Anda di halaman 1dari 21

1

LAPORAN BUKU I
Si Bagus Herman Suryadi
A THEORY OF JUSTICE
Bagian perama! "a#aman $%&'()
J*"n Ra+#s) &',&) A Theory Of Justice - Cam.ridge/ 0assa1"uses - Har2ard Uni2ersiy
Press) Edisi 3e 4/ 45, "a#aman)
Penganar Umum
Setelah membaca buku A Theory of Justice, saya setuju dengan pendapat-pendapat yang
mengatakan bahwa buku ini adalah buku penting bagi para akademisi secara umum. Mungkin
awalnya buku ini mendapat perhatian khusus dari dunia politik, sosial, dan ekonomi, namun karena
muatan dalam buku ini merupakan kajian filosofis tentang keadilan, sampai sekarang buku ini
menjadi perhatian banyak disiplin ilmu lain termasuk teologi. Sepertinya A Theory of Justice
memang seharusnya menjadi salah satu buku wajib bagi para teolog.
Teori keadilan ini merupakan teori yang lahir dari pemikiran progresif dan revolusioner
seorang John awls. !al ini dia tunjukkan dengan pernyataan berani yang menawarkan level
abstraksi lebih tinggi dari sebelumnya bahkan lebih tinggi dari kemasyuran pemikiran "ocke,
osseau, dan #ant.$awls %&'%, %%( #eberanian dan keyakinan inilah yang membawa awls
2
menjadi salah satu filsuf besar di abad )*. +ahkan buah pemikiran awls ini dianggap sebagai
pemicu perdebatan serius antara komunitarianisme dengan libralisme.$usuanto )**,, )-(
#arya awls ini seperti hujan di waktu gersang seiring .kegersangan/
%
filsafat politik masa
itu. 0amun pengaruh pemikiran awls ini tidak hanya dalam bidang politik, sama halnya dengan
filsuf-filsuf lainnya, karya awls juga mempengaruhi banyak bidang lain seperti teori-teori sosial,
hukum, ekonomi, budaya, bahkan teologi juga sering memakainya sebagai refrensi penting. 1alam
bidang politik khususnya kelompok pengusung libralisme awls memberikan pengaruh yang
mendasar. Menurut saya, awls bagi kaum liberal adalah .The New Founding Father/. 2martya
Sen seorang pemenang 0obel dalam bidang ekonomi mengatakan bahwa awls adalah tokoh besar
filsafat politik di era kita sekarang ini $Sen )**&, ,)(. Teorinya pun seperti kitab .baru/ dalam
politik, ekonomi, dan hukum. Teori keadilan awls yang di dalamnya memuat tentang original
contract dan original position adalah dasar baru yang mengajak orang-orang untuk melihat prinsip
keadilan sebagai tujuan $obyek( bukan sekedar sebagai alat masuk. Saya membayangkan awls
ingin membawa teorinya dalam penerapannya di dunia politik, hukum dan ekonomi sebagai
.ultimate understanding.
)
#ritik awls terhadap utilitarianisme klasik dan intuisionisme merupakan salah satu titik
berangkat utamanya dalam menyusun sebuah teori keadilan. #ritik-kritik awls terhadap kedua
kubu ini mempertajam arahan teorinya, dan hal tersebut akan kita bahas di bab berikutnya dalam
laporan buku ini. awls dalam bukunya selalu konsisten untuk mengangkat individu dalam
menemukan posisi utamanya dalam masyarakat. 2da pemisahan yang jelas antara privat dan public.
%
#egersangan yang saya maksud bukan menunjuk pada minim atau kurangnya filsafat politik masa itu, namun
lebih pada dominasi doktrin-doktrin klasik dan kurangnya alternatif lain.
)
3stilah ini dimaksudkan untuk menggambarkan tujuan awls yang inging membawa teorinya sebagai dasar utama
$yang paling mumpuni( untuk kontrak-kontrak sosial atau politik menuju pada kesepahaman $mufakat(
3
0amun dari semuanya itu menurut saya, teori keadilan awls dalam posisi tertentu adalah
sebuah teori .andai-andai/. Teori ini dalam tataran ide, struktur dan tujuan pemikiran sangat kuat.
0amun dalam realitas kehidupan yang sebenarnya, teori ini masih sulit untuk bisa dipahami. Saya
tidak mengatakan teori ini tidak realistis, teori ini realistis dalam realitasnya sendiri. 3an Shapiro
seorang professor politik di universitas 4ale mengatakan bahwa individu $individu pada keadaan
awal( awls tersebut dalam kenyataannya tidak ada. Meski demikian mereka dianggap
mencerminkan warga masyarakat di dunia nyata dari segi persoalan-persoalan mendasar dan
relevan tentang keadilan $Shapiro )**-, )))(.
Rang3uman 6agasan Uama
The principles of justice are chosen behind a veil of ignorance $awls %&'%, %)(.
3
#utipan
ini adalah pemikiran awls yang paling banyak mendapat soroton, baik kritik maupun .terusan/
pemikiran dikemudian hari. 2sumsi awls ini memang sangat menarik, tidak terkecuali bagi saya.
2sumsi ini menurut saya merupakan salah satu poin dasar dalam tercetusnya teori keadilan awls.
3ndividu-individu .di balik selubung ketidaktahuan/ adalah komponen utama dalam pembentukan-
pembentukan komponen lain dalam teori ini, misalnya institusi dan bentuk kehidupan masyarakat
yang adil. +ahkan prinsip-prinsip keadilan hanya dapat diterapkan pada struktur dasar sosial
melalui keadaan .di balik selubung ketidaktahuan/ dalam posisi asali. 5ntuk paparan yang tersusun
dalam laporan buku ini maka pembahasan lebih jauhnya tentang individu .di balik selubung
ketidaktahuan/ ini akan kita lihat dalam urutan berikutnya.
6
1alam catatan kaki %% halaman %6' buku A Theory f Justice! awls membandingkan istilah .a veil of
ignorance/ dengan pernyataannya J. 7. !arsanyi ."ardinal #tiliti in $elfare %conomics and in the Theory of &is'(
Ta'ing/ 8 Journal of )olitical %conomy, %&,6, volume -%.
4
Keadi#an Se.agai Fairness
+agian pertama buku A Theory f Justice ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu Justice as
Fairness $keadilan sebagai fairness(8 The )rinciples of Justice $prinsip-prinsip keadilan(8 The
riginal )osition $posisi asali(. #ita awali dengan istilah Justice as Fairness $awls %&'%, 6-,6( .
awls mengatakan bahwa tujuannya secara umum adalah untuk memunculkan teori keadilan yang
dapat menjadi alternatif bagi doktrin-doktrin yang sudah lama mendominasi tradisi filsafat $awls
%&'%, 6(. 1ari tujuan ini, awls kemudian membidik utilitarianisme dan intuisionisme sebagai
sasaran. 9ondasi kokoh teori ini diracik dari .semen-semen/ pemikiran "ocke, ousseau, dan #ant.
#emudian dilakukan upaya generalisasi dan abstraksi oleh awls terhadap teori kontrak sosial
ketiga tokoh tersebut, bahkan ke level yang lebih tinggi $awls %&'%, viii : %%(. 1alam bab 3 ini
sejatinya telah terlihat rangkuman gagasan utma awls dalam teori keadilannya. +ab ini juga
menunjukkan pijakan dasar gagasan ini. #eadilan sebagai fairness adalah pemaparan awls sebagai
pemahamannya tentang apakah keadilan itu. 1ari gagasan ini awls kemudian menciptakan sebuah
teori tentang keadilan. 2rtinya awls ingin membawa keadilan tidak lagi hanya sebatas filosofi
atau idealisme-idealisme wacana, namun sebagai sebuah teori yang dapat diterapkan dalam
kontrak- kontrak sosial. ;alaupun diawali dengan .kerumitan/, menurut saya, awls pastilah
menganggap bahwa teori ini adalah hal terbaik untuk membawa keadilan ke dalam realitas sosial.
1alam keadilan sebagai fairness, awls membahas beberapa hal yaitu peran keadilan,
subyek keadilan, ide utama dari teori keadilan, posisi asali dan justifikasi utilitarianisme klasik,
intuisionisme, persoalan yang terutama, dan penilaian tentang teori moral. 1alam pembahasan
peran keadilan, awls menyatakan dalil-dalinya tentang keadilan. awls mengatakan bahwa sebuah
teori, bagaimanapun elegan dan ekonomisnya harus ditolak atau direvisi jika .keadilan/ itu tidak
5
benar< demikian juga dengan hukum dan institusi, betapapun efisien dan teraturnya, harus
direformasi atau ditiadakan jika ia tidak adil. #eadilan tidak membenarkan adanya kehilangan
kebebasan bagi sejumlah orang hanya karena adanya hal-hal yang lebih besar. #etidakadilan boleh
terjadi hanya untuk menghindari ketidakadilan yang lebih besar. #ebenaran dan keadilan tidak bisa
diganggu gugat karena ini adalah keutamaan umat manusia $awls %&'%, 6-=(.
1ari keyakinan intuitif ini, kemudian awls mulai mempertimbangkan peran prinsip-
prinsip keadilan $awls %&'%, =(. 0amun sebelum menuju prinsip-prinsip keadilan tersebut, awls
harus menentukan dengan jelas subyek keadilan itu sendiri. Menurut awls secara umum subyek
utama keadilan adalah struktur dasar masyarakat, atau tepatnya, cara pendistribusian hak dan
kewajiban fundamental oleh lembaga-lembaga sosial utama dan untuk menentukan pembagian
keuntungan dari kerja sama sosial $awls %&'%, '(. Jadi subyek utama teori awls adalah struktur
dasar masyarakat. Sebab tanpa melalui struktur dasar masyarakat ini, akan terjadi .lompatan/ jalur,
sehingga kontrak sosial yang dihasilkan sangat rentan dengan ketidakadilan. Setelah menetapkan
subyeknya kemudian awls memulai racikan ide besarnya dalam gagasan utama awal tentang teori
keadilan. 1alam gagasan utama ini awls dengan jelas menyusun idenya dengan meramu peran
keadilan, subyek, dan individu-individu keadilan. #emudian individu-individu ini akan mengambil
posisinya, yang disebut sebagai posisi asali $awal(.
1i bagian inilah pada awalnya awls menyebutkan istilah a veil of ignorance $awls %&'%,
%)(, yang menurut saya adalah .jantung/ dari pemikiran awls dalam teori ini.
=
Saya mengatakan
demikian, karena setahu saya, para ahli politik, ekonomi, teologi, dan sosial yang membahas atau
mereview A Theory f Justice hampir sebagian besar dari mereka menyoroti dan membahas secara
khusus .di balik selubung ketidaktahuan/ ini. awls menganggap posisi asali adalah hal utama
dalam keadilan sebagai fairness. Jadi keadaan .di balik selubung ketidaktahuan/ adalah keadaan
4
Sejalan dengan pernyataan Amartya Sen dalam bukunya The Idea Of Justice halaman 54.
6
.yang harus terjadi/, yang dalam posisi asali ini adalah dalam rangka menentukan prinsip-prinsip
keadilan. Menurut saya awls dalam hal ini tidak hendak menyatakan bahwa .di balik selubung
ketidaktahuan/ adalah keadaan .ketiadaan/ atau tidak e*ist. +ahkan awls mengandaikan bahwa
pihak-pihak dalam posisi asali memiliki semua informasi umum $awls %&'%, %=)(. Jadi seperti
bayi yang baru lahir bagaikan kertas putih. "embar-lembar .kosong/ inilah yang dibawa pada
saat menentukan prinsip-prinsip keadilan. 0amun lembar-lembar .kosong/ ini bukanlah lembar
tanpa informasi.
awls mengatakan bahwa dalam posisi asali pihak-pihak yang ada dalam posisi ini tidak
tahu jenis-jenis fakta khusus tertentu, baik posisinya dalam masyarakat, kelas, maupun status
sosialnya. +ahkan keadaan .di balik selubung ketidaktahuan/ juga meliputi keberuntungannya
dalam distribusi asset-aset serta kecakapan alamiah, kecerdasan, dan kekuatannya $alws %&'%,
%6'(. awls dalam konsep posisi asali ini sangat dipengaruhi oleh #ant. usuanto mengatakan
bahwa subyek otonom bagi #ant adalah subyek bebas dan rasional yang mengambil putusan moral
berdasarkan prinsip imperaktif kategoris. Menangkap semangat #antian ini kemudian awls
menerapkannya dalam konsep yang disebut original position $usuanto )**,, %>(.
,
?osisi asali ini
juga dianggap sebagai status +uo awal yang tepat sehingga kesepakatan fundamental yang dicapai
di dalamnya adalah fair $awls %&'%, %)(.
-
1alam keadilan sebagai fairness orang-orang
mengkondisikan diri mereka sebagai rasional dan sama-sama netral. Mereka dianggap tidak saling
tertarik pada kepentingan mereka satu dengan yang lain. $awls %&'%, %6(. Menarik menurut saya
ketika awls menekankan bahwa mereka juga menganggap tujuan spiritual mereka bisa ditentang,
dalam hal ini, tujuan-tujuan agama yang berbeda bisa ditentang. +ahkan konsep rasionalitas harus
5
Penjelasan Rawls tentang kaitan pemahaman ant dengan keadilan sebagai fairness bisa kita lihat di
halaman
251!25".
6
Se#ara menyeluruh penjelasan tentang p$sisi asali dan justi%ikasinya bisa kita lihat di halaman 1"!22. &ari
seluruh
penjelasan itu pada intinya semua keadaan yang dik$ndisikan melahirkan %akta dan dari %akta inilah
kemudian lahir
istilah 'keadlilan sebagai fairness( )Rawls 1*"1+ 1",.
"
ditafsirkan sejauh mungkin dalam pemahaman tertentu tentang bagaimana cara paling efektif untuk
mencapai tujuan $awls %&'%, %=(. Saya membandingkan gagasan awls ini dengan revisionisme
dan pluralisme. Saya melihat ada kesamaan pandangan. Saya kira pemahaman seperti awls inilah
yang memberi pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran revisionisme dan pluralisme. !al ini
akan saya singgung lebih jauh di bab selanjutnya dalam evaluasi dan refleksi saya atas karya awls
ini.
!al penting lainnya yang harus digaris bawahi bahwa tugas utama dalam menyusun konsep
keadilan sebagai fairness adalah menentukan prinsip keadilan yang mana akan dipilih dalam posisi
asali $awls %&'%, %=(. Melalui penekanan ini kemudian awls mengkaitkan pemilihan ini dengan
membandingkannya pada prinsip utilitas kemudian menyasar pada utilitarianisme dan
intuisionisme. awls berpendapat bahwa prinsip utilitas bertentangan dengan konsepsi kerjasama
sosial bagi keuntungan bersama $awls %&'%, %=(.
'
#arena dalam prinsip utilitas menurut alws
orang-orang telah digiring untuk menerima kerugian hanya dalam rangka menciptakan jaring
keseimbangan pemuasan yang lebih besar $awls %&'%, %=(. Memang dalam prinsip utilitas orang-
orang didorong untuk mencapai tingkat kepuasan semaksimal mungkin, namun disaat yang
bersamaan tentu ada pihak-pihak yang akan dirugikan oleh pihak lain yang dianggap menghalangi
tujuannya. Jadi prinsip ini menurut awls tidak dapat memenuhi gagasannya dalam keadilan
sebagai fairness. 5ntuk memperlihatkan bahwa teorinya lebih unggul, awls menegaskan bahwa
ada perbedaan mendasar antara teorinya dengan pandangan utilitarianisme, perfeksionisme, dan
intuisionisme. 1engan utilitarianiesme contohnya,
>
hal paling jelas menurut awls bahwa
utilitarianisme tidak mempersoalkan bagaimana pemuasan tersebut didistribusikan kepada individu-
individu lebih dari mempersoalkan bagaimana orang mendistribusikan kepuasannya sepanjang
"
-al yang senada juga disampaikan Rawls di paragraph terakhir halaman 15.
.
Rawls mengangkat pandangan Sidgwi#k sebagai kubu utilitarianisme. arena menurut Rawls
pandangan Sidgwi#k adalah rumusan yang paling jelas dan lengkap mewakili pandangan utilitarianisme
)Rawls 1*"1+ 22,.
.
waktu $awls %&'%, )-(. 2rtinya, menurut awls utilitarianisme tidak menganggap serius
perbedaan antar individu $awls %&'%, )'(. awls menegaskan kembali perbedaannya dengan
utilitarianisme dengan mengatakan bahwa utilitarianisme merupakan teori teleologis sedangkan
keadilan sebagai fairness adalah teori deontologist,
&
yaitu teori yang tidak menspesifikasi manfaat
terpisah dari hak atau tidak menginterpretasikan hak sebagai pemaksimalan manfaat $awls %&'%,
6*(.
%*
?andangan intuisionisme menurut awls adalah sesuatu yang tidak jelas. Maksudnya, dalam
intuisionisme, ketika kita mencapai tingkat generalitas tertentu maka di sana terdapat kriteria
konstruktif untuk menentukan penekanan yang tepat untuk prinsip-prinsip keadilan. Sedangkan
kompleksitas fakta moral membutuhkan sejumlah prinsip yang jelas, jadi tidak ada standar tunggal
yang dapat menilainya $awls %&'%, 6=(. 2da dua wajah dari intuisionisme, pertama, teori-teori
tersebut terdiri dari pluralitas prinsip-prinsip pertama yang mungkin saja bertentangan dengan
arahan perintah dalam berbagai tipe kasus khusus. #edua, tidak ada metode yang eksplisit, tidak
ada aturan prioritas untuk membandingkan prinsip-prinsip itu satu dengan yang lainnya. 2rtinya
keseimbangan itu diperhadapkan hanya dengan intuisi saja $awls %&'%, 6=(. Menariknya, sering
kali teori-teori intuisionis terlihat seperti bersifat deontologis, namun demikian menurut awls,
bentuk jelas dari intuisionistik bukanlah teologis dan deontologisnya, melainkan ruang yang mereka
berikan dalam kapasitas intuitif kita tidak dituntun oleh kriteria etis dan konstruktif. Jelas dalam hal
ini ada sangkalan atas keberadaan solusi yang eksplisit dan berguna pada prioritas persoalan $awls
%&'%, =*(.
*
/enurut Rusuant$+ de$nt$l$gist )deon 0 kewajiban, dalam te$ri keadilan ini berasumsi bahwa nilai
yang!hak )the right, memiliki pri$ritas atas nilai yang!baik )the good, )Rusuant$ 2115+ 1"!1.,.
11
2ei% 3enar mengatakan bahwa utilitarinisme berpegang pada satu prinsip moral universal
$@memaksimalkan utilitas@(, yang berlaku untuk tindakan individu, konstitusi politik, hubungan internasional,
dan semua subyek
lainnya. +erbeda dengan apa yang ditawarkan awls $;enar )**>(
*
Prinsip%Prinsip Keadi#an
Semua nilai sosialAkebebasan dan kesempatan, pendapatan dan kekayaan, dan dasar-dasar
harga diriAharus didistribusikan sama rata kecuali jika distribusi yang tidak sama, sebagian
atau semua, nilai tersebut hanya demi keuntungan semua orang $awls %&'%, -)(.
#utipan di atas adalah konsepsi umum tentang keadilan yang diutarakan oleh awls.
#onsep ini dinilai kabur dan diperlukan penafsiran. 5ntuk itu awls menjelaskan secara khusus
tentang konsep keadilan melalui prinsip-prinsip keadilannya yang akan saya laporkan dalam bab
ini. awls mengawali bab ini dengan membagi teori keadilan menjadi dua bagian utama yaitu8
?enafsiran atas situasi awal serta perumusan berbagai prinsip yang dapat dipilih, dan penentuan atas
argumentasi yang menyatakan prinsip mana yang dapat diterima $awls %&'%, ,=(. Teori keadilan
ini tentu membutuhkan subyek. 5ntuk itu awls menegaskan bahwa subyek utama prinsip keadilan
sosial adalah struktur dasar masyarakat, tatanan institusi-institusi sosial utama dalam satu skema
kerjasama.
awls dalam bab ini memperkenalkan dua prinsip keadilan untuk institusi dan beberapa
prinsip-prinsip untuk individu $awls %&'%, ,=(. !al penting yang sangat ditekankan oleh awls
adalah penempatan prinsip-prinsip keadilan haruslah sesuai porsinya. ?rinsip-prinsip keadilan untuk
institusi tidak boleh dikacaukan dengan prinsip-prinsip yang diterapkan pada individu dan tindakan-
tindakan mereka dalam situasi tertentu. Jadi dua macam prinsip untuk institusi tersebut diterapkan
pada subyek yang berbeda dan harus dibahas terpisah $awls %&'%, ,=-,,(. 1ua prinsip keadilan
awls adalah sebagai berikut8
?ertama8 Setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling
luas, sesuai dengan kebebasan yang sama bagi semua orang.
11
#edua8 #etimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga $a(
diharapkan dapat menjadi keuntungan semua orang, dan $b( semua posisi dan jabatan
terbuka bagi semua orang $awls %&'%, -*(.
3ni dalah dua prinsip yang bisa diterapkan pada bentuk-bentuk institusional. Tentu berbeda untuk
individu-individu. 1ua prinsip ini berdiri pada pemahaman bahwa struktur sosial dapat dibagi
menjadi dua bagian utama. ?rinsip pertama ini berkenaan dengan kesetaraan sosial-ekonomi, hak
politik, mempertahankan hak milik, kebebasan seperti yang didefinisikan oleh konsep rule of law.
%%
?rinsip pertama diterapkan pada bagian pertama struktur sosial $awls %&'%, -%(. ?rinsip kedua
mencakup persoalan distribusi kekayaan yang berkaitan dengan perbedaan otoritas, komando dan
tanggung jawab dalam organisasi. 1alam hal ini distribusi kekayaan dan pendapatan tidak harus
sama namun harus untuk keuntungan semua orang serta posisi-posisi otoritas dan jabatan harus
terbuka bagi semua orang $awls %&'%, -%(. 3ntinya bagaimanapun distribusinya, semua orang
harus diuntungkan. Saya membayangkan bahwa distribusi ini seperti ruang privat dan pembagian
keuntungan ini seperti ruang bersama.
Sebelumnya telah disinggung tentang prinsip-prinsip keadilan untuk institusi, sekarang kita
akan mengulas prinsip-prinsip untuk individu yang ditawarkan oleh awls. Menurut awls teori
yang lengkap mengenai hak haruslah memasukkan prinsip-prinsip keadilan bagi individu $awls
%&'%, %*>(. 1i bagian ini awls tidak akan memaparkan prinsip-prinsip untuk individu secara
sistematis, namun ia akan menekankan prinsip-prinsip yang menurutnya sangat esensial.
Baris besar pembahasan pada individu-individu adalah tentang hak dan kewajiban. Salah
satu prinsip yang diterapkan awls untuk individu ini disebut prinsip fairness $awls %&'%, %%%(.
?rinsip ini sendiri digunakan oleh awls untuk menilai semua kebutuhan yang merupakan
11
Rawls membahas se#ara khusus rule of law ini di halaman 235!243. Rawls mengartikan rule of law ini
sebagai kedaulatan hukum+ yakni h$kum yang berdaulat dan menjadi a#uan bersama. edaulatan
hukum ini berkaitan erat dengan dengan keadilan. /enurut Rawls ketika aturan!aturan ini adil+ maka
mereka telah menegakkan sebuah dasar bagi harapan!harapan yang sah )Rawls 1*"1+ 235,.
11
kewajiban, yang dibedakan dari tugas alamiah $awls %&'%, %%%(. Menurut awls, prinsip
fairness ini harus .menempel/ pada institusi-institusi yang adil. Tidak sepantasnya memberikan
tindakan sukarela yang dimunculkan sebagai kewajiban ini pada institusi yang tidak adil, seperti
pemerintahan otokratis dan arbitrer $awls %&'%, %%)(. Mengapa demikianC #arena kandungan
kewajiban selalu ditentukan oleh institusi atau praktik aturan yang menunjukkan apa yang harus
dilakukan seseorang $awls %&'%, %%6(. Jadi institusi atau struktur dasar masyarakat sangat
menentukan keberadaan masyarakat sebagai individu yang adil.
Sekarang kita membahas kewajiban-kewajiban alamiah. #etika prinsip fairness memetakan
semua kewajiban, ternyata ada banyak kewajiban alamiah, positif dan negatif $awls %&'%, %%=(.
Seperti apa kewajiban alaimiah ituC awls mencontohkannya seperti< kewajiban untuk menolong
orang lain ketika seseorang membutuhkan dan dalam keadaan bahaya, dengan syarat orang tersebut
melakukannya $menolong( tanpa membahayakan dirinya sendiri< kewajiban untuk tidak menyakiti
atau mengganggu orang lain< dan kewajiban untuk tidak menyebabkan penderitaan yang tidak
perlu $awls %&'%, %%=(. Sepintas kita melihat sepertinya kewajiban alimiah ini tidak bergantung
pada institusi, lebih pada urusan pribadi. 0amun awsl menegaskan bahwa kewajiban alamiah ini
mengharuskan kita untuk mendukung dan menyesuaikan dengan institusi-institusi yang adil dan
bisa diterapkan pada diri kita $awls %&'%, %%,(. !al ini berarti, jika struktur dasar masyarakat itu
adil, atau seadil yang bisa diharapkan, maka semua orang punya kewajiban alamiah untuk
melakukan peranannya dalam skema yang ada $awls %&'%, %%,(.
12
P*sisi asa#i
Sebelum masuk lebih jauh pada bab ini, perlu kita tekankan lagi bahwa prinsi-prinsip
keadilan, baik bagi institusi maupun individu akan dikenal melalui posisi asali ini $awls %&'%,
%%,(. 0amun sebenarnya menurut awls, jika seperangkat prinsip yang lengkap, konsepsi lengkap
tentang hak ada ditangan kita, maka konsepsi tentang posisi asali tidak diperlukan lagi. #arena kita
hanya tinggal menerapkannya sebagaimana kita menerapkan prinsip-prinsip yang lain $awls
%&'%,
%%-(. Mengapa posisi asali ini ditawarkan oleh awlsC Menurut saya, awls belum menemukan
institusi atau struktur dasar masyarakat yang ideal yang sesuai dengan konsep keadilannya.
Dleh sebab itu perlu upaya baru dalam mewujudkannya melalui teori keadilan yang awls
tawarkan.
2pa sebenarnya yang dimaksud dengan posisi asaliC #ita mulai dengan penekanan awls,
bahwa gagasan intitif dari keadilan sebagai fairness adalah mengganggap prinsip pertama keadilan
sebagai objek dari kesepakatan asali dalam situasi awal $awls %&'%, %%>(. "atar belakang posisi
asali disebut realitas keadilan $the circumstances of justice( $awls %&'%,%)-(. Sejalan dengan
pemikiran !ume, awls menjelaskan realitas keadilan sebagai kondisi normal di mana kerja sama
manusia bisa dimungkinkan dan dibutuhkan. #endati demikian tetap saja kondisi tersebut ditandai
dengan konflik kepentingan $awls %&'%, %)-(. 1i sinilah berdiri prinsip-prinsip keadilan. Sebab
tanpa prinsip tersebut orang-orang tidak dapat menentukan arahan kesepakatan. 5ntuk mengatasi
konflik kepentingan dalam mnetapkan prinsip-prinsip keadilan maka posisi asali sangat dibutuhkan.
7atatan pentingnya kemudian, posisi asali ini hanya mungkin terjadi oleh individu-individu .di
balik selubung ketidaktahuan/. Melihat pemaparan di atas, tidak salah kalau keadaan .dibalik
selubung ketidaktahuan/ ini adalah hal yang sangat penting dari teori keadilan awls. 5ntuk itu
sekarang kita bahas lebih dalam tentang keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ ini.
13
#eadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ merupakan asumsi awls untuk menciptakan
keadaan yang dapat mencegah atau menghindari situasi dari pertikaian identitas dan konflik
kepentingan. #arena jika hal itu terjadi maka keadilan hanyalah keuntungan bagi kelompok
tertentu. awls mendefinisikan keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ sebagai berikut8
1iasumsikan bahwa pihak-pihak itu tidak tahu jenis-jenis fakta khusus tertentu. ?ertama,
tidak ada yang tahu tempatnya di dalam masyarakat, kelas atau status sosialnya, dan juga
tidak tahu keberuntungannya dalam distribusi kemampuan serta aset-aset alamiah,
kecerdasan dan kekuatan dan lainnya. Juga, tidak ada yang tahu soal konsepsinya tentang
manfaat, atas rencana rasional hidupnya, bahkan bentuk-bentuk khusus psikologinya seperti
kebenciannya terhadap resiko, atau liabilitasnya pada optimism dan pesimisme $awls %&'%,
%6'(.
Tidak hanya itu, masih di halaman yang sama awls mengasumsikan juga bahwa pihak-pihak
dalam posisi asali tidak tahu situasi khusus masyarakat mereka sendiri, baik politik dan ekonomi,
bahkan peradaban dan kebudayaan yang telah dicapai. Seperti kotak hitam pesawat, walaupun
pesawatnya sudah terbang ke mana-mana namun kotak hitam ini tidak berisi informasi atau
rekaman apapun $empty informationi(.
awls sendiri menyadari bahwa pandngannya ini pasti akan menemui kesulitan tersendiri.
Mungkin orang-orang akan sulit dapat menerima dan memahami. 0amun di sini awls menjelaskan
bahwa keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ adalah sah bagi mereka yang mau menerapkan
konsep keadilan. Drang-orang harus dengan kesadarannya menempatkan diri dalam keadaan
.dibalik selubung ketidaktahuan/ secara rasional. Menurut awls ini adalah syarat kunci untuk
memenuhi keharusan ini $pemenuhan terhadap prinsip-prinsip keadilan( $awls %&'%, %6&(. 5ntuk
membela diri atas protes yang mengatakan bahwa gagasan ini adalah irasional, awls mendasarkan
pembelaannya melalui pandangan #ant tentang otonomi. awls yakin bahwa #ant berpendapat,
seseorang akan bertindak secara otonom ketika prinsip-prinsip dari tindakannya dipilih olehnya
14
sebagai ekspresi yang paling memadai dari sifat dasarnya sebagai makhluk rasional yang bebas
dan setara $awls %&'%, ),)(. Tindakannya kemudian disebut sebagai tindakan heteronom, yaitu
prinsip-prinsip yang dilaksanakannya bukan diambil berdasarkan kedudukan sosial atau anugerah
alaminya, atau sesuai dengan jenis masyarakat tertentu atau hal-hal khusus yang ia inginkan
$awls
%&'%, ),)(. Tugas keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ adalah menghilangkan pengetahuan
orang-orang dalam posisi asali, sehingga mereka bisa sampai pada pilihan mereka bersama sebagai
orang rasional yang bebas dan setara, adapun pengetahuannya kemudian itu berasal dari keadaan
itu sendiri, yang nantinya akan membangkitkan kebutuhan akan prinsip keadilan $awls %&'%,
),)(. awls juga menegaskan bahwa batasan-batasan pada informasi ini dalam posisi asali
merupakan
arti penting yang fundamental. Tanpa batasan tersebut, kita tidak akan bisa melahirkan teori
keadilan sama sekali $awls %&'%, %=*(. Seperti yang sudah dimuat di bab sebelumnya, bahwa
individu-individu .dibalik selubung ketidaktahuan/ bukanlah individu .ketiadaan/. awls tetap
mengandaikan pihak-pihak dalam posisi asali memiliki semua informasi umum. Tidak ada fakta-
fakta umum yang tertutup bagi mereka $awls %&'%, %=)(.
Mengakhiri gasasan utama teori keadilan awls, khususnya bagian pertama buku A Theory
f Justice, saya mencoba menggambarkan struktur besar dari pemikirannya. ?ertama awls
mengangkat agenda filosofisnya dengan gagasan keadilan sebagai fairness, selanjutnya
menentukan subyek keadilan $institusi atau struktur dasar masyarakat(, .batu batereinya/ adalah
prinsip-prinsip keadilan, kemudian prinsip-prinsip keadilan itu ditentukan dalam posisi asali.
1engan alur ini diharapkan teori keadilan ini dapat berhasil diterapkan dalam masyarakat.
15
E2a#uasi dan Re7#e3si Kriis
2ristoteles menyatakan, kekhasan manusia adalah bahwa mereka mempunyai rasa keadilan
dan ketidak adilan, dan pemahaman bersama tentang keadilan bisa membentuk sebuah polis
$awls %&'%, )=6(.
Saya kira semangat 2ristoteles ini juga menjadi pemicu bagi awls untuk mewujudkan
sebuah teori tentang keadilan. #arena dengan titik berangkat yang benar maka polis yang terbentuk
adalah polis yang seharusnya, sebuah polis .ajeg/. Saya kira usaha awls adalah untuk memulai
gagasan titik berangkat tersebut. Tentu bagi awls teori keadilan adalah pilihan terbaik dari doktrin-
doktrin yang sudah ada.
Secara umum teori keadilan awls ini memberikan pengaruh signifikan pada bentuk-bentuk
pemerintahan khususnya kubu liberal dan bentuk pemerintahan demokratis. 0amun menurut saya
apa yang menjadi keinginan atau idealismenya awls belumlah terwujud secara penuh. Tatanan
masyarakat yang ada dalam gagasan teori keadilan belumlah terwujud seperti yang diharapkan
awls. Saya belum melihat $mungkin saya salah( ada satu institusi atau pemerintahan yang bulat-
bulat menerapkan gagasan awls dalam teori keadilannya. +ahkan negara 2merika sendiri yang
adalah institusi di mana awls .berdiri/ juga belum bisa membawa teori keadilan ini pada tempat
yang seharusnya. Sekarang banyak negara penganut demokrasi liberal seperti Eropa dan 2merika
mengalami krisis ekonomi dan sosial. Selain itu kritik terhadap teori ini semakin berkembang.
Sekarang terjadi perdebatan serius antara kubu liberalisme dengan komunitarianisme dan
revisioneisme $pluralisme( dengan postliberalisme.
0amun saya harus mengakui, saya terpaku kagum menyaksikan kehebatan gagasan awls
ini. #eberhasilannya memberikan perspektif baru dalam dunia liberalism dengan menggeser
dominasi utilitarianisme. usuanto mengatakan bahwa proyek awls dapat dipandang sebagai yang
16
paling muktahir, sekaligus tercanggih, dari upaya liberalisme dalam memecahkan problem keadilan
$atau ketidakadilan( dalam dirinya yang tak pernah berhasil diselesaikannya dengan memuaskan
$usuanto )**,, %,,(. #eberhasilan awls ini juga menurt usuanto, karena awls berhasil
mengakhiri isolasi ekonomi dari politik seperti yang dilakukan utilitarianisme sebelumnya. +ahkan
usuanto mengatakan bahwa awls telah mampu melangkahi utilitarianisme dalam satu belokan
penting dengan menempatkan politik prioritas dalam urutan leksikal. +agi awls, keadilan sebagai
predikat liberalism hanya apabila keadilan itu merupakan konsepsi politik, tapi bukan dari
liberalism tradisional melainkan dari yang disebutnya liberalism egalitarian $usuanto )**,, %,'(.
+agi saya, gagasan teori keadilan ini sangat penting untuk dapat melihat pemikiran dasar
dari liberalisme yang mengusung paham-paham universalisme. 1ari gagasan ini saya juga melihat
bagaimana peran-peran partikularitas dipersempit sampai batas tertentu untuk menemukan landasan
tipis yang sering dikenal sebagai landasan bersama.
2da hal menarik yang ingin saya bahas di sini. Sempat saya singgung sebelumnya
tentang awls yang menekankan bahwa dalam mencapai kontrak sosial dan keadilan dalam
masyarakat maka tujuan spiritual bisa ditentang, dalam hal ini, tujuan-tujuan agama yang berbeda
bisa ditentang. +ahkan konsep rasionalitas harus ditafsirkan sejauh mungkin demi tercapainya
tujuan bersama. Sejalan dengan gagasan tersebut, saya melihat ada kesejajaran pemahaman
dengan revisionisme dan pluralisme. "andasan bersama yang berpijak pada universalitas menjadi
tujuan utama. Mereka menganggap tujuan-tujuan agama yang bertentangan harus ditafsirkan
ulang. ?enafsiran-penafsiran ulang tentang agama dan doktrin-doktrinnya dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup plural sering dilakukan tokoh-tokoh revisionisme dan pluralisme
seperti 1avid
1"
Tracy dan ?aul #nitter contohnya.
%)
Saya setuju dengan penafsiran ulang atas doktrin, teks, dan
tujuan-tujuan agama. #arena penafsiran ulang terhadap teks, doktrin dan ajaran-ajaran agama
sangat dibutuhkan dalam konteks di mana kita hidup untuk menjawab tantangan yang ada, terlebih
di masa kini. 0amun hal yang harus diperhatikan dan selalu menjadi bahaya laten adalah persoalan
ruang bagi partikularitas agama itu sendiri. Saya sangat terganggu dengan gagasan yang hendak
menafsirkan tujuan-tujuan spiritualitas dan agama sejauh mungkin hanya demi tercapainya kontrak
sosial. #alau bicara tentang politik dan hukum, hal ini masih dapat diterima, mungkin $walaupun
belum tentu(. 0amun ketika bicara tentang keyakinan dan agama, hal ini pasti menjadi pertanyaan
besar, paling tidak bagi saya secara pribadi. Bagasan landasan bersama ini sangat ditentang oleh
!auerwas. !auerwas sangat curiga dengan kelompok mayoritas dan penguasa. Sebab kelompok
inilah yang cenderung memanfaatkan landasan bersama ini sebagai .pemaksaan terselubung/
terhadap tujuan mereka. 1engan landasan bersama ini seolah-olah ada keterbukaan, toleransi,
pengakuan, kesetaraan dan keadilan. ?adahal ukuran yang dipakai dalam landasan bersama tetaplah
ukuran kelompok yang paling diuntungkan $!auerwas )**', ,>--*(. #alau dikaitkan dengan
gagasan .dibalik selubung ketidaktahuan/ saya yakin !auerwas akan sulit menerimanya. Sebab
dalam konsep landasan bersama itu dalam kenyataannya sangat sarat dengan kepentingan. Entah itu
atas nama negara, kemajemukan, dan pluralisme. +ahaya dari gagasan .penafsiran sejauh mungkin/
bukan hanya sekedar persoalan relativisme namun ada upaya .penjajahan yang membuai/.
Menarik juga kalau saya kaitkan paragraf di atas dengan kritikan 3an Shapiro tentang
individu-individ. Sebelumnya, ingin saya kemukakan bahwa leberalisme awls sepertinya
sangat
memperhatikan bahkan memberikan penekanan khusus pada individu-individu. Saya berharap
12
+isa kita lihat dalam bukunya 1avid Tracy, The Analogical ,magination- "hristian Theology and The "ulture
of )luralism. 0ew 4ork8 7rossroad, %&>%< dan bukunya ?aul 9. #nitter, No ther Name.- A "ritical /urvey f
"hristian Attitudes Toward The $orld &eligions. 0ew 4ork8 Drbis +ook, %&>,.
1.
awls memberikan penekanan pda ruang particular. 0amun sayangnya individu-individu ini
digiring bahkan diharuskan menjadi individu dalam keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/.
Sangat jelas kerangka universalitas di sini. Tujuan utamanya dalah pencarian dasar bersama
$kontrak sosial(. #ritik Shapiro sebenarnya ditujukan pada persoalan individu dalam pendistribusian
keuntungan $Shapiro )**-, ))>-)6)(. Bagasan awls dalam hal ini menurut Shapiro sangat kabur
$Shapiro )**-, )6*(. Misalnya dalam menilai kemiskinan, selama ini individu termiskin itu hanya
bisa dilihat dari cerminan kelompoknya $standar kriteria tertentu(. #alau sekarang ditanya siapa
orang termiskin di dunia, tentu sangat sulit menentukannya. Jadi pembahasan tentang individu harus
mendapat rumusan yang jelas, karena individu ini bersifat partikular. Menurut Shapiro, semua
pembanding antar individu paling tidak memerlukan suatu rumusan tentang dimensi tersebut yang
dengannya individu dibandingkan satu sama lain dan kriteria untuk menentukan peringkat semua
individu bersangkutan menurut dimensi itu. Jika kita memiliki satu tas kelereng dan ingin tahu
kelereng mana yang paling tergores, kita harus membandingkan setiap kelereng satu sama lain
$Shapiro )**-, )6*(.
Saya meminjam pemikiran Shapiro dengan tujuan bahwa saya melihat awls dan juga
liberalisme seringkali seolah-olah menujukkan perhatian dan penekanan mereka terhadap
partikularitas, namun disaat yang bersamaan, melalui konsep landasan bersama, mereka telah
mengabaikan partikularitas yang ada. !al yang serupa juga saya lihat pada pluralisme.
?embandingan individu yang diusulkan Shapiro ini adalah usulan yang menujukkan adanya
perhatian terhadap kekhususan individu. ?embandingan individu satu dengan yang lain adalah
penekanan terhadap partikularitas.
1alam evaluasi ini saya juga akan membahas kritikan saya pada teori keadilan awls yang
saya istilahkan sebagai teori .andai-andai/. #ritika saya pada teori lebih pada konteks yang kabur
1*
dari posisi asali dan keberadaan individu-individu .dibalik selubung ketidaktahuan/ yang sulit
.dipetakan/. 2da pembelaan terhadap awls tentang hal ini yang datang dari seorang +ur
usuanto. usuanto mempertanyakan kritik-kritik komunitarian yang mengatakan bahwa universal
awls tidak ada konteksnya $usuanto )**,, %,6(. Mengapa timbul kesan bahwa subyek awls
adalah atomistik dan abstrak $usuanto )**,, %-6(. usuanto melihat bahwa kritikan kaum
komunitarian adalah kritikan umum terhadap subyek liberalisme, seperti yang ditunjukkan oleh
7harles Taylor yang mengatakan bahwa tradisi filsafat 2nglo-SaFon selalu mengabaikan
eksplorasi human subye' $usuanto )**,, %-6(. Tanggapan atas kritikan tersebut usuanto
mengatakan, sebenarnya awls telah memahami bahwa kritik subyek atomistik itu berangkat dari
konsepnya tentang original position. Teori kontrak tradisional memang melibatkan subyek-subyek
atomistik prasosial, dan itu memang subyek abstrak. 0amun tidak demikian dengan teori awls,
menurut usuanto awls sendiri menjelaskan bahwa subyeknya adalah subyek-subyek yang untuk
sementara meninggalkan semua hubungan dengan masyarakat dan menunda semua persoalan
keadilan antar warga sampai suatu konsepsi keadilan bagi suatu masyarakat tertata-benar diperoleh
$usuanto )**,, %-=(. Selajutnya usuanto menekankan bahwa awls melindungi subyeknya
dengan postulat manusia sebagai mahkluk moral yang konsekuensinya sekaligus sebagai makhluk
sosial $usuanto )**,, %-=(.
1alam pandangan saya, subyek awls ini saya istilahkan sebagai subyek .tertunda/. Saya
memahami posisi asali dan keadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ adalah masa jeda. #arena
dalam posisi asali inilah diambil pilihat terhadap prinsip-prinsip keadilan. Setelah prinsip keadilan
dipilih dan konsepsi keadailan terwujud, barulah subyek .tertunda/ ini masuk dalam realitas dan
menjadi inividu-individu nyata. +erdasarkan pemahaman ini, saya melihat bahwa posisi asali awls
memang tiadak ada konteksnya. Sebab subyek tersebut adalah subyek yang menarik diri dan tidak
21
ada dalam realitas sosial. 5ntuk sementara subyek ini ada dalam realitasnya sendiri yang tidak
.terpetakan/. #eadaan .dibalik selubung ketidaktahuan/ adalah bentuk pengastrakan diri. Jadi bagi
saya kritikan kubu komunitarianisme sangat sah. #arena realitas awls dalam hal ini adalah
.realitas asumsi/, sepertinya tidak salah kalau saya mengatakan gagasan awls ini sebagai teori
.andai-andai/.
Saya juga melihat bahwa awls lebih menekankan postulat manusia sebagi makhluk sosial.
Memang dikatakan bahwa manusia adalah makhluk moral, namun ditekankan bahwa
konsekuensinya adalah sebagai mahkluk sosial. Jadi partikularitas manusia sebagai mahkluk moral
akan diatur, dikusai dan dikendalikan oleh keberadaanya sebagai makhluk sosial.
?ada bagian akhir evaluasi, saya mencoba melihat relevansi teori keadilan awls ini
dengan konteks 3ndonesia sekarang ini. Menurut saya, teori ini harus tetap mendapat tempat dan
menjadi acuan dalam melandasi perdebatan-perdebatan sosial-politik yang ada di 3ndonesia.
?erdebatan yang kuat terjadi di 3ndonesia adalah perdebatan pluralisme $atau liberalisme( dan
postliberalisme. ?erdebatan ini menjadi kacau karena ada kelompok radikal $ekstrem( telah
mengatasnamakan perdebatan ini untuk memperoleh tujuan mereka. +iasanya perdebatan oleh
kelompok radikal $ekstrem( ini tidak memiliki dasar filosofis yang kuat. Jadi menurut saya telaah-
telaah filosofis
seperti teori keadilan awls menjadi sangat penting bagi perkembangan sosial-politik dan termasuk
di dalamnya perkembangan agama-agama di 3ndonesia.
21
8a7ar Pusa3a
!aeurwas Stanley.)**'. The /tate f The #niversity- Academic 0nowledge f 1od. DFford8
+lackwell.
#nitter, ?aul 9. %&>,. No ther Name.- A "ritical /urvey f "hristian Attitudes Toward The
$orld &eligions. 0ew 4ork8 Drbis +ook.
usuanto +ur. )**,. 0eadilan /osial- )andangan 2eotologis &awls dan 3abermas! 2ua Teori
Filsafat )oliti' 4odern. Jakarta8 Bramedia ?ustaka 5tama.
awls John. %&'%. A Theory f Justice. !ardvard8 +elknap ?ress.
Sen 2martya. )**&. The ,dea f Justice. "ondon8 2llen "ane.
Shapiro 3an. )**-. %volusi 3a' 2alamTeori 5iberal. Jakarta8 4ayasan Dbor 3ndonesia.
Tracy 1avid. %&>%. The Analogical ,magination- "hristian Theology and The "ulture of
)luralism. 0ew 4ork8 7rossroad.
;enar "eif. )**>. .John awls/ tersidia dari ht t p 8G Gp l a to.s t a n fo rd. e duGent riesGr a wlsG
diakses tanggal )> Januari )*%%.

Anda mungkin juga menyukai