PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan Milenium Development Goals (MDGs) adalah
mengurangi kemiskinan yang di antaranya diukur melalui indikator prevalensi
gizi kurang. Meskipun jumlah kasus gizi kurang menurun dalam beberapa
tahun terakhir, tetapi gizi kurang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia yang sulit diatasi. Data terakhir menunjukkan
prevalensi gizi kurang di Indonesia turun dari 31,0 % pada tahun 1989
menjadi 18,4 % pada tahun 2007. Berdasarkan profil kesehatan Jawa Tengah
tahun 2012, prevalensi balita dengan gizi kurang masih sebesar 4,88%.1
Ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi, balita termasuk dalam
golongan masyarakat kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang
paling mudah menderita kelainan gizi. Hal ini menjadi penting karena mereka
sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat. Kemenkes melalui
Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mencanangkan berbagai
program sebagai upaya penurunan prevalensi gizi kurang dengan tujuan utama
menurunkan angka kejadian gizi kurang dan agar balita dengan gizi kurang
tidak berkembang menjadi gizi buruk. 2
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait. Menurut
mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, gizi kurang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi sehingga anak rentan terhadap infeksi penyakit. Situasi
ini akibat kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesempatan kerja yang rendah.
Secara lebih terperinci, keadaan gizi dipengaruhi oleh kecukupan asupan
makanan dan keadaan kesehatan individu. Kedua faktor tersebut di samping
dipengaruhi oleh masalah ekonomi dan pelayanan kesehatan, juga dipengaruhi
oleh pola asuh anak tidak memadai. Oleh karena itu, masalah gizi harus
dipecahkan melalui pendekatan keluarga serta pendekatan terpadu, tidak hanya
dari masalah kesehatan saja, tapi juga melibatkan berbagai sektor terkait.3,4
kesehatan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
1. Definisi
Gizi adalah zat yang diperlukan untuk metabolisme dan fungsi biologis
tubuh. Gizi diperoleh melalui serangkaian proses pengolahan makanan yang
dikonsumsi, meliputi proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, dan
metabolisme untuk menghasilkan energi, mempertahankan kehidupan, untuk
fungsi pertumbuhan dan pemeliharaan fungsi normal dari organ-organ. Status
gizi seseorang adalah suatu keadaan yang menggambarkan keseimbangan
antara asupan zat gizi yang diperoleh dan yang dibutuhkan atau digunakan
oleh tubuh. Jadi, status gizi merupakan refleksi kecukupan zat gizi seseorang.
Agar seseorang dapat hidup sehat, tumbuh kembang optimal dan beraktivitas
secara produktif, dibutuhkan aneka ragam makanan untuk dapat memenuhi
kebutuhan gizinya. Hal ini dikarenakan tidak ada satu jenis makanan yang
dapat memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecuali bayi umur 06 bulan, dimana mereka cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja untuk
memenuhi kebutuhan gizinya.6
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan data-data yang diperoleh dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis bisa didapatkan informasi tentang riwayat nutrisi selama dalam
kandungan, riwayat saat kelahiran dan keadaan waktu lahir ( termasuk berat
dan panjang badan lahir). Selain itu, dapat pula didpatkan informasi
mengenai
makanan yang dikonsumsi hingga data keadaan fisik ayah dan ibu. Kemudian
pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan bentuk tubuh dan perbandingan
proporsi tubuh. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 7
Secara langsung: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik
Secara tidak langsung: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor
ekologi
1) Penilaian Secara Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu indikator terukur yang dapat
digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Antropometri berasal dari
kata antropos (tubuh) dan metros (ukuran). Dari sudut pandang gizi,
antropometri oleh Jellife diartikan sebagai berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi.
Antropometri sering digunakan secara luas di masyarakat karena:
Alat mudah didapat dan digunakan
Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
Pengukuran tidak selalu harus oleh tenaga khusus profesional, dapat oleh
tenaga lain setelah mendapat pelatihan
Biaya relatif murah
Hasilnya mudah disimpulkan, memiliki cut of point dan baku rujukan
yang sudah pasti
Secara ilmiah diakui kebenarannya
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan
jumlah air dalam tubuh.7
Tata cara pemeriksaan antropometri berkaitan dengan empat aspek yaitu:7
o Baku antropometri
Jenisjenis ukuran antropometri gizi yang diperlukan untuk penilaian
pertumbuhan dan status gizi adalah ukuran berat badan, panjang (tinggi)
badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan lipatan kulit. Baku
antropometri yang memenuhi syarat untuk digunakan saat ini adalah
Baku WHO NCHS Berdasarkan Lokakarya Antropometri di Ciloto
tahun 1992.
nilai
status
gizi
(indikator).
WHO
menyarankan
Waterlow
menyatakan
juga
ukuran
merekomendasikan
pertumbuhan
penggunaan
(Growth
SD
untuk
Monitoring).
WHO
TB/U
BB/TB
b.
Status
Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk
Normal
Pendek (stunted)
Gemuk
Normal
Kurus (wasted)
Kurus sekali
Ambang Batas
> +2SD
> -2 SD sampai +2SD
< -2SD sampai -3SD
< -3SD
2SD
< -2SD
> +2SD
-2SD sampai +2SD
< -2SD sampai -3SD
< -3SD
Klinis
Penilaian secara klinis merupakan metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi
seperti adanya perubahan pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues)
seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Pada umumnya metode ini
Kepmenkes
Nomor:
920/Menkes/SK/VIII/2002,
b.
c.
tubuh.
memperlemah
Sedangkan
daya
tahan
kondisi
tubuh
malnutrisi
yang
pada
akan
semakin
akhirnya
juga
pola penyebaran
kasus gizi buruk dan gizi kurang terjadi pada wilayah dengan lahan
pertanian terbatas.
2. Faktor perilaku. Dalam hal ini perilaku yang dimaksudkan adalah pola
asuh ibu dan perilaku gizi seimbang. Pengetahuan, sikap dan praktie
keluarga mempengaruhi pola konsumsi makanan seimbang dan
perilaku hidup sehat. Unsur pendidikan perempuan berpengaruh pada
kualitas pengasuhan anak. Anak yang diasuh oleh ibu yang
berpendidikan, mengerti soal pentingnya ASI, manfaat posyandu dan
kebersihan, lebih sehat dibanding anak lainnya dengan ibu yang
10
Pertumbuhan
Pertumbuhan anak menjadi terganggu karena protein yang ada
digunakan sebagai zat pembakar sehingga otot-otot menjadi lunak dan
rambut menjadi rontok
Produksi tenaga
Kekurangan energi yang berasal dari makanan mengakibatkan anak
11
Pertahanan tubuh
Sistem imunitas dan antibodi menurun sehingga anak mudah terserang
infeksi sepertibatuk, pilek dan diare
Perilaku
Anak yang mengalami gizi kurang menunjukkan perilaku yang tidak
tenang, cengeng dan apatis.
Gizi kurang juga dapat menjadi salah satu latar belakang dari besarnya
angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Hal ini disebabkan karena
gizi kurang dapat meningkatkan risiko terkena infeksi dan menurunkan
daya tahan tubuh anak. Selain itu gizi kurang dapat mempengaruhi
perkembangan otak dan psikologi anak serta menghambat pertumbuhan.
Wanita hamil yang kurang gizi juga punya kecenderungan untuk
melahirkan anak dengan berat badan rendah, sehingga memiliki risiko
lebih besar terkena infeksi.
7. Landasan Teori
Kejadian gizi kurang dipengaruhi beberapa faktor yaitu:
1. Faktor lingkungan. Lingkungan berperan dalam hal pemanfaatan
pekarangan sebagai lahan tanaman pangan. Letak geografis juga
mempengaruhi status gizi seseorang.
2.
12
B. KERANGKA TEORI
FAKTOR
LINGKUNGAN
FAKTOR
PERILAKU
F AKTOR
PELAYANAN
KESEHATAN
13
FAKTOR SOSIAL
BUDAYA
FAKTOR SOSIAL
EKONOMI
GIZI KURANG
MENURUNKAN
ANGKA
KESAKITAN DAN
KEMATIAN
PERTUMBUHAN
TERGANGGU
KEKURANGAN
PRODUKSI
TENAGA
PERKEMBANGAN
MENTAL
TERGANGGU
ANAK TIDAK
TENANG,
CENGENG,
APATIS
MENURUNKAN
PERTAHANAN
TUBUH
C. KERANGKA KONSEP
14
Tingkat
pendidikan ibu
Pekerjaan ibu
Kejadian Gizi Kurang
Pendapatan
keluarga tiap
bulan
Perilaku ibu
D. HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian gizi kurang di
Desa Madukoro periode Januari 2014.
2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian gizi kurang di Desa
Madukoro periode Januari 2014.
3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga tiap bulan dengan kejadian gizi
kurang di Desa Madukoro periode Januari 2014.
4. Ada hubungan antara perilaku ibu dengan kejadian gizi kurang di Desa
Madukoro periode Januari 2014.
BAB III
METODE PENELITIAN
15
B. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan jenis
studi cross sectional.
Bhismamurdi 2003
Keterangan
= populasi
= kelompok sampel
F+
F-
16
C. VARIABEL PENELITIAN
1.
2.
Pekerjaan ibu
Perilaku ibu
B. BAHAN PENELITIAN
Populasi
Sampel penelitian
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
17
= 1-P = 0,951
C. CARA PENELITIAN
Cara Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan cara menimbang berat badan balita, mengukur
tinggi badan balita, wawancara dengan ibu balita yang berada di wilayah
Desa Madukoro, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa
Tengah
D. DEFINISI OPERASIONAL
18
Variabel
Gizi kurang
Definisi Operasional
Didapatkan dari berat badan
Alat Ukur
- Timbangan
Hasil Ukur
Gizi kurang
Skala
Nominal
1 = Ya
dikotom
badan balita.
(WHZ Score -2
- Program WHO
sampai -3 SD)
Anthro.
2 = Tidak
-2 SD)
di antara -2 sampai -3 SD
merupakan balita dengan gizi
2.
3.
4.
Tingkat
kurang.
Pendidikan terakhir ibu di
Berdasarkan
1 = tidak
Nominal
pendidikan
wawancara
sekolah/ tamat
dikotom
ibu
langsung pada
SD
ibu balita.
2 = tamat SLTP/
SLTA/ Akademi/
Perguruan tinggi
Pekerjaan
Berdasarkan
1= bekerja di
Nominal
ibu
wawancara
luar rumah
dikotom
langsung pada
2= tidak
kebutuhan
ibu balita.
bekerja/ bekerja
Pendapatan
Berdasarkan
di rumah
0= Tidak ada
Nominal
keluarga
wawancara
1= Ada
dikotom
tiap bulan
langsung pada
ibu balita.
1 = kurang
Nominal
Perilaku ibu
Berdasarkan
19
wawancara
(jawaban YA
langsung pada
kurang dari 4)
ibu balita.
2 = baik
(jawaban YA
lebih sama
menghabiskan porsi
dengan 4)
makannya, riwayat
pemberian ASI eksklusif, ASI
hingga 2 tahun, riwayat
imunisasi, rutinitas periksa ke
Posyandu dengan adanya
KMS yang terisi rutin, dan
keikutsertaan penyuluhan
oleh tenaga kesehatan.
Dinilai dengan kuesioner.
E. ANALISIS DATA
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan editing, coding, tabulasi dan
analisis data dengan menggunakan program komputer. Uji statistik yang
dipergunakan untuk menguji hubungan antar variabel meliputi:
1. Deskripsi dari setiap variabel bebas dengan crosstabulation.
2. Analisis bivariat untuk menghitung rasio prevalensi dari setiap
variabel bebas.
3. Analisis multivariat dengan regresi logistik untuk memprediksi
variabel bebas mana yang paling berhubungan dengan kejadian gizi
kurang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
20
dikotom
A.
21
22
23
Faktor Faktor
Tingkat Pendidikan ibu
- Tidak sekolah/ Tamat SD
- Tamat SLTP/ SLTA/
Akademi/ Perguruan
Tinggi
Pekerjaan ibu
- Bekerja di luar rumah
- Ibu rumah tangga/
bekerja di rumah
Pendapatan keluarga
tiap bulan
- < Rp 900.000,00
- Rp 900.000,00
Perilaku ibu
- Kurang
- Baik
pada balita
Gizi Kurang
Ya
Tidak
n (%)
n (%)
Rasio
Prevalensi
(95% CI)
8
(20%)
6
(15%)
5
(12,5%)
21
(52,5%)
0,031
(1,2 6,3)
2,7
8
(20%)
6
(15%)
15
(37,5%)
11
(27,5%)
0,973*
(0,4 2,3)
1,0
9
(22,5%)
5
(12,5%)
6
(15%)
20
(50%)
0,010*
(1,2 7,3)
3,0
12
(30%)
2
(5%)
4
(10%)
22
(55%)
0,000*
(2,3 34)
9,0
* uji 2
uji Fisher-exact
24
dan perilaku ibu memiliki hubungan bermakna dengan kejadian gizi kurang
pada balita di Desa Madukoro periode Januari 2014 dengan nilai p < 0,05.
Rasio prevalensi tingkat pendidikan ibu dengan kejadian gizi kurang sebesar
2,7 dengan interval kepercayaan (IK) 95% 1,2-6,3. Rasio prevalensi
perilaku ibu dengan kejadian gizi kurang sebesar 9,0 dengan IK 95% 2,3-34.
Analisis regresi logistik dilakukan untuk mengetahui faktor yang paling
dominan berhubungan dengan kejadian gizi kurang balita di Desa
Madukoro. Faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor dengan nilai p < 0,25
yaitu tingkat pendidikan, pendapatan keluarga tiap bulan, dan perilaku ibu.
Tabel 4. Analisis Multivariat dengan Regresi Logistik
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)
B
Step 1
Step 2
Wald
Df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Pendidikan(1)
-1.628
1.301
1.567
.211
.196
.015
2.512
Pendapatan(1)
-1.739
1.258
1.912
.167
.176
.015
2.067
Perilaku(1)
-4.022
1.274
9.959
.002
.018
.001
.218
3.952
1.270
9.678
.002
52.020
Pendapatan(1)
-2.337
1.173
3.974
.046
.097
.010
.962
Perilaku(1)
-3.873
1.180
10.771
.001
.021
.002
.210
3.597
1.159
9.628
.002
36.505
Constant
a
S.E.
Constant
25
informasi
yang
dapat
meningkatkan
kualitas
hidup
seseorang.11
2. Pekerjaan ibu
Bekerja bagi ibu mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Ibu yang bekerja mempunyai batasan yaitu ibu yang melakukan aktivitas
ekonomi yang mencari penghasilan baik dari sektor formal atau informal
yang dilakukan secara reguler di luar rumah yang akan berpengaruh
terhadap waktu yang dimiliki oleh ibu untuk memberikan pelayanan
terhadap anaknya. Pekerjaan tetap ibu yang mengharuskan ibu
26
27
dapat
diketahui
lebih
dini
dengan
KMS
sehingga
dapat
kepustakaan
yang
menyebabkan
kurang
dalamnya
pembahasan materi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data primer yang didapat, dilakukan analisis bivariat, dan
didapatkan hasil sebagai berikut:
28
29
Tim Kewaspadaan Pangan dan Gizi Pusat, Situasi Pangan dan gizi di
Indonesia, Jakarta, 2000.
30
14. Oetomo D. Gizi Buruk Balita di Surakarta Dikaji dari Tingkat Pendidikan Ibu
dan Pola Konsumsi Makan Balita [karya tulis ilmiah]. Surakarta: Universitas
Negeri Sebelas Maret;2006.
15. Lingga NK.Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Desa
Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang [karya tulis
ilmiah]. Medan:Universitas Sumatera Utara;2010.
16. Wahyuni. Hubungan Kelengkapan Imunisasi dan Pemberian Vitamin A
dengan Status Gizi Balita di Kelurahan Titi Rantai dan Kelurahan Babura
Kecamatan Medan Maru [karya tulis ilmiah]. Medan; UniversitasSumatera
Utara;2005.
17. Nadimin. Hubungan Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balitadi
Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Jurnal Media Gizi Pangan [Internet].
2010
[cited
2012
Mei
28]:10(2):1-7.
Available
from:
http://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.com/2012/04/1-hubungankeluarga-sadar-gizi-dengan-status-gizi-balita.
LAMPIRAN
31
I. Identitas Responden
Nama Ibu
Usia Ibu
Alamat
Jumlah anak
Usia anak
: 1.
2.
3.
4.
: 1. Tidak sekolah
2. Tamat SD
3. Tamat SLTP
4. Tamat SLTA
5. Tamat akademi/ perguruan tinggi
2. Pekerjaan Ibu
Pertanyaan
Jawaban
Ya
Tidak
32
1.
2.
seminggu)
Apakah makanan yang diberikan selalu
3.
balita
makan?
Apakah sebelumnya Ibu hanya memberikan
5.
6.
tahun?
Apakah balita sudah mendapatkan imunisasi
7.
lengkap?
Apakah balita memiliki KMS yang terisi
8.
rutin?
Apakah Ibu selalu mengikuti penyuluhan
kesehatan balita yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan?
OUTPUT SPSS
33
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-laki
23
57.5
57.5
57.5
Perempuan
17
42.5
42.5
100.0
Total
40
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
Ya
14
35.0
35.0
35.0
Tidak
26
65.0
65.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
Percent
Tamat SD
13
32.5
32.5
32.5
Tamat SLTP
19
47.5
47.5
80.0
Tamat SLTA
20.0
20.0
100.0
40
100.0
100.0
Total
34
Percent
Valid Percent
Percent
17
42.5
42.5
42.5
22.5
22.5
65.0
12
30.0
30.0
95.0
Guru
5.0
5.0
100.0
Total
40
100.0
100.0
rumah
Buruh tani
Swasta
35
Crosstab
Kejadian Gizi Kurang Balita
Ya
Tingkat Pendidikan Ibu
Count
SLTP/SLTA/Akademi/Pergur
Total
13
4.6
8.5
13.0
21
27
Expected Count
9.5
17.6
27.0
Count
14
26
40
14.0
26.0
40.0
Expected Count
Tamat
Tidak
Count
uan Tinggi
Total
Expected Count
36
Chi-Square Tests
Value
sided)
sided)
sided)
Df
Pearson Chi-Square
5.962a
.015
Continuity Correctionb
4.359
.037
Likelihood Ratio
5.868
.015
.031
Linear-by-Linear Association
5.813
N of Valid Cases
.019
.016
40
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,55.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Tingkat
Lower
Upper
5.600
1.328
23.620
2.769
1.212
6.327
.495
.242
1.012
40
37
Crosstab
Kejadian Gizi Kurang Balita
Ya
Pekerjaan Ibu
Count
rumah
Total
Tota
15
8.1
15.0
11
Expected Count
6.0
11.1
Count
14
26
14.0
26.0
Expected Count
Ibu rumah tangga/ bekerja di
Tidak
Count
Expected Count
Chi-Square Tests
df
sided)
Pearson Chi-Square
.001a
.973
Continuity Correctionb
.000
1.000
Likelihood Ratio
.001
.973
1.000
.001
.974
40
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,95.
b. Computed only for a 2x2 table
38
.6
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pekerjaan Ibu
Lower
Upper
.978
.263
3.637
.986
.420
2.312
1.008
.636
1.598
40
Count
900ribu rupiah
Total
Total
15
5.3
9.8
15.0
20
25
Expected Count
8.8
16.3
25.0
Count
14
26
40
14.0
26.0
40.0
Expected Count
lebih atau sama dengan
Tidak
Count
Expected Count
39
Chi-Square Tests
Value
Df
sided)
sided)
sided)
Pearson Chi-Square
6.593a
.010
Continuity Correctionb
4.952
.026
Likelihood Ratio
6.585
.010
.017
Linear-by-Linear Association
6.429
N of Valid Cases
.013
.011
40
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,25.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Pendapatan
Lower
Upper
6.000
1.445
24.919
3.000
1.237
7.278
.500
.261
.958
40
40
Crosstab
Kejadian Gizi Kurang Balita
Ya
Perilaku Ibu
16
5.6
10.4
16.0
22
24
Expected Count
8.4
15.6
24.0
Count
14
26
40
14.0
26.0
40.0
Count
sama dengan 4)
Total
Total
12
Expected Count
Tidak
Expected Count
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Df
sided)
sided)
sided)
18.755a
.000
15.939
.000
20.033
.000
.000
18.286
.000
.000
40
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,60.
b. Computed only for a 2x2 table
41
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value
Odds Ratio for Perilaku Ibu
Lower
Upper
33.000
5.255
207.234
9.000
2.318
34.951
.273
.116
.643
40
Logistic Regression
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)
B
Step 1a
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Lower
Upper
Pendidikan(1)
-1.628
1.301
1.567
.211
.196
.015
2.512
Pendapatan(1)
-1.739
1.258
1.912
.167
.176
.015
2.067
Perilaku(1)
-4.022
1.274
9.959
.002
.018
.001
.218
3.952
1.270
9.678
.002
52.020
Pendapatan(1)
-2.337
1.173
3.974
.046
.097
.010
.962
Perilaku(1)
-3.873
1.180
10.771
.001
.021
.002
.210
3.597
1.159
9.628
.002
36.505
Constant
Step 2a
S.E.
Constant
42