PERCOBAAN 1
SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN
INTRAVASKULAR (INTRAVENA)
G1F013010
G1F013012
G1F013014
Aliyah
G1F013016
G1F013026
farmakokinetika.
B. ALAT DAN BAHAN
HASIL
0,5 ; 1 ; 2 ; 3 ; 5 mcg/ml
Larutan baku metilen
dengan berbagai
Diamati absorbansinya
Dibuat kunci kadar larutan baku
Hitung koefisien korelasinya
Hasil
D. HASIL PERCOBAAN
1. Pembuatan kurva baku
5 mg ad 50 ml = 5 mg/ 50 ml
= 0,1 mg/ ml
= 100 g/ ml
2. Pengenceran
5 g/ml -> M1.V1=M2.V2
100 g/ml. V1=5 g/ml. 25ml
V 1=
125 g/ml
100 g/ml
V1 = 1,25 ml ad 25 ml
100 g/ml
100 g/ml
V1 = 1 ml ad 10 ml
200 g/ml
100 g/ml
V1 = 2 ml ad 10 ml
1000 g/ml
100 g/ml
V1 = 10 ml ad 25 ml
1250 g/ml
100 g/ml
V1 = 12,5 ml ad 25 ml
Absorbansi
0,021 A
0,040 A
0,060 A
0,149 A
0,191 A
Konsentrasi
Absorbans
(menit)
(C) (g/ml)
i
0
80,050
0,301
15
73, 459
0,276
30
68, 186
0, 256
45
58, 694
0, 220
5. Perhitungan Area Bawah Kurva (AUC)
Cpo
AUC=
k
K didapatkan dari :
K
2.303
K = 2.303 x 2,92.10-3
K= 6,72.10-3/menit
Cp0 didapatkan dari :
dosisi . v .
Vd=
Cp0
500ml=
Cp0=
10000 mcg
Cp 0
10000 mcg
500 ml
Cp0= 20 mcg/ml
Log C
1,903
1,866
1,833
1,786
AUC=
Cpo
k
AUC=
20 mcg/ml
6.72 .103/menit
0,693
6,72.103
II
III
IV
Absorbansi
Log C
t (menit)
t vs log C
(C) (g/ml)
124,078
102,987
79,520
53,949
0,468
0,388
0,299
0,202
2,094
2,013
1,900
1,732
0
15
30
45
R= -0,986
A= 2,1146
B=-
80,050
73,459
68,186
58,694
0,301
0,276
0,256
0,220
1,903
1,866
1,833
1,768
0
15
30
45
93,759
82,950
76,359
64,231
0,353
0,312
0,287
0,241
1,972
1,918
1,882
1,807
0
15
30
45
10,338
9,829
7,982
7,982
0,038
0,036
0,034
0,034
1,101
0,993
0,902
0,902
0
15
30
45
Konsentrasi
8. Kurva Regresi
7,993x10-3
R= -0,986
A= 1,908
B=
2,92x10-3
R= 0,999
A= 1,9744
B=
-3,54x10-3
R= 0,93
A= 1,0168
B=
-4,27x10-3
T Vs Absorbansi
1.95
1.9
f(x) = - 0x + 1.91
R = 0.97
1.85
Absorbansi
Linear (Absorbansi)
1.8
1.75
1.7
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
E. PEMBAHASAN
Dilakukan percobaan simulasi model in vitro farmakokinetik obat secara
intravena. Percobaan ini bertujuan untuk dapat menjelaskan proses
farmakokinetik obat dalam tubuh setelah pemberian injeksi bolus secara
intravena
dan
mengetahui profil
farmakokinetk
obat.
Percobaan
ini
Dalam
metode
ini,
suatu
wadah
digambarkan
sebagai
beaker glass diilustrasikan sebagai volume distribusi obat dalam tubuh. Volume
distribusi (Vd) menunjukkan volume penyebaran obat dalam tubuh dengan
kadar plasma atau serum (Setiawati, 2005). Volume distribusi yang diperoleh
mencerminkan suatu keseimbangan antara ikatan pada jaringan, yang
mengurangi konsentrasi plasma dan membuat nilai distribusi lebih besar,
dengan ikatan pada protein plasma, yang meningkatkan konsentrasi plasma dan
membuat volume distribusi menjadi lebih kecil. Perubahan-perubahan dalam
ikatan dengan jaringan ataupun dengan plasma dapat mengubah volume
distribusi yang ditentukan dari pengukuran-pengukuran konsentrasi plasma
(Holford, 1998).
Digunakan satu wadah sebagai ilustrasi model kompartemen satu terbuka.
Model ini menganggap bahwa berbagai perubahan kadar obat dalam plasma
mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam jaringan
(Shargel, 1988).
Setelah zat metilen merah terlarut dalam larutan, dilakukan pengadukan
secara terus menerus yang menggambarkan seperti aliran darah yang mengalir
dalam tubuh dengan kecepatan konstan. Cairan dalam wadah kemudian
dikeluarkan sebanyak 100 ml setiap 15 menit (yang dianggap sebagai proses
ekskresi renal). Proses ini disimulasikan sebagai klirens (Cl). Klirens suatu
obat adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa mempermasalahkan
mekanisme prosesnya. Umumnya jaringan tubuh atau organ dianggap sebagai
suatu kompartemen cairan dengan volume terbatas (volume distribusi) dimana
obat terlarut didalamnya (Shargel, 2005).
Setiap pengambilan cuplikan pada wadah ditambahkan kembali aquades
sebanyak 100 ml untuk menggambarkan proses ekskresi obat dari dalam
tubuh. Tahap selanjutnya yaitu pengukuran konsentrasi setiap cuplikan dengan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS untuk menentukan kadar metilen merah
yang diekskresikan per satuan waktu .Cuplikan diukur panjang gelombangnya
untuk didapatkan absorbansinya sehingga dapat diketahui konsentrasinya
dengan menggunakan data kalibrasi metilen merah standar yang telah
Konsentrasi
Absorbans
(menit)
(C) (g/ml)
i
0
80,050
0,301
15
73, 459
0,276
30
68, 186
0, 256
45
58, 694
0, 220
Dari data yang diperoleh diatas dapat diketahui bahwa konsentrasi metilen
merah mengalami penurunan kadar sebanding dengan selang waktu dari
cuplikan yang diambil. Pada pemberian waktu ke-0, konsentrasi yang
didapatkan mencapai 80,050. Pada menit ke-15 konsentrasi menurun menjadi
73,459, pada menit ke 30 konsentrasi kembali menurun menjadi 68,186 dan
pada menit ke 45 menurun menjadi 58, 694. Sehingga dapat dilihat bahwa laju
eliminasi dari larutan metilen merah semakin menurun seiring dengan
perubahan waktu. Data yang didapat merupakan data kompartemen tunggal
injeksi bolus intravena. Data menghasilkan grafik menurun karena pada rute
ini obat langsung mencapai konsentrasi 100% dan didistribusikan tanpa
adanya tahapan absorbsi obat.
Dari pemberian obat melalui intravena dapat diketahui parameter primer
yang menunjukan profil farmakokinetiknya yaitu volume distribusi sebesar
500 ml dan klerens sebesar 100ml/15 menit. Tidak diketahui Ka (kecepatan
absorbs) karena disimulasikan berupa injeksi bolus intravena. Dari parameter
primer didapatkan parameter sekunder berupa t1/2 sebesar 103,125 menit dan
harga K sebesar 6,72.10-3/menit kemudian adapula parameter turunan salah
satunya AUC dari sample metilen merah didapatkan nilai sebesar 2976,2 mcg.
ml/menit. AUC atau Area Under Curve sendiri adalah permukaan di bawah
kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma sebagai
fungsi dari waktu. AUC dihitung secara matematis dan merupakan ukuran
untuk
bioavailabilitas
suatu
obat.
AUC
dapat
digunakan
untuk
F. KESIMPULAN
Simulasi model in vitro farmakokinetika digunakan untuk menguji profil
farmakokinetika obat dalam suatu wadah yang digambaran seperti
kompartemen darah dalam tubuh sebagai tempat didistribusikan dan
dieliminasikannya
obat.
Dari
pengujian
tersebut
diketahui
profil
Setiawati, A., 2005, Farmakokinetik Klinik Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta :
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Shargel, L. dan Andrew, A, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Terapan. Surabaya : Airlangga University Press
Shargel, L. dan Yu., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Surabaya:
Airlangga Univeersity Press.
Zunilda, S.B, dan F.D. Suyatna, 1995, Pengantar Farmakologi. Dalam Farmakologi
dan Terapi Edisi kelima. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.
TUGAS
1. Apa yang diamksud dengan model farmakokinetika dan mengapa diperlukan
model farmakokinetika? Sebutkan macamnya?
Jawab:
Nasib obat sesudah diminum adalah didistribusikan ke seluruh tubuh
oleh cairan tubuh (darah), tetapi kita tidak dapat mengetahui dengan pasti
kemana dan berapa jumlahnya pada jaringan penerima distribusi. Untuk
mengirakan hal tersebut, maka secara farmakokinetika dibuatlah model-model
yang
melihat
tubuh
sebagai
kompartemen.
Tujuan
dibuat
model
Berat badan : obat yang besifat lipofilik ketika terjadi kenaikan berat badan
makan volume distribusinya pun akan mengalami peningkatan sehingga kadar
obat daram darah sedikit sedangkan obat yang bersifat hidrofilik tidak