PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Buah-buahan merupakan bahan pangan sumber vitamin. Selain buahnya yang
dimakan dalam bentuk segar, daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan. Warna buah cepat sekali berubah oleh pengaruh fisika misalnya sinar
matahari dan pemotongan, serta pengaruh biologis (jamur) sehingga mudah menjadi
busuk, konsistensi rasa penampakan dan tekstur merupakan hal yang harus di kontrol
agar mutu produk yang dihasilkan konsisten dari waktu ke waktu. Oleh karena itu
pengolahan buah untuk memperpanjang masa simpannya sangat penting. Buah dapat
diolah menjadi berbagai bentuk minuman seperti anggur, sari buah dan sirup juga
makanan lain seperti manisan, dodol, keripik, dan sale.
Sekarang ini, banyak sekali produk olahan yang bahan utamanya berasal dari
buah-buahan. Sebagai contohnya adalah pembuatan jam dan jelly buah. Jam dan jelly
adalah produk olahan buah yang merupakan makanan semi padat, dimana dalam
pengolahannya diperlukan buah, air, gula dan bahan tambahan lain.
Jam sedikit berbeda dengan jelly, karena dalam pembuatan jam, jaringan buah
disertakan. Substansi penting yang diperlukan untuk pembuatan jam dan jelly adalah
pektin, asam, gula dan air. Pektin merupakan unsur terpenting dalam pembuatan jam
dan jelly. Pembuatan jam dan jelly didasarkan atas terbentuknya gel atau jendalan.
Agar gel dapat terbentuk dengan baik keempat komponen diatas harus ada dalam
perbandingan yang harmonis. Guna membatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat
pada buah saat pembuatan jam dan jelly dapat ditambahkan antara lain pektin dan
asam.
Dalam hal ini perbandingan pektin, gula dan asam harus seimbang supaya
dapat terbentuk jam dan jelly yang baik. Jam dan jelly buah-buahan yang baik
mempunyai ciri-ciri berwarna cerah, jernih (transparan), mempunyai konsistensi yang
baik (seperti agar-agar yang tidak terlalu keras dan kaku), jika dipisahkann dari
tempatnya akan memiliki bentuk seperti tempatnya dan tidak mengalir, mudah
diratakan pada roti, bila diiris menunjukkan irisan yang mengkilat dan tajam
ditepinya, mempunyai flavor dan warna seperti buah aslinya.
Mekanisme terbentuknya gel dalam pembuatan jam dan jelly terjadi karena
adanya gula. Gula akan menarik molekul-molekul air yang menyelimuti molekulmolekul pektin yang bermuatan negative. Kemudian akan dinetralkan oleh ion-ion
hydrogen dari asam yang diberikan, sehingga memungkinkan molekul-molekul
pektin dapat bergabung dalam bentuk jaringan. Jaringan yang berupa rantai-rantai
pektin inilah yang menyebabkan terbentuknya gel. Kondisi optimum untuk
pembuatan gel adalah kandungan pektin 0.5-1.5%, gula 60-65% dan asam pada Ph
2.0-3.4 sedangkan pemanasan pada suhu 103 0C.
Pembuatan jam dan jelly pada umumnya dibutuhkan buah-buahan yang kaya
akan pektin. Banyak sedikitnya kandungan pektin buah dapat diketahui secara
kualitatif yaitu dengan alkohol tes. Bila timbul banyak endapan maka kaya akan
pektin, bila berupa benang-benang maka hampir tidak emngandung pektin. Selain
pektin juga dapat ditambahkan Asam dalam pembuatan jam dan jelly agar produk
yang dihasilkan memiliki rasa keasam-asaman.
B. TUJUAN
mempelajari dan mempraktekkan cara pembuatan jam dan jelly
Selai buah adalah produk pangan semi basah, merupakan pengolahan bubur
buah dan gula yang dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat
gula dengan atau tanpa penambahan bahan makanan yang diizinkan (Fatonah 2002).
Selai, jeli, marmalade, dan produk selai lainnya merupakan produk buah-buahan,
pulp buah-buahan, sari buah atau potongan-potongan buah yang diolah menjadi suatu
struktur seperti gel berisi buah-buahan, gula, asam dan pektin.
Stabilitas mikroorganisme dari selai ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu:
1) Kadar gula yang tinggi, biasanya 65-75 % bahan terlarut
2) Keasaman tinggi dengan pH sekitar 3,1-3,5
3) Nilai aw sekitar 0,75-0,83
4) Suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105-106 0C), kecuali jika
diuapkan secara vakum dan dikemas pada suhu rendah
5) Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan, misalnya dengan pengisian ke
dalam wadah yang kedap udara (Buckle et al 1985).
Pada pembuatan selai perlu diperhatikan beberapa faktor seperti pengaruh
panas dan gula pada pemasakan, serta keseimbangan proporsi gula, pektin dan asam.
Jumlah gula yang ditambahkan harus seimbang dengan jumlah pektin. Kondisi
optimum pembentukan gel adalah dengan kadar pektin 0,75-1,5%, kadar gula 65-70
%, dan asam dengan pH sekitar 3,2-3,4 (Buckle et al 1985).
Supaya diperoleh selai yang aromanya harum dan dengan konsistensi yang
baik, sebaiknya digunakan campuran buah setengah matang dan buah matang penuh.
Buah yang setengah matang akan memberikan pektin dan asam yang cukup,
sedangkan buah yang matang penuh akan memberikan aroma yang baik (Fatonah
2002).
b. Pektin
Pada buah-buahan pektin banyak terdapat di bawah kulit buah, hati buah dan sekitar
biji buah. Kandungan pektin terbanyak dijumpai pada buah yang sedang akan matang
dan setelah itu jumlahnya menurun karena adanya enzim yang mencegah pektin
menjadi asam pektat dan alkohol, asam pektat tidak dapat membentuk gel kecuali
ditambahkan molekul kalsium (Fatonah 2002). Penambahan pektin pada pembuatan
selai dapat dilakukan untuk mengatasi masalah gagalnya pembentukan gel pada
pembuatan selai dari buah-buahan yang kandungan pektinnya rendah (Fatonah 2002).
Gel pektin dapat terbentuk pada berbagai suhu walaupun kecepatan pembentukan gel
tergantung pada berbagai faktor yaitu gula, konsentrasi pektin, jenis pektin, pH dan
suhu. Pembentukan gel dapat menjadi lebih cepat dengan semakin rendahnya suhu
serta meningkatnya konsentrasi gula.
Penggunaan pektin yang paling umum adalah sebagai bahan perekat/pengental
(gelling agent) pada selai dan jelly. Dan sebagai sumber serat dalam makanan.
Asam sitrat merupakan senyawa intermedier dari asam organik yang berbentuk kristal
atau berbentuk serbuk putih. Asam sitrat mudah larut dalam air, spritus dan etanol,
tidak berbau, rasanya sangat asam, serta jika dipanaskan akan meleleh kemudian
terurai yang selanjutnya terbakar sampai menjadi arang. Asam sitrat juga terdapat
dalam sari buah-buahan seperti nanas, jeruk, lemon, dan markisa. Asam ini dipakai
untuk meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai
pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli dan lain-lain (Fatonah 2002).
Karakteristik selai :
a. Kerapatan
Kerapatan material homogen didefinisikan sebagai massa per unit volume. Kerapatan
biasanya dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (CGS)
Jika suatu bahan dilarutkan dalam air dan membentuk larutan, maka kerapatannya
akan berubah. Kerapatan bervariasi sesuai dengan konsentrasi larutan. Kebanyakan
bahan seperti gula dan garam menyebabkan kenaikan kerapatan tetapi kadang-kadang
kerapatan juga dapat turun jika dalam larutan terdapat lemak atau alcohol.
b. Kekentalan
Kekentalan merupakan suatu pengukuran daya tahan aliran suatu fluida. Untuk
memahami perilaku aliran fluida diperlukan persamaan gerak fluida dalam sebuah
alat rheological seperti viskometer. Kekentalan (viskositas) dapat terjadi pada cairan
maupun gas. Dalam cairan, kekentalan disebabkan oleh gaya kohesif antar molekul.
Dalam gas, kekentalan berasal dari tumbukan-tumbukan di antara molekulmolekulnya tersebut (Giancoli 2001).
Produk pangan dikatakan kental jika nilai viskositasnya tinggi dan sebaliknya jika
nilai viskositasnya rendah disebut encer. Perubahan kekentalan (viskositas) dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya kerusakan, penyimpangan, atau penurunan mutu
pangan.
c. Total Padatan Terlarut (TPT)
Padatan adalah bahan yang masih tetap tinggal sebagai sisa selama penguapan dan
pemanasan pada suhu 1030C-1050C . Analisa zat padat terlarut mengukur jumlah zat
padat yang larut dalam air. Penyusun utama zat padat terlarut dalam air alami adalah
bikarbonat, kalsium, sulfat, hidrogen, silika, klorin, magnesium, sodium, potasium,
nitrogen, dan fosfor. Jumlah zat padat terlarut berbeda dengan konduktivitas listrik
larutan. Pada jumlah zat padat terlarut, yang diukur adalah jumlah ion dalam air,
sedangkan dalam konduktivitas listrik yang diukur adalah kemampuan ion-ion
tersebut dalam menghantarkan listrik.
a. pH
pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu larutan dan mewakili
konsentrasi ion hidrogen (H+). Biasanya didefinisikan sebagai negatif logaritma
sepuluh konsentrasi ion hidrogen, dapat dituliskan sebagai berikut:
pH = - log [H+] (2)
Konsentrasi ion hidrogen yang aktif biasa dinyatakan dengan pH dan sering
digunakan sebagai indikator jenis mikroba yang tumbuh dalam makanan dan produk
yang dihasilkan. Setiap mikroba masing-masing mempunyai pH optimum, minimum
dan maksimum untuk pertumbuhannya, sebagai contoh bakteri yang dapat tumbuh
baik pada pH mendekati netral, tetapi beberapa bakteri menyukai suasana asam dan
yang lain dapat tumbuh dengan sedikit asam atau dalam suasana basa (Utami dewi
2004).
b. Organoleptik
Mutu bahan makanan dapat diukur berdasarkan kemampuan organ indera manusia
secara langsung sebagai penilaian organoleptik. Penilaian yang biasa disebut juga
sensory evaluation ini bersifat subjektif. Parameter yang dinilai meliputi penampakan
seperti warna buah, flavor atau aroma dan juga tekstur yang dipengaruhi oleh
kandungan air dalam sel, faktor genetis maupun varietas buah .
Cara pengujian dapat digolongkan dua kelompok yaitu pengujian pembedaan
(difference test) dan pengujian pemilihan (preference test). Dalam kelompok uji
penerimaan terdapat uji kesukaan (hedonik).
Uji kesukaan disebut juga uji hedonik. Pada uji ini panelis diminta tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut
skala hedonik. Misalnya dalam hal suka dapat memiliki skala hedonik seperti: amat
sangat suka, sangat suka, suka dan agak suka. Sebaliknya jika tanggapan tidak suka
dapat mempunyai skala hedonik: amat sangat tidak suka, sangat tidak suka, tidak
suka, dan agak tidak suka. Diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang
dimintai tanggapannya yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak
suka. Skala hedonik direntangkan menurut rentangan skala yang dikehendaki .
jambu dapat dikonsumsi dalam bentuk segarnya atau diolah menjadi berbagai macam
produk seperti selai, jeli, pasta, dodol, dan jus. (Walter, 1991)
Nanas
Kandungan kimiawi dalam buah nanas secara umum yaitu : zat tepung dan
beberapa jenis gula yang mudah larut dalam air, zat protein, dan asam amino, zat
lemak dan asam lemaknya, enzim esensial dan non esensial, beberapa jenis vitamin,
zat mineral makro dan mikro, esense yang mudah menguap maupun yang stabil.
(Dwirinda, 2003).
Buah nanas memiliki kandungan enzim Bromelinne yang dapat menguraikan
protein menjadi asam amino sehingga mudah diserap oleh tubuh. menyebutkan
bahwa kandungan pektin pada buah nanas sebesar 0,13 % w/w. Buah nanas banyak
mengandung karbohidrat yang terdiri atas beberapa jenis gula, misalnya glukosa 13,2%, fruktosa 0,6-2,3%, dan sukrosa 5,9-1,2%. Walter (1991)
Pepaya
Buah
pepaya
matang
sangat
unggul
dalam
hal
betakaroten
(276
yang dianjurkan per hari (AKG), serta sumbangan serat sebanyak 10 persen dari
AKG.
Wortel
Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang
menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada
tahun kedua.. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau
akarnya. Wortel dapat dimakan dengan berbagai cara. Pada wortel mentah hanya 3%
-ririencha yang dilepaskan selama proses pencernaan, proses ini dapat ditingkatkan
hingga 39% melalui pulping, memasaknya dan menambahkan minyak sawit. Bisa
juga dengan cara di buat jus wortel dan kandungan vitaminnya hampir sama dengan
wortel yang dimakan langsung.Wortel mengandung vitamin A yang baik untuk
kesehatan mata.
Mengkonsumsi wortel baik untuk penglihatan pada mata, terutama bisa
meningkatkan pandangan jarak jauh. Selain vitamin A, wortel juga mengandung
vitamin B1, B2, B3, B6, B9, dan C, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, kalium, dan
sodium. Wortel kaya betakaroten (vitamin A), zat gizi penting yang diperlukan oleh
mata. Senyawa ini memang tidak dapat menyembuhkan kebutaan, namun dapat
memperbaiki kondisi mata akibat kekurangan vitamin A, dapat juga diguanakan
untuk menanggulangi kangker, kolesterol, sembelit Jus wortel juga berkasiat sebagai
laksatif, yakni melancarkan buang air besar karena didalam wortel terdapat pektin
yang berkhasiat mencegah dan mengattasi sembelit dengan cara memperlunak feses
dan mendorong sisa makanan pada saluran pembuangan. Kandungan pektin yang ada
dalam wortel juga mampu menurunkan kolesterol tinggi dan membantu kesehatan
usus. (Bangun, 2004)
Labu Siam
Labu siam terbagi menjadi dua varietas, yaitu varietas labu Siam dan varietas
labu anggur. Varietas labu siam memiliki ukuran buah besar, dapat dipanen pada
stadium cukup tua untuk bahan sayuran, atau stadium amat muda (baby) sebagai
bahan lalapan. Varietas labu anggur memiliki ukuran buah kecil, umumnya dipanen
pada stadium amat muda (baby) untuk dijadikan bahan lalapan (Made, 2007).
Labu siam merupakan sayuran jenis buah, walaupun penggunaan labu siam
hanya untuk sayur dan lalapan, sehingga labu siam memiliki nilai ekonomis yang
relatif rendah, walaupun nilai kandungan gizinya tinggi. Salah satu alternatif labu
siam dibuat menjadi jenis makanan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu dibuat selai,
namun labu siam memiliki kelemahan yaitu bau langu dan banyak getah yang dapat
mengurangi kualitas selai jika pengolahan tidak dilakukan secara tepat. Kelemahan
tersebut dapat diminimalkan dengan diberi perlakuan awal blanching sebelum
diproses menjadi selai (Yustina, 2005).
Daftar Pustaka
Bangun, A.P., Dr., MHA. 2004. Menangkal Penyakit Dengan Jus Buah Dan Sayuran.
Jakarta. PT. AgroMedia Pustaka.
Buckle, K.A., et al. 1985. Ilmu Pangan. Hari Purnomo, Adiono, penerjemah.
Universitas Indonesia Press. Terjemahaan dari: Food Science. Jakarta.
Dwirinda, Irma. 2003. Proses Pengalengan Buah Nanas (Ananas comossus) Di Great
Giant Pineapple Company Lampung. Laporan Kerja Praktek. Fakultas
Pertanian.
Universitas
Jenderal
Soedirman.
Purwokerto.
(tidak
dipublikasikan).