik gereja. Pada awal kelahiran Yesus Undang-Undang lebih banyak
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

ditujukan untuk melindungi fetus.Dan ketentuan Undang-Undang melarang semua hal yang menyebabkan kematian anak yang tidak dilahirkan. Namun, pada abad kedua setelah kelahiran Yesus, Undang-Undang anti aborsi diberlakukan sebagai bagian dari reformasi general. Penentangan aborsi disuarakan oleh para pendeta Apostolik. Alasan yang diajukan bahwa aborsi bertentangan dengan ajaran cinta.

Ringkasnya dari kalangan agama Kristen yang sebagian besar menolak tindakan aborsi berasal dari penganut gereja Katolik Roma, gereja Ortodok Yunani, sedangkan pihak yang memperbolehkan aborsi secara ketat maupun longgar (sebagai hak perempuan) di antaranya persatuan gereja kristen di Kanada, Amerika dan Amerika Utara. 2.6.3. Agama Hindu dan Budha. Perbedaan juga terdapat dalam ajaran agama Hindu dan Buddha. Sebagian kalangan pemeluk agama Hindu memiliki perspektif bahwa jiwa diciptakan sejak masa konsepsi, sehingga tindakan aborsi merupakan hal yang dilarang kecuali karena tiga alasan, yang pertama yaitu untuk menyelamatkan ibu, untuk kasus perkosaan dan incest. Hal yang sama juga terdapat dalam sebagian ajaran Buddha bahwa aborsi dipercaya sebagai pembunuhan terhadap jiwa, namun tindakan aborsi juga diperbolehkan dengan alasan tertentu.(Maria 2006).

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan uraian-uraian dan juga teori-teori yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Faktor Internal: Umur Pengetahuan. Sikap

Aborsi dari kehamilan Tidak dikehendaki

USU Repository 2009

Faktor Eksternal : Orang Tua Kakak/Saudara Guru Teman Sebaya Petugas kesehatan Tokoh agama Media cetak Tinceuli Sinaga Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 : Media elektronik

Skema diatas menjelaskan bahwa faktor Internal dan faktor eksternal dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan metode analisa kuantitatif yaitu untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian. Lokasi penelitian di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2007 sampai bulan Nopember 2007. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena : SMU Negeri I Siantar belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri kelas I sampai dengan kelas III yang berjumlah 424 orang. 3.3.2. Sampel Penentuan besar sampel secara Simple Random Sampling dengan

menggunakn rumus Vincent Gasper sebagai berikut :

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

n=

N .Zc 2 P(1 P) N .G 2 + Zc 2 . p (1 p )
424(1,96) 2 .0,5(1,0,5) 424(0,1) 2 + (1,96) 2 .0,5(1 0,5)

n =

n =

424.(3,8416)0,25 4,24 + 3,8416(0,25) 407,2096 4,24 + 0,9604 407,2096 5,2004 78,3 79 orang

n =

n = n = dimana : n : N : Zc : G : p :

besar sampel besar populasi nilai derajat kepercayaan 95%=1,96 galat pendugaan =0,1 proporsi dari populasi ditetapkan p=0,5

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 79 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

3.4. Metode Pengumpulan Data a. Data primer Data primer dikumpulkan dengan melakukan wawancara secara langsung kepada remaja putri dengan menggunakan pedoman wawancara (kuesioner) tentang persepsi dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I Pematang Siantar Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. b. Data sekunder Data sekunder dikumpulkan dari laporan-laporan Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih Pematang Siantar dan dari laporan-laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, data hasil laporan CNR PKBI Sumatera utara serta data lain yang mendukung dalam penelitian ini. 3.5. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner, yang berisi tentang data identitas diri responden dan pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki. 3.6. Defenisi Operasional 1. Umur adalah lamanya waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak ia lahir sampai pada saat pelaksanaan wawancara yang dinyatakan dalam satuan tahun

2. Pengetahuan adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengetahuan seks, kesehatan reproduksi, aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

3. Sikap adalah kecenderungan remaja putri untuk melakukan penilaian dan atau bertindak sesuai dengan pengetahuannya berkaitan dengan aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki. 4. Orang Tua adalah Ayah atau Ibu (orang yang mengasuh) responden 5. Kakak/saudara adalah orang yang dianggap dapat bekerjasama dan saling bertukar pikiran. 6. Guru adalah seorang yang mendidik dan memberikan pelajaran disekolah khususnya berperan dalam menyampaikan informasi kesehatan roproduksi. 7. Teman sebaya adalah orang yang dianggap tempat mencurahkan perasaan dan gejolak jiwa tentang perasaan cintanya. 8. Petugas kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk penyuluhan kesehatan di sekolah responden . 9. Tokoh agama adalah orang yang menyampaikan kotbah santapan rohani kepada responden. 10. Media cetak / Elektronik adalah keterangan atau penjelasan tentang aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki. Juga informasi yang didapatkan responden, tentang seks melalui media massa baik elektronik dan non elektronik (TV, vcd porno, majalah, dan lain-lain).

11. Aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki adalah pengguguran kandungan dari kehamilan yang tidak diinginkan akibat dari hubungan seks pranikah atau semasa masih sekolah.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1. Pengetahuan Pengukuran pengetahuan berdasarkan penilaian remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki dengan kemampuan siswa menjawab pertanyaan yang terdiri dari 16 pertanyaan, responden yang menjawab benar akan diberi skor 3, sedangkan salah diberi nilai 1 sehingga skor tertinggi yang didapat responden adalah 48. Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang, Pratomo (1986) sebagai berikut : a. Baik apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar lebih besar dari 75% atau memiliki nilai > 36. b. sedang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar : 40%-75% atau memiliki nilai 19-36. c. kurang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar < 40% atau memiliki nilai < 19. 3.7.2. Sikap Sikap diukur melalui kuesioner yang telah diberi skor nilai. Jumlah pertanyaan ada 12. Masing-masing pertanyaan dengan jawaban tidak setuju diberi nilai 1 dan pertanyaan dengan jawaban setuju diberi nilai 2. Nilai tertinnggi dari seluruh pertanyaan adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka dapat dikategorikan kedalam 3 kategori sikap, yaitu : a. Baik apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan setuju: > 75% atau memiliki nilai > 18
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

berdasarkan

b. Sedang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar : 40% 75% atau memiliki nilai antara 9 - 18 c. kurang apabila menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar < 40% atau memiliki nilai < 9 3.8. Teknik Pengolahan data dan Analisa Data 3.8.1.Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi. 3.8.2. Analisa Data Data yang diperoleh dikumpulkan dan diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, kemudian dianalisa secara deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMU Negeri Siantar didirikan pada tahun 1993 dengan status SMU Negeri. SMU Negeri Siantar ini terletak di jalan mahoni raya nomor 4 desa Sitalasari kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. Luas sekolah ini yaitu 10000 M yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang menunjang untuk proses belajar mengajar seperti ruang/lokal belajar, ruang laboratorium, ruang perpustakaan, tempat/sarana olah raga dan ruang UKS. Tenaga pengajar berjumlah 62 orang terdiri guru tetap serta tenaga tata usaha 8 orang. Jumlah siswa seluruhnya 651 orang yang terdiri dari 16 lokal siswa kelas satu 6 lokal, siswa kelas dua 5 lokal, dan kelas tiga 5 lokal.

4.2. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data primer mengenai pengetahuan dan sikap remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki pada siswi SMU Negeri I Siantar, Tahun 2007, diperoleh data sampai berikut:

4.2.1. Data Umum Responden Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi responden, Menurut umur responden, dan sumber informasi aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Umur dan Sumber Informasi Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 UMUR 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun Jumlah SUMBER INFORMASI Orang Tua Kakak/saudara Guru Teman sebaya Petugas kesehatan Tokoh agama Media cetak Media elektronik jumlah 4.2.2. Data Khusus Responden Dari tabel diatas diatas dapat diketahui umur responden 14 tahun 3,79%, 15 tahun 30,3%, umur 16 tahun 37,97%, 17 tahun 21,5%, 18 tahun 21,5%. 4.2.2.1. Data Pengetahuan Responden Berdasarkan hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden f 3 24 30 17 5 79 9 5 5 5 5 5 13 32 79 % 3,79 30,3 37,97 21,5 21,5 100 11,39 6,33 6,33 6,33 6,33 6,33 16,46 40,5 100

menurut pengetahuan remaja putri terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki di SMU Negeri I siantar tahun 2007, dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Pernah Mendengar Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 Ya 2 Tidak Apakah pernah mendengar aborsi f 79 79 % 100 100

Jumlah

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang pernah mendengar aborsi sebesar 100% Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mendengar Informasi Tentang Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Respon remaja putri mendengar informasi tentang aborsi Respon sekali, karena pengetahuan yang penting Biasa saja, karena sudah banyak mengerti tentang aborsi Asing sekali, karena merasa ngeri Jumlah. f 36 9 34 79 % 45,57 11,39 43 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa respon dari responden mendengar aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki adalah respon sekali, karena pengetahuan yang penting 45,57%. Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Pengertian Aborsi 1 Penghentian kehamilan dengan usia kandungan <4 bulan disengaja ataupun tidak disengaja. 2 Penghentian kehamilan dengan memakan obat terlambat bulan 3 Penghentian kehamilan dengan memijit/mengusut perut wanita hamil Jumlah. f 24 45 10 79 % 30,38 56,96 12,66 100

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pengertian aborsi adalah penghentian kehamilan dengan usia kandungan <4 bulan disengaja ataupun tidak disengaja , 30,38%. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bahaya yang Timbul Bila Melakukan Aborsi Kepada Dukun (tukang pijit) di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Bahaya yang timbul bila melakukan aborsi kepada dukun Shock/pingsan karena kesakitan berlebihan saat melakukan aborsi dan berdampak kematian Perdarahan hebat saat melakukan kusut Infeksi karena alat yang di pakai melakukan aborsi tidak steril Jumlah. f 48 27 4 79 % 60,76 34,18 5,1 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bahaya yang timbul bila melakukan aborsi kepada dukun (tukang pijit) adalah shock/pingsan karena kesakitan berlebihan saat melakukan aborsi dan berdampak kematian 60,76%. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Melakukan Aborsi Dengan Memakan Obat-obatan, Jamu-jamuan, Ramu-ramuan di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Bahaya melakukan aborsi dengan memakan obatobatan, jamu-jamuan, dan ramu-ramuan. Infeksi (rahim busuk karena janin mati) Perdarahan hebat dari rahim karena demam Kematian siperempuan yang melakukan aborsi jumlah f 48 15 16 79 % 60,76 18,99 20,3 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bahaya melakukan aborsi dengan memakan obat-obatan, jamu-jamuan, dan ramuramuan adalah infeksi (rahim busuk karena janin mati) 60,76%.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Jenis Penyakit Berbahaya yang Dapat Tertular Dari Alat-alat Medis Pada Waktu Melakukan Aborsi Pada Petugas Kesehatan di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Jenis penyakit berbahaya yang dapat tertular dari alat-alat medis saat melakukan aborsi kepada petugas kesehatan. HIV/AIDS TBC paru Kudis-kudis jumlah f %

1 2 3

15 24 40 79

18,99 30,38 50,6 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penyakit berbahaya yang dapat tertular melalui alat-alat medis yang dipakai aborsi adalah HIV/AIDS 18,99%. Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kerusakan Alat Reproduksi Oleh karena Melakukan Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Kerusakan alat reproduksi oleh karena melakukan aborsi dapat mengakibatkan Kemandulan Kegemukan Kecacatan anak yang lahir Jumlah f 51 16 12 79 % 64,56 20,25 15,19 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang akibat kerusakan alat reproduksi saat melakukan aborsi adalah kemandulan 64,56%.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Bila Kehamilan Kemaja Diteruskan Sampai Melahirkan Dampak Kebidanan yang Terjadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Dampak kebidanan yang terjadi bila kehamilan f remaja diteruskan sampai melahirkan Mendapat penyulit saat melahirkan karena alat reproduksi 48 masih muda. Kurus dan lemah karena masih muda 16 Kurang giji karena masih muda 15 jumlah 79 % 60,76 20,15 18,99 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak kebidanan yang terjadi bila kehamilan remaja diteruskan sampai melahirkan adalah mendapat penyulit saat melahirkan karena alat reproduksi masih muda 60,76%. Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Kehamilan Dini dan Berumah tangga Dini Pada Remaja yang Berpengaruh Pada Kesehatan Jiwa di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Dampak psikologis akibat hamil dini dan berumah tangga dini pada remaja putri Tekanan jiwa (depresi), malu pada masyarakat karena melanggar norma/nilai di masyarakat Membuat remaja putri tadi semakin liar Remaja bisa bunuh diri jumlah f 63 1 15 79 % 79,75 1,27 18,99 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak hamil dini dan berumah tangga dini pada remaja putri adalah tekanan jiwa (depresi), malu pada masyarakat karena melanggar norma/nilai 79,75%. di masyarakat

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Dampak Ekonomi dan Mempengaruhi Kesehatan Akibat Hamil Dini dan Berumah tangga Dini di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Dampak ekonomi dan yang mempengaruhi kesehatan reemaja putri akibat hamil dini dan berumah tangga dini Putus sekolah dan menghalangi cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan dilanda kemiskinan dan mempengaruhi giji keluarga dirumah tangganya Dicaci maki mertua karena tergantung makan sama orang tua Ditelantarkan suami karena tidak sanggup membiayai kehidupan rumah tangga Jumlah f %

62

78,48

2 3

5 12 79

6,32 15,19 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang dampak ekonomi dan yang mempengaruhi kesehatan reemaja putri akibat hamil dini dan berumah tangga dini adalah putus sekolah dan menghalangi cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan dilanda kemiskinan dan mempengaruhi giji keluarga dirumah tangganya 78,48%. Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Resiko Tertular HIV/AIDS Saat Melakukan Aborsi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No 1 2 3 Resiko tertular penyakit HIV/AIDS saat melakukan aborsi Dapat menularkan kepada suami dan anak setelah menikah kelak Kematian bayi yang dilahirkan Seluruh badan korengan karena HIV/AIDS jumlah f 51 15 13 79 % 64,56 18,99 16,46 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang resiko tertular penyakit HIV/AIDS saat melakukan aborsi dapat menularkan kepada suami dan anak setelah menikah kelak 64,56%.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Dengan Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Pengertian kehamilan tidak dikehendaki 1 Kehamilan yang tidak direncanakan 2 Kehamilan diluar pernikahan 3 Kehamilan yang membawa penyakit jumlah f 12 57 10 79 % 15,19 72,15 12,66 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pengertian kehamilan tidak dikehendaki adalah kehamilan yang tidak direncanakan 15,19%. Tabel. 4.14. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Bila Ketahuan Melakukan Aborsi yang Bertentangan Dengan Hukum di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 3 Bila ketahuan melakukan aborsi yang bertentangan f dengan hukum Ditangkap Pihak berwajib (polisi) dan dijatuhi hukuman 54 penjara sesuai undang-undang yang berlaku Ditelantarkan pacar yang tidak bertanggung jawab 4 Didiskriminasi masyarakat 21 jumlah 79 % 68,35 5,1 26,58 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang bila ketahuan melakukan aborsi yang bertentangan dengan hukum adalah ditangkap pihak berwajib dan (polisi) dijatuhi hukuman penjara sesuai undang-undang yang berlaku 68,35%.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Terhadap Aborsi yang Diperbolehkan Undang-undang, di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Aborsi yang diperbolehkan undang-undang 1 Aborsi terapeutik medis (oleh karena sesuatu penyakit, demi kemanusiaan) 2 Aborsi spontan (tanpa diganggu oleh siapapun) 3 Aborsi yang disengaja untuk menutupi aib karena manusia punya harga diri jumlah f 65 10 4 79 % 82,28 12,66 5,1 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang Aborsi yang diperbolehkan undang-undang adalah Aborsi terapeutik medis (oleh karena sesuatu penyakit, demi kemanusiaan) 82,28%. Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernah Membicarakan Kesehatan Reproduksi Secara Pribadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1 2 Pernahkah membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi Ya Tidak jumlah f 9 70 79 % 11,39 88,61 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pernah membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi adalah 11,39%. Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Siapa yang Cocok Teman Responden Membicarakan Kesehatan Reproduksi Secara Pribadi di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. Siapa yang cocok teman remaja putri membicarakan secara pribadi masalah kesehatan reproduksinya 1 Ibu 2 guru 3 Kakak/saudara jumlah f 60 7 12 79 % 75,95 8,86 15,19 100

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang ibu yang cocok teman remaja putri membicarakan secara pribadi tentang masalah kesehatan reproduksinya 75,95%, guru 8,86% kakak/saudara 15,19%.

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Secara Umum Siswi SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007. No. Tingkat Penilaian pengetahuan responden 1 Baik 2 sedang 3 rendah jumlah f 17 62 79 % 21,52 78,48 100

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan secara umum di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 adalah sedang yaitu 77,22%. 4.2.2. Sikap Responden Tabel 4.19. Distribusi Sikap Responden Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 Setuju F 72 79 % 91,14 100 Tidak Setuju F % 7 8,86 -

No 1. 2

Sikap Responden Aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan. Remaja putri seharusnya mampu menjaga kesehatan reproduksi dan sadar akan kewajibannya di masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak bangsa yang sehat dan berkualitas. Penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas

70

88,6

9 11,39

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

10

11

12

mulia melahirkan generasi bangsa. Untuk dapat menjaga kesehatan reprodruksi remaja putri perlu dibekali pengetahuan seks, kesehatan reproduksi dan aborsi. Remaja yang berhasil menjaga alat reproduksinya besar harapan akan melahirkan anak-anaknya sehat pula kelak. Remaja putri harus mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk tentang menjaga alat reproduksinya. Sebaiknya remaja putri ikut berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan repriduksi kepada teman-teman sebayanya. Untuk mencegah kehamilan remaja perlu mengetahui cara-cara pergaulan remaja pacaran yang sehat. Inti dari pencegahan hamil masa sekolah salah satunya menghindari budaya cobacoba. Melakukan hubungan seks semasa remaja akibat pengaruh VCD porno adalah perbuatan merugikan diri sendiri. Guna dari peraturan pemerintah membuat undang-undang kesehatan reproduksi adalah untuk melindungi kesehatan reproduksi dan mengharapkan generasi yang lahir, manusia sehat dan berkualitas di bangsa kita. Sebaiknya undang-undang di negara kita dikuatkan lagi karena kita harus tetap mempertahankan iman dan norma /nilai sesuai Pancasila.

76

75,95

3,80

60

75,95

19

24,1

79

100

35

44,3

44 55,70

79

100

77

97,46

2,53

79

100

40

50,63

39 49,37

79

100

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa sikap responden terhadap pernyataan Aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan terbesar adalah sikap sutuju yaitu 91,14%, pernyataan bahwa sebaiknya undang-undang di negara kita di kuatkan lagi karena kita harus tetap mempertahankan iman dan norma/nilai sesuai Pancasila sikap terbesar adalah sikap setuju 100%, pernyataan bahwa Remaja putri seharusnya mampu menjaga kesehatan reproduksi dan sadar akan kewajibannya di
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak bangsa yang sehat dan berkualitas sikap terbesar adalah 100%, pernyataan bahwa penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas mulia melahirkan generasi bangsa terbesar adalah sikap setuju 88,6%, terkecil adalah 11,39%, pernyataan bahwa untuk dapat menjaga kesehatan reprodruksi remaja putri perlu dibekali pengetahuan seks, kesehatan reproduksi dan aborsi terbesar adalah sikap setuju yaitu 96,2%, terkecil adalah 3,80%. Pernyataan bahwa guna dari peraturan pemerintah membuat undang-undang kesehatan reproduksi adalah untuk melindungi kesehatan reproduksi dan

mengharapkan generasi yang lahir, manusia sehat dan berkualitas di bangsa kita terbesar adalah sikap setuju yaitu 50,63%. Pernyataan remaja yang berhasil menjaga alat reproduksinya besar harapan akan melahirkan anak-anaknya sehat pula kelak terbesar adalah sikap setuju yaitu 75,95% dan terkecil adalah 24,1%, pernyataan pencegahan lebih baik segera dilakukan untuk mencegah kehamilan remaja perlu mengetahui cara-cara pergaulan remaja pacaran yang sehat terbesar adalah 100%. Pernyataan Sebaiknya remaja putri ikut berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan repriduksi kepada teman-teman sebayanya terbesar adalah sikap tidak setuju yaitu 55,70% dan yang terkecil adalah pernyataan pernyataan setuju 44,3 %. Pernyataan remaja putri harus mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk tentang menjaga alat reproduksinya yang terbesar adalah pernyataan setuju yaitu 100%. Pernyataan melakukan hubungan seks semasa remaja akibat pengaruh VCD porno adalah perbuatan merugikan diri sendiri yang terbesar
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

adalah pernyataan setuju yaitu 100%. Pernyataan Inti dari pencegahan hamil masa sekolah salah satunya menghindari budaya coba-coba terbesar adalah pernyataan setuju yaitu 55,70% dan terkecil adalah 2,53%. Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Secara Umum di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 No 1 Baik 2 sedang 3 rendah Tingkat Penilaian sikap responden f 79 79 % 100 100

jumlah

Dari hasil tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sikap responden secara umum di SMU Negeri I Siantar Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun Tahun 2007 seluruhnya baik yaitu 100 %.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa umur responden terbesar adalah 18 tahun dan umur terkecil adalah 14 tahun (tabel 4.1). Batasan umur responden ini sesuai dijadikan responden penelitian aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki karena dalam batasan masa pubertas (remaja). Remaja adalah seorang anak manusia yang berusia 14-21 tahun. Di dalam keadaan ini mereka sangat rawan terhadap apapun, mereka selalu ingin mencoba segala sesuatu yang ada di dunia ini tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk itu para remaja perlu mendapat pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya (Suarta, 2007). Seperti terlihat pada bab terdahulu tujuan penelitian ini fokus pada remaja putri ini dilakukan agar mendapat data yang akurat seperti yang disajikan menunjukkan kebutuhan remaja khususnya putri . 5.2. Sumber Informasi Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki Dari data diperlihatkan bahwa (Tabel 4.1) 40,5% responden mendapatkan informasi tentang aborsi dari media elektronik Televisi. Keadaan ini menunjukkan bahwa peranan TV adalah sudah menjadi kebutuhan yang utama bagi masyarakat kita. Seperti yang kita lihat saat ini kasus-kasus kriminal aborsi yang sampai merenggut nyawa korban tidak tertinggal disiarkan diberbagai program acara TV tersebut. Keadaan ini sesuai dengan teori Bachtiar (2002) yang menyatakan TV
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

adalah media yang menyampaikan pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak. Artinya dengan menonton siaran tentang aborsi tadi masyarakat atau remaja putri yang dimaksud tahu aborsi. Sumber informasi orang tua ialah 11,39%, data ini menunjukkan bahwa peran orang tua sangat lemah dibandingkan orang tualah yang melahirkan responden dan mengasuhnya sampai saat ini. Keadaan ini terjadi mungkin karena kurangnya keterbukaan orang tua dan anak. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Jamaluddin (2001). Kendala orang tua untuk membicarakan masalah kesehatan reproduksi, ialah orang tua sering mengeluh harus memulai dari mana bahwa ada rasa malu, canggung dan sungkan karena merupakan suatu sifat yang sangat pribadi . Kakak/saudara adalah orang yang terdekat dan orang yang paling dipercayai responden mendapat hasil hanya 66,3% keadaan ini bisa terjadi oleh karena pengetahuan kakak tentang aborsipun rendah bahkan tidak tau sama sekali. Guru 66,3%, Petugas kesehatan 66,3%, dan tokoh agama 6,33% ketiga hal ini saling berkaitan, dan data ini menunjukkan bahwa kerja sama lintas sektor sangat lemah. Padahal, peranan ketiga diatas handal untuk sering dan bekerja sama mencapai tugas kesehatan reproduksi ini sesuai dengan penelitian Suarta (2002) yang menyatakan lemahnya kerja sama antar sektor (depkes,depdiknas,depsos) menjadi hambatan bagi pendidikan kesehatan reproduksi.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Teman sebaya hanya 66,3% data ini menunjukkan bahwa peranan teman sebaya juga sangat lemah. Untuk membantu pencapaian pendidikan kesehatan reproduksi. Peranan pelajar (remaja) dibutuhkan untuk ikut mensukseskan pendidikan kesehatan reproduksi. Penelitian ini sesuai dengan teori Suarta (2002) dibutuhkan peranan anak sekolah dalam pencapaian program artinya bahwa responden belum pernah dilibatkan dalam hal dimaksud disekolahnya. Media cetak 16,46% ini menunjukkan peranan media cetak dapat dikatakankan aktif. 5.3. Pembahasan Hasil Pengetahuan Responden Pada Penelitian Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya pada bab terdahulu yang dimaksud dengan pengetahuan adalah merupakan segala sesuatu yang diketahui responden tentang pengetahuan seks, kesehatan reproduksi, dikehendaki. Pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa dari seluruh responden yaitu 100%, pada dasarnya sudah pernah mendengar informasi aborsi dihubungkan dengan tabel 4.3 dari seluruh responden tersebut ternyata 45,57% menyatakan informasi tersebut penting sudah dapat dikatakan relatif baik. Hal ini menunjukkan bahwa perkataan aborsi sudah bukan hal yang asing dikalangan remaja khususnya remaja putri. Akan tetapi melihat proporsi responden yang belum menyatakan informasi tersebut penting maka dapat dikatakan informasi yang mereka dapatkan masih sangat terbatas. Terbatasnya informasi tentang aborsi yang baik dan akurat membuat remaja mengalami bias informasi dan akibatnya pengetahuan mereka terhadap aborsi juga menjadi salah. Ini terlihat pada tabel 4.4 yang memahami pengertian aborsi hanya 30,38%. Hal ini menjadi wajar bila terjadi kehamilan tidak dikehendaki dikalangan remaja dan menjadi masalah. Sesuai dengan teori Notoadmojo (2005) yang
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

aborsi dari kehamilan tidak

mengatakan tingkat pengetahuan kedua adalah memahami (comprehension) memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut tidak sekedar dapat menyebutkan tapi dapat menginterpretasikan secara benar yakni aborsi dimaksud. Pada tabel 4.5. Pemahaman terhadap bahaya aborsi kepada dukun 60,76%, pemahaman melakukan aborsi dengan diri sendiri 60,76% (tabel 4.6) pengetahuan tentang HIV/AIDS dapat tertular saat melakukan aborsi 64,56% (tabel 4.7) pemahaman akibat aborsi mengalami kemandulan 60,56% (tabel 4.8) pemahaman dampak kebidanan kehamilan remaja sampai lahir 60,76% (tabel 4.9) pemahaman dampak psikologis akibat hamil dini 79,75% (tabel 4.10) pemahaman dampak ekonomi keluarga akibat berumah tangga dini 78% (tabel 4.11) pemahaman yang saling berkaitan dan berhubungan ini sudah menunjukkan kategori baik. Tetapi dari semua proporsi ada yang belum memahami dan berpengetahuan rendah, bisa dikatakan akan mendukung pada terjadinya kehamilan tidak dikehendaki termasuk pemahaman penularan HIV/AIDS yang rendah yaitu 18,99% saja (tabel 4.12). Munculnya pemahaman yang jelek mengenai masalah reproduksi menganggap aborsi menjadi jalan keluar apabila terjadi kehamilan, disebabkan adanya permintaan yang tinggi (demand) bagi remaja putri untuk melakukan aborsi tidak aman (unsafe aborsion). Sejalan penelitian Susilo (2002) yang mengatakan bila akses terhadap pelayanan aborsi yang aman tidak tersedia maka akan selalu ada demand perempuan mencari pertolongan aborsi tidak aman (unsafe aborsion).

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Pada tabel 4.13. pemahaman responden terhadap kehamilan tidak dikehendaki 68,35% dan selebihnya masih berpengetahuan buruk ada kemungkinan kejadian KTD akan tetap meningkat dikalangan remaja dimana remaja tidak memahami bahwa untuk hamil perlu perencanaan dan kesiapan lahir batin. Adanya anggapan siswi soal hamil adalah hal yang tidak usah dihiraukan. Penelitian ini mendukung penelitian Zahrotinisak (2002), yang menemukan data kejadian KTD terjadi akibat karena takut dan malu 15% pada remaja putri, kejadiannya rata-rata mengaku kehamilannya tidak dikehendaki hanya terlanjur basah dan tidak menyadari bahwa untuk hamil perlu perencanaan. Pada tabel 4.14 terlihat pemahaman hukum pidana aborsi pada responden 68,35% berhubungan dengan pemahaman responden kepada aborsi yang

diperbolehkan undang-undang yaitu 75,95% (tabel 4.15) ini menggambarkan sudah baik. Namun untuk proporsi yang belum baik dapat dikatakan masih akan memungkinkan dampak buruk terhadap pelanggaran undang-undang dan masih memungkinkan bertambah korban praktek pelaku aborsi dikalangan remaja akibat asumsi siswi yang salah tentang hukum pidana aborsi tersebut. Ada kemungkinan tanggapan remaja terhadap masalah aborsi adalah hal yang biasa-biasa saja. 5.4. Pembahasan Sikap responden terhadap aborsi dari kehamilan tidak dikehendaki Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Champell (1950) mendefenisikan sangat sederhana, yakni: An individuals attitude is syndrome of response consistency with regard to object. jadi jelas, disini dikatakan
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian,dan gejala kejiwaan yang lain. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa secara umum responden memiliki sikap pada tingkat baik yaitu 100% (tabel 4.16). Menurut Notoatmojo (2003) sikap, seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasif serta tekanan dari kelompok sosialnya. Pada tabel (4.17) dapat diketahui bahwa sikap responden terhadap pernyataan aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan terbesar adalah sikap sutuju yaitu 91,14%, ini dapat dikatakan baik dan terkecil 8,86% sikap tidak setuju untuk sementara dapat disimpulkan responden ini kurang mendapatkan tambahan informasi tentang aborsi dan kesehatan reproduksi. Memahami kesehatan reproduksi sangat penting, karena masalah kesehatan reproduksi adalah masalah besar. Mengkhawatirkan bagi kita semua apalagi dengan meningkatnya kasus-kasus IMS (infeksi menular seksual), aborsi, dan kehamilan tidak dikehendaki. Sikap responden mengatakan sikap setuju tentang remaja putri seharusnya mampu menjaga kesehatan reproduksi dan sadar akan kewajibannya di masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak bangsa yang sehat dan berkualitas 100%,. penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas mulia melahirkan generasi bangsa responden sikap setuju pada pernyataan ini adalah 88,6%, untuk dapat menjaga kesehatan reprodruksi remaja putri perlu dibekali pengetahuan seks, kesehatan reproduksi dan aborsi sikap setuju 75,95%, remaja yang berhasil menjaga alat reproduksinya besar harapan akan melahirkan anak-anaknya sehat pula kelak
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

sikap setuju 75,95% remaja putri harus mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk tentang menjaga alat reproduksinya sikap setuju 100% dari pernyataan yang saling berhubungan ini dapat disimpulkan bahwa sikap remaja putri sudah baik tetapi dari seluruh proporsi siswi yang menjawab tidak setuju dapat dikatakan sikap buruk dan keadaan ini menyimpulkan kurangnya tanggung jawab dalam bersikap, ini mungkin terjadi oleh karena informasi tentang kesehataan reproduksi yang akurat belum pernah didapatkan responden. Ini sesuai dengan teori notoadmodjo (2005) tingkat pengetahuan yang ke empat yaitu tanggung jawab (responsible). Untuk ini perlu informasi yang benar tentang kesehatan repropduksi diberikan pada remaja guna pencegahan. Penelitian ini sesuai dengan teori Wilopo (2005) selain dampak negatif kesehatan, dampak lain secara sosial, ekonomis dan kultural merupakan masalah penting. Dari hasil penelitian ini didapat remaja putri sikap setuju ikut berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan repriduksi kepada teman-teman sebayanya 44,3% dan yang tidak setuju 55,70% anak sekolah harus dilibatkan dalam program perencanaan pendidikan kesehatan reproduksi. Sesuai teori WHO sikap yang akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan mengacu pada pengalaman orang lain. Artinya dengan adanya pendidik sebaya maka lebih dekat dan akrab dengan remaja putri hingga lebih mudah mereka menerima pesan yang disampaikan. Pencegahan lebih baik segera dilakukan, untuk mencegah kehamilan remaja perlu mengetahui cara-cara pergaulan remaja pacaran yang sehat untuk sikap setuju 100%, inti dari pencegahan hamil masa sekolah salah satunya menghindari budaya
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

coba-coba 97,46%, berhubungan dengan sikap melakukan hubungan seks semasa remaja akibat pengaruh VCD porno adalah perbuatan merugikan diri sendiri sikap setuju 100% berhubungan juga dengan sikap tentang guna dari peraturan pemerintah membuat undang-undang kesehatan reproduksi adalah untuk melindungi kesehatan reproduksi dan mengharapkan generasi yang lahir, manusia sehat dan berkualitas di bangsa kita sikap setuju 50,63%. Dari data diatas dapat disimpulkan sikap siswi sudah baik. Namun untuk proporsi keseluruhan masih ada siswi yang bersikap buruk ini menunjukkan bahwa pemahaman siswi tentang menonton VCD porno dapat merangsang siswi berkeinginan melakukan budaya coba-coba yang dapat mencelakakan dirinya yaitu bisa terlanjur melakukan seks dini, yang berlanjut pada kehamilan tidak dikehendaki dan mengambil solusi aborsi yang bertentangan dengan hukum. Pernyataan yang saling berhubungan dalam penelitian ini cocok dengan penelitian BKKBN ( 2005 ) yang mengatakan kesadaran menjaga diri merupakan dasar untuk memilih, menentukan tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah tepat atau tidak bagi dirinya, keluarga dan agamanya.

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 1. Usia responden yang dijadikan sampel pada penelitian 14 18 tahun 2. Responden seluruhnya, 100 % telah pernah mendengar informasi tentang aborsi namun responden belum seluruhnya memahami aborsi, penyebab aborsi pada remaja dan dampak melakukan aborsi pada kesehatan reproduksi remaja. 3. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden terhadap aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki adalah pada tingkatan sedang dengan persentase 78,48%, dan berpengetahuan yang baik 21,52%. 4 Sikap responden terhadap aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki adalah pada tingkatan baik 100 %.

6.2 Saran 1. Diharapkan institusi yang terkait dengan masalah kesehatan reproduksi khususnya kesehatan reproduksi remaja puteri dapat bekerjasama dengan media elektronik khususnya televisi dalam menyiarkan pembelajaran tentang aborsi dan bahayanya. 2. Diharapkan peran orang tua terutama ibu dapat memberitahukan informasi mengenai masalah aborsi dari kehamilan yang tidak dikehendaki

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M., 2003, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Bekerja dan tidak Bekerja tentang Imunisasi. Medan: USU Digital Library Azrul A. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi; dan Tantangan di Masa Datang. Disampaikan pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jakarta tanggal 27 September 2004. Anonymous, 2007. Gugur Kandungan. http://wikimediafoundation.org. Diakses tanggal 10 Juli 2007. ________, 2007 Aborsi Tak Aman Penyebab http://situs.kesrepro.info. Diakes tanggal 10 Juli 2007. Kematian Ibu.

________, 2007b. Aborsi dan Hak atas Pelayanan http://www.nedstatbasic.net. Diakes tanggal 10 Juli 2007.

Kesehatan.

________, 2007c. Fakta Mengenai Aborsi. http://situs.kesrepro.info. Diakses tanggal 10 Juli 2007. ________, 2007d. Aborsi di Indonesia. http://www.nedstatbasic.net. Diakses tanggal 10 Juli 2007. ________,2007e.Persiapan-persiapan dalam menghadapi http://www. BKKBN.co.id. Diakses tanggal 10 Juli 2007. masa puber

Baltus, R.K. (1983) Personal Psychology for Life and Work New York : Mc Graw Hill. Bachtiar, W.H. (2002) Media Pendidikan Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Effendi, N. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hanifah. L., 2007. Aborsi ditinjau dari Tiga http://situs.kesrepro.info. Diakses tanggal 10 Juli 2007. Sudut Pandang.

Harriman, P.L., 1958. An Outline of Modern Psychology. New Jersey: Littlefield Adams & Co. Ida Bagus GM, 1998.Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Jakarta: Penerbit Arcam
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Maria U.A., 2006 Fikih Aborsi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas Meller, D.J., 1992. Mengukur Sikap Social: Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. Notoadmojo, S., 1984. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: BPKM FKMUI. ________, 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. ________, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. ________, 2005.Promosi kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Suarta. S., 2007. Pendidikan Seksual dan Reproduksi Berbasis Sekolah. http://situs.kesrepro.info. Diakses tanggal 10 Juli 2007. Suksmaningsih. I., 2003. Pelajar SMU yang Hamil di Luar Nikah Makin Banyak. http://www.tempointeraktif.com. Diakses tanggal 10 Juli 2007. Susilo. Z.K. dan Herna L., 2002. Aborsi: Fakta, Kebutuhan dan Tantangan Serta Pengaruhnya dalam Profil Kesehatan Perempuan Indonesia. http://situs.kesrepro.info. Diakses tanggal 10 Juli 2007. Tito, 2001. Protret Remaja dalam Data. Htttp://www.kompas.com. Diakses tanggal 10 Juli 2007. Taylor, 2000. Social Psychology. USA: Prentice Hall.Inc. Walgito, B. 1980. Pengantar Psikologi Umum. Edisi IV. Yogyakarta: Andi Offset. Wilopo. S.A., 2005. Kita Selamatkan Remaja dari Aborsi dalam rangka Pemantapan Keluarga Berkualitas 2015. Makalah Seinar di Medan, Sumatera Utara 11 April 2005. Zahrotinisak. A., 2002. Kehamilan Tidak dikehendaki: Tinjauan Keluarga, Disampaikan dalam seminar Kehamilan Tidak Dikehendaki Antara Fenomea dan Realita yang diselenggarakan oleh PKBI Cabang Kab. Bantul tanggal 13 07 2002. http://www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 10 Juli 2007.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TERHADAP KEHAMILAN TIDAK DIKEHENDAKI DI SMU NEGERI I SIANTAR KEC. PEMATANGSIANTAR, KAB. SIMALUNGUN TAHUN 2007

A. DATA UMUM RESPONDEN 1. Nama 2. Kelas 3. Umur 4. Alamat : : : :

B. DATA KHUSUS RESPONDEN I. SUMBER INFORMASI RESPONDEN TENTANG ABORSI a. Orangtua b. Kakak/Saudara c. Guru d. Teman sebaya e. Petugas kesehatan f. Tokoh agama g. Media cetak h. Media elektronik

II. PENGETAHUAN RESPONDEN 1. Apakah anda pernah mendengar aborsi? a. Ya b. Tidak 2. Bagaimanakah respon anda mendengar informasi tentang aborsi?
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

a. Respon sekali, karena pengetahuan yang penting b. Biasa saja, karena sudah banyak mengerti tentang aborsi c. Asing sekali, karena merasa ngeri 3. Apakah pengertian aborsi? a. Penghentian kehamilan dengan usia kandungan < 4 bulan disengaja ataupun tidak disengaja. b. Penghentian kehamilan dengan memakan obat terlambat bulan. c. Penghentian kehamilan dengan memijit / mengusut perut wanita hamil. 4. Apakah bahaya yang timbul bila melakukan aborsi kepada dukun? a. Shock/pingsan karena kesakitan berlebihan saat melakukan aborsi dan berdampak kematian. b. Perdarahan hebat saat melakukan kusut. c. Infeksi karena alat yang dipakai melakukan aborsi tidak steril 5. Apakah bahaya melakukan aborsi dengan cara memakan obat-obatan, jamujamuan dan ramu-ramuan? a. Infeksi (Rahim busuk karena janin mati) b. Perdarahan hebat dari rahim karena demam. c. Kematian si perempuan yang melakukan aboris. 6. Apakah jenis penyakit berbahaya yang dapat tertular dari anak-anak medis saat melakukan aborsi kepada petugas kesehatan? a. HIV/AIDS b. TBC Paru c. Kudis-kudis 7. Bila kerusakan alat reproduksi terjadi oleh karena melakukan aborsi, dapat mengakibatkan? a. Kemandulan b. Kegemukan c. Kecacatan anak yang lahir. 8. Apakah dampak kebidanan yang terjadi bila kehamilan remaja diteruskan sampai melahirkan?
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

a. Mendapat penyulit saat melahirkan karena alat reproduksi masih muda. b. Kurus dan lemah karena masih muda. c. Kurang gizi karena masih muda 9. Apakah dampak psikologis akibat hamil dini dan berumah tangga dini pada remaja putri? a. Tekanan jiwa (depresi), malu pada masyarakat karena melanggar norma/nilai di masyarakat. b. Membuat remaja putri tadi semakin liar. c. Remaja bisa bunuh diri. 10. Apakah dampak dari segi ekonomi dan yang mempengaruhi kesehatan remaja putri akibat hamil dini dan berumah tangga dini? a. Putus sekolah dan menghalangi cita-cita untuk mendapatkan pekerjaan yang mapan dilanda kemiskinan dan mempengaruhi gizi keluarga di rumah tangga. b. Dicaci maki mertua karena tergantung makan sama orangtua c. Ditelantarkan suami karena tidak sanggup membiayai kehidupan rumah tangga. 11. Apakah resiko besar setelah tertular HIV/AIDS saat melakukan aborsi? a. Dapat menularkan kepada suami dan anak setelah menikah kelak. b. Kematian bayi yang dilahirkan c. Seluruh badan korengan karena HIV/AIDS 12. Apakah pengertian kehamilan tidak dikehendaki? a. Kehamilan yang tidak direncanakan b. Kehamilan diluar pernikahan c. Kehamilan yang membawa penyakit. 13. Apabila ketahuan melakukan aborsi yang bertentangan dengan hukum, maka: a. Ditangkap pihak berwajib (polisi) dijatuhi hukuman penjara sesuai undang-undang yang berlaku. b. Diterlantarkan pacar yang tidak bertanggung jawab. c. Didiskriminasi masyarakat.
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

14. Aborsi yang diperbolehkan undang-undang ialah? a. Aborsi teraupetik medis (oleh karena suatu penyakit, demi kemanusiaan). b. Aborsi spontan (tanpa diganggu oleh siapapun).

c. Aborsi yang disengaja untuk menutupi aib karena manusia punya harga diri. 15. Pernahkah anda membicarakan kesehatan reproduksi secara pribadi? a. Ya b. Tidak 16. Menurut anda siapakah yang cocok teman remaja putri membicarakan secara pribadi masalah kesehatan reproduksinya? a. Ibu b. Guru c. Kakak saudara

III. SIKAP RESPONDEN 1. Aborsi berbahaya bagi kesehatan alat reproduksi perempuan, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 2. Remaja putri seharusnya mampu menjaga kesehatan reproduksi dan sadar akan kewajibannya di masa mendatang untuk melahirkan generasi anak-anak bangsa yang sehat dan berkualitas, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 3. Penjagaan alat reproduksi yang sehat pada remaja putri adalah tanggung jawab remaja putri itu sendiri yang mengemban tugas mulia melahirkan generasi bangsa, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

4. Untuk dapat menjaga kesehatan reprodruksi remaja putri perlu dibekali pengetahuan seks, kesehatan reproduksi dan aborsi, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 5. Remaja yang berhasil menjaga alat reproduksinya besar harapan akan melahirkan anak-anaknya sehat pula kelak, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 6. Remaja putri harus mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk tentang menjaga alat reproduksinya, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 7. Sebaiknya remaja putri ikut berperan dalam memberikan pendidikan kesehatan repriduksi kepada teman-teman sebayanya, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 8. Inti dari pencegahan hamil masa sekolah salah satunya menghindari budaya coba-coba, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 9. Melakukan hubungan seks semasa remaja akibat pengaruh VCD porno adalah perbuatan merugikan diri sendiri, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 10. Guna dari peraturan pemerintah membuat undang-undang kesehatan reproduksi adalah untuk melindungi kesehatan reproduksi dan mengharapkan
Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

generasi yang lahir, manusia sehat dan berkualitas di bangsa kita, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 11. Untuk mencegah kehamilan remaja perlu mengetahui cara-cara pergaulan remaja pacaran yang sehat, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju 12. Sebaiknya undang-undang di negara kita dikuatkan lagi karena kita harus tetap mempertahankan iman dan norma /nilai sesuai Pancasila, bagaimana menurut pendapat anda? a. Setuju b. Tidak Setuju

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Master Tabel Hasil Penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tehadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. Umur 14 15 16 14 16 16 15 14 16 16 15 16 17 15 16 15 17 16 16 16 17 16 16 17 16 16 18 16 15 17 17 18 16 15 16 15 16 15 16 15 16 15 16 18 15 16 15 16 16 18 16 16 16 16 16 16 17 17 17 17 S.Inf OT KK GR TS GR TS KK TS GR TS KK TS PK OT PK GR PK OT PK GR PK KK TA TA KK TA OT TA TA OT MC ME MC ME OT MC MC OT MC ME OT OT MC ME MC ME MC ME MC ME MC ME MC ME MC ME MC ME ME ME P1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 P2 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 1 1 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 P3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 1 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 1 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 P4 1 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 P5 1 3 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 P6 3 3 3 3 3 1 1 1 3 1 3 1 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 P7 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 P8 1 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 3 1 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 1 P9 1 3 1 3 1 1 1 3 1 3 3 1 1 3 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 P10 1 1 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 3 1 1 1 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 P11 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 1 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 P12 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 P13 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 1 3 1 3 1 P14 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 1 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 1 1 P15 1 3 3 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 3 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 P16 3 3 3 1 3 1 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 1 1 3 3 1 1 1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 TP 34 42 40 34 36 32 38 36 38 36 38 34 32 34 38 38 42 28 44 34 40 34 34 36 34 38 34 36 32 26 36 34 34 32 32 34 36 32 32 34 40 34 38 38 40 34 38 38 34 36 32 34 36 32 32 32 30 34 26 32

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79.

15 15 15 17 15 17 15 17 15 17 15 17 17 18 15 15 15 15 17

ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME ME

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 1 3 3 3 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3

3 1 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3 3 3 3 1 1 1 3 3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 1 1 1 1 1 3 3 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 1

3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 1 3 3 3 3 1 1 1 1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

36 30 36 30 34 30 30 34 34 36 32 32 36 30 34 32 28 26 26

Master Tabel Hasil Penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tehadap Aborsi dari Kehamilan Tidak Dikehendaki di SMU Negeri I Siantar Tahun 2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. S1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 S2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 S3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 S4 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 S5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 S6 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 S7 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 S8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 S9 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 S10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 S11 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 S12 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 TS 23 23 22 23 22 23 20 22 22 23 22 21 24 23 21 21 22 22 23 21 23 23 21 24 21 23 22 23 23 24 22 22 23 23 22 23 23 23 21

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. 74. 75. 76. 77. 78. 79.

2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2

2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2

23 22 23 21 22 22 23 22 23 22 21 22 23 22 24 23 23 23 23 22 22 22 23 23 23 22 22 23 23 22 22 22 20 23 23 23 24 23 23 24

Tinceuli Sinaga : Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terhadap Aborsi Dari Kehamilan Tidak Dikehendaki..., 2007 USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai