Praktikum kali ini yaitu praktikum titrasi oksidasi-reduksi (iodimetri) terhadap vitamin C
dengan menggunakan larutan I2 sebagai titran, dan diharapkan mahasiswa dapat menetapkan kadar
sampel (vitamin C) yang belum diketahaui dengan memperoleh kesalahan yang sekecil mungkin.
Sebelum kita melakukan titrasi, maka hal yang pertama harus kita lakukan yaitu mengecek
kebersihan dan kelayakan dari alat yang akan kita gunakan, karena jika kita tidak teliti maka hal
tersebut bisa menjadi penyebab kesalahan yang nantinya akan menjadi faktor yang berpengaruh
pada titrasi yang akan dilakukan. Alat-alat yang akan digunakan dikatakan bersih apabila terbebas
dari zat-zat asing yang menempel pada alat, terutama zat yang dapat mempengaruhi pada zat yang
akan digunakan dalam praktikum. Untuk membersihkan buret, maka kita harus membilasnya
dengan aqudes kemudian setelah bersih maka kita bilas dengan zat yang akan digunakan sebagai
titran, supaya zat yang masih menempel bekas praktikum sebelumnya dapat benar-benar bersih,
sehingga buret benar-benar dalam keadaan bersih. Sedangkan alat dapat dikatakan layak digunakan
jika alat-alat yang akan digunakan terset tidak bocor, dan tidak retak.
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah) , sehingga hanya zat-zat yang
merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan
memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .
I2 + 2e - 2IIod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air (0,00134 mol/L) pada 25oC , namun sangat larut
dalam larutan yang mengandung ion iodida. iod membentuk kompleks triiodida dengan iodida:
I2 + I- I3Ion cenderung dihidrolisis membentuk asam iodide dan hipoiodit :
I2 + H2O HIO + H+ + ILarutan standar iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah penguraian HIO oleh cahaya
matahari .
2HIO
Pada titrasi iodimetri, titrasinya selalu berkaitan dengan I2, meskipun warna I2 (bentuk
teroksidasi) berbeda dengan warna I- (bentuk tereduksi), secara teoritis untuk titrasi ini tidak
memerlukan indikator, tapi karena warnanya, dalam keadaan encer, sangat lemah, maka pada
titrasi ini diperlukan indikator. Indikator yang digunakan adalah larutan kanji (amilum). Kanji atau
amilum dengan I2 akan bereaksi dan reaksinya adalah reaksi yang dapat balik
pada praktikum kemarin hal yang pertama dilakukan yaitu menstandarisasi larutan Na2S2O3.
Yaitu dengan cara menimbang kalium bikromat sebanyak 50 mg keudian larutkan dengan aquades
secukupnya kemudian tambahkan 2 gr KI dan 8 ml H2SO4. Penambahan H2SO4 ini bertujuan karena
Oksidasi ini berjalan lambat dalam keadaan netral, tetapi apabila keadaan asam bertambah, maka
akan lebih cepat. Kemudian larutan dalam erlenmeyer ini di titrasi dengan menggunakan larutan
Na2S2O3 sampai terbentuk warna kuning jerami yang menandakan bahwa titrasi harus dihentikan.
Setelah terjadi perubahan tersebut kemudian larutan tersebut tambahkan amilum sebagai indikator
sebanyak 3 tetes lalu titrasi lagi sampai terbentuk warna hijau muda yang menandakan bahwa titik
akhir dari titrasi sudah tercapai dan titrasi harus segera dihentikan. Kemudian catat volume titran
yang digunakan untuk titrasi tersebut dan ulangi percoban sebanyak tiga kali.
Setelah dilakukan sebanyak tiga kali, maka didapatkan data hasil titrasi yaitu 10,7 ml; 9,8 ml;
dan 11,6 ml. Selanjutnya kita lakukan uji Q terhadap data yang sudah didapatkan, uji Q ini
bertujuan untuk mengetahui data mana yang akan digunakan dan data mana yang tidak akan
digunakan/dibuang. Rumus yang digunakan untuk menghitung uji Q yaitu:
Data terkecil: Q =
Data terbesar : Q =
Hasilnya semua data yang diperoleh digunakan, karena Q hitung < Q tabel. Setelah mengetahui
datanya semua digunakan, maka kita tinggal menghitung berapa Normlitas dari Na2S2O3 dengan
menggunakan rumus:
V. Na2S2O3 x N. Na2S2O3
Dan hasilnya Normalits Na2S2O3 yang diperoleh dari perhitungan sebesar 0,09N.
Setelah kita mengetahui Normalitas Na2S2O3 maka langkah selanjutnya yaitu mambakukan
larutan I2 yang belum diketahui konsentrasinya dengan cara memipet secara kuantitatif 10 ml
larutan I2 masukan dalam erlanmeyer kemudian larutkan dengan aquades secukupnya lalu titrasi
dengan menggunakan larutan Na2S2O3 yang sudah di standarisasi tadi sampai muncul warna kuning
muda, setelah muncul warna kuning muda maka titrasi di hentikan kemudian tambhakan larutan
amilum sebanyak 3 tetes kemudian titrasi lagi sampai terbentuk larutan berwarna bening yang
menandakan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai dan titrasi harus segera dihentikan. Kemudian
catat volume buret yang digunakan untuk titrasi itu dan ulangi titrasi sebanyak tiga kali.
Setelah mendapatkn data sebanyak tiga maka lakukan uji Q dengan menggunakan rumus
seperti di atas untuk menentukan data yang harus dibung dan data yang akan digunakan. Dan
hasilnya salah satu data dibuang karena Q hitungnya > dari Q tabel sehingga data yang digunakan
hanya dua.
Setelah menghitung uji Q maka kita dapat menghitung berapa Normalitas I2 dengan menggunakan
rumus:
N I2 =
Tanggal Praktikum
: 7 November 2013
Nama
: Ujang Samsudin
NIM
: 31112052
Kelas
: Farmasi 2A
Kelompok
: Absen Besar