Anda di halaman 1dari 80

BAB I

DISTILASI
1.1 PENDAHULUAN
Distilasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen zat cair dari
campuran dua atau lebih zat cair yang saling larut satu sama lain dalam segala
komposisi atas dasar perbedaan volatilitas (kemampuan menguap) atau atas
dasar perbedaan koefisien distribusi komponen, menggunakan panas sebagai
medium pemisah.
Dalam distilasi, semua komponen berada dalam fase uap maupun fase cair.
Dalam pemisahan larutan garam (NaCl) dan air, maka air dapat diuapkan
seluruhnya dari larutan tanpa mengambil garamnya karena garam praktis non
volatil dalam kondisi operasi. Operasi seperti itu disebut evaporasi.

1.2 VOLATILITAS DAN KOEFISIEN DISTRIBUSI


Volatilitas (sifat kemudahan

untuk

menguap) suatu

senyawa dapat

diketahui secara mudah dengan menggunakan tekanan uapnya. Mengukur


tekanan uap suatu zat cair sebenarnya cukup mudah tetapi karena belum tahu
atau belum melihat manfaatnya, sehingga enggan melakukan pekerjaan yang
sederhana itu. Beberapa contoh pemanfaatan data tekanan uap antara lain yang
dapat lebih mudah dijumpai di dalam rumah tangga. Petroleum gas pada
temperatur kamar dan tekanan atmosfer tentu berupa gas (uap).
Anggaplah bahwa petroleum gas seluruhnya terdiri dari butana (C 4H10)
massa molekulnya adalah 58. Berarti apabila petroleum gas disimpan dalam
bentuk gas maka 58g butuh tempat tidak jauh dari 22,4 liter. Untuk 3 kg butuh
tempat 1000 liter, atau tepatnya 1158,6 liter, jauh lebih besar dari pada tabung
LPG yang sekarang ada, sehingga petroleum gas harus disimpan dalam bentuk
cair, caranya harus ditekan pada tekanan diatas tekanan jenuh pada temperatur
terkait. Etilen dan propilen disimpan dengan prinsip yang sama. Alat untuk
mengukur tekanan uap zat cair juga cukup sederhana (Gambar 1.1).
Prosedur Pengukuran:
1. Bersihkan (cuci) bejana dan keringkan.
2. Masukkan zat cair (bahan) yang tekanan uapnya akan diukur ke dalam bejana
melalui saluran pipa pengumpan, bila perlu menggunakan corong.
3. Usir udara yang ada di atas cairan menggunakan pompa vakum yang
dihubungkan pada saluran pengumpan. Tutup katup, langkah ini dilakukan
1

untuk memperkecil kesalahan (error) akibat adanya udara di atas cairan,


diharapkan kesetimbangan hanya antara uap dan cairan bahan itu sendiri.
4. Lakukan pemanasan, amati dan catat harga tekanan dan temperatur sesuai
rancangan percobaan, maka diperoleh data seperti pada Tabel 1.1 dan Tabel
1.2.

6
2

3
4

5
Gambar 1.1 Rangkaian alat pengukur tekanan uap. (1) Bejana (2) alat ukur
tekanan
(3) termometer (4) saluran dan katup untuk memasukan sampel
(5) nyala api Bunsen (6) saluran pembuangan udara (vakum)
Suatu zat cair dikatakan lebih volatil apabila zat cair tersebut mempunyai
tekanan uap lebih besar pada temperatur yang sama. Pada Tabel 1.1 diketahui
bahwa heksana lebih volatil daripada oktana.
Tabel 1.1 Data tekanan uap murni untuk heksana dan oktana
Temperatur, oF
155,7
175
200
225
250
258,2

Tekanan Uap, mmHg


Heksana
Oktana
760
121
1025
173
1480
278
2130
434
3000
654
3420
760

Tabel 1.2 Data tekanan uap murni untuk benzena dan toluena
Temperatur, oF
176,2
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
231,1

Tekanan Uap, mmHg


Benzena
Toluena
760
811
314
882
345
957
378
1037
414
1123
452
1214
494
1310
538
1412
585
1520
635
1625
689
1756
747
760

Pada prinsipnya tekanan uap semua zat cair dapat diukur. Data tekanan
uap dapat disajikan dalam bentuk kurva seperti terlihat pada Gambar 1.2.
Data tekanan uap zat cair sebagai fungsi temperatur dapat juga disajikan
dalam bentuk formula yang dikenal dengan formula Antoine :

B
T +C

Po= A
ln
.............
Di mana :

(1.1)

Po = tekanan uap jenuh komponen (zat cair) dalam mmHg (torr)


T = temperatur, OC
A, B dan C = konstanta-konstanta Antoine

Tabel 1.3 Konstanta tekanan uap Antoine


Rentang
Senyawa

Konstanta Antoine

Temperatur
, OC

VL, Volume
molar
zat cair,
cm3/gmol

Asam Asetat
Aseton
Benzena
1-butanol
Karbon

A
8,02100
7,11714
6,87987
7,36366
6,84083

B
1936,010
1210,595
1196,760
1305,198
117,910

C
258,451
229,664
219,161
173,427
220,576

18 - 118
(-13) -55
8 - 80
89 - 126
(-20) - 77

57,54
74,05
89,41
91,97
97,09

Tetraklorida
Khloroform
Etanol
Etanol
Etil Asetat

6,95465
7,58670
8,11220
7,10179

1170,966
1281,590
1592,864
1246,596

226,232
193,768
226,184
217,881

(-10) - 60
78 - 230
20 - 93
16 - 76

80,67
58,68
58,68
98,49

Rentang
Konstanta Antoine

Senyawa

Asam Formiat
n-heksana
Metanol
Metil Asetat
1-Propanol
2-Propanol
Tethahidrofuran
Air

Temperatur
, OC

A
6,94459
6,91058
8,08097
7,06524
8,37895
8,87829
6,99515
8,07131

B
1295,260
1189,640
1582,271
1157,630
1788,020
2010,320
1202,290
1730,630

C
218,000
226,280
239,726
219,726
227,438
252,636
226,254
233,426

36 - 108
(-30) - 170
15 - 84
2 - 56
(-15) - 98
(-26) - 83
23 - 100
1 - 100

VL, Volume
molar
zat cair,
cm3/gmol
37,91
131,61
40,73
79,84
75,14
76,92
81,55
18,07

n-

TEKANAN UAP, atm

n-

nHeptana

nOktana

TEMPERATUR, oC

Gambar 1.2 Tekanan uap untuk n-parafin (n-alkana)


Baik penyajian dalam bentuk kurva maupun dalam formula Antoine
dimaksudkan untuk penyederhanaan penyajian sehingga lebih efesien. Konstantakonstanta Antonie tentu akan mempunyai harga yang berbeda bilamana baik
tekanan maupun temperatur dinyatakan dalam satuan yang berbeda. Mengingat
bahwa data pengamatan mungkin cukup banyak, maka formula Antoine mungkin
disajikan dalam bentuk yang lebih kompleks.
4

Apabila dua atau lebih zat cair yang saling larut satu sama lain dalam
segala komposisi dimasukkan dalam bejana tertutup, maka pada umumnya pada
temperatur berapapun terdapat keseimbangan antara zat cair dan uapnya. Yang
dimaksudkan dengan koefisien distribusi, K adalah rasio antara fraksi molar
komponen dalam fase uap dan fraksi molar komponen dalam fase cair atau :
Ki

dimana :

y ie
x ie ..

(1.2)

Ki

= koefisien distribusi kompinen i

xie

= fraksi molar komponen i dalam fase cair dalam keadaan


kesetimbangan dengan fase uap.

yie

= fraksi molar komponen i dalam fase uap dalam keadaaan


kesetimbangan dengan fase cair.

1.3 METODA DISTILASI


Distilasi dapat dilakukan mengikuti dua macam prinsip dasar. Metoda
pertama berdasarkan pada produksi uap dengan cara mendidihkan campuran zat
cair, kemudian memisahkan uap yang seimbang itu dari cairannya dan
mengkondensasikan uap yang telah dipisahkan tadi tanpa mengembalikan
kondensat itu ke dalam kolom. Metoda seperti ini disebut distilasi kesetimbangan
(equilibrium distillation) atau distilasi flash.
Metoda kedua berdasarkan pada pengembalian sebagian kondensat ke
dalam kolom. Pada keadaan seperti ini maka zat cair (kondensat) yang kembali
dibiarkan kontak secara baik dengan uap-uap dari bawah pada perjalanannya ke
kondensor. Metoda kedua ini dikatakan distilasi dengan refluks, sementara distilasi
flash adalah distilasi tanpa refluks. Kedua metoda distilasi ini dapat dilakukan baik
secara kontinyu maupun batch. Pertama akan dibahas distilasi kontinyu dalam
keadaan tunak (steady state), yang meliputi distilasi tanpa refluks (distilasi flash),
dan distilasi kontinyu dengan refluks (rectification).

1.4 DISTILASI FLASH


Distilasi flash terdiri dari tahapan proses sebagai berikut : penguapan
sebagian tertentu campuran zat cair sedemikian rupa sehingga uap yang
dibangkitkan dalam keadaan setimbang dengan cairan sisanya, kemudian

memisahkan

uap

itu

dari

cairannya,

dan

tahap

terakhir

adalah

mengkondensasikan uap yang telah dipisahkan dari cairannya.


Distilasi flash campuran biner
Dalam mempelajari sesuatu hampir selalu dimulai dari kondisi yang paling
sederhana.

Hal

ini

dimaksudkan

untuk

memberikan

konsep

dasar.

Yang

dimaksudkan dengan campuran biner adalah campuran yang hanya terdiri dari
dua komponen yang saling larut satu sama lain. Untuk memecahkan distilasi yang
terdiri dari tiga atau lebih komponen justru pemisahan seperti ini yang banyak
dijumpai dalam praktek, salah satunya dalam kilang minyak bumi akan disiasati
menggunakan konsep distilasi campuran biner.
Kesetimbangan fase cair-uap sistem biner
Apabila ke dalam suatu bejana tertutup dimasukkan campuran zat cair
yang terdiri dari dua buah komponen yang saling larut satu sama lainnya (Gambar
1.3) A dan B (A lebih volatil daripada B.
Uap
A+B

Cair
A+B

Gambar 1.3 Campuran biner A dan B


Untuk sistem yang mengikuti hukum Raoult, maka tekanan parsial suatu
komponen dalam campuran sama dengan fraksi molarnya dalam fase cair
dikalikan tekanan uap murninya pada temperatur yang sama, atau untuk suatu
sistem biner maka:
pA = xA PA ..... (1.3)

untuk

pB = (1 - xA) PB .. (1.4)

untuk

komponen A
komponen B
di mana:

pA

= tekanan parsial uap A


6

pB

= tekanan parsial uap B

PA

= tekanan uap A murni

PB

= tekanan uap B murni

xA

= fraksi molar A dalam fase cair

xB

= fraksi molar B dalam fase cair

Jika uap mengikuti Hukum Dalton tentang tekanan uap parsial, maka fraksi
molar komponen A di dalam fase uap dalam kesetimbangan dengan fase cair
diberikan oleh :
yA

pA
p
x P
= A= A A
p A + p B pt P total

....

(1.5)
dimana Pt = tekanan total
yA + yB = 1, maka :

1x
( A)P B
Pt
= 1 ...................................................
x A PA
+
Pt
(1.6)
yA

= Fraksi molar A dalam fase uap

yB

= Fraksi molar B dalam fase uap

Pt

= Tekanan uap total

Maka diperoleh :
xA
.
yA

(1.7)

x A PA
pt

.
di mana :

Pt P B
P A P B

(1.8)

xA = fraksi molar A (komponen yang lebih volatil dalam fase cair)


yA = fraksi molar A (komponen yang lebih volatil dalam fase uap)

Kurva

yang

memberi

hubungan

antara

yA

dan

xA

disebut

kurva

kesetimbangan sistem biner. Jika data tekanan uap Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 diubah
7

menjadi data kesetimbangan biner, maka hasilnya diberikan berturut-turut pada


Tabel 1.4 dan Tabel 1.5.
Tabel 1.4 Data kesetimbangan sistem biner heksana-oktana pada tekanan total
760 mmHg
Temperatur, oF
155,7
175
200
225
250
258,2

Fraksi molar heksana


Dalam fase cair
Dalam fase uap
x
y
1,0
1,0
0,689
0,929
0,401
0,781
0,1922
0,539
0,0452
0,1784
0,00
0,00

Tabel 1.5 Data kesetimbangan sistem biner benzena-toluena pada tekanan total
760mmHg
Temperatur, oF
176,2
180
185
190
195
200
205
210
215
220
225
230
231,1

Fraksi molar benzena


Dalam fase cair
Dalam fase uap
x
y
1,0
1,0
0,897
0,957
0,773
0,897
0,650
0,831
0,555
0,757
0,459
0,678
0,370
0,591
0,288
0,496
0,211
0,3939
0,141
0,281
0,075
0,161
0,013
0,031
0,0
0,0

Ilustrasi Distilasi Flash


Misalkan F molar suatu campuran dua komponen diumpankan ke dalam alat
distilasi. Konsentrasi umpan adalah xF (fraksi molar), komponen yang lebih volatil.
Misalkan f adalah fraksi molar umpan yang diuapkan dan diambil secara kontinyu
sebagai uap. Maka F(1-f) adalah fraksi molar umpan yang meninggalkannya
secara terus menerus sebagai cairan. Misalkan y dan x adalah konsentrasi (fraksi
molar) komponen yang lebih volatil dalam fase uap yang kemudian akan menjadi
kondensat dan fraksi molar dalam fase cair yang kemudian akan keluar sebagai
hasil dasar. Dengan neraca bahan (molar) untuk komponen yang lebih volatil
maka :

Catatan: Dalam unit operation tak terjadi reaksi kimia, maka neraca massa
(neraca bahan) juga merupakan neraca molar
F . xF = F. f y + F (1 - f) x
(1.9)
atau
xF

= f y + (1 - f) x

...
(1.10)
fy
= - (1 f ) x + xF ...
(1.11)
y =

x
( 1 f )
x+ F
f
f

(1.12)
Persamaan 1.12 disebut sebagai garis operasi distilasi flash.
Fraksi f tidaklah tetap tetapi tergantung pada enthalpy dari cairan umpan
yang panas dan enthalpy dari uap dan cairan yang meninggalkan flash
chamber. Untuk keadaan umpan tertentu, maka fraksi f dapat ditingkatkan
dengan flashing ke tekanan yang lebih rendah. Perhatikan Gambar 1.4, umpan
dipompa menggunakan pompa a melalui pemanas b dan tekanan diturunkan
menggunakan katup c.
Uap ke
kondensor F. f
mol,
yD

Umpan F
mol/jam, xF
Cairan F(1-f)
mol, xB

Gambar 1.4 Instalasi distilasi, a = pompa umpan (kolom), b = dapur


pemanas,
c = saluran uap katup pengetur tekanan, d = bejana flash,
e = saluran uap, g = saluran cairan
Campuran uap dan cairan masuk ke separator uap d, di mana cukup waktu
agar bagian uap dan cairan berpisah. Oleh karena kontak yang baik antara cairan
uap sebelum pemisahan, maka keadaannya merupakan keadaan kesetimbangan.
9

Uap meninggalkan separator melalui saluran e, dan cairan melalui saluran g.


Dalam persamaan (1.10) terlihat dua besaran yang belum diketahui yaitu x dan y.
Agar kita dapat menggunakan persamaan (1.10), maka harus tersedia hubungan
antara keduanya (x dan y). Hubungan seperti ini diberikan oleh kurva
kesetimbangan, karena x dan y adalah kordinat suatu titik pada kurva
kesetimbangan itu. Maka persamaan 1.10 dapat ditulis seperti tampak pada
persamaan (1.12).
Persamaan 1.12 adalah persamaan garis lurus dengan angka arah

( 1 f )
, dan dapat digambar pada diagram kesetimbangan. Koordinat
f
perpotongan garis ini dengan kurva kesetimbangan adalah x = x B dan y = yD = xD
(karena uapnya dikondensasikan). Perpotongan antara garis neraca bahan (garis
operasi) ini dengan diagonal x = y dapat digunakan dengan sangat praktis. Jika x
= xF, maka persamaan 1.12 memberikan:

y=

x
(1 f )
x F+ F
f
f

xF
x
+ x F + F =x F
f
f

Garis neraca bahan memotong diagonal pada harga x = x F untuk setiap harga f.

Contoh Soal 1.1


Suatu campuran 50% mole benzena dan 50 % mole toluena dikenakan pada
distilasi flash pada tekanan separator 1 atmosfer. Kurva kesetimbangan uap-cair
dan diagram titik didih terlihat berturut-turut dalam Gambar (1.5) dan Gambar
(1.6). Gambarlah plot besaran-besaran berikut, semua sebagai fungsi f (fraksi
yang diuapkan).
(a) temperatur dalam separator
(b) komposisi cairan yang meninggalkan separator
(c) komposisi uap yang meninggalkan separator
Jawaban :

10

( 1 f )
,
f

Untuk beberapa harga f maka telah dihitung besaran terkait

menggunakan besaran- besaran ini sebagai angka arah (slope). Sejumlah garis
lurus

masing-masing

melalui

titik

(x F,

x F)

telah

digambar

pada

kurva

kesetimbangan (Gambar 1.5). Garis-garis ini memotong kurva kesetimbangan


pada harga xB dan yD terkait. Temperatur setiap penguapan terlihat dalam Gambar
(1.6), hasilnya terlihat dalam Tabel (1.6) dan digambar pada Gambar (1.7). Batas
untuk 0% dan 100% penguapan adalah titik didih dan titik embun.

Gambar 1.5 Kurva kesetimbangan sistem benzena - toluena

11

TEMPERATUR, oC

FRAKSI MOL BENZENA

Temperatur

Fraksi benzena dalam


uap

Fraksi benzena dalam


cairan

TEMPERATUR, oC

FRAKSI MOL BENZENA

Gambar 1.6 Diagram titik didih sistem benzena-toluena pada tekanan 1atm

f-MOL DIUAPKAN PER MOL UMPAN

Gambar 1.7 Hasil Contoh Soal 1.1

12

Tabel 1.6 Data untuk Contoh Soal 1.1


Slope,
Fraksi yang

Konsentrasi fraksi mol C6H6


Temperatur,

diuapkan, f

( 1 f )
f

Cair, xB

Uap, yD

0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0

-4
-1,5
-0,67
-0,25
0

0,50
0,455
0,41
0,365
0,325
0,29

0,71
0,67
0,63
0,585
0,54
0,50

92,2
93,7
95,0
96,5
97,7
99,0

Contoh Soal 1.2. Ilustratif


Seratus kmol/jam campuran 40% mol benzena dan 60% mol toluena dikenakan
distilasi flash dengan tekanan separator 1 atm untuk memperoleh distilat akhir
dengan kemurnian minimum 60% mol benzena. Dengan menggunakan data Tabel
1.5 dan fraksi umpan setiap tahap yang diuapkan adalah f = 0.6, tentukan jumlah
tahap dan banyaknya distilat akhir yang diperoleh.
Jawaban :
Gambarlah
sistem

kurva

kesetimbangan

benzena-toluena

pada

tekanan 1atm seperti terlihat pada


Tabel 1.5 dan gambarnya terlihat
pada Gambar 1.8.

Gambar 1.8 Diagram kesetimbangan sistem benzena-toluena pada tekanan 1atm


13

F1 = 100 kmol/jam, xF1 = 0,40, f = 0,6 untuk setiap tahap.


F1 xF1 = D1 y1 + B1 x1
F1 (0,4) = 0,6 F1 y1 + F1 (1-0,6) x1
0,4 = 0,6 y+ 0,4 x
0,6 y = - 0,4x + 0,4
y=

0,4
0,4
x+
0,6
0,6

y = 0,67 x + 0,67
Garis operasi ini digambar pada kurva kesetimbangan sistem benzena-toluena.
Untuk x = 0, maka y = 0,67
Untuk y = 0, maka x = 1
diperoleh y1 atau xD1 = 0,48
D1 = 0,6 X 100 kmol/jam = 60 kmol/jam = F2, dan XF2 = 0,48, F = 0,6
F2 xF2 = D2 y + B2 x
F2 xF2 = 0,6 F2 y + (1 - 0,6) F2 x
xF2 = 0,6 y + 0,4 x
0,48 = 0,6 y + 0,4 x
y=

0,4
0,48
x+
0,6
0,6 = - 0,67 x + 0,18

Untuk x = 0, maka y = 0,8


Untuk y = 0, maka x =

0,8
0,67

= 1,19 diperoleh y2 atau xD2 = 0,56

dan distilat yang diperoleh pada tahap dua adalah 0,6 X 60 kmol/jam = 36
kmol/jam.
Untuk tahap ke 3
F2 0,56 = 0,6 F2 y + 0,4 F2 x
0,56 = 0,6 y + 0,4 x
y = - 0,67 X +

0,56
0,6

y = - 0,67 X + 0,933
Untuk x = 0, maka y = 0,933
14

Untuk y = 0 maka x = 1,393


xD tahap ke 3 adalah = 0,63
dan hasil distilat kolom ke 3 adalah 0,6 X 36 Kmol/jam = 21,6 kmol/jam.
Terlihat bahwa dengan distilasi flash (tanpa refluks) maka untuk menaikkan
kemurnian 23%, yaitu dari 40% menjadi 63%, diperlukan 3 tahap (3 kolom), lagi
pula hasil distilat yang diperoleh cukup kecil yaitu 21,6 kmol/jam dari umpan 100
kmol/jam. Lebih lanjut jika dilihat instalasi peralatannya yaitu:

Gambar 1.9 Instalasi distilasi flash 3 tahap


Terlihat bahwa paling tidak diperlukan 3 buah kondensor, 3 buah preheater
dan sebuah cooler (tidak essensial).
1.5

DISTILASI KONTINYU DENGAN REFLUKS (REKTIFIKASI)


Distilasi flash terutama digunakan untuk memisahkan komponen-komponen

yang mendidih pada beda temperatur yang besar (kurva kesetimbangan


cembung).

Tidak

efektif

untuk

memisahkan

komponen-komponen

yang

mempunyai volatilitas berdekatan (kurva kesetimbangan pipih), karena kemudian


baik uap yang dikondensasikan atau cairan residu keduanya jauh dari murni.
Dengan cara distilasi kembali secara suksesif (berurutan), maka sejumlah kecil
komponen yang mendekati murni akhirnya dapat diperoleh, tetapi cara ini sangat
tidak efektif untuk industri yang menghendaki komponen yang hampir murni
dalam jumlah besar, karena kemudian biaya pemisahannya akan sangat mahal.
Metode modern yang banyak digunakan baik dalam laboratorium maupun pabrik
adalah prinsip rektifikasi (rectification).
Rektifikasi pada sebuah plat ideal
15

Perhatikan satu plat tunggal dalam kolom atau serentetan plat ideal.
Penomoran plat bisa dimulai dari puncak kolom atau dari dasar kolom, namun
kebanyakan dimulai dari puncak kolom. Di sini plat-plat diberi nomor urut dari atas
(puncak) ke bawah dan bahwa plat yang ditinjau adalah plat ke-n dari atas terlihat
pada Gambar 1.10. Plat di atas plat ke-n adalah plat ke- n-1, dan plat di bawah
plat ke-n adalah plat ke-n+1. Subskrip digunakan pada semua besaran untuk
memperlihatkan titik asal dari besaran itu. Dua buah aliran fluida masuk ke plat
ke-n dan dua fluida meninggalkannya. Aliran cairan L n-1 mole/jam dari plat ke n-1
dan aliran uap Vn+1 mole/jam dari plat ke-n+1.
L = liquid (fase cair) dan V = Vapour (Uap) keduanya dikontakkan secara
baik. Aliran uap Vn mole/jam naik ke plat ke-n-1 dan aliran cairan L n mole/jam
turun ke plat n+1. Oleh karena fase uap, maka konsentrasinya (fraksi mole
komponen yang lebih volatil dalam fase uap dinyatakan dengan y, dan fraksi mole
komponen yang lebih volatil dalam fase cair dinyatakan dalam x) yang ditinjau
adalah sistem biner, maka konsentrasi aliran masuk dan keluar plat ke-n adalah:
Cairan masuk plat ke n adalah x n-1. Uap masuk plat ke n adalah y n+1. Cairan
meninggalkan plat ke n adalah xn. Uap meninggalkan plat ke n adalah y n.

Gambar 1.10 Diagram neraca bahan untuk plat-n

16

Gambar 1.11 memperlihatkan diagram titik didih untuk campuran yang ditangani,
empat konsentrasi mole komponen yang lebih volatil, yang diterangkan di atas.
Per definisi dari suatu plat ideal adalah bahwa uap dan cairan yang
meninggalkan plat ke-n adalah dalam kesetimbangan sehingga x n dan yn
menunjukan konsentrasi kesetimbangan. Ini terlihat pada Gambar 1.11. Oleh
karena konsentrasi di kedua fase naik dengan ketinggian kolom, maka x n-1 lebih
besar dari xn dan yn lebih besar dari yn+1. Walaupun aliran yang meninggalkan plat
adalah setimbang, namun yang masuk tidaklah setimbang. Hal ini dapat dilihat
dari Gambar 1.11. Jika uap dari plat ke-n+1 dan cairan dari plat ke-n-1 dibiarkan
kontak (bersinggungan) dengan baik, maka konsentrasinya cenderung bergerak
menuju ke keadaan kesetimbangan, seperti ditunjukkan dengan anak panah

TEMPERATUR, oC

dalam Gambar 1.11.

KONSENTRASI, FRAKSI MOL A

Gambar 1.11 Diagram titik didih memperlihatkan rektifikasi pada suatu plat ideal
Beberapa komponen yang lebih volatil A diuapkan dari cairan yang
menurunkan konsentrasi cairan dari x n-1 ke xn, dan beberapa komponen

yang

kurang volatil B akan mengembun dari fase uap sehingga menaikkan konsentrasi
dari yn+1 ke yn. Oleh karena aliran-aliran cairan pada titik-titik didihnya dan aliranaliran uap pada titik-titik embunnya, maka panas yang diperlukan untuk
menguapkan komponen A harus disuplai oleh panas yang dibebaskan oleh
kondensasi komponen B. Setiap plat dalam rentetan bertindak sebagai sarana
pertukaran dimana komponen A ditransfer ke aliran uap dan komponen B
17

ditransfer ke aliran cairan. Juga karena konsentrasi A, baik di dalam cairan


maupun uap naik dengan ketinggian kolom, maka temperatur turun dan
temperatur plat ke-n lebih tinggi dari temperatur plat ke-n-1, dan lebih rendah dari
temperatur plat ke-n+1.
Kombinasi Rektifikasi dan Stripping
Rangkaian alat pada Gambar 1.12 di mana umpan dimasukkan ke pemanas
atau penggodog (stell) tidak bisa menghasilkan produk bawah (di bawah tidak ada
refluks) yang mendekati murni akan komponen yang kurang volatil (B), karena
cairan di dalam penggodog tidak dikenakan pada rektifikasi.
KONDENSO
R
PANA
KELUA
R
REFLUK
KOLOM

HASIL
ATAS
(DESTILAT

UMPAN
PANAS MASUK

Gambar 1.12

HASIL DASAR

Reboiler dengan kolom fraksinasi, A = reboiler, B = permukaan

pemanas (heating surface), C = kolom, D = kondensor.


Pembatasan ini dihilangkan dengan memasukkan umpan pada salah satu
plat bagian tengah kolom sehingga umpan yang cair mengalir ke bawah kolom ke
penggodog, yang dalam instalasi tipe ini disebut reboiler dan dikenakan rektifikasi
dengan uap yang kembali (refluks) naik dari bawah kolom. Karena cairan yang
datang dari atas dan kontak dengan uap refluks.
Ua
p

18

Ua

Akumulat
or
Cairan

Seksi Rektifikasi

Kondensor

Seksi Stripping

Pompa
refluks

Umpan

Gambar 1.13

Plat
umpan
Ua
p
Caira
n
Pendingi
n
Hasil
bawah

Pendingi
n

Air
pendingin

Hasil
atas

Reboiler

Stea
m
trap

Kondensat

Menara (kolom) fraksinasi kontinyu dengan rektifikasi

dan stripping
Refluks telah terlucuti (stripped) komponen A, maka produk bawah mendekati
murni akan komponen B. Kolom fraksinasi kontinyu tipikal yang diperlengkapi
dengan perlengkapan yang diperlukan terdiri dari seksi rektifikasi dan stripping
seperti terlihat dalam Gambar 1.13.
Kolom A diberi umpan dekat bagian tengahnya dengan laju umpan tertentu
dan konsentrasi tertentu. Anggap bahwa umpan masuk pada titik didihnya.
Kejadian di dalam kolom tidak tergantung pada asumsi ini dan kondisi umpan
yang lain akan dibahas kemudian. Plat di mana umpan masuk disebut plat umpan
(feed plate). Semua plat di atas plat umpan membentuk bagian (seksi) rektifikasi
dan semua plat di bawah plat umpan termasuk plat umpan itu sendiri membentuk
bagian (seksi) stripping. Umpan mengalir ke bawah bagian stripping ke dasar
kolom, di mana permukaan tertentu (level) dipertahankan dengan maksud untuk
memberikan luas kontak antara fase cair dan fase uap di seluruh kolom
semaksimal mungkin agar supaya unjuk kerja kolom baik. Cairan mengalir ke
reboiler B. Ini adalah penguap (vaporizer) yang menggunakan steam (uap air)
sebagai medium pemanas yang membangkitkan uap dan mengembalikannya ke
bagian bawah (dasar) kolom di atas permukaan cairan.

19

Uap mengalir ke atas melalui seluruh kolom. Pada satu ujung reboiler
terdapat satu bendungan weir. Hasil bawah diambil dari sisi aliran hilir dari
bendungan (weir) dan mengalir melalui cooler G. Cooler ini berfungsi juga
sebagai pemanas pendahuluan (preheater) dari umpan dengan pertukaran kalor
dengan hasil dasar panas yang keluar dari reboiler. Uap yang naik melalui bagian
rektifikasi seluruhnya dikondensasikan di dalam kondensor C dan kondensat
dikumpulkan di dalam akumulator D, dimana permukaannya dipertahankan.
Pompa refluks P mengambil cairan dari akumulator dan mengirimkannya ke plat
puncak menara sebagai refluks. Refluks ini menyediakan cairan yang mengalir ke
bawah dalam bagian rektifikasi yang diperlukan untuk bertambah kontak dengan
uap yang mengalir ke atas. Tanpa refluks tak akan terjadi rektifikasi di seksi
rektifikasi dan konsentrasi hasil puncak tidak akan lebih besar dari konsentrasi
uap yang naik dari plat umpan. Kondensat tidak diambil dengan pompa refluks F
dan didinginkan dengan alat penukar kalor E yang disebut dengan product
cooler dan diambil sebagai hasil atas. Jika dijumpai keadaan di luar azeotrop baik
hasil atas maupun hasil bawah dapat diperoleh dengan kemurnian yang
diinginkan jika jumlah plat cukup dan tersedia refluks yang memadai.
Rangkaian alat Gambar 1.13 sering disederhanakan untuk instalasi yang
kecil. Sebagai ganti reboiler, heating coil dapat dipasang di dalam dasar kolom
dan menghasilkan uap. Kolom cairan kondensat sering ditempatkan di atas
puncak menara sedangkan pompa refluks dan akumulator ditiadakan. Refluks
kembali ke plat puncak secara gravitasi. Suatu katup khusus yang disebut refluks
splitter (pembagi refluks) dapat digunakan untuk mengatur laju alir refluks yang
kembali. Sisa kondensat merupakan produk atas.
1.6 PERANCANGAN DAN KARAKTERISTIK OPERASI KOLOM PLAT
Faktor penting dalam perancangan dan operasi kolom plat (plat columns)
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jumlah plat yang diperlukan untuk memperoleh pemisahan yang diinginkan


Diameter kolom
Masukan (kebutuhan) panas pada reboiler
Cairan panas (panas yang harus diambil) pada kondensor
Jarak antar plat (plate spacing)
Pemilihan tipe plat

7. Konstruksi rinci dari plat


Sesuai dengan prinsip dasar analisis unjuk kerja plate columns didasarkan
pada neraca bahan, neraca energi dan kesetimbangan fase.
20

Neraca bahan menyeluruh untuk sistem dua komponen (biner)


Gambar 1.14 menunjukkan diagram neraca bahan untuk sebuah instalasi
distilasi kontinyu tipikal. Kolom diberi umpan dengan F mole/jam dan konsentrasi
(fraksi mole komponen yang lebih volatil) x F, dan memberikan hasil puncak D
mole/jam dengan konsentrasi (fraksi mole komponen yang lebih volatil) x D dan B
mole/jam hasil dasar dengan konsentrasi fraksi mole komponen yang lebih volatil,
xB. Dua neraca bahan bebas dapat ditulis.
Neraca bahan total
F = D + B ..
(1.13)
Neraca bahan komponen
F xF = D xD + B xB ..
(1.14)
Eliminasi B dari kedua persamaan memberikan :

D x Fx B
=
F x D x B

....

(1.15)
Eliminasi D memberikan :

B x Dx F
=
F x D x B

....

(1.16)
Persamaan (1.15) dan (1.16) adalah benar untuk semua laju alir uap dan cairan di
dalam kolom.

21

Kondensor
Panas
keluar -qc
Akumulato
r
Refluks

Produk
atas D
xD

Reboil
er
Panas
masuk qr

Hasil dasar
B
xB

Gambar 1.14

Diagram neraca bahan untuk kolom fraksinasi kontinyu

Laju alir netto


Besaran D adalah beda antara laju alir masuk dan yang meninggalkan
puncak kolom. Neraca bahan sekitar kondensor dan akumulator dalam Gambar
1.14 memberikan :
D = Va La ..
(1.17)
Beda antara laju alir uap dan cairan di mana saja di bagian atas kolom
(seksi rektifikasi) adalah sama dengan D seperti terlihat di daerah kontrol I.
Daerah kontrol I ini meliputi kondensor dan semua plat di atas plat ke-n+1. Neraca
bahan di daerah kontrol I memberikan :
D = Vn+1 Ln

..

(1.18)
Sehingga D adalah laju alir netto dari bahan yang naik ke atas kolom dan
bahan yang turun dari atas kolom di dalam seksi rektifikasi. Tak peduli adanya
perubahan V dan L, namun bedanya adalah konstan dan sama dengan D. Neraca
bahan serupa untuk komponen A memberikan persamaan :

22

D xD = Va ya La xa = Vn+1 yn+1 Ln xn ..
(1.19)
Besaran D xD adalah laju alir netto komponen A di seksi atas kolom
(rektifikasi). Ini juga konstan di seluruh bagian rektifikasi. Di seksi bawah kolom
(stripping), laju alir netto juga konstan tetapi pada arah ke bawah laju alir netto
total sama dengan B, sedangkan untuk komponen A adalah B x B. Persamaan
berikut berlaku :
B

Lb

Vb

Lm

Vm+1

(1.20)

B xB = Lb xB Vb yb = Lm xm Vm+1 ym+1 ...


(1.21)
Subskrip m digunakan sebagai ganti n menyatakan plat umum di seksi stripping.
Garis operasi
Oleh karena terdapat dua seksi di dalam kolom, maka juga terdapat dua
garis operasi, satu untuk seksi rektifikasi dan satu lainnya untuk seksi stripping.
Metode McCabe-Thiele menjabarkan garis operasi dari neraca massa sementara
Metode Sorel Ponchon-Savarit dari neraca energi (panas).
Metode McCabe- Thiele
Pertama ditinjau seksi rektifikasi disebut juga seksi enriching. Dari
persamaan (1.19) diperoleh:

Va
yn+1 =

y a L x
V n+1
a

Ln
x +
V n +1 n

...

(1.22)
Substitusi untuk Vaya Laxa dengan D xD memberikan :

Ln

D xD

yn+1 = V n+1 x n+ V n+1

(1.23)
Slope garis operasi ini dari persamaan (1.23) sebagaimana biasanya adalah
rasio laju alir cairan dengan laju alir uap. Untuk analisis selanjutnya adalah praktis
untuk menghilangkan Vn+1 dari persamaan (1.23) dengan persamaan (1.18)
memberikan :

23

yn+1

Ln
D xD
xn +
Ln + D
Ln + D

..

(1.24)
Untuk bagian kolom di bawah plat umpan, neraca bahan memberikan (meliputi
daerah kontrol II) :
Vm+1 ym+1 = Lm xm B xB .
(1.25)
Dalam bentuk lain menjadi :

y m+1 =

Lm
B xB
x m
V m +1
V m +1

...

(1.26)
Ini adalah persamaan garis operasi seksi stripping. Sekali lagi slope adalah
rasio laju alir cairan terhadap laju alir uap. Dengan mengeliminasi V m+1 dari
persamaan (1.26) dan persamaan (1.20) memberikan :

y m+1 =

Lm
B xB
x m
Lm B
LmB

..

(1.27)
Apabila garis-garis operasi persamaan (1.24) dan (1.27) digambarkan
dengan kurva kesetimbangan x y, maka penggambaran langkah demi langkah
McCabe Thiele dapat digunakan untuk menghitung jumlah plat ideal yang
diperlukan untuk memperoleh beda konsentrasi tertentu, baik di dalam seksi
rektifikasi maupun seksi stripping. Namun dapat dilihat dengan memperhatikan
persamaan (1.24) dan (1.27) apakah L n dan Lm konstan atau tidak, maka garisgaris operasi dapat dilukis hanya jika perubahan laju-laju alir internal ini dengan
konsentrasi diketahui. Neraca enthalpi diperlukan dalam hal yang umum untuk
menentukan posisi dari kurva garis operasi. Cara untuk melakukan ini diberikan
kemudian.
Constant Molal Overflow (Laju Alir Molar Konstan)
Untuk sebagian besar proses distilasi, laju alir molar uap dan zat cair di
setiap bagian kolom (plat) mendekati konstan, sehingga garis-garis operasi dapat
dikatakan hampir lurus. Kesimpulan (pendekatan) ini dari kenyataan bahwa panas
penguapan molar yang hampir sama, sehingga setiap mole komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan mengkondensasi ketika uap bergerak ke atas kolom
24

menyediakan panas untuk menguapkan kira-kira 1 mole senyawa yang titik


didihnya rendah (lebih volatil).
Sebagai contoh panas penguapan molar dari toluena dan benzena berturutturut adalah 7960 kalori/mole dan 7360 kalori/mole, sehingga 0,92 mole toluena
yang mengembun akan memberikan panas yang cukup untuk menguapkan 1
mole benzena. Perubahan enthalpi dari aliran cairan dan uap dan panas hilang
dari kolom sering memerlukan sedikit lebih uap yang terbentuk pada dasar
sehingga perbandingan molar dari aliran uap pada dasar kolom terhadap aliran
molar di atas sering mendekati 1.0. Di dalam perancangan kolom biasanya dipakai
konsep constant molar overflow (laju alir molar konstan) yang berarti bahwa
dalam persamaan (1.18) sampai (1.27). Subskrip n, n+1, n-1, m, m+1, dan m-1
pada L dan V bisa ditinggalkan. Dalam model yang disederhanakan, persamaan
neraca bahan (massa) adalah linear, dan garis operasi adalah lurus. Suatu garis
operasi dapat dilukis jika koordinat-koordinat dua titik padanya diketahui.
Sehingga Metode McCabe Thiele dapat digunakan tanpa memerlukan neraca
energi bilamana yang ingin diketahui (dirancang) adalah jumlah plat ideal,
diameter kolom, jarak antar plat (tray spacing) dan tinggi kolom tanpa
menginginkan beban kondensor dan reboiler.
Perbandingan Refluks (reflux ratio)
Analisis kolom fraksinasi dipermudah (difasilitasi) dengan besaran yang
disebut dengan Perbandingan Refluks (reflux ratio). Terdapat dua macam reflux
ratio, pertama ratio antara refluks dan hasil atas, dan yang kedua adalah
perbandingan antara refluks dengan laju alir molar uap masuk ke kondensor.
Kedua macam ratio itu menunjukkan besaran-besaran di bagian seksi rektifikasi.
Persamaan untuk rasio-rasio ini adalah :

R D=

L V D
=
D
D

dan

RV =

L
L
=
D L+ D

..

(1.28)

Di dalam buku ini dipakai :

R D=

L
D

Jika pembilang dan penyebut pada ruas kanan persamaan (1.24) dibagi oleh D :

25

Ln
D

D
x
D D
y n+1=
x+
Ln D n L n D
+
+
D D
D D
y n+1=
....

RD
x
xn+ D
R D +1
R D +1

.....................................................

(1.29)

Persamaan (1.29) adalah persamaan garis operasi seksi rektifikasi. Intersep

(titik potong) garis itu dengan sumbu y adalah

xD
R D +1 . Konsentrasi (fraksi mole)

ditetapkan dari kondisi rancangan, sedangkan RD adalah refluks rasio yang


merupakan variabel operasi yang bisa diatur. Akan diatur pembagian antara
refluks dan hasil atas (distilat) atau dengan mengubah jumlah uap yang terbentuk
di reboiler untuk laju alir produk atas tertentu. Titik pada ujung atas garis operasi
dapat diperoleh dengan menetapkan :
xn = xD persamaan (1.29)

y n+1=

RD
x
x (R + 1)
x D+ D = D D
=x D
R D +1
R D +1
R D +1

(1.30)
Atau garis operasi seksi rektifikasi memotong diagonal, kurva kesetimbangan x-y
pada titik (xD, xD). Hal ini benar baik untuk kondensor total atau parsial.
Kondensor dan Plat Puncak
Penggambaran McCabe Thiele untuk plat puncak tidak tergantung pada
kerja kondensor. Gambar 1.15 memperlihatkan diagram neraca bahan untuk plat
puncak dan kondensor.
Uap

Cairan

Uap
Cairan

Kondenso
r akhir

Gambar 1.15

Uap

Cairan

Diagram neraca bahan untuk plat puncak dan kondensor. (a)

plat puncak

26

(b) kondensor (c) kondensor parsial dan kondensor akhir


Konsentrasi uap dari plat puncak adalah y 1 dan untuk refluks ke plat puncak
adalah xc. Sesuai dengan sifat-sifat umum garis operasi ujung atas garis ini adalah
titik (xc, y1). Salah satu pengaturan sederhana untuk memperoleh refluks dan
cairan produk yang sering dipakai adalah kondensor total (Gambar 1.15b) yang
mengkondensasikan semua uap dari kolom dan mensuplai baik refluks maupun
produk atas. Jika kondensor total tunggal dipakai, konsentrasi uap dari plat
puncak, konsentrasi refluks ke plat puncak dan konsentrasi produk atas adalah
sama dan semuanya dinyatakan dengan x D. Titik terminal garis operasi menjadi
titik (xD, xD) yang adalah titik potong garis operasi dengan diagonal. Segitiga abc
dalam Gambar 1.16a menunjukkan plat puncak.

(a)
Gambar 1.16

(b)

Penggambaran grafis untuk plat puncak. (a) menggunakan

kondensor total
(b) menggunakan kondensor parsial dan kondensor akhir.
Jika digunakan kondensor parsial atau deflegmator (dephlegmator), maka
refluks cair tidak mempunyai konsentrasi yang sama dengan komposisi produk
atas berarti xc xD. Kadang-kadang digunakan dua kondensor pada seri pertama
dalam kondensor parsial untuk menyediakan refluks (kondensat seluruhnya
dipakai

untuk

refluks),

baru

kemudian

kondensor

akhir

(kedua)

untuk

menyediakan produk atas cair. Susunan seperti ini terlihat pada Gambar 1.15c.
Uap yang meninggalkan kondensor parsial mempunyai komposisi y yang sama
dengan xD. Pada kondisi ini maka diagram Gambar 1.16b dapat digunakan. Garis
operasi melewati (xD, xD) pada diagonal, tetapi untuk kolom yang ditinjau maka
garis operasi berakhir pada titik a yang sudah tentu mempunyai koordinat (x C,
y1). Segitiga a b c Gambar 1.16b menunjukkan plat puncak dalam kolom. Oleh
karena

uap

meninggalkan

kondensor

parsial

biasanya

dalam

keadaan
27

kesetimbangan dengan kondensat cair, maka komposisi uap y adalah harga


ordinat kurva kesetimbangan dimana absisnya adalah x c seperti terlihat dalam
Gambar 1.16b. Kondensor parsial ditunjukkan oleh segitiga garis patah-patah a b
c, sama dengan tambahan plat teoritis di dalam alat distilasi. Sering dianggap
bahwa kondensor hanya mengambil panas laten dan kondensat adalah cairan
pada titik didihnya. Sehingga refluks L sama dengan L c refluks dari kondensor dan
V = V1. Bilamana refluks diinginkan di bawah titik didihnya, maka bagian uap yang
datang ke plat 1 harus berkondensasi untuk memanaskan refluks, sehingga V 1 < V
dan L > LC. Asumsi refluks pada titik didihnya telah dilakukan untuk penanganan
sebelumnya.

Plat dasar dan reboiler


Kerja dari plat dasar adalah analog dengan plat puncak sehingga
persamaan (1.27) dilukis untuk konsep constant molar overflow menjadi :

y m+1 =

B xB
L
xm
LB
LB

...

(1.31)
Bila xm diset sama dengan xB dalam persamaan (1.31), maka y juga sama
dengan xD, sehingga garis operasi untuk seksi stripping memotong diagonal pada
titik (xB, xB). Ini benar, tak peduli apapun tipe reboilernya sepanjang hanya satu
macam hasil dasar. Garis operasi bawah dapat digambar menggunakan titik (x B,

xB) dan slope

L
LB

, tetapi metode yang lebih praktis diterangkan dalam

pembahasan tentang plat umpan (feed plate) pada bagian berikutnya. Diagram
neraca bahan untuk

plat dasar dan reboiler

terlihat

Gambar

dalam

1.17.

Titik

terendah pada garis

operasi untuk kolom ini

adalah titik pada plat

dasar (xB, yr), dimana xB

dan

konsentrasi dalam cairan

yang

yr

adalah

meninggalkan

plat

konsentrasi uap yang

dasar

dan

datang dari reboiler.


Plat B

Uap
air

28

Kondensa
t

Gambar 1.17

Diagram neraca bahan untuk plat dasar dan reboiler

Namun sebagaimana terlihat sebelumnya, garis operasi dapat diperpanjang


memotong diagonal pada titik (xB, xB). Dalam reboiler tipe umum (reboiler parsial),
Gambar 1.13 dan Gambar 1.17, uap meninggalkan reboiler dalam keadaan
kesetimbangan dengan zat cair yang meninggalkannya sebagai hasil dasar. Maka
xB dan yr adalah koordinat suatu titik pada kurva kesetimbangan dan reboiler
bertindak sebagai plat ideal, Dalam Gambar 1.18 terlihat gambaran grafis untuk
reboiler (segitiga c d e) dan plat dasar (segitiga a b c).
Kurva
kesetimbanga
n

Gambar 1.18

Garis
operas
i

Gambaran grafis plat dasar dan reboiler segitiga c d e; reboiler

segitiga a b c;
plat dasar
Reboiler seperti itu disebut partial reboiler (reboiler parsial). Gambar rinci
terlihat pada Gambar 1.19.
Uap keluar
Shell
Uap air masuk
Dudukan buluh

Bendungan /weir

Buluh
Umpan cair
Kondensat keluar

Buffle

Cairan panas keluar

29

Gambar 1.19

Reboiler tipe ketel

Plat Umpan (Feed Plate)


Pada plat di mana umpan dimasukkan, laju alir cairan atau laju alir uap
mungkin berubah tergantung pada kondisi thermal (temperatur) umpan. Gambar
1.20 memperlihatkan secara diagram aliran cairan dan uap masuk dan keluar plat
umpan. Gambar 1.20a umpan berupa cairan di bawah titik didihnya (sub cold
liquid) dan seluruh umpan menambah cairan yang mengalir ke bawah kolom.
Sebagai tambahan beberapa uap berkondensasi untuk memanaskan umpan
sampai ke titik didihnya. Ini membuat aliran cairan sedikit lebih besar di seksi
stripping dan menurunkan aliran uap di seksi rektifikasi. Di dalam Gambar 1.20b,
umpan pada titik didihnya. Tidak diperlukan kondensasi untuk memanaskan
umpan sampai titik didihnya sehingga

Gambar 1.20

V =V

dan

L=F+
L.

Aliran melalui plat umpan untuk berbagai kondisi umpan yang

berbeda:
(a) Umpan
(b) Umpan
(c) Umpan
(d) Umpan
(e) Umpan

merupakan cairan dingin (di bawah titik didihnya)


pada titik didihnya (cair jenuh)
teruapkan parsial (cair dan uap)
merupakan uap jenuh (saturated vapour)
pada keadaan uap panas lanjut (superheated vapour)

Jika umpan sebagian adalah uap seperti yang ditunjukkan oleh Gambar
1.20c, maka bagian cair umpan menjadi bagian dari

dan bagian uapnya

merupakan bagian dari V. Jika umpan adalah berupa uap jenuh seperti terlihat
pada Gambar 1.20d, maka seluruh umpan merupakan bagian dari V sehingga

L= L

dan

V =V +F . Terakhir jika umpan adalah uap panas lanjut

(superheated vapour) seperti terlihat pada Gambar 1.20e, bagian dari cairan dan
kolom rektifikasi diuapkan untuk mendinginkan umpan ke suatu keadaan uap
jenuh. Maka uap di seksi rektifikasi terdiri dari (1) uap dari seksi stripping, (2)
30

umpan, (3) mole tambahan yang teruapkan selama mendinginkan umpan. Cairan
yang mengalir ke seksi stripping adalah lebih kecil daripada cairan di seksi
rektifikasi dengan sejumlah uap tambahan yang terbentuk. Semua 5 tipe umpan
dapat dikarakterisasi menggunakan faktor tunggal yang dinyatakan dengan q dan
didefinisikan sebagai mole, cairan yang mengalir di dalam seksi stripping yang
dihasilkan dari pemasukan setiap mole umpan, maka q mempunyai batas numerik
untuk berbagai macam kondisi.

Umpan
Umpan
Umpan
Umpan
Umpan

di bawah titik didihnya (sub cold liquid), q > 1


pada titik didihnya, q = 1
merupakan campuran uap dan cair, maka 0 < q < 1
pada titik embunnya, q = 0
berupa uap panas lanjut (superheated vapour), q <0

Jika umpan berupa campuran cairan dan uap, maka q adalah fraksi cairnya.
Umpan seperti itu dapat dihasilkan dengan operasi distilasi flash (kesetimbangan),
sehingga q = 1 f, di mana f adalah fraksi aliran umpan mula-mula yang diuapkan
flash. Harga q untuk umpan berupa zat cair di bawah titik didihnya (sub cooled
liquid) diperoleh dari persamaan :
q

.
di mana :

Cp L ( T bT F )

(1.32)

CpL

= panas jenis cairan

Tb

= titik didih (boiling point) umpan

TF

= temperatur umpan

= panas penguapan umpan

Harga q untuk umpan berupa uap panas lanjut persamaan menjadi :


q

di mana :

Cpv

= panas jenis uap

Td

= titik embun (dew point) umpan

TF

= temperatur umpan

= panas penguapan umpan

Cp v ( T F T d )

(1.33)

Garis umpan (Feed line = q-line)


Harga q yang diperoleh dari persamaan (1.32) dan (1.33) dapat digunakan
bersama-sama dengan neraca bahan untuk memperoleh tempat kedudukan
31

semua titik perpotongan garis-garis operasi. Persamaan garis tempat kedudukan


titik-titik perpotongan garis-garis operasi ini dapat diperoleh sebagai berikut.
Kontribusi aliran umpan pada aliran cairan di dalam seksi stripping adalah qF,
sehingga laju alir total di seksi stripping :

L=L+q
F

LL=q
F

dan

..

(1.34)
Demikian pula kontribusi aliran umpan pada laju alir internal uap adalah F
(1-q) dan dengan demikian laju alir total uap di seksi rektifikasi adalah :

V =V + F (1q)

dan

V V =F(1q)

(1.35)
Untuk constant molar overflow persamaan neraca bahan untuk dua seksi adalah
:

V yn+1=L x n + D x D

..

(1.36)

V ym+1 = L x mB x B

(1.37)
Untuk menentukan titik di mana dua garis operasi berpotongan y n+1 = ym+1
= y dan xn = xm = x, dan kurangkan persamaan 1.37 dari persamaan (1.36).

y ( V V )= ( L L ) x + D x D + B x B

..

(1.38)
Dari persamaan (1.14), maka dua suku terakhir dalam persamaan (1.38)
dapan diganti dengan F xF dan juga dengan mensubstitusi
(1.34) dan

V V

L L

dari persamaan

dari persamaan (1.35) dan dengan menyederhanakannya

akan menghasilkan:
y=

xF
q
x+
(1q) (1q)

(1.39)
Persamaan (1.39) menunjukkan persamaan garis lurus dan disebut garis
umpan (feed line) atau dikenal dengan garis q, yang merupakan perpotongan
garis-garis operasi berada atau tempat kedudukan titik-titik potong garis operasi.
Kedudukan garis hanya tergantung pada x F dan q. Slope garis umpan adalah
32

q
1q , sebagaimana dapat diperagakan dengan mensubstitusikan x untuk y
dalam persamaan (1.39) dan penyederhanaan garis memotong diagonal pada x =
xF.
Menggambar garis-garis operasi
Cara paling sederhana penggambaran garis-garis operasi :
1. Gambar garis umpan feed line atau q-line.
2. Hitung intersep

xD
( R D +1)

garis operasi atas. Seksi rektifikasi dan intersep

garis ke titik (xD, xD).


3. Gambar garis operasi bawah atau garis operasi seksi stripping melalui titik (x B,
xB). dan titik potong garis operasi atas dengan garis umpan (q-line). Garis-garis
operasi terlihat pada Gambar 1.21 yang memperlihatkan hasil dari prosedur
ini.
Dalam Gambar 1.21 dilukis garis-garis operasi untuk berbagai tipe umpan
dengan asumsi bahwa xF, xB, L dan D konstan.

Gambar 1.21.

Pengaruh kondisi umpan pada garis umpan.

ra

: umpan berupa cairan di bawah titik didihnya (sub cold liquid)

rb

: umpan pada titik didihnya

rc

: umpan merupakan campuran uap dan cairan

rd

: umpan pada keadaan uap jenuh

re

: umpan pada keadaan uap panas lanjut (superheated vapour)

33

Lokasi plat umpan


Setelah garis-garis umpan operasi dilukis, jumlah plat ideal dibuat
penggambarannya langkah demi langkah seperti biasa sebagaimana terlihat pada
Gambar 1.22. Penggambarannya dapat dimulai dari dasar garis operasi stripping
atau dari puncak garis operasi rektifikasi. Dalam contoh ini, penggambaran
dimulai

dari

atas

dan

kondensor

dianggap

berupa

kondensor

total.

Jika

perpotongan garis-garis operasi didekati, maka harus diputuskan kapan langkah


itu pindah dari garis operasi atas ke garis operasi bawah. Pergantian itu harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga pengayaan maksimum per plat dicapai dan
jumlah plat sesedikit mungkin.
Gambar 1.22 memperlihatkan kriteria ini dijumpai jika perpindahan
dilakukan segera setelah suatu harga x dicapai yang lebih kecil dari x F. Koordinat
perpotongan dua garis operasi plat umpan selalu ditunjukkan oleh segitiga yang
mempunyai satu sudut pada garis operasi seksi rektifikasi dan satu pada garis
operasi seksi stripping. Pada posisi optimum ini, segitiga yang menunjukkan plat
umpan tak memihak perpotongan garis-garis operasi perpindahan dari satu garis
operasi ke garis operasi lainnya. Kedudukan plat umpan dapat diambil pada setiap
tempat antara titik a dan b dalam Gambar 1.22. Tetapi jika plat umpan diambil di
mana saja pada kedudukan optimum, maka dimaksimalkan untuk mencari jumlah
plat yang kecil. Sebagai contoh jika plat umpan pada Gambar 1.22 adalah nomor
7, maka jumlah tahap yang lebih kecil ditunjukkan oleh garis patah-patah
memberikan jumlah plat ideal yang diperlukan adalah kira-kira 8, plus sebuah
reboiler. Sementara hanya diperlukan 7 plat bila plat umpan adalah plat nomor 5,
plus sebuah reboiler. Jadi apabila plat umpan adalah plat nomor 7, maka jumlah
plat ideal adalah 8 plus sebuah reboiler dan bilamana plat umpan adalah plat
nomor 5, maka jumlah plat ideal yang diperlukan adalah 7 buah plus sebuah
reboiler.

34

Gambar 1.22

Kedudukan plat umpan optimum dengan umpan pada

plat ke-5
(kedudukan optimum) dengan umpan pada plat ke 7
Perlu dicatat bahwa cairan pada plat umpan tidak mempunyai komposisi
yang sama seperti komposisi umpan, kecuali bila secara kebetulan lokasi plat
umpan adalah optimum. Bilamana ruang analisis unjuk kerja sebuah kolom aktual
(sesungguhnya), pergantian dari satu garis operasi dengan lainnya harus
dilakukan dengan plat umpan sesungguhnya. Oleh sebab perubahan komposisi
umpan dan efisiensi plat yang tak menentu, maka kolom yang besar sering
dioperasikan dengan umpan masuk pada beberapa plat di atas atau di bawah
lokasi plat umpan optimum. Jika terantisipasi suatu perubahan komposisi umpan
yang cukup besar, maka lokasi plat alternatif dapat digunakan.
Kebutuhan pemanasan dan pendinginan
Panas hilang dari suatu kolom besar terisolasi, relatif lebih kecil dan kolom
itu sendiri praktis adiabatic. Efek panas di seluruh unit (kolom) praktis terbatas
pada kondensor dan reboiler. Jika panas laten molar rata-rata adalah dan
perubahan panas sensibel total dalam aliran fasa cair adalah kecil, panas yang
ditambahkan pada reboiler qr, qr adalah

bisa dalam Btu/jam atau Watts.

Bila mana umpan adalah pada fasa cair pada titih didihnya (q=1), maka panas
yang disuplai pada reboiler adalah sama dengan panas yang diambil pada
kondensor. Tetapi pada harga q yang lain maka hal ini tidak benar.
Jika digunakan uap jenuh sebagai pemanas, maka banyaknya uap air yang
diperlukan pada reboiler :
35

m s=

V
o .

(1.40)
di mana :

ms

= massa uap air (steam) yang diperlukan

V = uap dari reboiler (refluks bawah)


o = panas laten uap air (steam)
= panas laten molar campuran (cairan yang masuk reboiler)
Jika dipakai air sebagai medium pendingin pada kondensor dan kondensat
bahan merupakan cairan pada titik didihnya, maka pendingin yang diperlukan
adalah :

mc =

V
V
=
T 2T 1 T 2T 1 ..

(1.41)
di mana :

mc

= massa air pendingin yang diperlukan

T2 T1 = kenaikan temperatur air pendingin


Contoh soal 1.3 :
Sebuah kolom fraksinasi kontinyu dirancang untuk memisahkan 30.000 lb/jam,
suatu campuran 40% benzena dan 60% toluena menjadi produk atas (distilat)
yang mengandung 97% benzena dan produk bawah yang mengandung 98%
toluena. Semua persentase itu merupakan persentase berat. Digunakan refluks
ratio 3,5 mole/mole produk. Panas laten molar benzena dan toluena adalah 7360
kal/gmole dan 7960 kal/gmole. Kurva kesetimbangan molar terlihat dalam Gambar
1.23. Umpan mempunyai titik didih 95oC pada tekanan 1 atm.
a) Hitung mole produk atas dan bawah per jam
b) Tentukan plat ideal dan kedudukan plat umpan jika umpan berupa cairan
pada titih didihnya
c) Jika umpan adalah cairan pada 20C (panas jenis 0,44 btu/lbF)
d) Jika umpan adalah campuran 2/3 uap dan 1/3 cair
e) Jika dipakai steam (uap air) pada tekanan 20 lb/in 2 gauge sebagai pemanas,
berapa banyak steam yang dibutuhkan per jam untuk setiap kasus di atas.
Abaikan panas hilang dan anggap bahwa refluks adalah cair jenuh

36

f) Jika air pendingin masuk kondensat pada temperatur 80 oF (26,7oC) dan


meninggalkannya

pada

150oF

(65,5oC),

berapa

air

pendingin

yang

diperlukan dalam galon/menit?


Jawaban
a) Berat molekul benzena adalah 78 dan berat molekul toluena adalah 92.
Konsentrasi umpan hasil puncak dan hasil dasar dalam fraksi mole benzena
adalah :

xF =

xD =

40
78
40 60
+
78 92
97
78
97 3
+
78 92

= 0,44

= 0,974

2
78
xB =

2 98
+
78 92

= 0,0235

Berat molekul rata-rata umpan adalah :

100
40 60
+
78 92

= 85,8

Panas penguapan rata-rata umpan adalah :


= 0,44 (7360) + 0,56 (7960) = 7696 kal/gmole
Laju alir umpan F adalah :

30000
85,8

= 350 lbmole/jam

Menggunakan neraca bahan menyeluruh untuk benzena persamaan (1.15)


D = 350

0,44 0,0235
= 153,4 lbmole/jam, atau 1,931.10-2 kmole/detik
0,9740,0235

B = 350 153,4 = 196,6 lbmole/jam = 2,475.10-2 kmole/detik


b) Langkah pertama adalah menggunakan diagram kesetimbangan dan padanya
tarik garis vertikal pada xD, xF dan xB. Garis-garis ini diperpanjang sampai
diagonal dari diagram (lihat Gambar 1.23).
37

Garis umpan

Gambar 1.23
Contoh soal 1.3 bagian b
Langkah kedua adalah melukis garis umpan. Di sini f = 0 atau q = 1 dan garis
umpan adalah vertikal dan adalah kelanjutan dari garis x = x F.
Langkah ketiga adalah menggambar garis-garis operasi. Perpotongan (intersep)
garis operasi atas pada sumbu y adalah dari persamaan 1.29.

0,974
3,5+ 1

= 0,216

Dan perpotongan garis operasi ini dan garis umpan (garis q). Tariklah garis
operasi seksi stripping.
Langkah keempat adalah menggambar tangga-tangga tegak antara kedua garis
operasi

dan

kurva

kesetimbangan.

Dalam

menggambar

tangga

(step)

perpindahan dari garis operasi seksi rektifikasi ke garis operasi seksi stripping
adalah pada tangga (plat) ke 7. Dengan menghitung jumlah tangga (langkah)
plat diperoleh bahwa di samping reboiler diperlukan 11 plat ideal dan umpan
dimasukkan pada plat ke 7 dari puncak.

kal

c) Panas laten penguapan umpan adalah 7696 gmol

454 gmol
lbmol

= 13856

1Btu
252,16 kal

Btu
lbmol . Substitusi ke dalam persamaan (1.32)

memberikan :
q=1+

0,44 ( 9520 )( 1,8 ) 85,84


13856

= 1,37

38

Dari persamaan (1.39) slope garis umpan adalah

1,37
(11,37) = 3,7

Bilamana tangga-tangga digambar untuk kasus ini seperti terlihat dalam


Gambar (1.24) diperoleh sebuah reboiler dan 10 buah plat ideal diperlukan dan
bahwa umpan dimasukkan pada plat nomor 5.

Garis
umpan

Gambar 1.24

Contoh soal 1.3c

d) Dari definisi q untuk kasus ini, maka q = 1/3 dan slope garis umpan (garis q)
adalah -0,5. Penyelesaiannya terlihat dalam Gambar 1.25. Dibutuhkan sebuah
reboiler dan 12 plat dengan umpan dimasukkan pada plat 7.

Garis
umpan

Gambar 1.25

Contoh 1.3d

39

e) Laju alir uap di dalam seksi rektifikasi yang harus dikondensasikan di dalam
kondensor adalah 4,5 mole per mole hasil puncak atau 4,5 x 153,4 lbmole/jam
= 690 lbmole/jam.
Dari persamaan (1.35) yaitu :

V V =(1q)F
V =V (1q)F

V =690(1q) F
Dengan menggunakan panas penguapan toluena ketimbang panas penguapan
benzena akan sedikit konservatif dalam rancangan (aman), = 7960 kal/gmole
x 1,8 = 14328 BTU/lbmole.
Panas penguapan dari 1 lb steam pada 20 lb/in 2 gauge adalah 939 BTU (tabel
steam). Dari persamaan (1.40) massa steam yang diperlukan :

o
ms =

14328
V =
939

14328
939

[ 690350 ( 1q ) ]

Hasilnya diberikan dalam Tabel 1.7


Tabel 1.7 Penyelesaian Contoh soal 1.3 Bagian e
Massa steam yang
Kasus

(b)
(c)
(d)

1,0
1,37
0,333

diperlukan

ms ,

Jumlah plat
ideal

lb/jam
10530
12500
6970

11
10
12

f) Air pendingin yang diperlukan sama untuk setiap kasus dari persamaan (1.41)
o

mC =

14328 x 690
( 15080) = 141230 lb/jam = 17,9 kg/detik

Air yang dibutuhkan adalah :


141230/(60 x 8,33) = 283 galon/menit
Penggunaan umpan dingin dalam kasus ini memerlukan sejumlah plat yang
lebih kecil, tetapi hal ini bukan alasan yang baik untuk menghilangkan pemanasan
awal umpan karena lebih banyak steam yang akan digunakan dalam reboiler. Juga
penguapan sebagian dari umpan, kasus (d) bukanlah kelebihan dari sisi harga
energi, karena energi untuk memanaskan umpan tidak dimasukkan dalam
perhitungan di atas.
Jumlah plat minimum

40

Oleh karena slope garis operasi rektifikasi adalah

RD
R D +1 , maka slope naik

apabila perbandingan refluks R D naik sampai jika RD tak terhingga, V = L, dan


angka arah (slope)-nya adalah 1. Sehingga kedua garis operasi berimpit dengan
diagonal. Kondisi ini disebut refluks total. Pada refluks total jumlah plat adalah
minimum, tetapi umpan hasil puncak dan hasil dasar adalah nol untuk setiap
kolom. Refluks total menunjukkan suatu pembatas dalam operasi menara
fraksionasi. Jumlah plat minimum yang diperlukan untuk suatu pemisahan dapat
dicari dengan menggambar tahap (tangga, step) pada diagram x-y antara
komposisi xD dan xB menggunakan garis dengan sudut 45o sebagai garis operasi
kedua seksi dalam kolom.

Oleh karena tidak ada umpan di suatu kolom yang

beroperasi pada refluks total ada discontinuity antara seksi atas dan seksi
bawah. Untuk kasus khusus campuran ideal tersedia metoda sederhana untuk
menghitung Nmin dari batas konsentrasi xB dan xD. Hal ini didasarkan pada
volatilitas relatif antara dua komponen, AB yang didefinisikan dalam terminologi
atau parameter konsentrasi kesetimbangan.
AB =

y Ae / x Ae
y Be / x Be

..

..
(1.42)

Suatu campuran ideal mengikuti Hukum Raoult dan volatilitas relatif adalah
rasio tekanan uapnya, sehingga :

p A =P 'A x A
pB =P'B x B
di mana :

yA =

pA
P

yB =

pB
P

P = tekanan komponen
P = tekanan total

AB =

yA
xA
yB
xB

P 'A x A
P
xA
=

P'B x B
P
xB

P'A
P
P'B
P

41

'

AB

Perbandingan

P'A
P'B

PA
'
PB

(1.43)

tak berubah banyak pada rentang temperatur yang

dijumpai dalam suatu kolom tipikal, sehingga volatilitas relatif dianggap konstan

dalam penurunan/penjabaran formula berikut. Untuk sistem biner

xA
xB

dapat diganti dengan

yA
1 y A

dan

yA
yB

dan

xA
1x A , sehingga persamaan (1.42)

dapat ditulis untuk plat ke n+1 sebagai :

y n +1
( 1 y n+1 )

AB

x n+1
( 1x n+1 )

(1.44)

Oleh karena pada refluks total D = 0 dan

L
V = 1, yn+1 = xn (lihat

persamaan 1.23) dan perlu diiingat bahwa garis operasi adalah 45 o. Ini mengantar
ke :

x n+1

xn
1x n

AB

( 1x n+1 )

(1.45)

Pada puncak kolom jika digunakan kondensor total, y 1 = xD sehingga


persamaan (1.44) menjadi :

xD
1x D

AB

x1
( 1x 1 )

(1.46)

Dengan menulis persamaan (1.45) untuk n plat berurutan memberikan :

x1
( 1x 1 )

= AB

x2
( 1x 2 )

42

x2

( 1x 2 )
x3
( 1x 3 )
x4

( 1x 4 )

= AB

( 1x 3 )

= AB

x4
( 1x 4 )

= AB

x n1
( 1x n1 )
..

x3

x5

( 1x 5 )

xn
( 1x n )

AB

..

(1.47)

Jika persamaan 1.46 dan semua serentetan persamaan (1.47) dikalikan


bersama dan semua faktor atau suku perantara ruas kiri dan ruas kanan bisa
dihilangkan menghasilkan :

xD
1x D
.

( AB)n

xn
..

( 1x n )

(1.48)

Sampai ke hasil bawah dari kolom dengan N min plat dan sebuah reboiler
diperlukan memberikan :
log

xD
1x D

log

xD
1x D

log

xD
1x D
xB
( 1x B )

Nmin+1 =

= (Nmin+1) log AB + log

log

xB
( 1x B )

xB
( 1x B ) = (Nmin+1) log AB

= (Nmin+1) log AB

log [ x D ( 1x B ) ] / x B ( 1x D )
log AB

43

Nmin =

atau

log [ x D ( 1x B ) ] / x B ( 1x D )
log AB

1 ...

(1.49)
Persamaan (1.49) disebut persamaan Fenske. Jika perubahan harga AB dari
dasar kolom sampai puncak kolom adalah sedang (moderate), maka dianjurkan
untuk menggunakan geometric mean of extreme value untuk AB.
Refluks Minimum
Pada setiap harga perbandingan refluks yang lebih kecil dari refluks total,
jumlah plat yang diperlukan untuk suatu pemisahan adalah lebih besar daripada
jumlah

plat

untuk

refluks total

dan

bertambah

secara

kontinyu

dengan

menurunnya perbandingan refluks. Apabila rasio refluks menjadi lebih kecil, maka
jumlah plat menjadi sangat besar dan pada suatu harga perbandingan refluks
minimum yang disebut rasio refluks minimum atau minimum reflux ratio jumlah
plat menjadi tak terhingga. Semua kolom aktual yang menghasilkan produk atas
dengan harga (kadar) tertentu dan hasil dasar dengan kadar (konsentrasi)
tertentu, perbandingan refluks (reflux ratio) antara harga minimum yang
membutuhkan

plat

tak

terhingga

dan

LA
D

membutuhkan jumlah plat minimum. Jika

dan

LA
D

( )

min

ratio

tak

terhingga

yang

adalah refluks ratio operasional

adalah perbandingan refluks minimum.

( LD )
A

min

refluks

<

LA
D

<

..

(1.50)

Rasio refluks minimum dapat diperoleh dengan mengikuti gerakan garisgaris operasi bilamana perbandingan refluks turun. Dalam Gambar (1.26), kedua
garis operasi berhimpit dengan diagonal afb pada refluks total. Untuk garis-garis
operasi aktual ae dan eb adalah garis-garis operasi tipikal (umum). Bilamana
perbandingan refluks turun lagi maka perpotongan garis-garis operasi bergerak
sepanjang garis umpan ke arah kurva kesetimbangan. Daerah (luas) pada

44

diagram yang bisa untuk membuat tangga (step) menyusut dan jumlah tangga
(step) bertambah.

Gambar 1.26

Rasio refluks minimum

Bilamana salah satu atau keduanya menyinggung kurva kesetimbangan


maka jumlah langkah yang diperlukan untuk memotong titik singgung menjadi tak
terhingga. Rasio refluks sesuai dengan situasi ini didefinisikan sebagai rasio
refluks minimum (minimum reflux ratio). Untuk kurva kesetimbangan yang normal
yang cembung (telungkup) ke bawah sepanjang panjangnya maka titik potong
adalah pada refluks minimum dari garis-garis operasi dan kurva kesetimbangan.
Pada perpotongan garis umpan dan kurva kesetimbangan seperti terlihat oleh
garis ad dan db pada Gambar 1.26. Penurunan lebih lanjut dari refluks membawa
perpotongan garis-garis operasi berada di luar kurva kesetimbangan seperti garis
agc dan cb. Kemudian walaupun sejumlah plat tak terhingga tidak bisa melewati
titik g dan rasio refluks untuk kondisi ini adalah lebih kecil daripada rasio refluks
minimum.
Slope garis operasi ad dalam Gambar 1.26 adalah sedemikian sehingga
garis melalui (x y) dari (xD xD) dimana x dan y adalah koordinat titik potong
garis umpan dengan kurva kesetimbangan. Bila rasio refluks minimum adalah R Dm,
maka :

R Dm
R Dm +1

x D y '
x D x '

dan

45

'

R Dm
......................

x D y
'
'
y x

(1.51)

Persamaan 1.51 tak berlaku untuk semua sistem, sehingga bilamana kurva
kesetimbangan mempunyai bagian yang cekung ke bawah (membuka ke atas),
misal untuk sistem etanol dan air, Gambar 1.27 jelaslah bahwa garis operasi seksi
rektifikasi pertama memotong kurva kesetimbangan antara absis x F dan xD dan
garis ac sesuai dengan refluks minimum. Garis operasi ab digambar untuk refluks
lebih kecil dari minimum walaupun garis itu memotong garis umpan di bawah titik
(x y). Dalam situasi seperti itu rasio refluks minimum harus dihitung dari slope

y, FRAKSI MOL ETANOL DALAM FASA UAP

garis operasi ac yaitu garis singgung pada kurva kesetimbangan.

x, FRAKSI MOL ETANOL DALAM FASA CAIR

Gambar 1.27 Diagram kesetimbangan sistem etanol-air

Zone invarian
Pada rasio refluks minimum terbentuk sudut tetap pada perpotongan suatu
garis operasi dan kurva kesetimbangan seperti terlihat pada titik d Gambar 1.26
atau pada titik singgung pada Gambar 1.27. Pada setiap sudut terdapat sejumlah
tak terhingga tangga (step) yang menunjukkan sejumlah plat ideal tak terhingga.
Pada semuanya tak terdapat perubahan baik konsentrasi cairan maupun uap dari

46

plat ke plat sehingga x n-1 = xn dan yn+1 = yn. Istilah zone invarian digunakan untuk
menjelaskan serentetan plat tertinggi ini. Dipakai juga istilah yang lebih deskriptif
yaitu pinch point (titik cubitan). Dengan suatu kurva kesetimbangan normal
terlihat dari Gambar 1.26 bahwa pada rasio refluks minimum perpotongan garis q
dan kurva kesetimbangan memberikan konsentrasi cairan dan uap pada plat
umpan dan pada sejumlah plat tak terhingga pada sisi plat umpan. Maka
terbentuk suatu zone invarian pada dasar seksi rektifikasi dan yang kedua pada

puncak seksi stripping. Kedua zone hanya berbeda pada rasio

rektifikasi dan

L
V

L
V

pada seksi

pada seksi stripping.

Rasio refluks optimum


Bilamana rasio refluks dinaikkan dari rasio refluks minimum, maka jumlah
plat turun dengan cepat pada mulanya dan kemudian berangsur-angsur lambat
sampai pada refluks total maka jumlah plat adalah minimum. Akan diperlihatkan
kemudian

bahwa

luas

penampang

lintang

dari

kolom

biasanya

kira-kira

proporsional dengan laju alir uap. Bilamana rasio refluks naik, V dan L keduanya
naik. Untuk suatu produksi (hasil puncak) dan dicapai suatu titik dimana kenaikan
diameter suatu kolom adalah lebih cepat daripada penurunan jumlah plat. Harga
unit kira-kira proporsional luas total plat atau jumlah plat kali luas penampang
lintang kolom. Sehingga biaya tetap pertama turun dan kemudian naik dengan
rasio refluks. Ini diperlihatkan oleh garis abc Gambar 1.28.
Refluks dibuat dengan cara mensuplai panas pada reboiler dan mengambil
panas pada kondensor. Biaya pemanasan dan pendinginan naik dengan rasio
refluks seperti ditunjukkan oleh kurva dc Gambar 1.28. Biaya total operasi
bervariasi (berubah) dengan jumlah biaya tetap dari biaya pemanasan dan
pendinginan sebagaimana ditunjukkan oleh kurva fgh. Kurva fgh mempunyai
harga minimum pada harga perbandingan refluks tertentu tidak terlalu jauh
(besar) dari perbandingan refluks minimum. Rasio ini biasanya mempunyai
rentang 1,05 sampai 1,3 kali rasio refluks minimum. Kenyataannya sebagian besar
kolom dioperasikan pada rasio refluks di atas harga resio refluks optimum. Biaya
total tak terlalu sensitif terhadap rasio refluks pada rentang ini dan lebih baik

47

dioperasikan secara fleksibel akan dicapai apabila dipakai refluks lebih besar dari

BIAYA TAHUNAN

refluks optimum.

Biaya
total
Biaya pemanasan dan
pendinginan
Rasio refluks
optimum
Rasio refluks
minimum
Biaya
tetap
RASIO REFLUKS

Gambar 1.28

Rasio refluks optimum

Contoh soal 1.4


Sebuah kolom fraksinasi kontinyu dirancang untuk memisahkan 30000 lb/jam
suatu campuran benzena 40% dan toluena 60% untuk memperoleh hasil puncak
yang mengandung 97% benzena dan produk bawah yang mengandung 98%
toluena. Semua persentase ini adalah persentase berat. Rasio refluks adalah 3,5
mole per 1 mole produk. Panas laten molal benzena dan toluena berturut-turut
adalah 7360 kal/gmole dan 7960 kal/gmole. Benzena dan toluena membentuk
sistem ideal dengan volatilitas relatif kira-kira 2,5. Kurva kesetimbangan diberikan
dalam Gambar 1.23. Umpan mempunyai titik didih 95 oC pada tekanan 1 atm.
a.
b.
i)
ii)
iii)
c.

Hitung mole hasil puncak dan mole hasil dasar per jam
Tentukan jumlah plat ideal dan kedudukan plat umpan
Jika umpan merupakan zat cair pada titik didihnya
Jika umpan pada keadaan cair pada temperatur 20 oC (panas jenis 0,44)
Jika umpan merupakan campuran 2/3 uap dan 1/3 cairan
Jika dipakai uap pada tekanan 20 lb/inchi 2 gauge, berapa uap yang
diperlukan untuk masing-masing tiga kasus diatas. Kehilangan panas dapat

diabaikan dan anggap refluks merupakan zat cair jenuh pada titik didihnya
d. Jika air pendingin masuk kondensor pada 80 oF (26,7oC) dan keluar pada
150oF (65,5oC), berapa banyak air pendingin yang diperlukan (dalam gallon
per menit).
Jawaban semua ini ada pada Contoh Soal 1.3.
Pertanyaan pada soal 1.4 ini adalah :
a. Berapa rasio refluks minimum
b. Jumlah plat ideal minimum untuk kasus b(i) b(ii) b(iii)
48

Penyelesaian :
a. Untuk rasio refluks minimum menggunakan rumus persamaan 1.51
'

RDmin =

x D y
'
'
y x

xD = 0,974
b. i) Umpan pada titik didihnya :
x = 0,440; y = 0.658

RDmin =

0,9740,658
0,6580,440

0,316
0218

= 1,45

b. ii) Umpan pada keadaan cair di bawah titik didihnya 20 oC


xD = 0,974 ; y = 0,730
x = 0,521

RDmin =

0,9740,730
0,7300,521

0,244
0,209

= 1,17

b. iii) Umpan berupa campuran 2/3 uap dan 1/3 cair


xD = 0,974
x = 0,300 ; y = 0,513

RDmin =

0,9740,513
0,5130,300

0,461
0,213

= 2,16

Untuk jumlah plat minimum, rasio refluks adalah tak terhingga. Garis
operasi berimpit dengan diagonal dan tidak ada perbedaan antara ketiga kasus.
Hasil pengamatannya diperlukan dalam Gambar 1.29. Diperlukan sebuah reboiler
dan 8 plat ideal.

49

Gambar 1.29

Contoh 1.4 bagian (b)

1.7 METODA PONCHON-SAVARIT


Perhitungan jumlah plat ideal, jumlah plat minimum, perbandingan refluks
minimum suatu kolom destilasi menurut metoda Ponchon-Savarit didasarkan pada
neraca energi menggunakan diagram entalpi komposisi. Pengertian entalpi adalah
energi yang dimiliki oleh suatu benda. Energi intrinsik yang dimiliki oleh suatu
benda itulah entalpi tanpa dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga entalpi hanya
terdiri dari tenaga dalam, U adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda dan
besarnya hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat benda itu dan temperaturnya dan
energi tekanan (PV) adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda karena
tekanannya, sehingga secara umum entalpi dalam rumus adalah :
H = U + PV

..

(1.52)
di mana :

H = entalpi
U = tenaga dalam
PV = energi tekanan

Informasi yang mendasari konsep entalpi antara lain Surat Al-Araf ayat 143
yang berarti: Tatkala Musa sampai ke tempat di mana Allah berbicara langsung
dengannya, maka Musa berkata Ya Tuhanku, perlihatkanlah hakekat Zat Engkau
boleh aku melihat Engkau, Allah menjawab Kamu tidak mampu melihat diri-Ku,
tetapi baiklah lihat bukit itu, jika ia tetap baru engkau mampu melihat-Ku. Tatkala
50

Allah memancarkan frekuensi audio yang sama dengan frekuensi pribadi gunung
itu yang mempunyai kekuatan sangat besar. Maka terdengarlah suara yang
sangat dahsyat dan hancurlah bukit itu, serta Musa pun pingsan. Setelah tersadar
dari pingsannya, Musa berkata Maha suci Engkau, saya bertobat kepada Engkau
dan saya menjadi orang yang mula-mula beriman. Informasi yang kedua berupa
karya sastra manusia terindah yang pernah saya jumpai.
Science, her vision proudly magnified.
By skilled invention, proves all things perceived.
Mere atoms energized bus mystified.
Recks not whose thought these spinning specks conceived.
(Sir George Kockerill)

Informasi pertama memberi petunjuk bahwa gunung bergerak. Karena tiada


gerakan tanpa energi berarti gunung berenergi. Kaca jendela di dekat kedutaan
Australia hancur berantakan manakala terjadi ledakan bom di depan kedutaan.
Itu semua memberi petunjuk bahwa semua benda bergerak. Informasi kedua
memberi petunjuk bahwa semua atom berenergi. Jika semua atom berenergi
pastilah semua benda berenergi dan energi yang dimiliki oleh suatu benda itulah
entalpi dan yang penuh misteri adalah entalpi mutlak (absolute enthalpy). No
body knows.
Baris terakhir dari syair itu memberikan definisi energi yaitu segala sesuatu
yang

diperlukan

untuk

bergerak.

Menggunakan

konsep

entalpi

mutlak,

penyelesaian masalah energi khususnya panas akan lebih nyaman (mudah) maka
manusia mengambil suatu kondisi di mana entalpi mutlak pada kondisi itu
disepakati sama dengan nol. Kondisi itu sebenarnya sembarang (arbitrary) tetapi
setelah ditetapkan hendaknya dipatuhi. Salah satu kondisi yang sering dipakai
untuk entalpi mutlak adalah temperatur 32 oF atau 0oC. Terlihat pada tabel uap
(steam table) bahwa entalpi mutlak air mendidih (cair jenuh) pada 32 oF atau 0oC
adalah 0. Sekali temperatur acuan telah ditetapkan maka entalpi mutlak pada
temperatur lainnya dapat dihitung sepanjang panas jenisnya diketahui.
Air mendidih pada temperatur 32 F atau 0C terasa aneh. Bukankah pada
temperatur 32oF atau 0C itu air membeku? Begitulah pertanyaan yang sering
terlontar. Namun setelah mendengarkan ungkapan indah berikut maka perlahanlahan akan sadar bahwa hal itu benar.
It is not possible to get a good cup of tea on the top of Mount Everest
as the water boil at too low the temperature to infuse tea. (Adalah
51

tidak mungkin untuk memperoleh secangkir teh yang nikmat di


puncak gunung Everest karena air mendidih pada temperatur yang
terlalu rendah untuk menyeduh teh).
Dalam bahasa Jawa, teh yang nikmat diungkap dengan singkatan nasgitel
yaitu panas, legit dan kentel. Jika airnya tidak panas maka baik gula maupun
tehnya akan sedikit larut, sehingga teh akan tanggung manisnya dan bening, jauh
dari nikmat bila diminum. Pertanyaannya adalah mengapa air di puncak gunung
Everest bisa mendidih pada temperatur rendah bukan 100 oC. Karena tekanan di
puncak gunung Everest adalah rendah. Jika demikian maka air bisa mendidih pada
32oF atau 0oC jika tekanannya rendah. Karena air mendidih mempunyai derajat
kebebasan 1, maka setelah temperaturnya ditetapkan yaitu 32 oF atau 0oC maka
tekanannya sudah tertentu yaitu 0,08 psia, suatu harga tekanan yang sangat
rendah (1atm = 14,7 psia).
1.7.1 Diagram Entalpi-Komposisi
Dalam mempelajari distilasi dimulai dengan sistem biner, artinya campuran
dua buah zat cair yang saling larut sempurna satu sama lain. Distilasi
multikomponen yang lebih umum disiasati dari konsep distilasi biner antara lain
dengan mengambil komponen kunci (key component), yaitu komponen ringan
yang kunci (light key component) dan komponen berat yang kunci (heavy key
component).
Untuk mampu membuat diagram Entalpi-Komposisi data yang diperlukan
adalah titik didih dan titik embun masing-masing komponen, titik didih dan titik
embun untuk berbagai macam komposisi, panas jenis fase cair masing-masing
komponen, panas penguapan masing-masing komponen. Entalpi bisa dinyatakan
dalam sistem British misalnya Btu/lb atau Btu/lbmole atau dalam SI misalnya
kal/gram atau kalori/gmole. Berikut diberikan contoh ilustratif diagram entalpi
komposisi sistem biner etanol (C 2H5OH) dan air (H2O) dalam sistem British
Btu/lbmole. Hanya beberapa titik akan dikonfirmasi.

52

Fraksi mol etanol dalam fraksi uap

Entalpi molar cairan atau uap Btu/lb mol

Fraksi mol etanol dalam fase cair


Gambar 1.30

Diagram entalpi komposisi untuk campuran etanol-air pada

tekanan 1 atm. Kondisi acuan air cair jenuh pada 32 oF dan etanol cair
jenuh pada 32oF
Data yang akan digunakan:
Etanol (C2H5OH)

: Titik didih

173,66F

Titik embun

173,66F
53

Cp etanol 25,3 Btu/lbmole F


Hv

16610,6 Btu /lbmole

: Titik didih 212F

Air (H2O)

212F

Titik embun
Cp air

18 Btu /lbmole F

Hv

17465,4 Btu /lbmole

Temperatur acuan untuk entalpi adalah 32 F sehingga entalpi air murni (cair
jenuh) pada 212F adalah :
18

Btu
lbmole o F

x (212 32)oF = 3240

Btu
lbmole

(titik D Gambar 1.30)

Entalpi air sebagai uap jenuh adalah :


3240

Btu
lbmole

+ 17465,4

Btu
lbmole

= 20705,4

Btu
lbmole

(titik

Gambar 1.30)
Entalpi etanol murni pada titik didihnya (cair jenuh) x = 1 adalah :
25,3

Btu
lbmoleo F

(173,66 32) oF = 3584

Btu
lbmole

(titik

Gambar

1.30)
Entalpi etanol murni pada keadaan uap jenuh y = 1 adalah :
3584

Btu
lbmole

+ 16610,6

Btu
lbmole

= 20194,6

Btu
lbmole

(titik

Gambar 1.30)
Diagram dapat digambar lengkap untuk memperoleh kurva h-x di mana h =
entalpi cair jenuh dan x = fraksi mole etanol dalam campuran fase cair dan kurva
H-y di mana H = entalpi uap jenuh campuran dan y = fraksi mole etanol dalam
fase uap berturut-turut menggunakan rumus:
h = CpA x (td to) + CpB (1 x) (td to)..
(1.53)
di mana :
h = entalpi molar campuran pada titik didihnya,

Btu
lbmole

54

CpA = panas jenis molar etanol dalam fase cair,

CpB = panas jenis molar air dalam fase cair,

Btu
o
lbmole F

Btu
o
lbmole F

x = fraksi mole etanol dalam campuran


td = titik didih campuran
to = titik acuan untuk entalpi (32oF)
dan
H = y {CpA (te to) + A} + (1 y) {CpB (te to) + B)}
..

(1.54)

di mana :
H = entalpi molar campuran pada keadaan uap jenuh,

CpA = panas jenis molar etanol dalam fase cair,

CpB = panas jenis molar air dalam fase cair,

Btu
lbmole

Btu
o
lbmole F

Btu
o
lbmole F

y = fraksi mole etanol dalam campuran fase uap


te = titik embun (dew point) campuran, oF
to = titik acuan untuk entalpi (32oF)
A = panas penguapan molar etanol,

B = panas penguapan molar air,

Btu
lbmole

Btu
lbmole

Contoh Soal 1.5


Sebuah menara distilasi dirancang untuk memisahkan etanol-air dalam fase cair
jenuh (pada titik didihnya) dengan kadar 20% mole etanol untuk mendapatkan
produk atas (distilat) yang mengandung 80% mole etanol. Pada akhir operasi
ternyata terdapat etanol dalam hasil dasar sebanyak 10% dari etanol yang ada di
dalam umpan. Bila laju alir umpan (feed) adalah 100 lbmole/jam, distilat refluks
produk bawah diambil pada titik didihnya. Tentukanlah :
a. Rasio refluks minimum
b. Jumlah plat minimum
55

c. Jika rasio refluks operasi adalah 2,2 rasio refluks minimum, hasil atas dan
hasil dasar pada titik didihnya, hitunglah jumlah plat ideal yang diperlukan
d. Tentukan beban kondensor dan beban reboiler pada point c.
Penyelesaian :
Etanol di dalam umpan

= 20 % x 100 lbmole/jam = 20 lbmole/jam

xF = 0,2 ; xD = 0,8
Etanol di dalam hasil dasar
Etanol di dalam distilat

= 10 % x 20 lbmole/jam = 2 lbmole/jam

= 20 lbmole/jam 2 lbmole/jam = 18 lbmole/jam

Air di dalam distilat

Air di dalam hasil dasar


xB =

2
2+75,5

2
77,5

20
80

x 18 lbmole/jam = 4,5 lbmole/jam

= 80 lbmole/jam 4,5 lbmole/jam = 75,5 lbmole/jam


= 0,026

a. Rasio refluks minimum (menurut metode McCabe-Thiele)


b. Dari titik potong xD = 0,8 dengan diagonal kurva kesetimbangan dibuat garis
singgung pada kurva kesetimbangan (khusus untuk kurva kesetimbangan
etanol-air yang berbentuk khusus pula) yang memotong sumbu y pada titik
0,37 sehingga :

xD
R min +1
Rmin+1 =

= 0,37 ;

0,8
0,37

0,8
R min +1

= 0,37

= 2,16

Rmin = 2,16 1 = 1,16


Rasio refluks minimum (menurut metode Sorel-Ponchon-Savarit)
Dari titik potong x = 0,2 dengan kurva h vs x (umpan pada titik didihnya)
ditarik garis vertikal memotong kurva kesetimbangan y vs x. Dari titik potong
ini dibuat garis horizontal memotong diagonal dan dari titik potong ini ditarik
garis vertikal sampai memotong kurva H vs y (y F , HF). Titik (yF , hF)
dihubungkan dengan titik (yF , HF). Inilah tie line yang sekaligus merupakan
garis operasi pada rasio refluks minimum.

56

qc
D

Titik potong garis ini dengan garis x = 0,8 adalah titik (x D, hD +

rasio refluks minimum. Perbandingan jarak dari titik (x D, hD +

qc
D

) pada

) ke titik

(xD, HD) dengan panjang dari titik (x D, HD) ke titik (xD, hD) itulah rasio refluks
minimum.
Rmin =

6,8
6,5

= 1,05 yang tidak berbeda jauh dari 1,16.

Untuk menghitung rasio refluks actual digunakan rasio refluks minimum ratarata yaitu 1,1 sehingga rasio refluks actual (operasional) adalah 2,2 x 1,1 =
2,42.
c. Jumlah plat minimum
Jumlah plat minimum diperoleh pada refluks total. Pada refluks total maka R =
dan oleh karenanya garis operasi atas mempunyai intersep :

xD
R+ 1

0,8
+1

= 0

Sehingga garis operasi atas sekaligus garis operasi bawah adalah diagonal
kurva kesetimbangan. Dengan menggunakan garis-garis operasi dan kurva
kesetimbangan mulai dari titik (x D, xD) dilukis segitiga-segitiga sampai titik (x B,
xB) terlewati. Dari gambar terlihat bahwa jumlah segitiga adalah 6 buah. Itulah
jumlah plat minimum.
d. Refluks aktual adalah R = 2,42. Sehingga intersep garis operasi atas adalah :

xD
R+ 1

0,8
2,42+1

0,8
3,42

= 0,234

Garis operasi atas dapat digambar melalui titik (x D, xD) dengan intersep =
0,234. Garis ini memotong garis umpan (feed line). Garis melalui titik (x F, xF)
vertikal (sejajar sumbu y) karena umpan pada titik didihnya. Titik potong ini
dihubungkan dengan titik (xB, xB). Itulah garis operasi bawah. Dengan
menggunakan garis-garis operasi dan kurva kesetimbangan ini dibuat segitigasegitiga mulai dari titik (xD, xD) sampai sedikit melewati titik (xB, xB). Terlihat
pada gambar, jumlah segitiga adalah 9 buah (segitiga-segitiga merah). Jadi
jumlah plat ideal operasional adalah 9 buah.
e. Jumlah yang harus dikondensasikan adalah D + refluks.
D = 18 lbmole/jam + 4,5 lbmole/jam = 22,5 lbmole/jam
57

Refluks = 2,42 x D = 2,42 x 22,5 lbmole/jam = 54,45 lbmole/jam


Jumlah yang harus dikondensasikan = (22,5 + 54,45) = 76,95 lbmole/jam
Entalpi pengembunan= HD hD = 21200 Btu/lbmole 4000 Btu/lbmole = 17200
Btu/lbmole
Jadi beban kondensor adalah :
qc = 76,95 lbmole/jam x 17200 Btu/lbmole = 1323540 Btu/jam
Untuk mencari beban reboiler digunakan neraca energy (panas) menyeluruh :
F. hF + qr = D . hD + B . hB + qc
100 lbmole/jam x 2550 Btu/lbmole + qr = 22,5 lbmole/jam x 3750 Btu/lbmole +
77,5 lbmole/jam x 3400 Btu/lbmole + 1323540 Btu/jam
qr = 84375 Btu/jam + 263500 Btu/jam + 1323540 Btu/jam 255000 Btu/jam
qr = 1416415 Btu/jam

58

Gambar 1.31
Diagram entalpi
komposisi untuk campuran etanol-air pada tekanan 1 atm
Kondisi acuan air cair jenuh pada 32o-F dan etanol air pada 32oF

59

1.7.2 Penggunaan Diagram Entalpi Komposisi campuran biner adiabatik


Di

dalam

unit

operasi

tidak

terdapat

reaksi

kimia

sehingga

data

kesetimbangan maupun entalpi bias disajikan dalam fraksi massa maupun mole.
Diagram entalpi komposisi digunakan untuk menyelesaikan neraca massa dan
neraca energi secara grafis. Sebagai contoh perhatikanlah suatu proses kontinyu
dalam kondisi tunak (steady state) dimana aliran M dan N yang mempunyai
temperatur tM dan tN dan fraksi berat komponen yang lebih volatil x M dan xN, serta
entalpi hM dan hN. N dicampur menjadi satu aliran P yang mempunyai fraksi berat
komponen yang lebih volatil xP dan entalpi hP (perhatikan Gambar 1.32).

Gambar 1.32 Neraca entalpi dalam campuran dua buah aliran


Neraca bahan dapat ditulis sebagai :
M + N = P
(1.55)
M xM + N xN = P xP
(1.56)
Jika proses adalah adiabatik berarti tidak ada panas yang ditransfer ke atau
dari sistem , maka neraca energinya adalah:
M hM + N hN = P hP
(1.57)
Penyelesaian untuk xP dan hP :

xP =
...

M xM + N xN
M +N

..

(1.58)

60

hP =
...

M xM + N xN
M +N

..

(1.59)

dimana :
M : Laju alir massa campuran M
N

: Laju alir massa campuran N

: Laju alir massa campuran P

XM : fraksi massa komponen yang lebih volatil dalam campuran M


XN : fraksi massa komponen yang lebih volatil dalam campuran N
XP : fraksi massa komponen yang lebih volatil dalam campuran P
hM : Entalpi specific (persatuan massa) campuran M
hN : Entalpi specific (persatuan massa) campuran N
hP : Entalpi specific (persatuan massa) campuran P
Persamaan (1.58) dan (1.59) dapat digunakan untuk menghitung komposisi
dan entalpi aliran campuran, tetapi juga terdapat penyelesaian secara grafis.
Setiap titik pada diagram entalpi komposisi dapat mewakili komposisi dan entalpi
suatu aliran sehingga sebagai contoh titik 1 dan 2 Gambar 1.33 digunakan untuk
menunjukkan harga untuk aliran M dan N. Titik 3 yang mewakili komposisi dan
entalpi aliran P bila dilukiskan pada diagram harus terletak pada garis yang
mempunyai titik 1 dan 2. Ini bisa dibuktikan sebagai berikut :

Gambar 1.33

Penyelesaian grafis pencampuran adiabatis dua

aliran
Slope segmen garis yang menghubungkan titik 1 dan 3 adalah (h p hN)/(xP
xN). Substitusi untuk xP dan hP dari persamaan (1.58) dan (1.59) ini akan menjadi :
61

Slope segmen garis 1 3 =

x M x
hM h

Namun slope ini sama dengan slope garis yang melalui titik 1 dan titik 2
sehingga titik 3 harus terletak pada garis yang melalui titik 1 dan titik 2. Posisi
titik 3 ditentukan oleh besarnya arus (aliran) M dan N. Sebagai contoh, rasio aliran
P terhadap aliran N adalah sama dengan rasio dari segmen garis dari 1 ke 2
terhadap segmen garis dari 1 ke 3, karena dari persamaan (1.55) dan (1.56)
dengan mengeliminir N.

x p x
x M x

P
=
M
N

atau dari persamaan (1.55) dan (1.57)

h ph
hM h

P
=
M
N

dengan cara yang sama

h ph
h M h

x px =
x M x

N
=
M
N

hM h
h Mh

x M x =
x M x

P
=
N
P

62

Jika lebih dari dua aliran dicampur untuk membentuk satu aliran, maka titik
resultantenya dapat diperoleh dengan pertama kali menempatkan suatu titik yang
sesuai dengan penambahan dua buah aliran, kemudian menempatkan titik yang
sesuai dengan penambahan gabungan dua aliran ini dengan satu titik (aliran)
sisanya, begitu seterusnya.
Konsep yang diterangkan di atas dapat dikembangkan untuk memperoleh
hasil jika satu aliran dikurangkan dari lainnya dalam keadaan adiabatik. Sebagai
contoh aliran M dapat dipandang sebagai aliran yang akan dihasilkan jika aliran N
dikurangkan dari aliran P (gambar 1.30) dengan arah anak panah dikali
Persamaan (1.55) dan (1.57) tetap berlaku.
Dengan menerangkan pembahasan di atas, maka jika dua buah aliran
ditambahkan secara adiabatik, maka (a) titik 3 yang merupakan aliran hasil akan
terletak pada garis lurus yang menghubungkan titik 1 dan 2, yang sesuai dengan
dua aliran mula-mula, (b) titik 3 akan terletak antara titik 1 dan 2 dan akan lebih
dekat dengan titik yang menunjukkan kuantitas yang lebih besar, dari dua aliran
mula-mula.
Jika suatu aliran dikurangkan dari aliran lainnya secara adiabatik seperti
aliran N dikurangkan dari aliran P, maka (a) titik yang sesuai dengan resultante
yaitu

titik

2,

akan

berada

pada

perpanjangan

dari

suatu

garis

yang

menghubungkan titik awal 1 dan 3, (b) titik 2 akan berada lebih dekat dengan titik
yang mempunyai kuantitas lebih besar dari pada aliran mula-mula.
1.7.3 Penggunaan Diagram Entalpi Komposisi campuran Non-adiabatik
Jika suatu proses non-adiabatik seperti yang terlihat dalam Gambar (1.34)
ditinjau maka neraca bahan persamaan (1.55) dan (1.56) tetap tidak berubah.

63

Gambar 1.34 Neraca entalpi dalam pencampuran non-adiabatik dua


aliran
Konsekuensinya komposisi aliran reslutante P adalah sama untuk keduanya, baik
adiabatik maupun non-adiabatik. Namun neraca energi sekarang menjadi
M . hM + N . hN + q = P . hP .
..

(1.60)

Besarnya panas q dapat dialokasikan ke salah satu dari tiga aliran dengan

qM
mendefinisikan

besarnya

panas

q
q
q
, qN
, qP
M
N
P

yang

adalah

kecepatan panas masuk per satuan kuantitas dari masing-masing aliran. Aliran
yang dipilih sepenuhnya dengan alasan praktis (nyaman). Apabila q P yang dipilih,
maka persamaan (1.60) dapat disusun kembali menjadi bentuk :
M hM + N hN = P hP P qP

(1.61)

Penyelesaian untuk hP qP

hP qP

M hM N hN
M N

(1.62)
Sebagaimana telah diterangkan oleh Gambar (1.31), titik campuran dapat
ditempatkan dengan perhitungan dari persamaan (1.62), tetapi di sini tersedia
juga metoda grafis. Lokasi titik yang menunjukkan komposisi aliran dan entalpi
aliran untuk keadaan non-adiabatik terlihat dalam Gambar (1.35). Kordinat x dari
titik 3' sebagaimana dalam Gambar (1.33), karena proses sekarang adalah nonadiabatik tidak mengubah komposisi dari campuran.

64

Entalpi

Komposisi
Gambar 1.35

Penyelesaian grafis campuran dua aliran non-adiabatik.

Titik yang sebenarnya mewakili campuran sekarang adalah titik 3, pada


entalpi yang lebih tinggi dari pada titik 3' dengan tambahan panas q P sehingga
sekrang hP untuk non-adiabatik adalah lebih tinggi dari untuk kasus adiabatik.
Demikian juga titik 2 digambar untuk aliran M seperti sebelumnya. Tetapi jika
dianggap bahwa panas dari luar dimasukkan ke aliran M, maka M harus masuk
dengan entalpi hM + qM dan
M ( h M + qM ) + N h N = P h P

(1.63)

sehingga titik 2' harus terletak pada komposisi x M tetapi pada entalpi yang lebih
tinggi dari pada hM dengan sejumlah qM. Terlihat dari persamaan-persamaan (1.55)
sampai (1.57) bahwa titik-titik yang mempunyai kordinat (x M , hM), (xN , hN) dan (xP ,
hP) selalu terletak pada garis lurus. Jika persamaan-persamaan (1.55), (1.56) dan
persamaan (1.63) dibandingkan dengan tiga persamaan sebelumnya dengan
analogi diperoleh bahwa titik-titik (xM , hM + qM), (xN , hN) dan (xP, hP) yaitu titik-titik
1, 2 dan 3, harus juga terletak pada satu garis lurus.
1.7.4 Penyelesaian Grafis Seksi Kolom di atas Plat Umpan

65

Konsep ini dapat digunakan pada penyelesaian grafis neraca bahan dan
neraca energi di sekitar seluruh kolom atar di sekitar bagian dari kolom. Untuk
seksi di atas plat umpan seperti terlihat dalam Gambar 1.36.
Vn+1 Ln = D .
(1.64)
Vn+1 yn+1 Ln xn = D xD ..
(1.65)
Vn+1 Hn+1 Ln hn = D hD + qc ..
(1.66)
Dimana plat n adalah setiap plat di atas plat umpan, plat n+1 plat berikutnya
dibawahnya begitu seterusnya. Dengan mendefinisikan q CD = qC / D dan dengan
mensubstitusikan dalam persamaan 1.66.
Vn+1 Hn+1 Ln hn = D (hD + qCD) ...
(1.67)

Gambar 1.36 Neraca bahan sekitar puncak kolom


Lagi analogi dengan persamaan-persamaan (1.55) sampai (1.57) maka titik (y n+1,
Hn+1), (xn, hn) dan (xD, hD + qCD) terletak pada garis lurus yang sama. Dari neraca
bahan dan neraca energi sekitar kondensor persamaan (1.68)

qC Lo
=
+1 ( H 1hD ) .
D
D

( )

(1.68)
Terlihat bahwa qCD ditentukan oleh rasio refluks Lo/D. Titik (x D, hD + qCD) dapat
ditentukan dengan perhitungan. Karena persamaan-persamaan (1.64) sampai
(1.67) adalah bersifat minimum untuk setiap plat di atas plat umpan, maka
persamaan-persamaan itu juga memenuhi untuk kasus di mana n = 0 sehingga
yn+1 = y1, Hn+1 = H1 dan xn = xo (komposisi produk). Namun refluks tidak harus
66

dikembalikan pada temperatur puncak kolom karena refluks bias didinginkan


sebelum meninggalkan kondensor sehingga titik (x o, ho) boleh di bawah garis cair

Entalpi, Btu/lb

jenuh seperti terlihat dalam Gambar 1.37

Fraksi berat komponen lebih


volatil

Gambar 1.37
Pengembangan penyelesaian grafis masalah kolom
rektifikasi untuk seksi di atas plat umpan
Titik (y1, H1), (xo, ho) dan (xD, hD + qCD) harusnya terletak pada garis lurus yang
sama. Jika persamaan-persamaan (1.64) dan (1.66) ditulis kembali untuk kasus di
mana

maka

persamaan-persamaan

itu

dapat

diselesaikan

untuk

memberikan :

Lo ( h D qCD ) H 1
=
D
( H 1 ho )

(1.69)
Sehingga rasio jarak ab dan bc adalah rasio L o/D. Oleh karena titik (xo, ho) adalah
tetap dan (y1, H1) harus berada pada garid uap jenuh, maka titik (x D, hD + qCD)
dapat ditentukan secara grafis. Perhatikan plat teoritis pertama (n = 1) dalam
persamaan (1.64), (1.65) dan (1.67). Harga x yang sesuai dengan harga y yang
diketahui diperoleh dari kurva kesetimbangan sistem. Sehingga titik (x 1, y1)
sepenuhnya dapat ditentukan pada kurva cair jenuh dengan garis penghubung
(tie-line) dari titik (y1, H1). Titik (y2, H2) diperoleh dengan menghubungkan titik (x 1,
67

h1) dengan titik (xo, hD+qCD) dan dengan menentukan titik potong dengan kurva
uap jenuh karena untuk n = 1.
V2 L 1 = D
V2 y2 L1 x1 = D xD
V2 H2 L1 h1 = D (hD + qCD)
Dan titik-titik (y2, H2) (x1 , h1) dan (xD + hD + qCD) harus terletak pada satu garis
lulus yang sama. Juga karena aliran V2 adalah uap jenuh harus terletak pada kurva
uap jenuh. Sehingga komposisi dan entalpi dari semua aliran sekarang diketahui.
Sebagai tambahan rasio L1/V2 bisa ditentukan bila diinginkan dengan mengambil
rasio jarak panjang garis yang menghubungkan titik (x D, hD + qCD) dan yang
serupa. Rasio ini juga sama dengan rasio berikut :

L1 ( h D +q CD )H 2 x D y 2
=
=
V 2 ( h D +q CD ) h1 x Dx 1
Prosedur di atas dapat diulangi untuk memperoleh plat berturut-turut (n = 1,2,)
sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.37 sampai dicapai plat umpan. Penentuan
plat umpan yang tepat akan dibahas kemudian.
1.7.5 Penyelesaian Grafis Seksi Kolom di bawah plat umpan
Seksi kolom di bawah plat umpan terlihat secara skematik dalam Gambar
1.38

Gambar 1.38

Neraca bahan dan energi di sekitar bawah kolom

Lm-1 Vm = W

(1.70)

68

Lm-1 xm-1 Vm ym = WB xB .
(1.71)
Lm-1 hm-1 Vm Hm + qr = WB hB .
(1.72)

qrW
Dengan mendefinisikan

qr
W

dan dengan mensubtitusikan ke dalam

persamaan (1.72) dan penyusunan kembali :


Lm1 hm1 Vm Hm = WB ( hWB qrWB ) ....
(1.73)
Konsekuensinya titik-titik (xm1 , hm1), (ym , Hm) dan (xW , hW qrW) terletak pada
satu garis lurus yang sama. Titik (xW , hW qrW) dapat ditempatkan dari neraca
bahan dan energi menyeluruh untuk kolom :
F=D+W
F xF = D x D + W x W
F . hF + qr = D . hD + W . hW + qc
Dengan mensubtitusikan WqrW untuk qr dan DqcD untuk qc dalam persamaan di
atas dan menyusunnya kembali menjadi :
F . hF = D (hD + qcD) + W (hW qrW) .
(1.74)
Sehingga (xF, hF) (xD, hD + qCD) dan (xW, hW qwW) terletak pada garis lurus yang
sama. Penyelesaian grafis untuk menghitung jumlah plat teoritis yang diperlukan
dalam seksi di bawah plat umpan dilakukan sebagai berikut. Titik yang
menunjukkan komposisi dan entalpi dari cairan yang meninggalkan plat umpan
harus diasumsi untuk sementara tetapi nilai sementara akan dikembangkan
kemudian. Titik ini terlihat sebagai (xf, hf) dalam Gambar 1.39.

69

Gambar 1.39
Pengembangan penyelesaian grafis
rektifikasi untuk seksi di bawah plat umpan

masalah

kolom

Titik (yf+1, hf+1) yang menunjukkan komposisi dan entalpi aliran uap yang
meninggalkan

plat

pertama

di

bawah

plat

umpan

di

gambar

dengan

menghubungkan titik (xW, hW qrW) dan (xf, hf) dan memperpanjang garis lurus
sampai memotong kurva uap jenuh. Dari komposisi y f+1 dan kurva kesetimbangan,
titik (yf+1, hf+1) dapat digambar. Prosedur ini diulangi sampai harga x yang sama
atau lebih kecil dari xW diperoleh.
1.7.5 Penyelesaian grafis lokasi plat umpan
Perhatikan Gambar 1.38 adalah penyelesaian grafis jumlah plat teoritis
yang diperlukan untuk suatu pemisahan pada rasio refluks 3,9. Diperlukan 5 plat
di atas plat umpan. Plat ke-6 adalah plat umpan. Perlu dicatat dari kenyataan
bahwa titik (x6, h6)bukan dihubungkan dengan (xD , hD + qCD), tetapi dengan titik
(xW , hW qrW).

70

Entalpi, Btu/lb

Uap jenuh

Cair jenuh

Fraksi berat komponen


Gambar 1.40 Penyelesaian penuh masalah rektifikasi
Umpan tidak perlu dimasukkan dalam plat ke-6. Jika umpan dimasukkan di
bawah plat ke-6 maka plat ke-6 adalah berada di seksi atas plat umpan dan
konstruksi grafis sama sebagaimana plat 1 sampai 5 seperti terlihat pada garis
patah-patah yang menghubungkan titik (x6 h6) dan xD hD + qCD. Komposisi uap
yang meninggalkan plat ke-6 dalam hal ini akan sama dengan y 6 = 0,577,
sedangkan harga y6 = 0,565 akan diperoleh jika umpan masuk pada plat nomor 6.
Konsekuensinya akan diperlukan lebih banyak plat untuk pemisahan apabila
umpan dimasukkan di bawah plat 6. Hal serupa akan terjadi bila umpan
dimasukkan dari plat di atas plat ke 6 akan diperoleh kebutuhan plat yang lebih
banyak untuk pemisahan.
Contoh Soal 1.5
71

Suatu menara fraksionasi kontinyu yang beroperasi pada tekanan 147 psia
direncanakan untuk memisahkan 30.000 lb/jam suatu larutan benzena dan
toluena yang mengandung 0,400 fraksi massa benzena ke dalam suatu hasil
puncak yang mengandung 0,97 fraksi massa benzena dan suatu hasil dasar yang
mengandung 0,98 fraksi massa toluena. Rasio refluks adalah 3,5 lb refluks per lb
produk. Umpan berupa cairan pada titik didihnya dan refluks massa kolom pada
100OF.
a. Tentukan banyaknya hasil puncak (destilat) dan hasil dasar
b. Hitung beban kondensor dan laju alir masuk panas ke reboiler
Penyelesaian :
a. Dari persamaan

F ( x F x W )
D=

( x D xW )

30000 ( 0,4000,020 )
( 0,9700,020 )

30000 ( 0,9700,400 )
( 0,9700,020 )

F ( x D x F )
W=

( x D x W )

= 12.000 lb/jam

Atau F D = 18.000 lb/jam


b. Dari Gambar 1.39
Diperoleh hF = 73,5 Btu/lb, ho = hD = 28,7 BTU/lb, H1 = 232,0 BTU/lb
(enthalpi distilat dalam fase uap jenuh)
Cairan yang meninggalkan reboiler berupa cair jenuh sehingga h W = 86,6
BTU/lb.
Dari persamaan:

Lo
+1
D

qc
D

qc
D

= (3,5 + 1) (232,0 28,7) = 915 BTU/lb

( )

(H1 hD) maka

qC =915 BTU /lb x 12.000 lb/ jam=11.000 .000 BTU / jam


Dari persamaan :
F hF + qr = D hD + W hW + qc , maka
qr = D hD + W hW + qc F hF + qr
= (12.000) (28,7) + (18.000) (86,6) + 11.000.000 30.000 (73,5)
= 344.000 + 1.559.000 + 11.000.000 + 2.205.000
= 10.698.000 BTU/jam katakanlah 10.700.000 BTU/jam

72

Entalpi, Btu/lb

Uap jenuh
Cair jenuh

Fraksi berat benzena


Gambar 1.41
Diagram enthalpi komposisi untuk sistem benzena toluena
pada 1 atm. Kondisi referensi benzena cair jenuh pada 32 oF dan
toluena cair jenuh 32oF
Soal 1.6 Lanjutan Soal 1.5
c. Hitunglah jumlah plat teoritis yang diperlukan dan kedudukan plat umpan
yang benar
d. Banyaknya air pendingin yang diperlukan jika air masuk kondensor pada
80oF dan meninggalkannya pada 120oF
e. Banyaknya uap yang diperlukan jika digunakan uap jenuh pada tekanan 35
f.

psig sebagai medium pemanas pada reboiler


Pengaruh temperatur refluks jika kembali pada titik didihnya dan bukan
pada temperatur 100oF pada kebutuhan air pendingin dan uap serta pada
plat teoritis yang diperlukan.

Jawaban :
c. Dari data yang diberikan dalam contoh soal 1.5, gambarlah titik (x, h) (x F, hF)
dan (xW, hW) pada diagram entalpi komposisi benzena-toluena (lihat Gambar
1.40). Titik (xD , hD + qCD) digambar berikutnya. Dari contoh 1.5
qcD = 915 BTU/lb, hD = 28,7 BTU/lb
hD + qcD = 28,7 + 915 = 943,7 944 BTU/lb
Gambar garis yang menghubungkan titik-titik (x D, hD + qCD).
Titik perpotongannya adalah (xW, hW qrW).
Dari diagram diperoleh bahwa :
(hW qrW) = -508 BTU/lb

73

Entalpi, Btu/lb

Uap jenuh

Cair jenuh

Fraksi berat benzena


Gambar 1.42

Penyelesaian Contoh 1.6

Penyelesaian grafis untuk mencari jumlah plat teoritis dapat dimulai baik dari
puncak maupun dasar kolom. Dalam Gambar 1.40 penggambaran dimulai dari
puncak

kolom dan

diperoleh bahwa diperlukan

11 plat teoritis untuk

pemisahan. Dan plat yang pas untuk memasukkan umpan adalah plat ke-6 dari
atas (puncak). Bilamana digunakan sebuah reboiler biasanya dianggap bahwa
uap dan cairan meninggalkan reboiler (partial reboiler) dalam kesetimbangan
walaupun hal ini tidak selalu benar. Konsekuensinya perlu dihitung sebagai satu
plat teoritis dan 10 plat teoritis diperlukan di dalam kolom.
74

75

d. Dari contoh 1.5, qc = 11.000.000 BTU/jam sehingga laju alir pendingin ke


kondensor adalah :

11.000 .000
= 275.000 lb/jam
12080

275.000
=
551 gallon/menit
(60)(62,19)/7,28

e. Dari contoh 1.5, q = 10.700.000 BTU/jam


Dari tabel uap-uap jenuh pada tekanan 35 psig atau 49,7 psia mempunyai
panas penguapan sebesar 924 BTU/lb. Dengan menganggap bahwa kondensat
keluar dari reboiler sebagai cair jenuh, maka konsumsi uap (steam) adalah :
Steam =
f.

10.700 .000
= 11.600 lb/jam
92,4

Jika refluks kembali pada titik didihnya, maka h o = hD = 64 BTU/lb. Dari


persamaan :

Lo ( h D + qcD )
=
D
H 1h o
hD + qcD =

Lo
D

H1

(H1 ho) + H1

hD + qcD = (3,5) (232 64) + 232 = 820 BTU/lb


qcD = 820 64 = 756 BTU/lb
qc = D qcD = (12.000) (756) = 9.090.000 BTU/jam
Sehingga konsumsi air pendingin di kondensor:

qc

9.090.000
lb
227.000
120 80
jam

qc

227.000
gallon
445
(60)(62,19) / 7, 46
menit

Untuk harga hD + qcD = 820 BTU/lb, berbagai macam bisa digambar dan
konstruksi plat dapat dilakukan seperti pada contoh soal 1.5 sebagaimana terlihat
dalam gambar 1.40. Konstruksi yang beru terlihat dalam gambar 1.41, dan
gambar ini hW - qrW = - 424 BTU/lb, sehingga qrW = 86,6 + 424 = 511 BTU/lb.
qr = W . qrW = (18.000) (511) = 9.200.000 BTU/jam

9.200.000
lb
9960
924
jam
Konsumsi uap (steam) =
Untuk pemisahan ini diperlukan kolom dengan jumlah 11,8 buah

dan

umpan dimasukkan pada plat ke 6 dari puncak.

76

Entalpi, Btu/lb

Uap jenuh

Cair jenuh

Fraksi berat benzena


Gambar. 1.43 Penyelesaian soal 1.6
Catatan: untuk menggambar tie-line digunakan garis operasi, garis lurus melalui
(xF , hF), (xD, hD + qcD) dan (xW , hW qrW), kurva entalpi komposisi dan kurva
kesetimbangan x y (gambar 1.42 tetapi perlu penyesuaian dari fraksi berat ke
fraksi mole dan sebaliknya.
Tidak ada gambarnya
Gambar 1.44 Diagram kesetimbangan sistem benzene-toluene pada tekanan 1
atm

77

1.7.6 Pengaruh Rasio Refluks


Dari uraian sebelumnya tampak bahwa kebutuhan panas untuk suatu
pemisahan dengan laju umpan dan temperatur refluks tertentu ditentukan oleh
rasio refluks yang dipakai. Pengaruh rasio refluks pada jumlah plat yang
diperlukan untuk suatu pemisahan dapat dilihat dari diagram entalpi komposisi
jika rasio refluks bertambah

(naik) terlihat bahwa q yang harus diambil oleh

kondensor naik sehingga qcD naik. Konsekuensinya titik (xD, hD + qcD) bergerak ke
atas bila rasio refluks naik. Jika titik ini bergerak ke atas pemisahan per plat
teoritis (yn yn+1) atau xn xn+1 meningkat akan diperoleh jumlah plat teoritis
minimum. Untuk suatu pemisahan tertentu bilamana rasio refluks tak terhingga
(refluks total). Namun hal ini bukanlah metoda operasi yang umum digunakan
dalam praktek, karena pada refluks total laju alir hasil puncak (distilat) adalah nol.
Dan panas yang diperlukan per unit produk adalah tak terhingga. Hal itu menarik
karena menentukan suatu batas bawah pada jumlah plat yang diperlukan.
Gambar 1.43 memperlihatkan penyelesaian grafis pemisahan dengan refluks
total. Oleh karena titik (xD, hD + qcD) adalah pada + , dan titik terkait untuk seksi
di bawah plat umpan, adalah (x W , hw qrW) akan berada pada . Konsekuensinya
garis-garis yang menghubungkan (x n , hn) dan (xD, hD + qcD) atau titik-titik (xm1 ,
hm1) dan (xW , hw qrW) semua adalah vertikal. Pada gambar 1.43 terlihat bahwa
pada refluks total plat teoritis yang dibutuhkan antara 8 dan 9. Pada refluks total,
plat umpan yang benar adalah plat ke-5 dari atas. Jika rasio refluks turun, jumlah

Entalpi

plat teoritis yang diperlukan naik.

Fraksi berat komponen lebih


volatil
Gambar 1.45 Penyelesaian grafis untuk refluks total
Rasio refluks terendah yang secara teoritis bisa digunakan adalah yang
sesuai dengan jumlah plat tak terhingga. Rasio refluks yang lebih rendah dari
harga rasio refluks ini tidak mempunyai arti fisik yang penting. Dalam operasi
78

yang sesungguhnya rasio refluks selalu di atas rasio refluks yang sesuai dengan
jumlah plat tak terhingga, tetapi pengetahuan batas terendah rasio refluks ini
mempunyai arti dalam menentukan rasio refluks aktual yang dipakai. Pengkajian
penyelesaian grafis yang diterangkan sampai saat ini memperlihatkan bahwa
slope dari garis-garis operasi yaitu garis yang menghubungkan titik (x D, hD + qcD)
dan titik (xn, hn) dimana n = 1, 2, 3 . atau garis-garis yang menghubungkan (x W,
hW qrW) dengan titik-titik (xm-1, hm-1) di mana m = f + 2, f + 3 . harus selalu lebih
besar dari tie-line pada harga x n atau xm-1 terkait (yang sama). Jika slope suatu
garis operasi dari tie-line di seksi manapun dalam kolom adalah sama, maka
sejumlah tak terhingga plat akan dibutuhkan karena penyelesaian grafis pada titik
ini memperlihatkan bahwa pemisahan y n yn+1 atau xn xn+1 menjadi nol.
Penentuan rasio refluks yang sesuai dengan jumlat plat teoritis tak terhingga di
dalam suatu menara (kolom) diperoleh bila mana garis operasi dan tie-line
berimpit saat rasio refluks turun. Di seksi di atas plat umpan diperoleh dengan
memperpanjang tie-line tie-line ke garis vertikal x = x D dan catatan tie-line yang
mana yang memberikan harga h D + qcD tertinggi. Di dalam seksi di bawah umpan
tie-line tie-line diperpanjang sampai memotong garis vertikal x = x w dan dicatat
tie-line yang mana yang memberi harga h W qrW dapat dibandingkan dengan
harga tertinggi hD + qcD yang diperoleh untuk seksi di atas umpan. Harga yang
tertinggi merupakan suatu pengendali dan rasio refluks yang sesuai dengan harga
ini disebut rasio refluks minimum. Seksi kolom di mana garis operasi dan tie-line
berimpit pada rasio refluks minimum tergantung sistem yang dipisahkan
komposisi dan entalpi umpan dan pada komposisi hasil puncak dan hasil dasar
sehingga tidak aturan umum menyeluruh untuk banyak sistem dan dengan
komposisi umpan mendekati tengah rentang komposisi, maka tie-line melalui titik
umpan (xF, hF) sering sesuai dengan tie-line pengendali. Gambar 1.44 memberikan
ilustrasi diskusi di atas tentang rasio refluks minimum. Terlihat pada diagram tieline a sampai l. Dalam seksi di atas plat umpan maka tie-line f yang apabila
diperpanjang melewati titik (xF, hF)memberikan harga hD + qcD tertinggi.

79

Entalpi

Fraksi berat komponen lebih


volatil
Gambar 1.46 Penentuan rasio refluks minimum
Pada seksi di bawah plat umpan, maka garis (tie-line) memberi harga h W qrW terendah. Sehingga sesuai harga tertinggi dari h D + qcD. Untuk pemisahan ini
tie-line melalui umpan menentukan rasio refluks minimum

yang dengan

menggunakan persamaan :

Lo ( h D + qcD )H 1
=
D
H 1ho

( LD )
o

min

pr
nm

memberikan :

= 1,82

80

Anda mungkin juga menyukai