DISTILASI
1.1 PENDAHULUAN
Distilasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen zat cair dari
campuran dua atau lebih zat cair yang saling larut satu sama lain dalam segala
komposisi atas dasar perbedaan volatilitas (kemampuan menguap) atau atas
dasar perbedaan koefisien distribusi komponen, menggunakan panas sebagai
medium pemisah.
Dalam distilasi, semua komponen berada dalam fase uap maupun fase cair.
Dalam pemisahan larutan garam (NaCl) dan air, maka air dapat diuapkan
seluruhnya dari larutan tanpa mengambil garamnya karena garam praktis non
volatil dalam kondisi operasi. Operasi seperti itu disebut evaporasi.
untuk
menguap) suatu
senyawa dapat
6
2
3
4
5
Gambar 1.1 Rangkaian alat pengukur tekanan uap. (1) Bejana (2) alat ukur
tekanan
(3) termometer (4) saluran dan katup untuk memasukan sampel
(5) nyala api Bunsen (6) saluran pembuangan udara (vakum)
Suatu zat cair dikatakan lebih volatil apabila zat cair tersebut mempunyai
tekanan uap lebih besar pada temperatur yang sama. Pada Tabel 1.1 diketahui
bahwa heksana lebih volatil daripada oktana.
Tabel 1.1 Data tekanan uap murni untuk heksana dan oktana
Temperatur, oF
155,7
175
200
225
250
258,2
Tabel 1.2 Data tekanan uap murni untuk benzena dan toluena
Temperatur, oF
176,2
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
231,1
Pada prinsipnya tekanan uap semua zat cair dapat diukur. Data tekanan
uap dapat disajikan dalam bentuk kurva seperti terlihat pada Gambar 1.2.
Data tekanan uap zat cair sebagai fungsi temperatur dapat juga disajikan
dalam bentuk formula yang dikenal dengan formula Antoine :
B
T +C
Po= A
ln
.............
Di mana :
(1.1)
Konstanta Antoine
Temperatur
, OC
VL, Volume
molar
zat cair,
cm3/gmol
Asam Asetat
Aseton
Benzena
1-butanol
Karbon
A
8,02100
7,11714
6,87987
7,36366
6,84083
B
1936,010
1210,595
1196,760
1305,198
117,910
C
258,451
229,664
219,161
173,427
220,576
18 - 118
(-13) -55
8 - 80
89 - 126
(-20) - 77
57,54
74,05
89,41
91,97
97,09
Tetraklorida
Khloroform
Etanol
Etanol
Etil Asetat
6,95465
7,58670
8,11220
7,10179
1170,966
1281,590
1592,864
1246,596
226,232
193,768
226,184
217,881
(-10) - 60
78 - 230
20 - 93
16 - 76
80,67
58,68
58,68
98,49
Rentang
Konstanta Antoine
Senyawa
Asam Formiat
n-heksana
Metanol
Metil Asetat
1-Propanol
2-Propanol
Tethahidrofuran
Air
Temperatur
, OC
A
6,94459
6,91058
8,08097
7,06524
8,37895
8,87829
6,99515
8,07131
B
1295,260
1189,640
1582,271
1157,630
1788,020
2010,320
1202,290
1730,630
C
218,000
226,280
239,726
219,726
227,438
252,636
226,254
233,426
36 - 108
(-30) - 170
15 - 84
2 - 56
(-15) - 98
(-26) - 83
23 - 100
1 - 100
VL, Volume
molar
zat cair,
cm3/gmol
37,91
131,61
40,73
79,84
75,14
76,92
81,55
18,07
n-
n-
nHeptana
nOktana
TEMPERATUR, oC
Apabila dua atau lebih zat cair yang saling larut satu sama lain dalam
segala komposisi dimasukkan dalam bejana tertutup, maka pada umumnya pada
temperatur berapapun terdapat keseimbangan antara zat cair dan uapnya. Yang
dimaksudkan dengan koefisien distribusi, K adalah rasio antara fraksi molar
komponen dalam fase uap dan fraksi molar komponen dalam fase cair atau :
Ki
dimana :
y ie
x ie ..
(1.2)
Ki
xie
yie
memisahkan
uap
itu
dari
cairannya,
dan
tahap
terakhir
adalah
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
memberikan
konsep
dasar.
Yang
dimaksudkan dengan campuran biner adalah campuran yang hanya terdiri dari
dua komponen yang saling larut satu sama lain. Untuk memecahkan distilasi yang
terdiri dari tiga atau lebih komponen justru pemisahan seperti ini yang banyak
dijumpai dalam praktek, salah satunya dalam kilang minyak bumi akan disiasati
menggunakan konsep distilasi campuran biner.
Kesetimbangan fase cair-uap sistem biner
Apabila ke dalam suatu bejana tertutup dimasukkan campuran zat cair
yang terdiri dari dua buah komponen yang saling larut satu sama lainnya (Gambar
1.3) A dan B (A lebih volatil daripada B.
Uap
A+B
Cair
A+B
untuk
pB = (1 - xA) PB .. (1.4)
untuk
komponen A
komponen B
di mana:
pA
pB
PA
PB
xA
xB
Jika uap mengikuti Hukum Dalton tentang tekanan uap parsial, maka fraksi
molar komponen A di dalam fase uap dalam kesetimbangan dengan fase cair
diberikan oleh :
yA
pA
p
x P
= A= A A
p A + p B pt P total
....
(1.5)
dimana Pt = tekanan total
yA + yB = 1, maka :
1x
( A)P B
Pt
= 1 ...................................................
x A PA
+
Pt
(1.6)
yA
yB
Pt
Maka diperoleh :
xA
.
yA
(1.7)
x A PA
pt
.
di mana :
Pt P B
P A P B
(1.8)
Kurva
yang
memberi
hubungan
antara
yA
dan
xA
disebut
kurva
kesetimbangan sistem biner. Jika data tekanan uap Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 diubah
7
Tabel 1.5 Data kesetimbangan sistem biner benzena-toluena pada tekanan total
760mmHg
Temperatur, oF
176,2
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
231,1
Catatan: Dalam unit operation tak terjadi reaksi kimia, maka neraca massa
(neraca bahan) juga merupakan neraca molar
F . xF = F. f y + F (1 - f) x
(1.9)
atau
xF
= f y + (1 - f) x
...
(1.10)
fy
= - (1 f ) x + xF ...
(1.11)
y =
x
( 1 f )
x+ F
f
f
(1.12)
Persamaan 1.12 disebut sebagai garis operasi distilasi flash.
Fraksi f tidaklah tetap tetapi tergantung pada enthalpy dari cairan umpan
yang panas dan enthalpy dari uap dan cairan yang meninggalkan flash
chamber. Untuk keadaan umpan tertentu, maka fraksi f dapat ditingkatkan
dengan flashing ke tekanan yang lebih rendah. Perhatikan Gambar 1.4, umpan
dipompa menggunakan pompa a melalui pemanas b dan tekanan diturunkan
menggunakan katup c.
Uap ke
kondensor F. f
mol,
yD
Umpan F
mol/jam, xF
Cairan F(1-f)
mol, xB
( 1 f )
, dan dapat digambar pada diagram kesetimbangan. Koordinat
f
perpotongan garis ini dengan kurva kesetimbangan adalah x = x B dan y = yD = xD
(karena uapnya dikondensasikan). Perpotongan antara garis neraca bahan (garis
operasi) ini dengan diagonal x = y dapat digunakan dengan sangat praktis. Jika x
= xF, maka persamaan 1.12 memberikan:
y=
x
(1 f )
x F+ F
f
f
xF
x
+ x F + F =x F
f
f
Garis neraca bahan memotong diagonal pada harga x = x F untuk setiap harga f.
10
( 1 f )
,
f
menggunakan besaran- besaran ini sebagai angka arah (slope). Sejumlah garis
lurus
masing-masing
melalui
titik
(x F,
x F)
telah
digambar
pada
kurva
11
TEMPERATUR, oC
Temperatur
TEMPERATUR, oC
Gambar 1.6 Diagram titik didih sistem benzena-toluena pada tekanan 1atm
12
diuapkan, f
( 1 f )
f
Cair, xB
Uap, yD
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
-4
-1,5
-0,67
-0,25
0
0,50
0,455
0,41
0,365
0,325
0,29
0,71
0,67
0,63
0,585
0,54
0,50
92,2
93,7
95,0
96,5
97,7
99,0
kurva
kesetimbangan
benzena-toluena
pada
0,4
0,4
x+
0,6
0,6
y = 0,67 x + 0,67
Garis operasi ini digambar pada kurva kesetimbangan sistem benzena-toluena.
Untuk x = 0, maka y = 0,67
Untuk y = 0, maka x = 1
diperoleh y1 atau xD1 = 0,48
D1 = 0,6 X 100 kmol/jam = 60 kmol/jam = F2, dan XF2 = 0,48, F = 0,6
F2 xF2 = D2 y + B2 x
F2 xF2 = 0,6 F2 y + (1 - 0,6) F2 x
xF2 = 0,6 y + 0,4 x
0,48 = 0,6 y + 0,4 x
y=
0,4
0,48
x+
0,6
0,6 = - 0,67 x + 0,18
0,8
0,67
dan distilat yang diperoleh pada tahap dua adalah 0,6 X 60 kmol/jam = 36
kmol/jam.
Untuk tahap ke 3
F2 0,56 = 0,6 F2 y + 0,4 F2 x
0,56 = 0,6 y + 0,4 x
y = - 0,67 X +
0,56
0,6
y = - 0,67 X + 0,933
Untuk x = 0, maka y = 0,933
14
Tidak
efektif
untuk
memisahkan
komponen-komponen
yang
Perhatikan satu plat tunggal dalam kolom atau serentetan plat ideal.
Penomoran plat bisa dimulai dari puncak kolom atau dari dasar kolom, namun
kebanyakan dimulai dari puncak kolom. Di sini plat-plat diberi nomor urut dari atas
(puncak) ke bawah dan bahwa plat yang ditinjau adalah plat ke-n dari atas terlihat
pada Gambar 1.10. Plat di atas plat ke-n adalah plat ke- n-1, dan plat di bawah
plat ke-n adalah plat ke-n+1. Subskrip digunakan pada semua besaran untuk
memperlihatkan titik asal dari besaran itu. Dua buah aliran fluida masuk ke plat
ke-n dan dua fluida meninggalkannya. Aliran cairan L n-1 mole/jam dari plat ke n-1
dan aliran uap Vn+1 mole/jam dari plat ke-n+1.
L = liquid (fase cair) dan V = Vapour (Uap) keduanya dikontakkan secara
baik. Aliran uap Vn mole/jam naik ke plat ke-n-1 dan aliran cairan L n mole/jam
turun ke plat n+1. Oleh karena fase uap, maka konsentrasinya (fraksi mole
komponen yang lebih volatil dalam fase uap dinyatakan dengan y, dan fraksi mole
komponen yang lebih volatil dalam fase cair dinyatakan dalam x) yang ditinjau
adalah sistem biner, maka konsentrasi aliran masuk dan keluar plat ke-n adalah:
Cairan masuk plat ke n adalah x n-1. Uap masuk plat ke n adalah y n+1. Cairan
meninggalkan plat ke n adalah xn. Uap meninggalkan plat ke n adalah y n.
16
Gambar 1.11 memperlihatkan diagram titik didih untuk campuran yang ditangani,
empat konsentrasi mole komponen yang lebih volatil, yang diterangkan di atas.
Per definisi dari suatu plat ideal adalah bahwa uap dan cairan yang
meninggalkan plat ke-n adalah dalam kesetimbangan sehingga x n dan yn
menunjukan konsentrasi kesetimbangan. Ini terlihat pada Gambar 1.11. Oleh
karena konsentrasi di kedua fase naik dengan ketinggian kolom, maka x n-1 lebih
besar dari xn dan yn lebih besar dari yn+1. Walaupun aliran yang meninggalkan plat
adalah setimbang, namun yang masuk tidaklah setimbang. Hal ini dapat dilihat
dari Gambar 1.11. Jika uap dari plat ke-n+1 dan cairan dari plat ke-n-1 dibiarkan
kontak (bersinggungan) dengan baik, maka konsentrasinya cenderung bergerak
menuju ke keadaan kesetimbangan, seperti ditunjukkan dengan anak panah
TEMPERATUR, oC
Gambar 1.11 Diagram titik didih memperlihatkan rektifikasi pada suatu plat ideal
Beberapa komponen yang lebih volatil A diuapkan dari cairan yang
menurunkan konsentrasi cairan dari x n-1 ke xn, dan beberapa komponen
yang
kurang volatil B akan mengembun dari fase uap sehingga menaikkan konsentrasi
dari yn+1 ke yn. Oleh karena aliran-aliran cairan pada titik-titik didihnya dan aliranaliran uap pada titik-titik embunnya, maka panas yang diperlukan untuk
menguapkan komponen A harus disuplai oleh panas yang dibebaskan oleh
kondensasi komponen B. Setiap plat dalam rentetan bertindak sebagai sarana
pertukaran dimana komponen A ditransfer ke aliran uap dan komponen B
17
HASIL
ATAS
(DESTILAT
UMPAN
PANAS MASUK
Gambar 1.12
HASIL DASAR
18
Ua
Akumulat
or
Cairan
Seksi Rektifikasi
Kondensor
Seksi Stripping
Pompa
refluks
Umpan
Gambar 1.13
Plat
umpan
Ua
p
Caira
n
Pendingi
n
Hasil
bawah
Pendingi
n
Air
pendingin
Hasil
atas
Reboiler
Stea
m
trap
Kondensat
dan stripping
Refluks telah terlucuti (stripped) komponen A, maka produk bawah mendekati
murni akan komponen B. Kolom fraksinasi kontinyu tipikal yang diperlengkapi
dengan perlengkapan yang diperlukan terdiri dari seksi rektifikasi dan stripping
seperti terlihat dalam Gambar 1.13.
Kolom A diberi umpan dekat bagian tengahnya dengan laju umpan tertentu
dan konsentrasi tertentu. Anggap bahwa umpan masuk pada titik didihnya.
Kejadian di dalam kolom tidak tergantung pada asumsi ini dan kondisi umpan
yang lain akan dibahas kemudian. Plat di mana umpan masuk disebut plat umpan
(feed plate). Semua plat di atas plat umpan membentuk bagian (seksi) rektifikasi
dan semua plat di bawah plat umpan termasuk plat umpan itu sendiri membentuk
bagian (seksi) stripping. Umpan mengalir ke bawah bagian stripping ke dasar
kolom, di mana permukaan tertentu (level) dipertahankan dengan maksud untuk
memberikan luas kontak antara fase cair dan fase uap di seluruh kolom
semaksimal mungkin agar supaya unjuk kerja kolom baik. Cairan mengalir ke
reboiler B. Ini adalah penguap (vaporizer) yang menggunakan steam (uap air)
sebagai medium pemanas yang membangkitkan uap dan mengembalikannya ke
bagian bawah (dasar) kolom di atas permukaan cairan.
19
Uap mengalir ke atas melalui seluruh kolom. Pada satu ujung reboiler
terdapat satu bendungan weir. Hasil bawah diambil dari sisi aliran hilir dari
bendungan (weir) dan mengalir melalui cooler G. Cooler ini berfungsi juga
sebagai pemanas pendahuluan (preheater) dari umpan dengan pertukaran kalor
dengan hasil dasar panas yang keluar dari reboiler. Uap yang naik melalui bagian
rektifikasi seluruhnya dikondensasikan di dalam kondensor C dan kondensat
dikumpulkan di dalam akumulator D, dimana permukaannya dipertahankan.
Pompa refluks P mengambil cairan dari akumulator dan mengirimkannya ke plat
puncak menara sebagai refluks. Refluks ini menyediakan cairan yang mengalir ke
bawah dalam bagian rektifikasi yang diperlukan untuk bertambah kontak dengan
uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tak akan terjadi rektifikasi di seksi
rektifikasi dan konsentrasi hasil puncak tidak akan lebih besar dari konsentrasi
uap yang naik dari plat umpan. Kondensat tidak diambil dengan pompa refluks F
dan didinginkan dengan alat penukar kalor E yang disebut dengan product
cooler dan diambil sebagai hasil atas. Jika dijumpai keadaan di luar azeotrop baik
hasil atas maupun hasil bawah dapat diperoleh dengan kemurnian yang
diinginkan jika jumlah plat cukup dan tersedia refluks yang memadai.
Rangkaian alat Gambar 1.13 sering disederhanakan untuk instalasi yang
kecil. Sebagai ganti reboiler, heating coil dapat dipasang di dalam dasar kolom
dan menghasilkan uap. Kolom cairan kondensat sering ditempatkan di atas
puncak menara sedangkan pompa refluks dan akumulator ditiadakan. Refluks
kembali ke plat puncak secara gravitasi. Suatu katup khusus yang disebut refluks
splitter (pembagi refluks) dapat digunakan untuk mengatur laju alir refluks yang
kembali. Sisa kondensat merupakan produk atas.
1.6 PERANCANGAN DAN KARAKTERISTIK OPERASI KOLOM PLAT
Faktor penting dalam perancangan dan operasi kolom plat (plat columns)
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D x Fx B
=
F x D x B
....
(1.15)
Eliminasi D memberikan :
B x Dx F
=
F x D x B
....
(1.16)
Persamaan (1.15) dan (1.16) adalah benar untuk semua laju alir uap dan cairan di
dalam kolom.
21
Kondensor
Panas
keluar -qc
Akumulato
r
Refluks
Produk
atas D
xD
Reboil
er
Panas
masuk qr
Hasil dasar
B
xB
Gambar 1.14
..
(1.18)
Sehingga D adalah laju alir netto dari bahan yang naik ke atas kolom dan
bahan yang turun dari atas kolom di dalam seksi rektifikasi. Tak peduli adanya
perubahan V dan L, namun bedanya adalah konstan dan sama dengan D. Neraca
bahan serupa untuk komponen A memberikan persamaan :
22
D xD = Va ya La xa = Vn+1 yn+1 Ln xn ..
(1.19)
Besaran D xD adalah laju alir netto komponen A di seksi atas kolom
(rektifikasi). Ini juga konstan di seluruh bagian rektifikasi. Di seksi bawah kolom
(stripping), laju alir netto juga konstan tetapi pada arah ke bawah laju alir netto
total sama dengan B, sedangkan untuk komponen A adalah B x B. Persamaan
berikut berlaku :
B
Lb
Vb
Lm
Vm+1
(1.20)
Va
yn+1 =
y a L x
V n+1
a
Ln
x +
V n +1 n
...
(1.22)
Substitusi untuk Vaya Laxa dengan D xD memberikan :
Ln
D xD
(1.23)
Slope garis operasi ini dari persamaan (1.23) sebagaimana biasanya adalah
rasio laju alir cairan dengan laju alir uap. Untuk analisis selanjutnya adalah praktis
untuk menghilangkan Vn+1 dari persamaan (1.23) dengan persamaan (1.18)
memberikan :
23
yn+1
Ln
D xD
xn +
Ln + D
Ln + D
..
(1.24)
Untuk bagian kolom di bawah plat umpan, neraca bahan memberikan (meliputi
daerah kontrol II) :
Vm+1 ym+1 = Lm xm B xB .
(1.25)
Dalam bentuk lain menjadi :
y m+1 =
Lm
B xB
x m
V m +1
V m +1
...
(1.26)
Ini adalah persamaan garis operasi seksi stripping. Sekali lagi slope adalah
rasio laju alir cairan terhadap laju alir uap. Dengan mengeliminasi V m+1 dari
persamaan (1.26) dan persamaan (1.20) memberikan :
y m+1 =
Lm
B xB
x m
Lm B
LmB
..
(1.27)
Apabila garis-garis operasi persamaan (1.24) dan (1.27) digambarkan
dengan kurva kesetimbangan x y, maka penggambaran langkah demi langkah
McCabe Thiele dapat digunakan untuk menghitung jumlah plat ideal yang
diperlukan untuk memperoleh beda konsentrasi tertentu, baik di dalam seksi
rektifikasi maupun seksi stripping. Namun dapat dilihat dengan memperhatikan
persamaan (1.24) dan (1.27) apakah L n dan Lm konstan atau tidak, maka garisgaris operasi dapat dilukis hanya jika perubahan laju-laju alir internal ini dengan
konsentrasi diketahui. Neraca enthalpi diperlukan dalam hal yang umum untuk
menentukan posisi dari kurva garis operasi. Cara untuk melakukan ini diberikan
kemudian.
Constant Molal Overflow (Laju Alir Molar Konstan)
Untuk sebagian besar proses distilasi, laju alir molar uap dan zat cair di
setiap bagian kolom (plat) mendekati konstan, sehingga garis-garis operasi dapat
dikatakan hampir lurus. Kesimpulan (pendekatan) ini dari kenyataan bahwa panas
penguapan molar yang hampir sama, sehingga setiap mole komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan mengkondensasi ketika uap bergerak ke atas kolom
24
R D=
L V D
=
D
D
dan
RV =
L
L
=
D L+ D
..
(1.28)
R D=
L
D
Jika pembilang dan penyebut pada ruas kanan persamaan (1.24) dibagi oleh D :
25
Ln
D
D
x
D D
y n+1=
x+
Ln D n L n D
+
+
D D
D D
y n+1=
....
RD
x
xn+ D
R D +1
R D +1
.....................................................
(1.29)
xD
R D +1 . Konsentrasi (fraksi mole)
y n+1=
RD
x
x (R + 1)
x D+ D = D D
=x D
R D +1
R D +1
R D +1
(1.30)
Atau garis operasi seksi rektifikasi memotong diagonal, kurva kesetimbangan x-y
pada titik (xD, xD). Hal ini benar baik untuk kondensor total atau parsial.
Kondensor dan Plat Puncak
Penggambaran McCabe Thiele untuk plat puncak tidak tergantung pada
kerja kondensor. Gambar 1.15 memperlihatkan diagram neraca bahan untuk plat
puncak dan kondensor.
Uap
Cairan
Uap
Cairan
Kondenso
r akhir
Gambar 1.15
Uap
Cairan
plat puncak
26
(a)
Gambar 1.16
(b)
kondensor total
(b) menggunakan kondensor parsial dan kondensor akhir.
Jika digunakan kondensor parsial atau deflegmator (dephlegmator), maka
refluks cair tidak mempunyai konsentrasi yang sama dengan komposisi produk
atas berarti xc xD. Kadang-kadang digunakan dua kondensor pada seri pertama
dalam kondensor parsial untuk menyediakan refluks (kondensat seluruhnya
dipakai
untuk
refluks),
baru
kemudian
kondensor
akhir
(kedua)
untuk
menyediakan produk atas cair. Susunan seperti ini terlihat pada Gambar 1.15c.
Uap yang meninggalkan kondensor parsial mempunyai komposisi y yang sama
dengan xD. Pada kondisi ini maka diagram Gambar 1.16b dapat digunakan. Garis
operasi melewati (xD, xD) pada diagonal, tetapi untuk kolom yang ditinjau maka
garis operasi berakhir pada titik a yang sudah tentu mempunyai koordinat (x C,
y1). Segitiga a b c Gambar 1.16b menunjukkan plat puncak dalam kolom. Oleh
karena
uap
meninggalkan
kondensor
parsial
biasanya
dalam
keadaan
27
y m+1 =
B xB
L
xm
LB
LB
...
(1.31)
Bila xm diset sama dengan xB dalam persamaan (1.31), maka y juga sama
dengan xD, sehingga garis operasi untuk seksi stripping memotong diagonal pada
titik (xB, xB). Ini benar, tak peduli apapun tipe reboilernya sepanjang hanya satu
macam hasil dasar. Garis operasi bawah dapat digambar menggunakan titik (x B,
L
LB
pembahasan tentang plat umpan (feed plate) pada bagian berikutnya. Diagram
neraca bahan untuk
terlihat
Gambar
dalam
1.17.
Titik
dan
yang
yr
adalah
meninggalkan
plat
dasar
dan
Uap
air
28
Kondensa
t
Gambar 1.17
Gambar 1.18
Garis
operas
i
segitiga a b c;
plat dasar
Reboiler seperti itu disebut partial reboiler (reboiler parsial). Gambar rinci
terlihat pada Gambar 1.19.
Uap keluar
Shell
Uap air masuk
Dudukan buluh
Bendungan /weir
Buluh
Umpan cair
Kondensat keluar
Buffle
29
Gambar 1.19
Gambar 1.20
V =V
dan
L=F+
L.
berbeda:
(a) Umpan
(b) Umpan
(c) Umpan
(d) Umpan
(e) Umpan
Jika umpan sebagian adalah uap seperti yang ditunjukkan oleh Gambar
1.20c, maka bagian cair umpan menjadi bagian dari
merupakan bagian dari V. Jika umpan adalah berupa uap jenuh seperti terlihat
pada Gambar 1.20d, maka seluruh umpan merupakan bagian dari V sehingga
L= L
dan
(superheated vapour) seperti terlihat pada Gambar 1.20e, bagian dari cairan dan
kolom rektifikasi diuapkan untuk mendinginkan umpan ke suatu keadaan uap
jenuh. Maka uap di seksi rektifikasi terdiri dari (1) uap dari seksi stripping, (2)
30
umpan, (3) mole tambahan yang teruapkan selama mendinginkan umpan. Cairan
yang mengalir ke seksi stripping adalah lebih kecil daripada cairan di seksi
rektifikasi dengan sejumlah uap tambahan yang terbentuk. Semua 5 tipe umpan
dapat dikarakterisasi menggunakan faktor tunggal yang dinyatakan dengan q dan
didefinisikan sebagai mole, cairan yang mengalir di dalam seksi stripping yang
dihasilkan dari pemasukan setiap mole umpan, maka q mempunyai batas numerik
untuk berbagai macam kondisi.
Umpan
Umpan
Umpan
Umpan
Umpan
Jika umpan berupa campuran cairan dan uap, maka q adalah fraksi cairnya.
Umpan seperti itu dapat dihasilkan dengan operasi distilasi flash (kesetimbangan),
sehingga q = 1 f, di mana f adalah fraksi aliran umpan mula-mula yang diuapkan
flash. Harga q untuk umpan berupa zat cair di bawah titik didihnya (sub cooled
liquid) diperoleh dari persamaan :
q
.
di mana :
Cp L ( T bT F )
(1.32)
CpL
Tb
TF
= temperatur umpan
di mana :
Cpv
Td
TF
= temperatur umpan
Cp v ( T F T d )
(1.33)
L=L+q
F
LL=q
F
dan
..
(1.34)
Demikian pula kontribusi aliran umpan pada laju alir internal uap adalah F
(1-q) dan dengan demikian laju alir total uap di seksi rektifikasi adalah :
V =V + F (1q)
dan
V V =F(1q)
(1.35)
Untuk constant molar overflow persamaan neraca bahan untuk dua seksi adalah
:
V yn+1=L x n + D x D
..
(1.36)
V ym+1 = L x mB x B
(1.37)
Untuk menentukan titik di mana dua garis operasi berpotongan y n+1 = ym+1
= y dan xn = xm = x, dan kurangkan persamaan 1.37 dari persamaan (1.36).
y ( V V )= ( L L ) x + D x D + B x B
..
(1.38)
Dari persamaan (1.14), maka dua suku terakhir dalam persamaan (1.38)
dapan diganti dengan F xF dan juga dengan mensubstitusi
(1.34) dan
V V
L L
dari persamaan
akan menghasilkan:
y=
xF
q
x+
(1q) (1q)
(1.39)
Persamaan (1.39) menunjukkan persamaan garis lurus dan disebut garis
umpan (feed line) atau dikenal dengan garis q, yang merupakan perpotongan
garis-garis operasi berada atau tempat kedudukan titik-titik potong garis operasi.
Kedudukan garis hanya tergantung pada x F dan q. Slope garis umpan adalah
32
q
1q , sebagaimana dapat diperagakan dengan mensubstitusikan x untuk y
dalam persamaan (1.39) dan penyederhanaan garis memotong diagonal pada x =
xF.
Menggambar garis-garis operasi
Cara paling sederhana penggambaran garis-garis operasi :
1. Gambar garis umpan feed line atau q-line.
2. Hitung intersep
xD
( R D +1)
Gambar 1.21.
ra
rb
rc
rd
re
33
dari
atas
dan
kondensor
dianggap
berupa
kondensor
total.
Jika
34
Gambar 1.22
plat ke-5
(kedudukan optimum) dengan umpan pada plat ke 7
Perlu dicatat bahwa cairan pada plat umpan tidak mempunyai komposisi
yang sama seperti komposisi umpan, kecuali bila secara kebetulan lokasi plat
umpan adalah optimum. Bilamana ruang analisis unjuk kerja sebuah kolom aktual
(sesungguhnya), pergantian dari satu garis operasi dengan lainnya harus
dilakukan dengan plat umpan sesungguhnya. Oleh sebab perubahan komposisi
umpan dan efisiensi plat yang tak menentu, maka kolom yang besar sering
dioperasikan dengan umpan masuk pada beberapa plat di atas atau di bawah
lokasi plat umpan optimum. Jika terantisipasi suatu perubahan komposisi umpan
yang cukup besar, maka lokasi plat alternatif dapat digunakan.
Kebutuhan pemanasan dan pendinginan
Panas hilang dari suatu kolom besar terisolasi, relatif lebih kecil dan kolom
itu sendiri praktis adiabatic. Efek panas di seluruh unit (kolom) praktis terbatas
pada kondensor dan reboiler. Jika panas laten molar rata-rata adalah dan
perubahan panas sensibel total dalam aliran fasa cair adalah kecil, panas yang
ditambahkan pada reboiler qr, qr adalah
Bila mana umpan adalah pada fasa cair pada titih didihnya (q=1), maka panas
yang disuplai pada reboiler adalah sama dengan panas yang diambil pada
kondensor. Tetapi pada harga q yang lain maka hal ini tidak benar.
Jika digunakan uap jenuh sebagai pemanas, maka banyaknya uap air yang
diperlukan pada reboiler :
35
m s=
V
o .
(1.40)
di mana :
ms
mc =
V
V
=
T 2T 1 T 2T 1 ..
(1.41)
di mana :
mc
36
pada
150oF
(65,5oC),
berapa
air
pendingin
yang
xF =
xD =
40
78
40 60
+
78 92
97
78
97 3
+
78 92
= 0,44
= 0,974
2
78
xB =
2 98
+
78 92
= 0,0235
100
40 60
+
78 92
= 85,8
30000
85,8
= 350 lbmole/jam
0,44 0,0235
= 153,4 lbmole/jam, atau 1,931.10-2 kmole/detik
0,9740,0235
Garis umpan
Gambar 1.23
Contoh soal 1.3 bagian b
Langkah kedua adalah melukis garis umpan. Di sini f = 0 atau q = 1 dan garis
umpan adalah vertikal dan adalah kelanjutan dari garis x = x F.
Langkah ketiga adalah menggambar garis-garis operasi. Perpotongan (intersep)
garis operasi atas pada sumbu y adalah dari persamaan 1.29.
0,974
3,5+ 1
= 0,216
Dan perpotongan garis operasi ini dan garis umpan (garis q). Tariklah garis
operasi seksi stripping.
Langkah keempat adalah menggambar tangga-tangga tegak antara kedua garis
operasi
dan
kurva
kesetimbangan.
Dalam
menggambar
tangga
(step)
perpindahan dari garis operasi seksi rektifikasi ke garis operasi seksi stripping
adalah pada tangga (plat) ke 7. Dengan menghitung jumlah tangga (langkah)
plat diperoleh bahwa di samping reboiler diperlukan 11 plat ideal dan umpan
dimasukkan pada plat ke 7 dari puncak.
kal
454 gmol
lbmol
= 13856
1Btu
252,16 kal
Btu
lbmol . Substitusi ke dalam persamaan (1.32)
memberikan :
q=1+
= 1,37
38
1,37
(11,37) = 3,7
Garis
umpan
Gambar 1.24
d) Dari definisi q untuk kasus ini, maka q = 1/3 dan slope garis umpan (garis q)
adalah -0,5. Penyelesaiannya terlihat dalam Gambar 1.25. Dibutuhkan sebuah
reboiler dan 12 plat dengan umpan dimasukkan pada plat 7.
Garis
umpan
Gambar 1.25
Contoh 1.3d
39
e) Laju alir uap di dalam seksi rektifikasi yang harus dikondensasikan di dalam
kondensor adalah 4,5 mole per mole hasil puncak atau 4,5 x 153,4 lbmole/jam
= 690 lbmole/jam.
Dari persamaan (1.35) yaitu :
V V =(1q)F
V =V (1q)F
V =690(1q) F
Dengan menggunakan panas penguapan toluena ketimbang panas penguapan
benzena akan sedikit konservatif dalam rancangan (aman), = 7960 kal/gmole
x 1,8 = 14328 BTU/lbmole.
Panas penguapan dari 1 lb steam pada 20 lb/in 2 gauge adalah 939 BTU (tabel
steam). Dari persamaan (1.40) massa steam yang diperlukan :
o
ms =
14328
V =
939
14328
939
[ 690350 ( 1q ) ]
(b)
(c)
(d)
1,0
1,37
0,333
diperlukan
ms ,
Jumlah plat
ideal
lb/jam
10530
12500
6970
11
10
12
f) Air pendingin yang diperlukan sama untuk setiap kasus dari persamaan (1.41)
o
mC =
14328 x 690
( 15080) = 141230 lb/jam = 17,9 kg/detik
40
RD
R D +1 , maka slope naik
beroperasi pada refluks total ada discontinuity antara seksi atas dan seksi
bawah. Untuk kasus khusus campuran ideal tersedia metoda sederhana untuk
menghitung Nmin dari batas konsentrasi xB dan xD. Hal ini didasarkan pada
volatilitas relatif antara dua komponen, AB yang didefinisikan dalam terminologi
atau parameter konsentrasi kesetimbangan.
AB =
y Ae / x Ae
y Be / x Be
..
..
(1.42)
Suatu campuran ideal mengikuti Hukum Raoult dan volatilitas relatif adalah
rasio tekanan uapnya, sehingga :
p A =P 'A x A
pB =P'B x B
di mana :
yA =
pA
P
yB =
pB
P
P = tekanan komponen
P = tekanan total
AB =
yA
xA
yB
xB
P 'A x A
P
xA
=
P'B x B
P
xB
P'A
P
P'B
P
41
'
AB
Perbandingan
P'A
P'B
PA
'
PB
(1.43)
dijumpai dalam suatu kolom tipikal, sehingga volatilitas relatif dianggap konstan
xA
xB
yA
1 y A
dan
yA
yB
dan
xA
1x A , sehingga persamaan (1.42)
y n +1
( 1 y n+1 )
AB
x n+1
( 1x n+1 )
(1.44)
L
V = 1, yn+1 = xn (lihat
persamaan 1.23) dan perlu diiingat bahwa garis operasi adalah 45 o. Ini mengantar
ke :
x n+1
xn
1x n
AB
( 1x n+1 )
(1.45)
xD
1x D
AB
x1
( 1x 1 )
(1.46)
x1
( 1x 1 )
= AB
x2
( 1x 2 )
42
x2
( 1x 2 )
x3
( 1x 3 )
x4
( 1x 4 )
= AB
( 1x 3 )
= AB
x4
( 1x 4 )
= AB
x n1
( 1x n1 )
..
x3
x5
( 1x 5 )
xn
( 1x n )
AB
..
(1.47)
xD
1x D
.
( AB)n
xn
..
( 1x n )
(1.48)
Sampai ke hasil bawah dari kolom dengan N min plat dan sebuah reboiler
diperlukan memberikan :
log
xD
1x D
log
xD
1x D
log
xD
1x D
xB
( 1x B )
Nmin+1 =
log
xB
( 1x B )
xB
( 1x B ) = (Nmin+1) log AB
= (Nmin+1) log AB
log [ x D ( 1x B ) ] / x B ( 1x D )
log AB
43
Nmin =
atau
log [ x D ( 1x B ) ] / x B ( 1x D )
log AB
1 ...
(1.49)
Persamaan (1.49) disebut persamaan Fenske. Jika perubahan harga AB dari
dasar kolom sampai puncak kolom adalah sedang (moderate), maka dianjurkan
untuk menggunakan geometric mean of extreme value untuk AB.
Refluks Minimum
Pada setiap harga perbandingan refluks yang lebih kecil dari refluks total,
jumlah plat yang diperlukan untuk suatu pemisahan adalah lebih besar daripada
jumlah
plat
untuk
refluks total
dan
bertambah
secara
kontinyu
dengan
menurunnya perbandingan refluks. Apabila rasio refluks menjadi lebih kecil, maka
jumlah plat menjadi sangat besar dan pada suatu harga perbandingan refluks
minimum yang disebut rasio refluks minimum atau minimum reflux ratio jumlah
plat menjadi tak terhingga. Semua kolom aktual yang menghasilkan produk atas
dengan harga (kadar) tertentu dan hasil dasar dengan kadar (konsentrasi)
tertentu, perbandingan refluks (reflux ratio) antara harga minimum yang
membutuhkan
plat
tak
terhingga
dan
LA
D
dan
LA
D
( )
min
ratio
tak
terhingga
yang
( LD )
A
min
refluks
<
LA
D
<
..
(1.50)
Rasio refluks minimum dapat diperoleh dengan mengikuti gerakan garisgaris operasi bilamana perbandingan refluks turun. Dalam Gambar (1.26), kedua
garis operasi berhimpit dengan diagonal afb pada refluks total. Untuk garis-garis
operasi aktual ae dan eb adalah garis-garis operasi tipikal (umum). Bilamana
perbandingan refluks turun lagi maka perpotongan garis-garis operasi bergerak
sepanjang garis umpan ke arah kurva kesetimbangan. Daerah (luas) pada
44
diagram yang bisa untuk membuat tangga (step) menyusut dan jumlah tangga
(step) bertambah.
Gambar 1.26
R Dm
R Dm +1
x D y '
x D x '
dan
45
'
R Dm
......................
x D y
'
'
y x
(1.51)
Persamaan 1.51 tak berlaku untuk semua sistem, sehingga bilamana kurva
kesetimbangan mempunyai bagian yang cekung ke bawah (membuka ke atas),
misal untuk sistem etanol dan air, Gambar 1.27 jelaslah bahwa garis operasi seksi
rektifikasi pertama memotong kurva kesetimbangan antara absis x F dan xD dan
garis ac sesuai dengan refluks minimum. Garis operasi ab digambar untuk refluks
lebih kecil dari minimum walaupun garis itu memotong garis umpan di bawah titik
(x y). Dalam situasi seperti itu rasio refluks minimum harus dihitung dari slope
Zone invarian
Pada rasio refluks minimum terbentuk sudut tetap pada perpotongan suatu
garis operasi dan kurva kesetimbangan seperti terlihat pada titik d Gambar 1.26
atau pada titik singgung pada Gambar 1.27. Pada setiap sudut terdapat sejumlah
tak terhingga tangga (step) yang menunjukkan sejumlah plat ideal tak terhingga.
Pada semuanya tak terdapat perubahan baik konsentrasi cairan maupun uap dari
46
plat ke plat sehingga x n-1 = xn dan yn+1 = yn. Istilah zone invarian digunakan untuk
menjelaskan serentetan plat tertinggi ini. Dipakai juga istilah yang lebih deskriptif
yaitu pinch point (titik cubitan). Dengan suatu kurva kesetimbangan normal
terlihat dari Gambar 1.26 bahwa pada rasio refluks minimum perpotongan garis q
dan kurva kesetimbangan memberikan konsentrasi cairan dan uap pada plat
umpan dan pada sejumlah plat tak terhingga pada sisi plat umpan. Maka
terbentuk suatu zone invarian pada dasar seksi rektifikasi dan yang kedua pada
rektifikasi dan
L
V
L
V
pada seksi
bahwa
luas
penampang
lintang
dari
kolom
biasanya
kira-kira
proporsional dengan laju alir uap. Bilamana rasio refluks naik, V dan L keduanya
naik. Untuk suatu produksi (hasil puncak) dan dicapai suatu titik dimana kenaikan
diameter suatu kolom adalah lebih cepat daripada penurunan jumlah plat. Harga
unit kira-kira proporsional luas total plat atau jumlah plat kali luas penampang
lintang kolom. Sehingga biaya tetap pertama turun dan kemudian naik dengan
rasio refluks. Ini diperlihatkan oleh garis abc Gambar 1.28.
Refluks dibuat dengan cara mensuplai panas pada reboiler dan mengambil
panas pada kondensor. Biaya pemanasan dan pendinginan naik dengan rasio
refluks seperti ditunjukkan oleh kurva dc Gambar 1.28. Biaya total operasi
bervariasi (berubah) dengan jumlah biaya tetap dari biaya pemanasan dan
pendinginan sebagaimana ditunjukkan oleh kurva fgh. Kurva fgh mempunyai
harga minimum pada harga perbandingan refluks tertentu tidak terlalu jauh
(besar) dari perbandingan refluks minimum. Rasio ini biasanya mempunyai
rentang 1,05 sampai 1,3 kali rasio refluks minimum. Kenyataannya sebagian besar
kolom dioperasikan pada rasio refluks di atas harga resio refluks optimum. Biaya
total tak terlalu sensitif terhadap rasio refluks pada rentang ini dan lebih baik
47
dioperasikan secara fleksibel akan dicapai apabila dipakai refluks lebih besar dari
BIAYA TAHUNAN
refluks optimum.
Biaya
total
Biaya pemanasan dan
pendinginan
Rasio refluks
optimum
Rasio refluks
minimum
Biaya
tetap
RASIO REFLUKS
Gambar 1.28
Hitung mole hasil puncak dan mole hasil dasar per jam
Tentukan jumlah plat ideal dan kedudukan plat umpan
Jika umpan merupakan zat cair pada titik didihnya
Jika umpan pada keadaan cair pada temperatur 20 oC (panas jenis 0,44)
Jika umpan merupakan campuran 2/3 uap dan 1/3 cairan
Jika dipakai uap pada tekanan 20 lb/inchi 2 gauge, berapa uap yang
diperlukan untuk masing-masing tiga kasus diatas. Kehilangan panas dapat
diabaikan dan anggap refluks merupakan zat cair jenuh pada titik didihnya
d. Jika air pendingin masuk kondensor pada 80 oF (26,7oC) dan keluar pada
150oF (65,5oC), berapa banyak air pendingin yang diperlukan (dalam gallon
per menit).
Jawaban semua ini ada pada Contoh Soal 1.3.
Pertanyaan pada soal 1.4 ini adalah :
a. Berapa rasio refluks minimum
b. Jumlah plat ideal minimum untuk kasus b(i) b(ii) b(iii)
48
Penyelesaian :
a. Untuk rasio refluks minimum menggunakan rumus persamaan 1.51
'
RDmin =
x D y
'
'
y x
xD = 0,974
b. i) Umpan pada titik didihnya :
x = 0,440; y = 0.658
RDmin =
0,9740,658
0,6580,440
0,316
0218
= 1,45
RDmin =
0,9740,730
0,7300,521
0,244
0,209
= 1,17
RDmin =
0,9740,513
0,5130,300
0,461
0,213
= 2,16
Untuk jumlah plat minimum, rasio refluks adalah tak terhingga. Garis
operasi berimpit dengan diagonal dan tidak ada perbedaan antara ketiga kasus.
Hasil pengamatannya diperlukan dalam Gambar 1.29. Diperlukan sebuah reboiler
dan 8 plat ideal.
49
Gambar 1.29
..
(1.52)
di mana :
H = entalpi
U = tenaga dalam
PV = energi tekanan
Informasi yang mendasari konsep entalpi antara lain Surat Al-Araf ayat 143
yang berarti: Tatkala Musa sampai ke tempat di mana Allah berbicara langsung
dengannya, maka Musa berkata Ya Tuhanku, perlihatkanlah hakekat Zat Engkau
boleh aku melihat Engkau, Allah menjawab Kamu tidak mampu melihat diri-Ku,
tetapi baiklah lihat bukit itu, jika ia tetap baru engkau mampu melihat-Ku. Tatkala
50
Allah memancarkan frekuensi audio yang sama dengan frekuensi pribadi gunung
itu yang mempunyai kekuatan sangat besar. Maka terdengarlah suara yang
sangat dahsyat dan hancurlah bukit itu, serta Musa pun pingsan. Setelah tersadar
dari pingsannya, Musa berkata Maha suci Engkau, saya bertobat kepada Engkau
dan saya menjadi orang yang mula-mula beriman. Informasi yang kedua berupa
karya sastra manusia terindah yang pernah saya jumpai.
Science, her vision proudly magnified.
By skilled invention, proves all things perceived.
Mere atoms energized bus mystified.
Recks not whose thought these spinning specks conceived.
(Sir George Kockerill)
diperlukan
untuk
bergerak.
Menggunakan
konsep
entalpi
mutlak,
penyelesaian masalah energi khususnya panas akan lebih nyaman (mudah) maka
manusia mengambil suatu kondisi di mana entalpi mutlak pada kondisi itu
disepakati sama dengan nol. Kondisi itu sebenarnya sembarang (arbitrary) tetapi
setelah ditetapkan hendaknya dipatuhi. Salah satu kondisi yang sering dipakai
untuk entalpi mutlak adalah temperatur 32 oF atau 0oC. Terlihat pada tabel uap
(steam table) bahwa entalpi mutlak air mendidih (cair jenuh) pada 32 oF atau 0oC
adalah 0. Sekali temperatur acuan telah ditetapkan maka entalpi mutlak pada
temperatur lainnya dapat dihitung sepanjang panas jenisnya diketahui.
Air mendidih pada temperatur 32 F atau 0C terasa aneh. Bukankah pada
temperatur 32oF atau 0C itu air membeku? Begitulah pertanyaan yang sering
terlontar. Namun setelah mendengarkan ungkapan indah berikut maka perlahanlahan akan sadar bahwa hal itu benar.
It is not possible to get a good cup of tea on the top of Mount Everest
as the water boil at too low the temperature to infuse tea. (Adalah
51
52
tekanan 1 atm. Kondisi acuan air cair jenuh pada 32 oF dan etanol cair
jenuh pada 32oF
Data yang akan digunakan:
Etanol (C2H5OH)
: Titik didih
173,66F
Titik embun
173,66F
53
Air (H2O)
212F
Titik embun
Cp air
18 Btu /lbmole F
Hv
Temperatur acuan untuk entalpi adalah 32 F sehingga entalpi air murni (cair
jenuh) pada 212F adalah :
18
Btu
lbmole o F
Btu
lbmole
Btu
lbmole
+ 17465,4
Btu
lbmole
= 20705,4
Btu
lbmole
(titik
Gambar 1.30)
Entalpi etanol murni pada titik didihnya (cair jenuh) x = 1 adalah :
25,3
Btu
lbmoleo F
Btu
lbmole
(titik
Gambar
1.30)
Entalpi etanol murni pada keadaan uap jenuh y = 1 adalah :
3584
Btu
lbmole
+ 16610,6
Btu
lbmole
= 20194,6
Btu
lbmole
(titik
Gambar 1.30)
Diagram dapat digambar lengkap untuk memperoleh kurva h-x di mana h =
entalpi cair jenuh dan x = fraksi mole etanol dalam campuran fase cair dan kurva
H-y di mana H = entalpi uap jenuh campuran dan y = fraksi mole etanol dalam
fase uap berturut-turut menggunakan rumus:
h = CpA x (td to) + CpB (1 x) (td to)..
(1.53)
di mana :
h = entalpi molar campuran pada titik didihnya,
Btu
lbmole
54
Btu
o
lbmole F
Btu
o
lbmole F
(1.54)
di mana :
H = entalpi molar campuran pada keadaan uap jenuh,
Btu
lbmole
Btu
o
lbmole F
Btu
o
lbmole F
Btu
lbmole
Btu
lbmole
c. Jika rasio refluks operasi adalah 2,2 rasio refluks minimum, hasil atas dan
hasil dasar pada titik didihnya, hitunglah jumlah plat ideal yang diperlukan
d. Tentukan beban kondensor dan beban reboiler pada point c.
Penyelesaian :
Etanol di dalam umpan
xF = 0,2 ; xD = 0,8
Etanol di dalam hasil dasar
Etanol di dalam distilat
= 10 % x 20 lbmole/jam = 2 lbmole/jam
2
2+75,5
2
77,5
20
80
xD
R min +1
Rmin+1 =
= 0,37 ;
0,8
0,37
0,8
R min +1
= 0,37
= 2,16
56
qc
D
qc
D
) pada
) ke titik
(xD, HD) dengan panjang dari titik (x D, HD) ke titik (xD, hD) itulah rasio refluks
minimum.
Rmin =
6,8
6,5
Untuk menghitung rasio refluks actual digunakan rasio refluks minimum ratarata yaitu 1,1 sehingga rasio refluks actual (operasional) adalah 2,2 x 1,1 =
2,42.
c. Jumlah plat minimum
Jumlah plat minimum diperoleh pada refluks total. Pada refluks total maka R =
dan oleh karenanya garis operasi atas mempunyai intersep :
xD
R+ 1
0,8
+1
= 0
Sehingga garis operasi atas sekaligus garis operasi bawah adalah diagonal
kurva kesetimbangan. Dengan menggunakan garis-garis operasi dan kurva
kesetimbangan mulai dari titik (x D, xD) dilukis segitiga-segitiga sampai titik (x B,
xB) terlewati. Dari gambar terlihat bahwa jumlah segitiga adalah 6 buah. Itulah
jumlah plat minimum.
d. Refluks aktual adalah R = 2,42. Sehingga intersep garis operasi atas adalah :
xD
R+ 1
0,8
2,42+1
0,8
3,42
= 0,234
Garis operasi atas dapat digambar melalui titik (x D, xD) dengan intersep =
0,234. Garis ini memotong garis umpan (feed line). Garis melalui titik (x F, xF)
vertikal (sejajar sumbu y) karena umpan pada titik didihnya. Titik potong ini
dihubungkan dengan titik (xB, xB). Itulah garis operasi bawah. Dengan
menggunakan garis-garis operasi dan kurva kesetimbangan ini dibuat segitigasegitiga mulai dari titik (xD, xD) sampai sedikit melewati titik (xB, xB). Terlihat
pada gambar, jumlah segitiga adalah 9 buah (segitiga-segitiga merah). Jadi
jumlah plat ideal operasional adalah 9 buah.
e. Jumlah yang harus dikondensasikan adalah D + refluks.
D = 18 lbmole/jam + 4,5 lbmole/jam = 22,5 lbmole/jam
57
58
Gambar 1.31
Diagram entalpi
komposisi untuk campuran etanol-air pada tekanan 1 atm
Kondisi acuan air cair jenuh pada 32o-F dan etanol air pada 32oF
59
dalam
unit
operasi
tidak
terdapat
reaksi
kimia
sehingga
data
kesetimbangan maupun entalpi bias disajikan dalam fraksi massa maupun mole.
Diagram entalpi komposisi digunakan untuk menyelesaikan neraca massa dan
neraca energi secara grafis. Sebagai contoh perhatikanlah suatu proses kontinyu
dalam kondisi tunak (steady state) dimana aliran M dan N yang mempunyai
temperatur tM dan tN dan fraksi berat komponen yang lebih volatil x M dan xN, serta
entalpi hM dan hN. N dicampur menjadi satu aliran P yang mempunyai fraksi berat
komponen yang lebih volatil xP dan entalpi hP (perhatikan Gambar 1.32).
xP =
...
M xM + N xN
M +N
..
(1.58)
60
hP =
...
M xM + N xN
M +N
..
(1.59)
dimana :
M : Laju alir massa campuran M
N
Gambar 1.33
aliran
Slope segmen garis yang menghubungkan titik 1 dan 3 adalah (h p hN)/(xP
xN). Substitusi untuk xP dan hP dari persamaan (1.58) dan (1.59) ini akan menjadi :
61
x M x
hM h
Namun slope ini sama dengan slope garis yang melalui titik 1 dan titik 2
sehingga titik 3 harus terletak pada garis yang melalui titik 1 dan titik 2. Posisi
titik 3 ditentukan oleh besarnya arus (aliran) M dan N. Sebagai contoh, rasio aliran
P terhadap aliran N adalah sama dengan rasio dari segmen garis dari 1 ke 2
terhadap segmen garis dari 1 ke 3, karena dari persamaan (1.55) dan (1.56)
dengan mengeliminir N.
x p x
x M x
P
=
M
N
h ph
hM h
P
=
M
N
h ph
h M h
x px =
x M x
N
=
M
N
hM h
h Mh
x M x =
x M x
P
=
N
P
62
Jika lebih dari dua aliran dicampur untuk membentuk satu aliran, maka titik
resultantenya dapat diperoleh dengan pertama kali menempatkan suatu titik yang
sesuai dengan penambahan dua buah aliran, kemudian menempatkan titik yang
sesuai dengan penambahan gabungan dua aliran ini dengan satu titik (aliran)
sisanya, begitu seterusnya.
Konsep yang diterangkan di atas dapat dikembangkan untuk memperoleh
hasil jika satu aliran dikurangkan dari lainnya dalam keadaan adiabatik. Sebagai
contoh aliran M dapat dipandang sebagai aliran yang akan dihasilkan jika aliran N
dikurangkan dari aliran P (gambar 1.30) dengan arah anak panah dikali
Persamaan (1.55) dan (1.57) tetap berlaku.
Dengan menerangkan pembahasan di atas, maka jika dua buah aliran
ditambahkan secara adiabatik, maka (a) titik 3 yang merupakan aliran hasil akan
terletak pada garis lurus yang menghubungkan titik 1 dan 2, yang sesuai dengan
dua aliran mula-mula, (b) titik 3 akan terletak antara titik 1 dan 2 dan akan lebih
dekat dengan titik yang menunjukkan kuantitas yang lebih besar, dari dua aliran
mula-mula.
Jika suatu aliran dikurangkan dari aliran lainnya secara adiabatik seperti
aliran N dikurangkan dari aliran P, maka (a) titik yang sesuai dengan resultante
yaitu
titik
2,
akan
berada
pada
perpanjangan
dari
suatu
garis
yang
menghubungkan titik awal 1 dan 3, (b) titik 2 akan berada lebih dekat dengan titik
yang mempunyai kuantitas lebih besar dari pada aliran mula-mula.
1.7.3 Penggunaan Diagram Entalpi Komposisi campuran Non-adiabatik
Jika suatu proses non-adiabatik seperti yang terlihat dalam Gambar (1.34)
ditinjau maka neraca bahan persamaan (1.55) dan (1.56) tetap tidak berubah.
63
(1.60)
Besarnya panas q dapat dialokasikan ke salah satu dari tiga aliran dengan
qM
mendefinisikan
besarnya
panas
q
q
q
, qN
, qP
M
N
P
yang
adalah
kecepatan panas masuk per satuan kuantitas dari masing-masing aliran. Aliran
yang dipilih sepenuhnya dengan alasan praktis (nyaman). Apabila q P yang dipilih,
maka persamaan (1.60) dapat disusun kembali menjadi bentuk :
M hM + N hN = P hP P qP
(1.61)
Penyelesaian untuk hP qP
hP qP
M hM N hN
M N
(1.62)
Sebagaimana telah diterangkan oleh Gambar (1.31), titik campuran dapat
ditempatkan dengan perhitungan dari persamaan (1.62), tetapi di sini tersedia
juga metoda grafis. Lokasi titik yang menunjukkan komposisi aliran dan entalpi
aliran untuk keadaan non-adiabatik terlihat dalam Gambar (1.35). Kordinat x dari
titik 3' sebagaimana dalam Gambar (1.33), karena proses sekarang adalah nonadiabatik tidak mengubah komposisi dari campuran.
64
Entalpi
Komposisi
Gambar 1.35
(1.63)
sehingga titik 2' harus terletak pada komposisi x M tetapi pada entalpi yang lebih
tinggi dari pada hM dengan sejumlah qM. Terlihat dari persamaan-persamaan (1.55)
sampai (1.57) bahwa titik-titik yang mempunyai kordinat (x M , hM), (xN , hN) dan (xP ,
hP) selalu terletak pada garis lurus. Jika persamaan-persamaan (1.55), (1.56) dan
persamaan (1.63) dibandingkan dengan tiga persamaan sebelumnya dengan
analogi diperoleh bahwa titik-titik (xM , hM + qM), (xN , hN) dan (xP, hP) yaitu titik-titik
1, 2 dan 3, harus juga terletak pada satu garis lurus.
1.7.4 Penyelesaian Grafis Seksi Kolom di atas Plat Umpan
65
Konsep ini dapat digunakan pada penyelesaian grafis neraca bahan dan
neraca energi di sekitar seluruh kolom atar di sekitar bagian dari kolom. Untuk
seksi di atas plat umpan seperti terlihat dalam Gambar 1.36.
Vn+1 Ln = D .
(1.64)
Vn+1 yn+1 Ln xn = D xD ..
(1.65)
Vn+1 Hn+1 Ln hn = D hD + qc ..
(1.66)
Dimana plat n adalah setiap plat di atas plat umpan, plat n+1 plat berikutnya
dibawahnya begitu seterusnya. Dengan mendefinisikan q CD = qC / D dan dengan
mensubstitusikan dalam persamaan 1.66.
Vn+1 Hn+1 Ln hn = D (hD + qCD) ...
(1.67)
qC Lo
=
+1 ( H 1hD ) .
D
D
( )
(1.68)
Terlihat bahwa qCD ditentukan oleh rasio refluks Lo/D. Titik (x D, hD + qCD) dapat
ditentukan dengan perhitungan. Karena persamaan-persamaan (1.64) sampai
(1.67) adalah bersifat minimum untuk setiap plat di atas plat umpan, maka
persamaan-persamaan itu juga memenuhi untuk kasus di mana n = 0 sehingga
yn+1 = y1, Hn+1 = H1 dan xn = xo (komposisi produk). Namun refluks tidak harus
66
Entalpi, Btu/lb
Gambar 1.37
Pengembangan penyelesaian grafis masalah kolom
rektifikasi untuk seksi di atas plat umpan
Titik (y1, H1), (xo, ho) dan (xD, hD + qCD) harusnya terletak pada garis lurus yang
sama. Jika persamaan-persamaan (1.64) dan (1.66) ditulis kembali untuk kasus di
mana
maka
persamaan-persamaan
itu
dapat
diselesaikan
untuk
memberikan :
Lo ( h D qCD ) H 1
=
D
( H 1 ho )
(1.69)
Sehingga rasio jarak ab dan bc adalah rasio L o/D. Oleh karena titik (xo, ho) adalah
tetap dan (y1, H1) harus berada pada garid uap jenuh, maka titik (x D, hD + qCD)
dapat ditentukan secara grafis. Perhatikan plat teoritis pertama (n = 1) dalam
persamaan (1.64), (1.65) dan (1.67). Harga x yang sesuai dengan harga y yang
diketahui diperoleh dari kurva kesetimbangan sistem. Sehingga titik (x 1, y1)
sepenuhnya dapat ditentukan pada kurva cair jenuh dengan garis penghubung
(tie-line) dari titik (y1, H1). Titik (y2, H2) diperoleh dengan menghubungkan titik (x 1,
67
h1) dengan titik (xo, hD+qCD) dan dengan menentukan titik potong dengan kurva
uap jenuh karena untuk n = 1.
V2 L 1 = D
V2 y2 L1 x1 = D xD
V2 H2 L1 h1 = D (hD + qCD)
Dan titik-titik (y2, H2) (x1 , h1) dan (xD + hD + qCD) harus terletak pada satu garis
lulus yang sama. Juga karena aliran V2 adalah uap jenuh harus terletak pada kurva
uap jenuh. Sehingga komposisi dan entalpi dari semua aliran sekarang diketahui.
Sebagai tambahan rasio L1/V2 bisa ditentukan bila diinginkan dengan mengambil
rasio jarak panjang garis yang menghubungkan titik (x D, hD + qCD) dan yang
serupa. Rasio ini juga sama dengan rasio berikut :
L1 ( h D +q CD )H 2 x D y 2
=
=
V 2 ( h D +q CD ) h1 x Dx 1
Prosedur di atas dapat diulangi untuk memperoleh plat berturut-turut (n = 1,2,)
sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.37 sampai dicapai plat umpan. Penentuan
plat umpan yang tepat akan dibahas kemudian.
1.7.5 Penyelesaian Grafis Seksi Kolom di bawah plat umpan
Seksi kolom di bawah plat umpan terlihat secara skematik dalam Gambar
1.38
Gambar 1.38
Lm-1 Vm = W
(1.70)
68
Lm-1 xm-1 Vm ym = WB xB .
(1.71)
Lm-1 hm-1 Vm Hm + qr = WB hB .
(1.72)
qrW
Dengan mendefinisikan
qr
W
69
Gambar 1.39
Pengembangan penyelesaian grafis
rektifikasi untuk seksi di bawah plat umpan
masalah
kolom
Titik (yf+1, hf+1) yang menunjukkan komposisi dan entalpi aliran uap yang
meninggalkan
plat
pertama
di
bawah
plat
umpan
di
gambar
dengan
menghubungkan titik (xW, hW qrW) dan (xf, hf) dan memperpanjang garis lurus
sampai memotong kurva uap jenuh. Dari komposisi y f+1 dan kurva kesetimbangan,
titik (yf+1, hf+1) dapat digambar. Prosedur ini diulangi sampai harga x yang sama
atau lebih kecil dari xW diperoleh.
1.7.5 Penyelesaian grafis lokasi plat umpan
Perhatikan Gambar 1.38 adalah penyelesaian grafis jumlah plat teoritis
yang diperlukan untuk suatu pemisahan pada rasio refluks 3,9. Diperlukan 5 plat
di atas plat umpan. Plat ke-6 adalah plat umpan. Perlu dicatat dari kenyataan
bahwa titik (x6, h6)bukan dihubungkan dengan (xD , hD + qCD), tetapi dengan titik
(xW , hW qrW).
70
Entalpi, Btu/lb
Uap jenuh
Cair jenuh
Suatu menara fraksionasi kontinyu yang beroperasi pada tekanan 147 psia
direncanakan untuk memisahkan 30.000 lb/jam suatu larutan benzena dan
toluena yang mengandung 0,400 fraksi massa benzena ke dalam suatu hasil
puncak yang mengandung 0,97 fraksi massa benzena dan suatu hasil dasar yang
mengandung 0,98 fraksi massa toluena. Rasio refluks adalah 3,5 lb refluks per lb
produk. Umpan berupa cairan pada titik didihnya dan refluks massa kolom pada
100OF.
a. Tentukan banyaknya hasil puncak (destilat) dan hasil dasar
b. Hitung beban kondensor dan laju alir masuk panas ke reboiler
Penyelesaian :
a. Dari persamaan
F ( x F x W )
D=
( x D xW )
30000 ( 0,4000,020 )
( 0,9700,020 )
30000 ( 0,9700,400 )
( 0,9700,020 )
F ( x D x F )
W=
( x D x W )
= 12.000 lb/jam
Lo
+1
D
qc
D
qc
D
( )
72
Entalpi, Btu/lb
Uap jenuh
Cair jenuh
Jawaban :
c. Dari data yang diberikan dalam contoh soal 1.5, gambarlah titik (x, h) (x F, hF)
dan (xW, hW) pada diagram entalpi komposisi benzena-toluena (lihat Gambar
1.40). Titik (xD , hD + qCD) digambar berikutnya. Dari contoh 1.5
qcD = 915 BTU/lb, hD = 28,7 BTU/lb
hD + qcD = 28,7 + 915 = 943,7 944 BTU/lb
Gambar garis yang menghubungkan titik-titik (x D, hD + qCD).
Titik perpotongannya adalah (xW, hW qrW).
Dari diagram diperoleh bahwa :
(hW qrW) = -508 BTU/lb
73
Entalpi, Btu/lb
Uap jenuh
Cair jenuh
Penyelesaian grafis untuk mencari jumlah plat teoritis dapat dimulai baik dari
puncak maupun dasar kolom. Dalam Gambar 1.40 penggambaran dimulai dari
puncak
kolom dan
pemisahan. Dan plat yang pas untuk memasukkan umpan adalah plat ke-6 dari
atas (puncak). Bilamana digunakan sebuah reboiler biasanya dianggap bahwa
uap dan cairan meninggalkan reboiler (partial reboiler) dalam kesetimbangan
walaupun hal ini tidak selalu benar. Konsekuensinya perlu dihitung sebagai satu
plat teoritis dan 10 plat teoritis diperlukan di dalam kolom.
74
75
11.000 .000
= 275.000 lb/jam
12080
275.000
=
551 gallon/menit
(60)(62,19)/7,28
10.700 .000
= 11.600 lb/jam
92,4
Lo ( h D + qcD )
=
D
H 1h o
hD + qcD =
Lo
D
H1
(H1 ho) + H1
qc
9.090.000
lb
227.000
120 80
jam
qc
227.000
gallon
445
(60)(62,19) / 7, 46
menit
Untuk harga hD + qcD = 820 BTU/lb, berbagai macam bisa digambar dan
konstruksi plat dapat dilakukan seperti pada contoh soal 1.5 sebagaimana terlihat
dalam gambar 1.40. Konstruksi yang beru terlihat dalam gambar 1.41, dan
gambar ini hW - qrW = - 424 BTU/lb, sehingga qrW = 86,6 + 424 = 511 BTU/lb.
qr = W . qrW = (18.000) (511) = 9.200.000 BTU/jam
9.200.000
lb
9960
924
jam
Konsumsi uap (steam) =
Untuk pemisahan ini diperlukan kolom dengan jumlah 11,8 buah
dan
76
Entalpi, Btu/lb
Uap jenuh
Cair jenuh
77
kondensor naik sehingga qcD naik. Konsekuensinya titik (xD, hD + qcD) bergerak ke
atas bila rasio refluks naik. Jika titik ini bergerak ke atas pemisahan per plat
teoritis (yn yn+1) atau xn xn+1 meningkat akan diperoleh jumlah plat teoritis
minimum. Untuk suatu pemisahan tertentu bilamana rasio refluks tak terhingga
(refluks total). Namun hal ini bukanlah metoda operasi yang umum digunakan
dalam praktek, karena pada refluks total laju alir hasil puncak (distilat) adalah nol.
Dan panas yang diperlukan per unit produk adalah tak terhingga. Hal itu menarik
karena menentukan suatu batas bawah pada jumlah plat yang diperlukan.
Gambar 1.43 memperlihatkan penyelesaian grafis pemisahan dengan refluks
total. Oleh karena titik (xD, hD + qcD) adalah pada + , dan titik terkait untuk seksi
di bawah plat umpan, adalah (x W , hw qrW) akan berada pada . Konsekuensinya
garis-garis yang menghubungkan (x n , hn) dan (xD, hD + qcD) atau titik-titik (xm1 ,
hm1) dan (xW , hw qrW) semua adalah vertikal. Pada gambar 1.43 terlihat bahwa
pada refluks total plat teoritis yang dibutuhkan antara 8 dan 9. Pada refluks total,
plat umpan yang benar adalah plat ke-5 dari atas. Jika rasio refluks turun, jumlah
Entalpi
yang sesungguhnya rasio refluks selalu di atas rasio refluks yang sesuai dengan
jumlah plat tak terhingga, tetapi pengetahuan batas terendah rasio refluks ini
mempunyai arti dalam menentukan rasio refluks aktual yang dipakai. Pengkajian
penyelesaian grafis yang diterangkan sampai saat ini memperlihatkan bahwa
slope dari garis-garis operasi yaitu garis yang menghubungkan titik (x D, hD + qcD)
dan titik (xn, hn) dimana n = 1, 2, 3 . atau garis-garis yang menghubungkan (x W,
hW qrW) dengan titik-titik (xm-1, hm-1) di mana m = f + 2, f + 3 . harus selalu lebih
besar dari tie-line pada harga x n atau xm-1 terkait (yang sama). Jika slope suatu
garis operasi dari tie-line di seksi manapun dalam kolom adalah sama, maka
sejumlah tak terhingga plat akan dibutuhkan karena penyelesaian grafis pada titik
ini memperlihatkan bahwa pemisahan y n yn+1 atau xn xn+1 menjadi nol.
Penentuan rasio refluks yang sesuai dengan jumlat plat teoritis tak terhingga di
dalam suatu menara (kolom) diperoleh bila mana garis operasi dan tie-line
berimpit saat rasio refluks turun. Di seksi di atas plat umpan diperoleh dengan
memperpanjang tie-line tie-line ke garis vertikal x = x D dan catatan tie-line yang
mana yang memberikan harga h D + qcD tertinggi. Di dalam seksi di bawah umpan
tie-line tie-line diperpanjang sampai memotong garis vertikal x = x w dan dicatat
tie-line yang mana yang memberi harga h W qrW dapat dibandingkan dengan
harga tertinggi hD + qcD yang diperoleh untuk seksi di atas umpan. Harga yang
tertinggi merupakan suatu pengendali dan rasio refluks yang sesuai dengan harga
ini disebut rasio refluks minimum. Seksi kolom di mana garis operasi dan tie-line
berimpit pada rasio refluks minimum tergantung sistem yang dipisahkan
komposisi dan entalpi umpan dan pada komposisi hasil puncak dan hasil dasar
sehingga tidak aturan umum menyeluruh untuk banyak sistem dan dengan
komposisi umpan mendekati tengah rentang komposisi, maka tie-line melalui titik
umpan (xF, hF) sering sesuai dengan tie-line pengendali. Gambar 1.44 memberikan
ilustrasi diskusi di atas tentang rasio refluks minimum. Terlihat pada diagram tieline a sampai l. Dalam seksi di atas plat umpan maka tie-line f yang apabila
diperpanjang melewati titik (xF, hF)memberikan harga hD + qcD tertinggi.
79
Entalpi
yang dengan
menggunakan persamaan :
Lo ( h D + qcD )H 1
=
D
H 1ho
( LD )
o
min
pr
nm
memberikan :
= 1,82
80