Anda di halaman 1dari 11

A.

Memahami dan Menjelaskan Jaringan Keras Gigi Lesi Non Karies


1. Abrasi
Abrasi adalah suatu keadaan reduksi gigi non fisiologis yang diakibatkan karena
masuknya material luar ke dalam rongga mulut dan berkontak dengan permukaan
gigi.1

(www.google.com)

Etiologi:1
- Makan makanan yang mengandung material kasar, keras dan sebagainya
yang terjadi pada saat mastikasi.
- Teknik menggunakan sikat gigi serta dental floss yang salah dan
penggunaan pasta gigi yang abrasif pada saat membersihkan gigi.
- Kebiasaan buruk misalnya menggigit pulpen, menahan pipa rokok dengan
gigi.
- Penggunaan tusuk gigi yang terlalu bertenaga.

Gambaran klinis secara umum:1


- Biasanya terdapat di bagian servikal gigi bagian bukal.
- Lesi cenderung melebar daripada dalam.
- Gigi yang sering terkena adalah P dan C.

Perawatan:1
- Mengubah kebiasaan buruk yang menggunakan gigi dengan tujuan yang
salah.
- Mengubah dan memperbaiki teknik menyikat gigi dan penggunaan dental
floss yang baik.
- Jika gigi sudah mengalami abrasi yang cukup parah, maka bisa dilakukan
restorasi.

Pencegahan:1
- Menyikat gigi dan menggunakan dental floss dengan benar.
- Tidak menggunakan pasta gigi yang abrasif.
- Sebisa mungkin menggunakan gigi sesuai fungsi dan perannya.
- Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi dengan rutin 6 bulan sekali.

2. Atrisi
Atrisi adalah hilangnya jaringan gigi atau restorasi akibat proses pengunyahan
atau karena kontak olklusal atau aproksimal diantara gigi geligi. Penyebabnya
adalah aktivitas parafungsi seperti bruxism dan clencing, dan aktivitas fungsional
yaitu untuk menggunyah makanan. 2,3

(www.google.com)

Gambaran Klinis:4
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan permukaan gigi yang berkontak saat
pemakaian.
Permukaan email yang rata dengan dentin.
Kemungkinan terjadinya fraktur pada tonjol gigi atau restorasi.
Lokasi dari atrisi terdapat pada permukaan oklusal atau incisal serta
aproksimal.

Perawatan:5
Pada atrisi, perawatan tidak perlu dilakukan apabila pembentukan dentin
sekunder seimbang dengan terjadinya atrisi. Ketika mahkota sudah aus dan
mencapai margin gingiva, gigi tiruan dapat dibuat untuk meningkatkan
fungsi.

(Thomson H, 2007)

Pencegahan:3
Penggunaan alat night-guard pada pasien yang mempunyai kebiasaan buruk
bruxism.

(www.google.com)
3. Erosi
Erosi adalah kerusakan yang parah pada jaringan keras gigi akibat dari proses
kimia tetapi tidak disebabkan oleh aktivitas bakteri.6
Erosi yaitu rusaknya permukaan jaringan, material, atau suatu struktur. Erosi
merupakan suatu kehilangan jaringan keras gigi akibat proses kimia dan tidak
melibatkan bakteri. Agen penyebabnya biasanya suatu asam baik dari makanan,
minuman, obat-obatan, atau karena muntah.7

Erosi dapat dibagi menjadi 3:7

Erosi regurgitasi
3

Umumnya erosinya mengenai permukaan palatal gigi anterior atas dan


permukaan bukal dan oklusal gigi posterior bawah. Disebabkan oleh asam
hidrokhlorik yang keluar dari perut pada pasien yang menderita kelainan
digestif, anoreksia, dan bulimia nervosa, alkoholisme kronik serta muntah
pada kehamilan.7

Erosi diet
Biasanya mengenai permukaan labial gigi anterior atas, disebabkan oleh
terlalu banyaknya makanan makanan dan minuman yang memiliki pH
rendah misalnya buah-buahan, jus buah yang mengandung asam asetat dan
minuman yang ditambah asam karbonat.7

Erosi industri
Biasanya mengenai permukaan labial gigi anterior atas dan bias
menyebabkan terbentuknya lubang-lubang kecil. Disebabkan oleh asap
industry atau droplet yang mengandung asam.7

Erosi ataupun lubang gigi (akibat asam). Hal ini bisa dipicu oleh kebersihan
mulut yang buruk, makanan atau minuman asam, penyakit atau kelainan tertentu
(GERD, Chrons disease, bulimia, xerostomia), tambalan ataupun anatomi gigi
yang sedemikian rupa sehingga menyebabkan retensi atau menempelnya plak.7

Etiologi8
Erosi terjadi akibat terpajannya email dan dentin terhadap asam lambung atau
asam oral yang berasal dari seringnya mengkonsumsi minuman asam.

Gambaran klinis:4
Bentuk lesi cekung yang luas dan permukaan enamel yang licin.
Permukaan oklusal yang melekuk (insisal yang beralur) dengan permukaan
dentin yang terbuka.
Meningkatnya translusensi pada insisal.
Permukaan restorasi amalgam yang bersih dan tidak terdapat tarnish.
Rusaknya karakteristik enamel pada gigi anak- anak.
Sering ditemui enamel cuff atau ceruk pada permukaan servikal.
Terbukanya pulpa pada gigi desidui.

(Gandara BK, 1999)

(Gandara BK, 1999).

Perawatan dan Pencegahan:6


a. Mengurangi frekuensi pengaruh makanan/minuman bersifat asam.
Minuman asam harus segera ditelan, jangan dibiarkan berlama2 dalam
mulut, apalagi jika dibuat kumur.menggunakan sedotan pd saat minum
minuman asam/softdrink akan mengurangi resiko gigi terkena erosi.
Apabila memiliki penyakit saluran pencernaan diharap segera konsultasi
dengan dokter.
Pecandu alkohol harus segera mengikuti program rehabilitasi.
b. Meningkatkan mekanisme pertahanan dalam rongga mulut terhadap
kerusakan gigi.
- Air liur dapat menetralisir pengaruh minuman/makanan yg bersifat asam.
Selain itu air liur dapat mencegah gigi berlubang karena secara alami
mengandung kalsium dan fosfor. Produksi air lir dapat ditingkatkan
dengan cara konsumsi permen bebas gula.

c. Meningkatkan ketahanan permukaan gigi terhadap kerusakan.


- Pemakaian fluoride (pasta gigi berfluoride, sayur2an, susu) sehari-hari.
- Melapisi gigi dengan fluoride varnish sebanyak 2-4 kali dalam setahun
hal ini dilakukan oleh dokter gigi.
d. Pembuatan crown untuk menggurangi hilangnya permukaan gigi akibat
erosi.
4. Abfraksi
Abfraksi juga dapat menyebabkan terkikisnya enamel. Beda dengan kerusakan
gigi lainnya, abfraksi merupakan kerusakan permukaan gigi pada daerah servikal
akibat tekanan tensile dan kompresif selama gigi mengalami flexure atau
melengkung.6

Gambaran klinis:6
- Kelainan ditemukan pada daerah servikal labial/bukal gigi.
- Berupa parit yang dalam dan sempit berbentuk huruf V.
- Pada umumnya hanya terjadi pada satu gigi yang mengalami tekanan
eksentrik pada oklusal yang berlebihan atau adanya halangan yang
mengganggu oklusi.

(Gandara BK, 1999)

Perawatan dan Pencegahan:6


Restorasi abfraksi membutuhkan kombinasi restorasi kedokteran gigi adhesive
dan terapi penyesuaian oklusi. Perawatan restorasi mengisi struktur akar yang
terbuka dengan komposit yang dibonding, sementara penyesuaian oklusi
mengurangi gaya-gaya lateral yang menyebabkan momen lateral terjadi secara
berulang. Tanpa adanya penyesuaian oklusi, akan mengalami kerusakan seperti
abfraksi.

5. Fraktur
Fraktur merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari suatu gigi utuh yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.9
6

Etiologi8
Pada fraktur cusp disebabkan karena adanya riwayat karies interproksimal yang
luas dan dalam atau adanya restorasi kelas II. Kadang-kadang fraktur ini terjadi
pada gigi dengan karies yang luas dan menggaung serta tidak direstorasi.
Adapun gigi yang frakturnya dikarenakan kebiasaan mengunyah makanan yang
keras dan getas (es, popcorn yang belum matang, permen keras, dan lain-lain).
Sedangkan pada fraktur akar, ada dua penyebab utama, yaitu (1) peletakan
sementasi dan (2) kondensasi pada saat obturasi. Penyebab lain, seperti tekanan
oklusal, tekanan desakan dari restorasi, korosi, dan ekspansi pasak logam,
ekspansi restorasi retrograd pascabedah.
Gambaran Klinis
Fraktur mahkota gigi umumnya diagonal, melibatkan sudut gigi, biasanya
yang mesial. Fraktur akar gigi lebih sering horizontal, meskipun terjadi juga
fraktur diagonal dan vertikal. Bila akar patah dekat dengan sepertiga apical akar,
prognosisnya lebih baik daripada bila patah lebih dekat dengan sepertiga tengah
atau sepertiga servikal mempunyai lebih sedikit dukungan alveolar untuk
fragmen fraktur, dan mobilitas gigi lebih besar.9
Gejala yang dirasakan tergantung pada terbuka tidaknya pulpa, tingkat
kerusakan pulpa, umur pasien, dan faktor-faktor lain. Pada anak muda, meskipun
pulpa tidak terbuka, bila patahnya menyebabkan dentin terbuka, gigi menjadi
sensitive terhadap perubahan temperatur, dan terhadap manis dan asam karena
kamar pulpa besar, tanduk pulpa masih luas, dan tubuli dentin relative banyak
mengandung jaringan dan cairan yang rentan terhadap stimuli noksius. Bila
pulpa menjadi terbuka, rasa sakit timbul pada setiap tarikan nafas atau dirasakan
hampir konstan. Pada orang tua, resesi pulpa mungkin sudah terjadi untuk
melindungi pulpa terhadap iritasi dari stimuli eksternal, dan gigi hampir tanpa
gejala.8

(Walton Richard E, Torabinejad M, 2008)


7

Perawatan
Perawatan tergantung pada derajat dan jenis keterlibatan pulpa, apakah terbuka
dan pada faktor-faktor lain:9
- Mahkota patah tanpa keterlibatan pulpa.

Tujuan merawat gigi dengan mahkota yang mengalami fraktur tanpa


terbukanya pulpa ada 3 macam:8
- Penghilangan rasa tidak enak.
- Pemeliahraan pulpa vital.
- Restorasi mahkota yang mengalami fraktur.
Pulpa sebaiknya di uji dengan tester pulpa listrik atau dengan es atau
semprotan etil klorida. Dapat juga dilakukan pemeriksaan radiograf. Dentin
yang terbuka sebaiknya di lindungi dengan semen sedative, seperti semen
seng-oksida-eugenol yang ditahan dengan pembentuk mahkota (crown form)
sesegera mungkin setelah terjadi fraktur.9

Mahkota patah dengan terbukanya pulpa:9


a. Pulpotomi (pulpanya vital).
Di indikasikan bila apeks akar belum berkembang sempurna karena
mempertahankan vitalitas pulpa dalam akar akan mendorong terjadinya
apeksogenesis. Splinting dapat dilakukan dengan mengkita gigi patah pada
beberapa gigi di dekatnya dengan ligase ekstra-koronasi.9
b. Apeksifikasi (pulpanya nekrotik)
Perawatan apeksifikasi sebaiknya di coba jika pada gigi yang sedang
berkembang dengan pembentukan akar yang belum sempurna., pulpanya
sudah mati.9
c. Pulpektomi
Ekstirpasi pulpa vital seluruhnya, dilakukan pada gigi yang telah
berkembang penuh dengan mahkota kilinis yang sangat mengalami fraktur,
yang menyebabkan terbukanya pulpa. Untuk merestorasi gigi tersebut,
diperlukan pembuatan mahkota pasak inti. Restorasi ini memerlukan
penyelesaian perawatan endodontic sebelum preparasi mahkota pasak.9

Fraktur akar
Bila terjadi fraktur horizontal atau diagonal, gigi harus dibuat imobil (tidak
bergerak) dengan splinting gigi tersebut pada gigi di dekatnya untuk
mengistirahatkannya. Bila fraktur terdapat pada sepertiga apical akar,
prognosisnya baik, asalkan gigi dibuat tidak bergerak dan tidak menanggung
tekanan pada waktu mengunyah. Gigi atau gigi-gigi yang berlawanan harus
diasah untuk memperkecil tekanan oklusal-insisal.9

Pencegahan
Pada fraktur cusp buat restorasi kelas II konservatif, perlindungan mahkota
(onlay pada cusp yang menggaung). Serta menghilangkan kebiasaan buruk,
seperti menggigit es dan lain-lain, proteksi pada korona (onlay pada cusp yang
menggaung). Sedangkan pada fraktur akar, meminimalkan pembuangan dentin.
Hindari pemasangan sementasi yag memberi tekanan desakan (wedging), serta
kurangi tekanan kondensasi.8

A. Memahami dan Menjelaskan Hipersensitivitas Dentin


Hipersensitivitas adalah suatu reaksi yang lebih dari normal terhadap stimulus.
Hipersensitivitas gigi merupakan gigi yang bereaksi lebih dari normal terhadap
stimulus seperti panas, dingin, manis.2

Mekanisme Hipersensitivitas
Dentin merupakan komponen terbesar jaringan keras gigi. Di daerah
mahkota di tutupi oleh email, sedangkan di daerah akar oleh sementum.
Secara internal, dentin membentuk dinding rongga pulpa. Dentin tersusun atas
bahan anorganik (70% berat), yang sebagian besar adalah hidroksiapatit, dua
puluh persen bahan organic, yang sebagian besarnya (90%) adalah serabut
kolagen, air 10%. Sebagian besar kolagen adalah kolagen tipe 1 walaupun
kadang-kadang terdapat sedikit tipe V. Matriks yang bukan kolagen antara lain
terdiri atas fosfoprotein, proteoglikan, protein yang mengandung gkarboksiglutamat, faktor pertumbuhan, dan lipid.7
Cairan yang terdapat pada dentin yang berjumlah sekitar 22% volume
total dentin. Terpajannya tubulus (karena fraktur atau preparasi kavitas) akan
mengakibatkan aliran keluar dari cairan dentin. Pengeringan permukaan dentin
dengan udara, panas yang kering, atau aplikasi kertas absorben dapat
mempercepat aliran keluar cairan ini, aliran keluar yang cepat ini merupakan
penyebab sensitivitas dentin. Tubulus dentin merupakan kanal kecil yang
terdapat pada dentin, dari dentino-enamel junction atau cemento-enamel
junction kea rah pulpa.7
Tubulus dentin mengandung prosesus sitoplasma sel. Di daerah
junction, berjumlah antara 15000-20000/mm2, dan di daerah pulpa antara
45000 sampai 65000/mm2. Diameter di daerah junction antara 0,5 sampai 0,9
mikrometer tetapi di daerah pulpa antara 2 sampai 3 mikrometer. Arah tubulus
hampir seperti huruf S di daerah mahkota, dan hampir lurus di daerah ujung
insisal dan akar. Ujung tubulus tegak lurus pada dentino-enamel dan cementoenamel junction.7

Nyeri yang timbul akibat pengerokan atau pemotongan dentin atau


aplikasi dingin atau laritan hipertonik memberi kesan adanya alur saraf dari
susunan saraf pusat ke PED. Akan tetapi, adanya alur langsung seperti itu
belum pernah ditemukan; aplikasi zat penimbun nyeri seperti histamin,
asetilkolin, atau KCI ke permukaan dentin tidak berhasiul menimbulkan nyeri,
aplikasi anestetik l0okal ke permukaan dentin tidak meredakan nyeri tersebut.8
Bervariasinya respon dentin terhadap stimulus sensoris normal,
membuat mekanisme sensitivitas tersebut belum diketahui. Ada beberapa teori
yang mendukung anggapan bahwa keadaan itu ditimbulkan oleh lebih dari
satu mekanisme, yaitu:8
1. Persyarafan langsung
Saraf memang ada di dentin, tetapi syaraf-syaraf ini hanya terdapat di
predentin dan sepertiga-dalam dari dentin termineralisasi. Saraf tidak
dijumpai di sepertiga-luar, di PED atau PSD, yang merupakan daerah yang
sangat sensitif. Lebih jauh lagi, tidak seperti pada jaringan yang
mengandung syaraf lainnya, zat penimbul nyeri atau pereda nyeri yang
diaplikasikan ke dentin tidak menimbulkan potensial aksi (respon syaraf).
Oleh karena itu konsensusnya adalah bahwa walaupun saraf yang berasal
dari trigeminus memang terdapat di dentin, stimulasi langsung dari syarafsyaraf ini tidak merupakan mekanisme utama dalam menimbulkan
sensitivitas dentin.8
2. Odontoblas sebagai reseptor
Teori ini awalnya timbul ketika diketahui bahwa secara embriologi
odontoblas berasal dari batang syaraf dan bahwa pewarnaan odontoblas
untuk asetilkolin adalah positif. Akan tetapi penelitian yang kemudian
dilakukan menunjukan bahwa prosesus odontoblas tidak mengisi seluruh
dentin dan bahwa potensial membran odontoblas masih terlalu rendah
bagi berlangsungnya transduksi. Namun teoti ini kredibilitasnya kembali
kertika ditemukan bahwa pada beberapa gigi prosesus odontoblas berada
pada sepanjang ketebalan dentin dan bahwa gap junction benar-benar ada
di antara odontoblas dan mungkin antara odontoblas dengan syaraf.8
3. Teori hidrodinamik
Teori ini mempostulasikan bahwa pergerakan cairan yang cepat di dalam
tubulus dentin (ke keluar dan ke dalam) akan mengakibatkan distorsi ujung
syaraf di daerah pleksus saraf subodontoblas yang akan menimbulkan
impuls saraf dan sensasi nyeri. Ketika dentin dipotong atau ketika larutan
hipertonik diletakkan diatas permukaan dentin yang terpotong, cairan akan
bergerak ke luar dan mengawali nyeri. Prosedur yang menyumbat tubulus,
seperti mengaplikasikan resin di permukaan dentin atau membuat kristal

10

didalam lumen tubulus., akan menginterupsikan aliran cairan dan


mengurangi sensitivitas.8
Pada gigi yang utuh, aplikasi dingin dan panas pada permukaan gigi
menimbulkan kecepatan konstraksi yang berbeda dalam dentin dan cairan
dentin; hal ini mengakibatkan pergerakan cairan dan diawalinya rasa sakit.
Respons ini akan menghebat ketika dentin dibuka.8

Proses dalam mekanisme Nyeri8


- Transduksi
Proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas
listrik di reseptor nyeri.
- Transmisi
Proses perjalaran impuls nyeri dari tempat transduksi melewati saraf
perifer sampai ke medulla spinalis dan naik ke otak.
- Modulasi
Melibatkan aktivitas saraf melalui jalur desendens dari otak yang dapat
mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
- Persepsi
Pengalaman subjektif nyeri yang dihasilkan untuk aktivitas transmisi
nyeri oleh saraf.

Hipersensitivitas dentin disebabkan oleh dua faktor, yaitu:10


a. Transmisi rasa sakit melalui tubulus dentin yang terbuka.
b. Ambang rasa sakit yang rendah akibat vasodilatasi kapiler yang kronis atau
peradangan lokal.

11

Anda mungkin juga menyukai