Anda di halaman 1dari 18

TUGAS III ELEMEN MESIN II

KOPLING
Dosen Pengampu : Ir. Sudarsono, M.T

Disusun Oleh :

TAUFIQ AKBAR ISMA PRANOTO


ALFONSUS AGUS WIBOWO
KASNA MULYADIN
YUDI EKO SUSANTO

( NIM. 111031037 )
( NIM. 111031045 )
( NIM. 111031047 )
( NIM. 111031118 )

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2012/2013

KOPLING
1. PENGERTIAN

Kopling (clutch) terletak di antara mesin dan transmisi. Kopling


berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan putaran mesin ke
transmisi.

Gambar 1.

Konstuksi letak unit kopling (clutch) pada kendaraan

Kopling dalam pemakaian dikendaraan, harus memiliki syarat- syarat


minimal sebagai berikut :
a. Harus dapat memutus dan menghubungkan putaran mesin ke
transmisi

dengan

lembut.

Kenyamanan

berkendara

menuntut

terjadinya pemutusan dan penghubungan tenaga mesin berlangsung


dengan lembut. Lembut berarti terjadinya proses pemutusan dan
penghubungan adalah secara bertahap.
b. Harus dapat memindahkan tenaga mesin dengan tanpa slip Jika
kopling sudah menghubung penuh maka antara fly wheel dan plat
koping tidak boleh terjadi slip sehingga daya dan putaran mesin
terpindahkan 100%.
c. Harus dapat memutuskan hubungan dengan sempurna dan cepat. Pada
saat kita operasinalkan, kopling harus dapat memutuskan daya dan
putaran dengan sempurna, yaitu daya dan putaran harus betul-betul
tidak diteruskan, sedangkan pada saat kopling tidak dioperasionalkan,
kopling harus menghubungkan daya dan putaran 100%. Kerja kopling
dalam memutus dan menghubungkan daya dan putaran tersebut harus
cepat atau tidak banyak membutuhkan waktu.
2. JENIS-JENIS KOPLING
a. Kopling Gesek
Dinamakan kopling gesek karena untuk melakukan pemindahan daya
adalah dengan memanfaatkan gaya gesek yang terjadi pada bidang

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 1

gesek. Ditinjau dari bentuk bidang geseknya kopling dibedakan


menjadi 2 yaitu :
1.) Kopling piringan (disc clutch)
Kopling piringan adalah unit kopling dengan bidang gesek
berbentuk piringan atau disc.
2.) Kopling konis (cone clutch)
Kopling konis adalah unit kopling dengan bidang gesek berbentuk
konis.
Ditinjau dari jumlah piringan/ plat yang digunakan kopling dibedakan
menjadi 2 yaitu :
1.) Kopling plat tunggal
Kopling plat tunggal adalah unit kopling dengan jumlah piringan
koplingnya hanya satu.

Gambar 2. Konstruksi unit kopling plat tunggal

2.) Kopling plat ganda/ banyak


Kopling plat banyak adalah unit kopling dengan jumlah piringan
lebih dari satu

Gambar 3. Konstruksi unit kopling plat ganda

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 2

Gambar 4. Konstruksi unit kopling plat banyak

Gambar 5. Plat kopling pada unit kopling plat banyak

Gesekan

antar

bidang/

permukaan

komponen

tentu

akan

menimbulkan panas, sehingga memerlukan media pendinginan.


Ditinjau dari lingkungan/media kerja, kopling dibedakan menjadi :
1.)

Kopling basah
Kopling basah adalah unit kopling dengan bidang gesek
(piringan atau disc) terendam cairan/ minyak. Aplikasi kopling
basah umumnya pada jenis atau tipe plat banyak, dimana
kenyamanan berkendara yang diutamakan dengan proses kerja
kopling

2.)

tahapannya

panjang,

sehingga

banyak

terjadi

gesekan/slip pada bidang gesek kopling dan perlu pendinginan.


Kopling kering
Kopling kering adalah unit kopling dengan bidang gesek
(piringan atau disc) tidak terendam cairan/minyak (dan bahkan
tidak boleh ada cairan/ minyak).

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 3

Untuk mendapatkan penekanan yang kuat saat bergesekan,


sehingga saat meneruskan daya dan putaran tidak terjadi slip maka
dipasangkan pegas penekan. Ditinjau dari pegas penekannya,
kopling dibedakan menjadi :
1.) Kopling pegas spiral
Adalah unit kopling dengan pegas penekannya berbentuk
spiral. Dalam pemakaiannya dikendaraan kopling dengan pegas
coil memiliki kelebihan : penekanannya kuat dan kerjanya
cepat/ spontan. Sedangkan kekurangannya : penekanan kopling
berat, tekanan pada plat penekan kurang merata, jika kampas
kopling aus maka daya tekan berkurang, terpengaruh oleh gaya
sentrifugal pada kecepatan tinggi dan komponennya lebih
banyak, sehingga kebanyakan kopling pegas spiral ini
digunakan pada kendaraan menengah dan berat yang
mengutamakan kekuatan dan bekerja pada putaran lambat.

Gambar 6. Kopling gesek dengan pegas spiral

2.) Kopling pegas diaphragma


Adalah unit kopling dengan pegas penekannya berbentuk
diaphragma.

Penggunaan

pegas

diaphragma

mengatasi

kekurangan dari pegas spiral. Namun pegas diaphragma


mempunyai kekurangan : kontruksinya tidak sekuat pegas
spiral dan kurang responsive (kerjanya lebih lambat), sehingga
kebanyakan kopling pegas diaphragm ini digunakan pada
kendaraan ringan yang mengutamakan kenyamanan.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 4

Gambar 7. Kopling gesek pegas diaphragma

KONSTRUKSI KOPLING GESEK

Gambar 8. Konstruksi kopling gesek

1.) Plat Kopling (Disc clutch)

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 5

Gambar 9. Plat kopling

Plat kopling adalah komponen unit kopling yang berfungsi


menerima dan meneruskan tenaga mesin dari roda penerus dan
plat penekan ke input shaft transmisi. Bagian-bagian plat
kopling terlihat pada gambar 3. Plat kopling dipasangkan pada
alur-alur input shaft transmisi. Bagian plat kopling yang beralur
dan berhubungan dengan input shaft transmisi dinamakan
clutch hub. Kampas kopling (facing) dipasangkan pada plat
kopling

untuk

memperbesar

gesekan.

Kampas

kopling

dipasangkan pada cushion plate dengan dikeling. Cushion plate


dipasangkan pada plat kopling juga dengan dikeling. Hentakan
saat kopling mulai meneruskan putaran dan pada saat akselerasi
dan deselerasi diredam oleh torsion dumper. Terdapat dua jenis
torsion dumper yakni torsion rubber dumper dan torsion spring
dumper.

2.) Rumah kopling, plat penekan dan pegas penekan

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 6

Gambar 10. Rumah kopling tipe boss drive

Clutch cover unit terdiri dari plat penekan, pegas penekan, tuas
penekan dan rumah kopling. Ditinjau dari konstruksinya clutch
cover dibedakan menjadi tiga yakni: boss drive type clutch
cover, radial strap type clutch cover dan corded strap drive tipe
clutch cover. Pada tipe boss drive plat penekan dipasangkan
pada rumah kopling dengan boss sehingga konstruksinya kuat,
namun perpindahan tenaga tidak bisa lembut. Tipe radial strap
type clutch cover dan corded strap drive tipe clutch cover. Pada
tipe boss drive plat penekan dihubungkan ke rumah kopling
oleh strap (plat baja) dalam arah radial dari boss. Tipe corded
strap drive plat penekan ditahan oleh tiga buah plat pada rumah
kopling sehingga daya elastisitas plat tersebut memungkinkan
perpindahan tenaga terjadi dengan lembut.
b. Kopling Magnet
Dinamakan kopling magnet karena untuk melakukan pemindahan daya
dengan memanfaatkan gaya magnet. Magnet yang digunakan adalah
magnet remanent yang dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik
ke dalam sebuah lilitan kawat pada sebuah inti besi. Listrik yang
dibangkitkan atau tersedia dikendaraan adalah listrik arus lemah
sehingga magnet yang dibangkitkan tidak cukup kuat untuk dijadikan
sebagai kopling pemindah daya utama. Kopling jenis ini kebanyakan
hanya digunakan sebagai kopling pada kompresor air conditioner
(AC).

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 7

Gambar 11. Konstuksi unit kopling magnet

c. Kopling Satu Arah


Kopling satu arah merupakan kopling otomatis yang memutus dan
menghubungkan poros penggerak (driving shaft) dan yang digerakkan
(driven shaft) tergantung pada perbandingan kecepatan putaran sudut
dari poros-poros tersebut. Jika kecepatan driving lebih tinggi dari
driven, kopling bekerja menghubungkan driving dan driven. Jika
kecepatan driving lebih rendah dari driven, kopling bekerja
memutuskan driving dan driven. Ada dua jenis one way clutch yakni
sprag type dan roller type.

Gambar 12. Kopling satu arah tipe sprag dan tipe roller

3. CARA KERJA KOPLING


Kopling berfungsi untuk memindahkan tenaga secara halus dari mesin ke
transmisi melalui adanya gesekan antara plat kopling dengan fly wheel dan
plat penekan. Kekuatan gesekan diatur oleh pegas penekan yang dikontrol
oleh pengemudi melalui mekanisme penggerak kopling.
Jika pedal kopling ditekan penuh, tekanan pedal tersebut akan diteruskan
oleh mekanisme penggerak sehingga akan mendorong plat penekan

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 8

melawan tekanan pegas penekan sehingga plat kopling tidak mendapat


tekanan. Gesekan antara plat kopling dengan fly wheel dan plat penekan
tidak terjadi sehingga putaran mesin tidak diteruskan.
Jika pedal kopling ditekan sebagian/ setengah, tekanan pedal tersebut akan
diteruskan oleh mekanisme penggerak sehingga akan mendorong plat
penekan melawan sebagain/setengah tekanan pegas penekan sehingga
tekanan plat penekan ke fly wheel berkurang, sehingga plat kopling akan
slip. Gesekan antara plat kopling dengan fly wheel dan plat penekan kecil
sehingga putaran dan daya mesin diteruskan sebagian.
Apabila pedal dilepaskan maka gaya pegas akan kembali mendorong
dengan penuh plat penekan. Plat penekan menghimpit plat kopling ke fly
wheel dengan kuat sehingga terjadi gesekan kuat dan berputar bersamaan.
Dengan demikian putaran dan daya mesin diteruskan sepenuhnya (100%)
tanpa slip.
4. KERUSAKAN PADA KOPLING
Di mobil bertransmisi manual, kopling sendiri terbagi dalam empat
komponen penting: flywheel, clutch disc, cover clutch, dan release
bearing. Kerusakan dari masing-masing komponen ini memiliki ciri yang
berbeda, itu sebabnya perlu cara berbeda untuk mendeteksinya.
Jika terjadi kerusakan pada komponen ini, tak ada langkah lain
kecuali membongkarnya. Dan biaya untuk membongkar transmisi cukup
mahal sehingga penggantian komponen secara menyeluruh merupakan
langkah terbaik.
Ciri-ciri kerusakan kopling di mobil :
a. Injakan pedal kopling meninggi
Ciri dari mulai menipisnya pelat kopling (clutch disc) di mobil Anda
adalah injakan pedal yang mulai meninggi dari biasanya. Maksudnya,
mobil baru mulai bergerak ketika pedal kopling diangkat mendekati
posisi sebelum diinjak.
Namun bila mobil Anda baru diperoleh dalam kondisi bekas, tidak ada
salahnya

untuk

memeriksa

penyetelan

pedal

kopling.

Ada

kemungkinan hal ini disebabkan oleh setelan kopling dari pemilik


mobil terdahulu.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 9

b. Kemampuan akselerasi menurun


Saat pedal gas diinjak secara spontan untuk berakselerasi, respon laju
kendaraan tidak seirama. Jadi, putaran mesin meninggi tanpa diikuti
oleh percepatan kendaraan yang sepadan. Paling kentara, kondisi ini
terjadi saat melaju di jalan menanjak. Respon kendaraan terasa lamban
meski pedal gas telah diinjak dalam dan putaran mesin sudah
meninggi. Bau sangit pun kerap muncul akibat pelat kopling yang
mulai menipis sehingga tidak mampu menyalurkan tenaga mesin ke
roda.
c. Suara aneh di transmisi
Selain keausan pelat kopling, kerusakan damper pun mungkin terjadi.
Apalagi bila mobil kerap diajak berakselerasi keras oleh sang
pemiliknya.
Cirinya adalah timbulnya suara asing di sekitar transmisi saat pedal
kopling diangkat. Hal ini turut diikuti oleh pergerakan mobil yang
menjadi tidak halus. Selain itu, suara desingan bearing pun kerap
terdengar saat pedal kopling tidak diinjak. Namun suara ini akan hilang
ketika pedal diinjak. Hal ini disebabkan oleh mulai mengeringnya
pelumas pada release bearing.
d. Getaran saat pedal kopling diangkat

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 10

Bila ini yang terjadi, maka kemungkinan besar kerusakan terjadi pada
dekrup (cover clutch) atau flywheel. Getaran ini timbul akibat
permukaan cover clutch atau flywheel yang sudah tidak rata. Bila hal
ini yang terjadi, maka Anda perlu menyiapkan dana tambahan untuk
meratakan permukaan flywheel di tukang bubut. Selain itu, tekanan
cover clutch yang tidak rata pun dapat menyebabkan timbulnya getaran
ini.
5. PEMERIKSAAN KOMPONEN KOPLING
a. Release Bearing
Release bearing umumnya merupakan unit bearing tertutup dengan
tipe pelumasan permanen, sehingga tidak memerlukan pembersihan
pada pelumasannya. Pemeriksaan pertama yang dapat dilakukan
adalah secara fisual, adalah dengan melihat apakah ada kotoran, luka
bekas gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada kotoran, luka
bekas gesekan/terbakar, tergores dan itu hanya sedikit dapat
dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika kerusakannya
parah, ganti dengan unit yang baru.

Pemeriksaan release bearing dengan cara pengujian kerja sebagai


berikut :
(a) Putar bearing dengan tangan dan berilah tenaga pada arah axial.
Jika putaran kasar dan atau terasa ada tahanan sebaiknya ganti
(b) Tahan hub dan case dengan tangan kemudian gerakkan pada semua
arah untuk memastikan self-centering system agar tidak tersangkut.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 11

Hub dab casae harus bergerak kira-kira 1 mm. Jika kekocakan


berlebihan atau macet sebaiknya diganti dengan yang baru
b. Pegas Penekan dan Tuas Pembebas
Pemeriksaan pegas penekan dan tuas pembebas dilakukan dengan
beberapa tahapan yaitu :
(a) Pemeriksaan secara fisual, adalah dengan melihat apakah ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika
ada kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan itu hanya
sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus.

(b) Lakukan pengukuran kedalaman dan lebar keausan bekas gesekan


release bearing. Kedalaman maksimal adalah 0.6 mm dan lebar
maksimal 5.0 mm. Jika keausan melebihi spesifikasi ganti dengan
yang baru

(c) Pemeriksaan dengan SST dan filler gauge (thickness gauge).


Dengan bantuan SST dan Filler gauge, periksa kerataan
permukaan ujung pegas diphragm atau ujung tuas pembebas.
Selisih pengukuran atau ketidakrataan maximal 0.5 mm

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 12

(d) Pemeriksaan dengan dial indikator. Dengan dial indikator dan alat
pemutar

juga

dapat

dilakukan

pengukuran

ketidakrataan

permukaan ujung pegas diphragm atau ujung tuas pembebas.


Untuk memudahkan pengukuran pasanglah dial dengan magnetik
base pada mesin. Penyimpangan maximal : 0.5 mm

(e) Pemeriksaan panjang dan kesikuan pegas penekan Panjang bebas


pegas penekan mempunyai limit yang bervariasi tergantung
ukuran kopling unit. Demikian juga dengan ketidaksikuan pegas
penekan. Semakin besar unit kopling biasanya limit/ tolerensi
semakin besar

(f) Pemeriksaan tegangan pegas penekan Tegangan pegas penekan


sangat

berpengaruh

pada

kekuatan

kerja

kopling

dalam

meneruskan putaran dan daya mesin. Semakin berat suatu

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 13

kendaraan maka akan semakin kuat/ besar tegangan pegas penekan


yang digunakan. Spesifikasi tegangan pegas dapat dilihat pada
buku manual kendaraan. Perbedaan antar pegas juga tidak boleh
terlalu besar, karena akan membuat penekanan kopling tidak
merata.

c. Plat Penekan
Pemeriksaan plat penekan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
(a) Pemeriksaan secara fisual, adalah dengan melihat apakah ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan itu hanya sedikit
dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika kerusakannya
parah, perbaiki dengan menggunakan mesin bubut atau jika tidak
memungkinkan, ganti dengan plat penekan baru.
(b) Lakukan pengukuran kerataan plat kopling dengan straigh edge dan
filler gauge. Ketidakrataan max adalah 0.5 mm.

d. Plat Kopling
Pemeriksaan plat kopling dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
(a) Pemeriksaan secara fisual, adalah dengan melihat apakah ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan atau retak. Jika ada
kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan itu hanya sedikit
dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus. Jika kerusakannya
parah, ganti kampas kopling atau ganti dengan plat kopling baru.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 14

(b) Pemeriksaan dan pengukuran kedalaman paku keling dengan


jangka sorong. Batas kedalaman paku keling, minimal 0.3 mm. Jika
kedalaman sudah melebihi spesifikasi, ganti kampas kopling atau ganti
dengan plat kopling baru

Penggantian kampas kopling dilakukan dengan cara melepas kampas


kopling lama dengan merusak paku kelingnya dengan bor, memasang
kampas kopling baru dengan paku keling baru dengan urutan
menyilang. Lakukan pengetesan kerataan dan keolengan plat kopling
dengan bantuan roller instrumen dan dial indikator

(c) Pemeriksaan run-out plat kopling. Dengan roller-instrumen


(mesin/alat-pemutar) dan dial indikator periksalah run-out plat
kopling! Bila run-out melebihi 0.8 mm, gantilah plat kopling dengan
yang baru.
e. Fly Wheel
Pemeriksaan plat kopling dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu :
(a) Pemeriksaan secara fisual, adalah dengan melihat apakah ada
kotoran, luka bekas gesekan, tergores dan atau retak pada bidang
geseknya. Jika ada kotoran, luka bekas gesekan/ terbakar, tergores dan
itu hanya sedikit dapat dibersihkan dengan kertas amplas yang halus.
Jika kerusakannya parah, ganti dengan plat kopling baru.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 15

(b) Pemeriksaaan keausan gigi-gigi ring gear dari keausan dan


kerusakan. Jika terdapat kerusakan, ganti dengan ring gear yang baru.
Penggantian ring gear adalah dengan cara dipanaskan pada suhu 80
s.d. 100oC, kemudian lepaskan ring gear lama dan pasangkan ring gear
baru dengan menggunakan mesin press. Pemanasan tidak boleh
melebihi 120oC karena bisa mengubah sifat logam.
(c) Pemeriksaan run-out fly wheel. Dengan dial indikator periksalah
run-out fly wheel! Bila run-out melebihi 0.2 mm, gantilah fly wheel.

(d) Pemeriksaan Pilot Bearing. Putarkan bearing dan beri tenaga pada
arah axial. Jika putaran kasar dan terdapat kekocakan yang berlebihan,
ganti dengan pilot bearing yang baru.

Penggantian pilot bearing dilakukan dengan melepas pilot bearing


lama dengan SSt sliding hamer dan kemudian memasangkan pilot
bearing baru.

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim (1994). Training Manual Drive Train Group, Jakarta : Penerbit
PT.Toyota-Astra Motor.
Anonim (tt). Step 2 Materi Pelajaran Chassis Group, Jakarta : Penerbit
PT.Toyota-Astra Motor.
Anonim (2004). N-Step Step 2 Chasis Training Materials text, Jakarta : Penerbit
PT. NISSAN.
Karim Nice (2000). How Clutches Work, www. howstuffworks.com

ELEMEN MESIN II ( KOPLING )

Page 17

Anda mungkin juga menyukai