ANAMNESA
Anamnesa adalah hasil wawancara yang diperoleh oleh dokter dari penderita; baik secara
langsung yang disebut auto anamnese ataupun dari orang-orang terdekat pada penderita seperti
suami/isteri/ibu/anak dll, yang jelas mengetahui keadaan tentang riwayat penyakit penderita,
yang disebut pula allo anamnese.
Anamneses itu suatu hal yang penting bagi seorang dokter untuk melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya dan selengkapnya agar memudahkan dokter untuk menegakkan diagnose
sementaranya, merupakan titik tolak pemeriksaan Diagnostik Fisik selanjutnya.
Anamnese itu dapat kita bagi atas beberapa golongan, menurut urutannya mana yang lebih
dahulu perlu kita tanyakan pada penderita; yang umumnya meliputi:
1. Anamnese Peribadi
2. Anamnese Keluhan utama
3. Anamnese Penyakit sekarang
4. Anamnese Penyakit terdahulu
5. Anamnese Organ /System
6. Anamnese Riwayat Peribadi
7. Anamnese Famili
8. Anamnese Sosial/ Ekonomi
9. Anamnese Gizi
Baiklah disini kita mencoba untuk menjelaskan satu persatu anamneses yang akan kita lakukan
pada penderita menurut urutan yang lazim dilakukan oleh dokter pada prakteknya sehari-hari.
Dalam melaksanakan / melakukan anamneses terhadap penderita, sebaiknya dokter bersikap
tenang dan ramah, sehingga terbentuk hubungan pasien dokter yang serasi. Dan bila perlu dokter
mengulangi kembali keluhan-keluhannya tadi yang membuat penderita perlu mencari dokter
untuk pertolongan / pengobatan terhadap penyakitnya. Berdasarkan urutan anamneses yang biasa
yang lazim dilakukan oleh dokter pada prakteknya sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Anamnese Peribadi
Sebenarnya mengenai anamneses peribadi pada praktek sehari-hari sebagian besar dilakukan
oleh pembantu dokter/ juru rawat, tapi jika dokter tidak mempunyai pembantu, tentu hal tersebut
akan dilakukan oleh dokternya sendiri. Anamnese peribadi meliputi data-data yang tersebut
dibawah ini :
- Nama
- Agama
- Umur
- Bangsa/ suku
- Kelamin
- Alamat
- Pekerjaan
Data data diatas penting bagi para dokter yang merupakan identitas penderita pada suatu saat
dokter harus segera dapat berhubungan dengan penderita, ataupun ada hubungan antara data-data
tersebut dengan penyakit yang diderita oleh orang sakit pada saat dahulu atau sekarang. Setelah
anamneses peribadi, dokter meneruskan anamnesenya, mengenai keluhan utama
2. Anamnese Keluhan Utama
Anamneses mengenai keluhan utama adalah hal penting bagi dokter merupakan keterangan dari
penderita yang menyatakan apa sebenarnya keluhan-keluhan / gangguan-gangguan yang
membuat penderita hingga perlu berusaha mencari sokter dengan segera untuk mendapatkan
pengobatan, dalam hal tersebut dokter perlu memperjelas menanyakan kembali keluhan
penderita tersebut mengenai telah berapa lama dideritanya, dimana tempatnya, bagaimana
perkembangannya ataupun menanyakan lagi apakah masih ada keluhan-keluhan /gangguangangguan yang dianggap penderita masih merupakan keluhan yang penting sehubungan dengan
penyakit yang dideritanya sekarang. Keluhan utama adalah merupakan keluhan yang terpenting
dari penderita mengenai penyakitnya. Misalnya keluhan utama seorang penderita berupa:
-
sesak nafas
kaki bengkak
jantung berdebar-debar
Dari keluhan penderita tersebut sebenarnya dokter sudah dapat berpikir penyakit atau organ apa
kira-kira yang terlibat pada penyakit penderita. Dalam hal ini tentunya dokter berpendapat,
bahwa penderita mengalami penyakit system Kardiovaskuler, selanjut dokter harus lebih banyak
menanyakan keluhan-keluhan/ gangguan-gangguan yang ada hubungannya dengan system
Kardiovaskuler.
Jadi dari keluhan utama penderita, dokter telah dapat berfikir menentukan kira-kira organ mana
yang terlibat pada penyakitnya.
Dibawah ini kami buatkan contoh-contoh dari keluhan utama yang dapat mengarah ke organorgan yang terlibat.
Misalnya :
Organ terlibat
Keluhan utama
Paru-paru
Batuk-batuk
Sesak nafas
Batuk berdarah
Demam-demam
Nyeri dada
Debar-debar
Sesak nafas
Kaki bengkak
Lekas capek
Nyeri dada
Bibir biru
Mual
Muntah-muntah
Muntah darah
Menceret-menceret
Berak darah
Mata kuning
Kardiovaskuler
Saluran pencernaan
Sendi-sendi/ tulang
Endokrin
Muka sembab
Sakit pinggang
Kencing berdarah
Gangguan kencing
Ada perdarahan
(hematoma)
Pembengkakan kelenjar-kelenjar
Gangguan sexual
Banyak kencing
di
bawah
kulit
Misalnya bila penderita memakan makanan yang pedas-pedas keluhan sakit perutnya bertambah
ataupun bila penderita lapar perutnya rasanya menjadi panas, sakit seperti disayat-sayat, dsb.
Dan sebaliknya bila penderita meminum susu keluhan sakit perutnya menjadi berkurang.
Ataupun dapat juga penderita mengatakan keluhan sesak napasnya dapat berkurang jika
penderita mengabil sikap duduk sewaktu bernapas. Kemudian dokter meneruskan anamnesenya
mengenai penyakit terdahulu.
4. Anamnese Penyakit Terdahulu
Disini dokter menanyakan penderita tentang penyakit-penyakit yang telah dideritanya sejak
kanak-kanak sampai dewasa (saat sebelum dianya menderita penyakit yang sekarang).
Misalnya apakah penderita pernah menderita penyakit seperti: Tonsillitis, Malaria, Typus
abdominalis, Hepatitis, Dysentri, Nyeri-nyeri dan bengkak-bengkak pada sendi dll, yang
mungkin sekali mempunyai hubungan yang penting artinya bagi dokter tentang penyakit yang
dialami penderita pada saat sekarang.
Umpamanya: Nyeri-nyeri dan bengkak-bengkak pada sendi dengan penyakit jantung reumatik,
penyakit kuning dengan chirrosis hepatic.
5. Anamnese Organ/ Sistem
Anamnese tentang organ-organ/ sistem perlu bagi para dokter menanyakan apakah ada keluhankeluhan tsb bersangkutan dengan organ yang akan ditanyakan ataupun yang tersebut dibawah
ini, yang belum didapatkan dalam anamnese keluhan utama ataupun penyakit terdahulu, baik
keluhan mengenai penyakit penderita sekarang. Jika dapat keluhan-keluhan kelainan pada
organ/ sistem tersebut, dokter menuliskan tanda positif dan jika tidak dijumpai keluhan/
kelainan-kelainan tuliskan tanda negatif.
Kepala
Mata
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Leher
Paru-paru
Jantung
Lambung / usus
Hati
Endokrin
Saraf/ Otot
Kejiwaan
9. Anamnese Gizi
Dalam hal ini dokter penting menanyakan pada penderita tentang bahan makanan dan porsi
serta frekwensinnya yang dimakan penderita sehari-hari.
Sekaligus juga dokter menentukan berat badan penderita apakah normal, berlebihan ataupun
berkurang dan apakah ada hubungannya dengan penyakit yang diderita oleh penderita.
Misalnya penyakit kronis menyebabkan berkurangnya berat badan ataupun berat badan
berlebihan dapat disebabkan penyakit system endokrin.
Dan akhirnya dari anamnese tersebut dokter sudah dapat membuat diagnose banding, atau
diagnose sementara mengenai penyakit penderita, dengan data-data yang diperolehnya dari hasil
anamnesenya berdasarkan organ-organ ataupun sistem terlibat pada pemeriksaannya.
BAB II
PEMERIKSAAN FIZIK
Secara inspeksi ditentukan keadaan yang terlihat dari tubuh os antara lain :
Anemia
Ikterus
Cyanosis
Oedema
Setelah pemeriksaan status present tersebut diatas barulah kita melakukan pemeriksaanpemeriksaan tubuh selanjutnya dengan urutan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kepala dan leher
a. Pemeriksaan tengkorak
b. Pemeriksaan muka
c. Pemeriksaan mata
d. Pemeriksaan telinga
e. Pemeriksaan mulut dan tenggorokan
f. Pemeriksaan leher
2. Pemeriksaan thorax
a. Pemeriksaan sistem pernapasan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
1. Inspeksi
Metode pemeriksaan dengan menggunakan indra penglihatan dimana kita melihat
perubahan-perubahan yang terjadi pada penderita. Sejak jaman hipokrates metode ini
mempunyai arti yang besar sehingga perobahan pada muka penderita dinamakan menurut
namanya yaitu fascies hipocratica, yang menunjukan adanya sakit yang berat.
Pemeriksaan inspeksi dibagi atas :
Inspeksi umum
Pada inspeksi umum kita melihat perubahan-perubahan umum yang terjadi sehingga kita
dapat memperoleh kesan tentang keadaan penyakit penderita. Kesan umum ini penting
sebagai alat penolong pemeriksaan selanjutnya.
Kadang-kadang penderita terlihat seolah-olah sakit berat tapi pada pemeriksaan rutin
didapati sedikit kelainan ataupun tidak dijumpai. Untuk ini kita harus gigih mencari
kelainan yang mungkin ada tapi belum ditemui. Guna mencari kelainan yang belum
didapati pada pemeriksaan rutin tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan berupa
pemeriksaan laboratorium, rontgen, elektrokardiografi, ultrasonografi dan lain-lain.
Pada inspeksi umum juga mempelajari gerakan-gerakan penderita seperti cara berjalan,
gerakan-gerakan tangan, gerakan-gerakan kepala, cara berbicara serta sikap (posisi)
duduk penderita.
Inspeksi lokal sangat penting dilakukan pada tiap-tiap organ tubuh. Pemeriksaan ini
dilakukan secara sistemik berdasarkan urutan pemeriksaan dimulai dari kelainan yang
tampak besar sampai yang sekecil-kecilnya.
Selalu diingat bahwa kita harus melihat (memeriksa) dengan seksama dan tidak
dipengaruhi oleh keterangan penderita.
Hal ini berlaku pada pemeriksaan semua organ, termasuk bagian-bagian yang tertutup
oleh pakaian dan atau pembalut. Dapat diberikan missal pada penderita yang kakinya
tertutup pembalut, ketika ditanya luka karena tertusuk duri, setelah dibuka dan dilihat
ternyata sudah mengalami gangrene, dan pada pemeriksaan selanjutnya ternyata pasien
tersebut menderita diabetes mellitus.
Inspeksi setempat ini juga dapat meluas pada organ-organ dalam dari tubuh dengan
adanya perkembangan dari alat-alat diagnostic seperti endoscopy (bronchoscopy,
gastroscopy, colonoscopy, rectoscopy, dan lain-lain).
2. Palpasi
Disamping inspeksi, palpasi juga sudah sejak lama menjadi salah satu metode
pemeriksaan yang penting. Dengan palpasi kita dapat menentukan bagian tubuh yang
memegang /merasakan organ-organ dengan tangan. Palpasi dilakukan pada banyak
tempat dimulai dari penentuan nadi sampai dengan pemeriksaan organ-organ tertentu
lainnya.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara dan pada umumnya kita dapat
menentukan :
a. Besar
b. Bentuk
c. Konsistensi
a. Besar
Penentuan besar organ secara palpasi harus dilakukan seteliti mungkin dan harus dengan
satuan ukuran, ataupun membandingkan nay dengan benda-benda seperti: kelereng, telur
ayam, jeruk, tinju, kepala bayi dan lain-lain. Harus diingat juga bahwa organ-organ yang
berada jauh didalam.
b. Bentuk
Dalam penentuan bentuk secara palpasi harus diperhatikan bentuknya secara umum yang
dapat diraba serta batasan dari organ tersebut.
c. Konsistensi
Pemeriksaan ini sangat besar manfaatnya untuk menentukan sifat dari organ tubuh. Kita
dapat membedakan konsistensi sebagai berikut :
Lembek
Kenyal (elastic)
Agak padat
Padat
Berfluktuasi
Fluktuasi kita dapati pada organ-organ yang berisi cairan perlunakan cairan (abses).
Palpasi untuk menentukan ini dilakukan dua jari telunjuk dimana tekanan pada jari yang
satu akan terasa pada jari yang sebelahnya.
Palpasi sangat berguna pada pemeriksaan abdomen. Dinding perut yang lemas
memberikan kemungkinan untuk dapat merasakan organ-organ didalam rongga perut dan
menentukan sifat-sifat organ tersebut.
Teknik-teknik khusus pemeriksaan abdomen akan dibahas pada pemeriksaan dari
abdomen. Disamping pemeriksaan abdomen dengan palpasi dapat ditentukan kelainan
bagian lain untuk :
1) Konfirmasi serta meluaskan pemeriksaan yang telah didapati pada inspeksi.
2) Data yang diperoleh dengan palpasi dapat menetapkan :
Nyeri :
Superficial (permukaan)
Dalam
Refered (nyeri hantaran)
Besarnya benda
Umumnya makin kecil benda makin besar frekuensi getaran dan makin tinggi
nadanya.
Pada tubuh manusia faktor-faktor di atas selalu memegang peranan penting sifat dari
suara yang terdengar dari perkusi tergantung dari rongga udara yang terdapat di organ
dan dipengaruhi oleh keadaan jaringan sekitarnya (tebalnya lapisan yang terdapat
diantaranya, sifat elastisitasnya dan penghantarannya). Faktor yang belakangan ini
merupakan penyebab perubahan bunyi yang terdengar pada perkusi.
Teknik perkusi
Sejak lama telah dikenal orang cara-cara untuk melakukan perkusi ini. Cara melakukan
perkusi adalah :
1 jari sebagai pleximeter yaitu jari yang diletakan pada daerah yang akan
diperkusi
Jari lainnya, biasanya jari tengah sebagai plexor yang mengetok pada
pleximeter.
Jari plexor dijaga tetap tegak lurus terhadap jari pleximeter, dan ketukan
dengan menggoyangkan pergelangan tangan. (lihat gambar)
Pada perkusi yang lebih kuat dapat dilakukan dengan dua jari sebagi plexor tanpa pleximeter.
Kadang-kadang bisa saja digunakan pleximeter dan plexor buatan tetapi jarang digunakan karena
hasil yang didengar akan berbeda sedikit dengan pemeriksaan dengan menggunakan jari.
Pemeriksaan perkusi harus sering dilakukan agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
Suara yang dapat didengar pada saat perkusi:
1. Perkusi sonor (Resonance)
Secara umum disebut sonor (resonance) bila suara timbul pada perkusi organ yang
mengandung udara. Sonor yang sesungguhnya hanya ditemukan pada perkusi diatas
jaringan paru-paru dimana terdapat udara dijutaan kantong udara.
Resonansi yang berlebihan disebut hipersonor, didapati bila rongga mengandung lebih
banyak udara dari pada biasanya seperti pada emphysema.
2. Perkusi tympani
Bunyi ini adalah suara yang hiper dari resonance (sonor) yang dijumpai diatas visceral
yang mengandung gas tanpa ruangan-ruangan kecil seperti pada lambung dan usus.
Pada keadaan patologis bunyi ini dijumpai pada pneumothoraks dimana kantong udara
berisi udara.
3. Perkusi beda
Suara perkusi beda (dullness) ialah suara yang tidak terdengar nada. Hal ini dijumpai
pada perkusi diatas organ dalam yang padat seperti hati dan jantung dimana frekuensi
vibrasi yang timbul sukar didengar telinga. Suatu suara perkusi beda yang lebih ekstrem
yaitu redam (flatness) yang dijumpai pada perkusi paha.
Keadaan patologis yang menunjukan keadaan seperti ini adalah efusi pleura
Diantara jenis-jenis suara perkusi diatas ada tingkatan-tingkatan suara perkusi antara
sonor dan beda. Bila suara perkusi sonor masih ada dan resonansinya memendek disebut
sonor memendek, umpama perkusi diatas paru yang berkurang volume udaranya.
Tujuan dari perkusi
1. Menentukan batas antara organ-organ yang mengandung udara dengan yang tidak
mengandung udara. Batas antara organ-organ dengan nada perkusi sonor (seperti
paru-paru terhadap organ-organ dengan nada perkusi beda dapat dipisahkan secara
teliti).
Batas antara organ dengan nada perkusi sonor terhadap organ dengan nada perkusi
tympani lebih sukar ditentukan.
Batas antara dua organ yang tidak mengandung udara pada perkusi sukar
menentukannya.
2. Menentukan kelainan organ-organ dengan perubahan nada perkusi. Hal ini penting
misalkan pada efusi pleura dimana jelas terdapat perubahan dari jaringan paru yang
belum terselubung dengan rongga pleura yang berisi cairan.
4. Auskultasi
Metode pemeriksaan ini adalah untuk menentukan kelainan yang dapat diketahui dengan
mendengarkan suara yang dihasilkan dari getaran organ yang diperiksa baik secara langsung
dengan telinga maupun secara tidak langsung dengan menggunakan stethoscope.
Sejak lama hipocrates telah dapat mendengar suara paru-paru dengan cara menempelkan telinga
pada dinding dada serta menetapkan prubahan-perubahan suara yang terjadi.
Dengan makin berkembangnya ilmu kedokteran sejalan ditemukannya alat-alat yang
dipergunakan untuk auskultasi yang langsung diperkenalkan Laenee pada tahun 1816 dengan
menggunakan stethoscope.
Pada masa itu telah dapat ditetapkan berbagai perbedaan suara yang dapat didengarkan pada
organ-organ seperti paru-paru, jantung, pembuluh darah dan peristaltic usus.
Stethoscope
Saat ini hampir setiap petugas kedokteran menggunakan alat ini yang mutunya semakin baik
sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran. Banyak alat-alat yang dibuat makin baik
dimulai dari stethoscope biasa sampai yang elektronik.
Pada dasarnya stethoscope adalah alat yang menghantarkan bunyi dari organ yang diperiksa ke
telinga pemeriksa.
Ada 2 jenis stethoscope yang dikenal :
1. Manural stethoscope
Yaitu suatu alat untuk mendengarkan suara dengan satu telinga, alat ini biasa digunakan
pada bagian obstetric untuk mendengarkan denyut jantung janin.
2. Binaural stethoscope
Alat ini yang lazim digunakan yaitu suatu alat yang terdiri dari corong atau corong yang
ditutupi oleh membrane plastic (diphragma) dihubungkan dengan pipa karet ke alat yang
telah dipasang pada kedua belah telinga.
Beberapa sifat dari stethoscope yang harus diperhatikan pada pemilihan jenis yang baik
adalah :
Alat yang mempunyai sifat penghantar yang baik dari suara-suara yang terdapat
pada organ yang diperkusi.
Tidak mengubah suara-suara yang terdengar dan tidak menambah bunyi lainnya.
Vesicular
Suara pernapasan ini terdengar halus dan berasal dari udara yang melalui
jutaan alveoli
ii.
Bronchial (laryngeal)
Suara pernapasan jenis ini lebih kasar dan kuat, berasal dari getaran
(vibrasi) dari pita suara dan struktur sekitarnya. Disebut bronchial dan
bukan laryngeal karena gelombang suara yang melalui bronchus sedikit
kurang intensitasnya.
Pada keadaan normal suara pernafasannya hampir semua daerah dada adalah vesicular dan
kadang-kadang terlalu lemah sehingga sukar sekali terdengar kecuali dengan inspirasi dalam.
Suara inspirasi selalu lebih panjang daripada ekspirasi, malah kadang-kadang yang terakhir tidak
terdengar.
Pada daerah interscapula dan apex kanan, dimana trakea dan bronchial dekat ke permukaan,
suara vesicular yang terdengar agak kasar, mempunyai masa berhenti antara inspirasi dan
ekspirasi dan sedikit pemanjangan ekspirasi.
Tempat-tempat suara ini perlu diingat agar jangan salah menafsirkan sebagai suatu suara yang
berasal dari proses konsolidasi.
Pada anak-anak suara pernafasan sedikit lebih kasar daripada dewasa dan jenis suara ini juga
dapat timbul akibat exercise.
Pada keadaan patologi suara pernafasan bronchial disebabkan supressi suara vesicular dan lebih
baiknya hantaran dari element laryngeal.
Suara tambahan :
Ronkhi :
Suara tambahan ini selalu abnormal baik ronkhi basah maupun rhonki kering.
Keadaan patologis ini akan dibicarakan tersendiri dalam bab sistem saluran pernafasan.
Hanya yang perlu dikenal :
-
Ronki basah (coarse rales) yang ditimbulkan oleh adanya cairan di saluran pernafasan.
Ronki kering yang disebabkan selain oleh secret di lumen bronchus juga oleh terjadinya
spasme dari bronchus.
2. Jantung :
Auskultasi dari suara jantung harus dipelajari secara bed side terhadap pasien. Berbagai
alat baik phonocardiogram dan alat-alat pembantu lainnya tidak dapat menggantikan
kedudukan auskultasi ini untuk mendapatkan pengalaman daripadanya.
Dibutuhkan pengalaman serta pengetahuan dasar yang cukup untuk mengetahui keadaankeadaan normal dan abnormal dari suara jantung.
Bunyi I ini ditimbulkan oleh penutupan dari katub mitral dan tricuspidal.
Bunyi II : Bunyi ini timbul oleh penutupan dari katub-katub aorta dan pulmonal. Sifatnya
kadang-kadang lebih keras bila didengar di basis jantung.
Bunyi III : Secara physiologis tidak jarang dapat didengar pada daerah apex dengan nada
rendah.
Terbaik di dengar denyut posisi miring ke kiri.
Suara Tambahan :
Desah-desah :
Berbagai penyakit yang mempengaruhi sistem sirkulasi dapat menimbulkan suara tambahan
berupa desah. Yang dapat terjadi baik pada fase sistolis maupun diastolis. Secara terperinci hal
ini dibicarakan di bab sistem cardiovascular.
IV. Status Presens :
Secara sistematis pada semua penderita sebelum dilakukan pemeriksaan khusus pada organorgan, dilakukan dahulu pemeriksaan untuk menentukan keadaan penderita secara umum.
Pemeriksaan ini meliputi keadaan hemodinamik, respiratori, neurologi. Keadaan yang diperoleh
pada waktu penderita diperiksa disebut status presens.
Didalam menentukan status presens ini termasuklah didalamnya :
-
Umumnya sifat mereka suka bicara dan tertawa, senang berkelakuan dan suka makan &
minum. Bila terserang penyakit jiwa kebanyakan mereka menunjukkan sindroma depresif.
Orang-orang yang berbentuk mesomorf sikapnya tenang, tidak terlalu ramah akan tetapi tidak
mengasingkan diri. Lawan jenis endomorph adalah jenis ektomorf yang berwatak pesimis,
sering termenung, mudah tersinggung dan cepat mengasingkan diri.
Banyak diantara mereka yang menderita ulkus peptikum, colitis ulcerosa dan thyrotoxicosis.
Penyakit jiwa sering dijumpai pada orang-orang ektomorf adalah skizofrenia.
Tinggi badan :
Pada masa pertumbuhan, bentuk badan ditentukan oleh aktifitas hormone-hormon, oleh
karena itu antara bentuk, tinggi dan berat badan dengan penyakit endokrin ada hubungan
yang erat. Orang yang tampak tinggi atau pendek belum dapat dianggap abnormal, badan
bertambah dengan cepat, barulah kita menganggap pertambahan tinggi badan itu patologis.
Keadaan demikian disebabkan oleh karena hormone pertumbuhan dibuat secara berlebihan.
Tinggi badan yang patologis selalu disertai pertumbuhan abnormal dibagian-bagian tertentu,
yaitu lengkung supraorbitalis, tulang-tulang bawah, tulang pipih, tulang hidung dan tulangtulang kaki dan tangan.
Pada penyakit pertumbuhan raksasa (gigantismus) tulang-tulang tersebut tumbuh secara
berlebihan. Orang yang pendek belum dapat dikatakan kerdil apabila tidak disertai tandatanda pertumbuhan abnormal yang khas. Pendek yang patologis atau kerdil akan disertai oleh
tanda-tanda pertumbuhan abnormal misalnya jarak dari tangan ke tangan (span) yang
dibentangkan lebih pendek daripada jarak antara vertex-tumit, dahi yang menonjol atau
tulang hidung yang datar atau pesek.
Ciri-ciri pertumbuhan semacam ini didapati pada penyakit tulang yang dinamakan
achondroplasia. Jenis kerdil lainnya menunjukkan perbandingan yang wajar dan sempurna
antara badan dan anggota gerak, akan tetapi semuanya lebih kecil. Bahwa bentuk badan yang
pendek ini juga patologis tampak dari tanda-tanda lain yaitu muka yang menunjukkan mental
terbelakang, rambut yang kasar serta kulit dahi dan bibir yang tebal.
Ciri-ciri seperti diatas adalah khas untuk penyakit cretinismus.
Tinggi badan pasien dianggap abnormal bila tinggi badan orang tua dan adik-adiknya jauh
lebih besar atau jauh lebih kecil daripada tinggi badan pasien sendiri.
Pertumbuhan badan dapat dihambat oleh berbagai penyakit seperti tuberculosis, penyakit
katup jantung rheuma, diabetes mellitus dan penyakit ginjal. gangguan-gangguan
pertumbuhan tersebut mengakibatkan tanda-tanda cretinismus atau achondroplasia.
Gaya jalan :
Gaya jalan dapat mencerminkan keadaan jiwa dan badan seseorang. Orang yang berkemauan
keras cara jalan serba gagah, sedangkan cara jalan orang yang kemauannya lemah adalah
serba lesu dan lemah. Seorang pria yang jalannya lenggak-lenggok menunjukkan bahwa ia
juga mempunyai cirri kewanitaan dalam berbagai segi kehidupan lainnya.
Lebih erat lagi adalah hubungan antara cara jalan dan penyakit : penderita penyakit
Parkinson mempunyai cara jalan yang khas yaitu tubuhnya agak membungkuk, lengannya
setengah dilipat pada sendi siku dan melekat pada badannya, tungkainya agak dilipat pada
sendi lutut dan langkahnya sangat lambat dan kaku, cara jalan seorang penderita
arteriosklerosis cerebra ada kalanya khas pula yaitu dengan langkah yang pendek-pendek
sambil setengah menyeret kakinya yang berusaha untuk maju ke depan, tetapi hasilnya
mengecewakan. Cara jalan seperti orang mabuk nampak pada orang penderita penyakit
cerebellum dan tabes dorsalis, sedangkan seorang hemiparesis akibat infarctio cerebri
menyeret setengah badannya ke depan. Penderita yang pincang oleh karena poliomyelitis
cara jalannya berbeda dengan pincang akibat patah tulang seorang penderita polyneuritis
berjalan seperti seekor ayam yaitu mengangkat tinggi-tinggi kakinya waktu melangkah
supaya ujung kakinya tidak menyentuh tanah, jalan membungkuk sambil lengannya
memeluk perut tampak pada orang yang sakit perut dan absess hepatis.
Sikap badan :
Sikap penderita yang tidak tenang dapat disebabkan oleh karena perasaannya tidak tenang,
oleh karena sakit perut atau gatal-gatal pada kulit yang mengganggu.
Orang yang sakit keras tidak dapat duduk tegak karena badannya lemah.
Kepala yang selalu miring ke satu sisi dapat menandakan adanya kontraktur pada otot atau
tulang leher (torticollis). Bila sikap ini disertai letak bahu yang lebih tinggi pada sisi ke arah
mana kepala dimiringkan, maka gejala ini menunjukkan adanya gangguan pada cerebellum.
Sikap badan yang kaku sehingga leher dan seluruh badan harus diputar apabila hendak
melihat ke samping dijumpai pada penderita penyakit ankylospondylosis.
Menetapkan tanda-tanda vital :
1. Penilaian dari nadi
Cara meraba nadi (pols).
Dengan meletakan jari kedua, ketiga, keempat dari tangan kanan diatas arteri radialis dextra,
dan ibu jari memegang dari bawah maka dapat dinilai nadi penderita.
Bagian perifer dari nadi ini kita tekan sedikit dengan jari manis dan 2 jari lainnya dapat
merasakan pulsasi nadi.
Penilaian yang diambil adalah :
-
Frekuensi
Rythme (irama)
Tegangan
Gelombang
Volume
Sebaliknya denyutan yang terasa seolah-olah meloncat tinggi, yaitu denyutan yang melompat
tinggi dan menurun secara cepat sekali adalah khas untuk insufisiensi aorta. Nadi semacam ini
dinamakan pulsus celer.
Ada lagi jenis nadi yang dinamakan pulsus paradoxus, yaitu denyut nadi yang semakin lemah
selama inspirasi bahkan menghilang sama sekali pada bagian akhir inspirasi untuk timbul
kembali pada ekspirasi. Nadi semacam ini menunjukan adanya pericarditis efusi pericardium.
Pulsus alterans adalah nadi yang mempunyai denyut nadi yang kuat dan lemah berganti-ganti.
Pulsus alterans menandakan adanya kerusakan pada otot jantung.
Pada tiap denyut nadi sejumlah darah melalui bagian tertentu daripada arteri. Banyaknya jumlah
darah ini dicerminkan oleh tingginya puncak gelombang nadi. Jika suatu denyutan terasa
mendorong dari yang mengerjakan palpasi, kita katakana bahwa nadi itu besar (pulsus magnus).
Sebaliknya pada gelombang nadi yang kecil (pulsus parvus), jumlah darah yang melalui arteri
tersebut adalah kecil.
Nadi yang besar dijumpai pada waktu orang mengeluarkan tenaga atau jika demam tinggi yang
akut. Pada pulsus celer didapati denyut yang curam datang dan hilangnya denyutan pada pulsus
celer adalah cepat sekali.
Pulsus parvus menyertai perdarahan, infarctio cordis, dan stenosis aortae. Isi nadi juga
mercerminkan perbedaan antara tekanan sistolis dan diastolis yang dikenal sebagai tekanan nadi.
2. Pengukuran tekanan darah :
i.
Alat :
Cara :
Penderita yang akan diperiksa dapat didudukkan dengan tenang ataupun berbaring. Usahakan
agar pakaian tidak terlalu ketat dan menghalangi tempat pengukuran cuff (manset) dari
tensimeter dibalutkan pada lengan atas yang sedikit abduksi.
Dengan memompa pompa karet tekanan dinaikkan sampai 250 ataupun 300 mmHg dari arteri
radialis di pergelangan tangan di palpasi (cara palpasi). Palpasi yang pertama diraba di
pergelangan tangan ini dicatat sebagai tekanan darah sistolis.
Cara ini selalu dilakukan terlebih dahulu dan lalu untuk lebih jelas kita lakukan cara auskultasi.
Tekanan pada cuff (manset) dinaikkan lagi dengan ceoat s/d 250 atau 300 mmHg dan dengan
stethoscope diletakkan pada sekitar arteri brachialis pada daerah antecubiti dibawah cuff,
didengarkan suara korotkov.
Kita kenal suara korotkov ada 4 phase (lihat diagram).
Tekanan pada cuff perlahan-lahan diturunkan sampai terdengar suara pertama (awal phase I).
tekanan pada suatu saat ini pada sphygmomanometer dicatat sebagai tekanan sistolis.
Pada waktu tekanan diturunkan lagi perlahan-lahan suara akan berubah dari suara mengentak
kuat kepada suara menghembus/ mendesis. Dengan menurunkan lagi tekanan suara akan berubah
lagi menjadi tajam yang tidak sekuat fase I (fase III). Akhirnya suara berubah lagi menjadi
menghembus dengan intensitas lebih lama (fase IV). Bila tekanan diturunkan lagi suara makin
lemah sampai menghilang sama sekali (fase V).
Menghilangnya suara ini dapat terjadi secara mendadak, bertahap ataupun tidak menghilang
sama sekali pada individu-individu tertentu.
Pengukuran tekanan diastolis ini diukur oleh beberapa klinis pada saat berubah dari fase III
menuju fase IV. Penulis lain, termasuk di Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK USU/ RS Dr. Pirngadi
Medan. Mencatat tekanan diastolis pada saat perubahan dari fase ke IV dan ke V, yaitu dimana
secara akhirnya menghilang sama sekali.
Kadang-kadang dilakukan juga pencatatan kedua, tekanan yang diperoleh seperti 160/90/80
mmHg.
160 = tekanan darah sistolis
90 = tekanan darah diastolis pada awal fase ke IV
80 = tekanan darah diastolis pada awal fase ke V
Pada penderita dimana suara tidak menghilang dapat ditentukan pada saat suara pada fase ke IV
berubah intensitasnya.
Suatu hal yang penting adalah mencatat dan menilai pengukuran darah dengan sebaik-baiknya.
Selalu diingat bahwa tekanan darah ini selalu berubah dengan keadaan. Pengukuran pada suatu
saat menunjukan tekanan darah arterial pada saat itu saja, misalnya di kamar praktek. Tetapi hal
ini belum tentu sama dengan tekanan darahnya pada waktu mengalami perubahan emosi, sedang
berlari-lari, bekerja berat, tidur nyenyak. Sayangnya tidak semua orang dapat diukur tekanan
darahnya secara terus menerus tanpa mengganggu kegiatannya sehari-hari.
Tekanan darah yang hanya meninggi bila seseorang sedang terganggu emosinya dan merendah
pada waktu tidur (manusia mempunyai suara tidur sepertiga dari usianya) hanya berpengaruh
sedikit bukan terhadap jantungnya dibanding dengan seseorang yang mempunyai tekanan yang
tetap tinggi siang dan malam. Selanjutnya tekanan darah 160/80 pada penderita arteriosklerosis
dapat dianggap tidak apa-apa bila diukur di klinik, tetapi bila orang ini sedang mengejar bis
misalnya, tekanan darahnya dapat mencapai 280/100 atau lebih, suatu tekanan yang cukup tinggi
untuk dapat memecahkan pembuluh darah yang lemah. Para dokter perlulah menilai segala
kemungkinan ini untuk dapat mencegah terjadinya kardiovaskuler accidents.
Untuk mendapatkan pengukuran tekanan darah yang baik penderita hendaknya dibuat setenang
mungkin, dan ini membutuhkan waktu serta kesabaran.
Kesalahan-kesalahan teknis yang mungkin terjadi pada waktu pengukuran tekanan darah adalah :
a. Auscultary Gap :
Pada beberapa kasus, suara menghembus pada fase kedua tidak terdengar. Hilangnya
suara ini dapat terjadi oleh karena cuffnya tidak dipompa cukup tinggi sehingga kalau
diturunkan tekanannya akan dicatat sebagai tekanan darah systolis.
b. Cuff terlalu kecil :
Bila cuff terlalu kecil akan tercatat kesalahan pengukuran yang terlalu tinggi. Hal ini
sering terjadi pada orang-orang gemuk.
c. Penderita kurang tenang :
Pada umumnya penderita agak sungkan bila berkunjung ke dokter, lebih-lebih bila
kunjungan itu baru yang pertama sekali. Maka hendaknya penderita sebelum diukur
tekanan darahnya, diterangkan lebih dahulu dan pada setiap kunjungan penilaian ini
dilakukan lagi.
d. Penurunan tekanan cuff yang terlalu cepat :
Selalu diingat bahwa cardiac cycle atau gelombang nadi pada denyut nadi rata-rata adalah
0,8 detik. Jadi bila tekanan didalam cuff diturunkan secara cepat beberapa denyut akan
hilang secara auskultasi sehingga pengukuran akan mengalami kesalahan.
Pernafasan
Tanda vital lain yang penting adalah pernafasan. Penentuan keadaan ini penting sehubungan
dengan beratnya penyakit. Dalam menentukan keadaan pernafasan ini diperhatikan frekuensi
pernafasan serta type pernafasan.
Frekuensi pernafasan
Cara yang termudah untuk menentukan frekuensi pernafasan adalah dengan meletakkan tangan
di atas dinding dada dan menentukan frekuensi berkembangnya toraks dalam 1 menit. Frekuensi
pernafasan pada orang dewasa adalah antara 16-24x per menit.
Banyak faktor yang mempengaruhi frekuensi pernafasan ini secara physiologis. Salah satu yang
terpenting adalah olahraga/ latihan jasmani dimana didapati percepatan parnafasan. Demikian
juga bila sedang bekerja fisik yang berat.
Perubahan-perubahan frekuensi pernafasan :
Polynoe
Polynoe disebut juga pernafasan yang cepat yang dapat terjadi pada beberapa keadaan patologis
seperti penyakit-penyakit infeksi, gangguan sistem sirkulasi dan respirasi.
Disamping itu polynoe ini dapat juga timbul oleh pengaruh psikis.
Pada keadaan sehari-hari polynoe ini disebut dyspnoe (sesak nafas).
Pernafasan diperlambat (Oligopnoe)
Setiap kali selalu kita dapatkan perlambatan pernafasan. Gejala ini sangat lebih jarang kita
dapatkan daripada polipnoe. Perlambatan yang penting kebanyakan menunjukkan suatu kelainan
yang berat dan dapat timbul pada proses-proses cerebral, uremia dan keracunan lainnya.
Pernafasan yang diperlambat kadang-kadang teratur, kadang-kadang tidak teratur. Pada pasien
dengan uremia kita dapatkan pernafasan yang diperlambat yang sama sekali tidak teratur dengan
frekuensi 8x permenit.
Dalam-dangkalnya pernafasan
Pernafasan dapat dangkal atau dalam. Pernafasan cepat dan dangkal yang mendadak kita
dapatkan amat sering pada radang paru-paru yang akut. Sign (gejala) ini dapat member petunjuk
yang paling tepat dan penting bagi penentuan penyakit ini.
Bila kita dapatkan pernafasan mendadak dalam dan juga cepat, maka kita berhadapan dengan
beberapa type pernafasan yang timbul pada keracunan asam. Kita temukan juga terutama pada
koma diabetikum, kadang-kadang sebenarnya juga pada bentuk-bentuk lain dari keracunan asam
(gangguan ginjal, intoksikasi dengan salicyl,dsb)
Kita sebut type pernafasan ini Pernafasan Kausmall.
Dapat juga timbul dyspnoe oleh penyempitan dari sejumlah banyak bronki kecil-kecil, disini
dapat juga kita dengar suatu stridor akan tetapi pada waktu ekspirasi (ekspiratoir stridor). Suatu
contoh yang baik disini ialah asma bronchial.
Dyspnoe dapat juga timbul pada kelainan paru-paru yang luas, seperti pneumonia.
Juga pada yang kronis, misalnya tuberculosis paru-paru yang luas, gejala ini dapat kita jumpai.
Lebih lanjut ini dapat timbul pada kompresi pada paru-paru misalnya pada pleuritis eksudativa,
apalagi bila terjadi kompresi pada kedua belah paru sehingga terjadilah dyspnoe yang berat.
Faktor-faktor lain yang mendesak pernafasan hingga menimbulkan dyspnoe seperti diafragma
meninggi, gangguan mekanis dari pernafasan, berkurangnya elastisitas (kekenyalan) dari paruparu dan sebagainya.
Dyspnoe seperti yang telah dikatakan, ditandai oleh karena disertai sensasi subyektif yang tak
menemu. Disamping itu tak jarang dapat diketahui perubahan yang obyektif dari pernafasan.
Disini kita lihat turut bekerja otot-otot pernafasan auxiliair dan terutama pada leher (Mm.
Scaleni). Disamping itu pada hidung terutama pada pernafasan yang cepat dan teratur sering kita
dapatkan gejala dari pernafasan cuping hidung. Disini lubang hidung melebar pada waktu
inspirasi, sedangkan menyempit selama ekspirasi.
Pada tingkat yang berat dari dyspnoe kebanyakan pasien-pasien tidak mungkin lagi meletakan
badannya horizontal, mereka dalam keadaan kaku dengan mengangkat bagian atas dari
tubuhnya. Beberapa dari mereka merasa yang enteng sudah bila bagian atas badannya sedikit
diangkat. Pada bentuk-bentuk yang berat dari gangguan ini pasien dalam keadaan kaku
(compulsary), sehari semalam terus menerus tetap dalam sikap duduk tegak. Keadaan ini kita
sebut ortopnoe.
3. Mengukur suhu
Alat :
Untuk pemantauan suhu digunakan thermometer air raksa dan lazim digunakan disini adalah
dengan satuan celcius (0C).
Kita kenal berbagai jenis thermometer sekarang ini dimulai dari thermometer biasa sampai
dengan thermometer elektronik yang dapat dibaca secara digital. Untuk tugas di ruangan
cukuplah kita menggunakan thermometer biasa.
Sebelum melakukan penentuan suhu tubuh hendaknya temperature sebelumnya adalah dibawah
suhu tubuh dengan cara membiarkan thermometer tersebut ditempat biasa ataupun diusahakan
menurunkannya dengan pendinginan.
Cara pengukuran
Pengukuran suhu dapat dilakukan pada beberapa tempat tubuh seperti :
-
Axilla
Mulut
Rectum
Vagina
Pengukuran yang paling baik adalah pada rectum atau vagina dimana thermometer benar-benar
berada di dalam tubuh sehingga benar-benar dapat memindahkan suhu tubuh ke thermometer.
Pengukuran di axilla juga dapat dipercaya hanya memerlukan kecermatan dan membutuhkan
waktu yang lebih panjang (lebih kurang 10 menit) sedangkan pengukuran di rectum dan vagina
dapat dilakukan dengan waktu yang sedikit lebih singkat.
Suhu normal
Umumnya temperature normal pada rectal adalah antara 36,5-37C, demikian juga pada
pengukuran di tempat lainnya namun sering terdapat variasi normal dari suhu rata-rata.
Beberapa yang mempengaruhi suhu normal seperti :
1. Sesudah makan suhu akan meningkat sedikit.
2. Terdapat perbedaan suhu sehubungan dengan waktu, suhu pada waktu pagi lebih rendah
daripada suhu siang hari (circadian).
3. Kenaikan suhu secara fisiologis seperti sehabis olahraga (gerak badan) dan lain-lain.
4. Perubahan suhu sehubungan dengan menstruasi, dimana biasanya suhu lebih tinggi juga
pada masa ovulasi.
Perubahan suhu
Pada penentuan suhu tubuh akan dilihat berbagai perubahan suhu seperti :
-
Subfebril : terdapat kenaikan suhu dari normal sampai lebih kurang 38C.
Hiperpireksi : terdapat peningkatan suhu yang sangat tinggi lebih dari 41C.
Perubahan suhu ini selalu dicatat pada daftar/ kurve demam dan diukur setiap hari pada penderita
yang dirawat dan bila perlu beberapa kali sehari pada penderita demam.
Naiknya suhu dapat terjadi pada berbagai keadaan penyakit terutama sekali oleh karena infeksi
baik bacterial maupun parasit lain-lain.
Type demam
Dikenal beberapa type (jenis) dari demam :
1. Febris intermitten
Demam type ini kita temui suhu yang tinggi diselangi dengan menggigil (rasa dingin).
BAB III
PEMERIKSAAN KEPALA
Metode pemeriksaan yang penting adalah inspeksi, palpasi dan perkusi yang meliputi
pemeriksaan terhadap :
1. Muka
2. Bentuk kepala
3. Keadaan rambut
4. Mata
5. Hidung
6. Telinga, bibir dan mulut
1. Muka
Memperhatikan muka penderita penting sekali bagi seorang dokter untuk melihat
pancaran atau eksperi wajah penderita yang dapat menggambarkan keadaan penderita
apakah dalam :
-
Emosi
Cemas
Gembira
Kesakitan
Depresi
Sedih
Dan lain-lain
Dan sekaligus pula wajah seseorang dapat memperlihatkan wataknya. Begitu pula
diperlihatkan apakah muka itu simetri atau asimetri yang disebabkan kelumpuhan N VIII
yang disebut Fascialis Parase.
Juga harus diperhatikan bentuk muka yang lain, yang mungkin berupa :
-
Muka myxodem (muka bengkak, bulat, lidah tebal, dan seperti orang mau tidur).
Pada dahi dan pipi serta dagu subcutan menebal, hidung lebar dan pesek.
2. Bentuk kepala
Kepala dapat berbentuk :
-
Normal
Abnormal
Yang perlu menjadi perhatian dokter apakah pada kepala terdapat adanya :
-
Tumor
V.V mekar
Tanda-tanda radang
Tanda-tanda trauma
Nyeri tekan
3. Rambut
Kita perhatikan pertumbuhannya apakah lebat atau jarang, merata atau tidak. Bagian
yang tidak ditumbuhi rambut disebut alopesia. Begitu pula mengenai warnanya, harus
kita perhatikan apakah :
-
Hitam
Coklat
Putih
Pirang
Dan lain-lain
4. Mata
Perhatikan letak bola mata apakah menonjol keluar yang disebut exophtalmus atau
tertarik ke dalam yang disebut endophtalmus.
Kemudian perhatikan gerakan bola mata apakah terbatas pada satu arah yang disebut
dengan strabismus atau mata juling karena kelumpuhan otot-otot mata tertentu hingga
ada :
-
Nystagmus (gerakan bola mata yang terus menerus dengan arah bolak-balik
karena gangguan ekstra pyramidal)
KELOPAK MATA
-
Apakah ada ptosis yaitu kelopak mata jatuh karena kerusakan N.III.
Xanthelasme (bercak-bercak kuning pada kulit kelopak mata yang disebabkan peninggian
kadar lemak dalam darah)
Tekanan bola mata harus juga diperiksa. Tekanan bola mata meninggi pada glaucoma.
Tekanan bola mata menurun pada koma diabetikum.
Tumor bola mata harus juga diperiksa. Tekanan bola mata menurun pada koma
diabetikum.
PUPIL
Pada pemeriksaan pupil yang pertama kita perhatikan :
-
Bentuknya :
- sama (isokor)
- tak sama (anisokor)
Besarnya :
- normal
- mengecil (miosis)
- amat mengecil (pin point)
- membesar (midriasis)
Indirek (cahaya tidak langsung pada mata tersebut hanya pada mata lainnya)
CONJUNGTIVA
Pada pemeriksaan conjungtiva perlu kita perhatikan apakah ada tanda-tanda yang berupa :
-
Anemia
Radang
Bitot spot
: bercak keabu-abuan selalu berbentuk segi tiga didapat pada kedua sisi
kornea disebabkan kekurangan vitamin A.
Pinguecula
Phlycten
CORNEA
Pertama-tama kita lihat apakah ada arcus senilis, yaitu garis putih keabuan yang melingkari
kornea. Secara fisiologis ditemukan pada usia tua, tapi juga dapat pada usia muda umpamanya
pada penderita diabetes mellitus.
Ulkus
Xerophtalmia : kornea menjadi kering dan lunak pada kekurangan vitamin A yang lebih berat
Xeratomalasia : kornea hancur
LENSA
Lihat apakah lensa berwarna keruh yang disebut katarak dijumpai pada usia lanjut. Pada sklera
palpebra lihat ada atau tidaknya ikterus yaitu sklera yang berwarna kuning.
FUNDUS
Diperiksa dengan alat ophtalmoskop dan disebut Funduskopi yang dilihat pada fundus apakah
ada :
-
VISUS
Pada pemeriksaan dokter sehari-hari perlu diadakan pemeriksaan secara umum terhadap daya
penglihatan penderita dengan memakai kartu snellen dan penderita berada 6 meter dari jarak
kartu snellen dan disuruh membaca huruf-huruf yang terdapat pada kartu tersebut, dengan
bergantian mata kanan dan kiri yang ditutup.
Dari pemeriksaan ini dokter mengetahui apakah penderita :
-
Emetrop
Buta warna : yaitu bila penderita tidak dapat membedakan warna yang ada pada spectrum
dan ini diperiksa dengan cara yang menyuruh penderita melihat lembaran test yang dibuat
untuk itu. Kemudian dokter meneruskan pemeriksaannya terhadap lapangan penglihatan
penderita apakah ada gangguan atau tidak.
PHARYNX
-
Periksa reflex
Bau pernafasan :
Aseton
Luka-luka (rahgaden)
Warnanya :
Pucat (anemia)
Biru (cyanosa)
Herpes labialis : gelembung-gelembung kecil yang dapat mongering dalam beberapa hari
dan meninggalkan krusta didapat pada keadaan demam.
Selaput lendir :
-
Stomatitis
Aphtoe : luka-luka kecil pada selaput lendir pipi yang kemusian disertai infeksi dan
membentuk ulkus.
Leukoplakia : bercak-bercak putih keabuan yang terdapat pada selaput lendir pipi dan
lidah karena epitel mongering, menebal dan fissure.
Gigi :
-
Abses alveoli
Gusi :
-
Pendarahan
Pembengkakan
Lidah :
-
Besarnya
Gerakannya
Ranula (tumor jinak) kista kelenjar ludah/ kelenjar mukosa yang tertutup, letaknya di
dasar mulut/ pangkal lidah
Caranya :
Penderita duduk dan dokter berada didepannya dengan mata yang sama tinggi. Mata kanan
penderita menatap mata kiri dokter dan mata lainnya masing-masing ditutup.
Kemudian dokter menggerakkan 2 jari tangan kanannya sebagai objek, yang mana jarak dari
mata dokter, mata penderita sama jauh. Kemudian penderita disuruh memberitahukan dokter bila
ia sudah melihat jari-jari tersebut.
Bila dokter telah melihat jari-jari tersebut sedang penderita belum, artinya penderita mengalami
gangguan medan penglihatan, dan bila ini ditemukan, sebaiknya penderita harus dikonsulkan ke
dokter spesialis mata. Bila lapangan penglihatan penderita terganggu separuh disebut
hemianopsia.
5. Hidung
Lihat bentuknya apakah :
-
Mancung
Pesek
Sadle nose
Bagaimana letak septum nasi, apakah ada deviasi. Kemudian perhatikan lubang hidung,
apakah ada penyumbatan karena polip, atau pendarahan (epistaksis) atau adanya ingus
dan bagaimana pula keadaan selaput lendir hidung apa ada hiperemis dan lain-lain.
Terakhir perlu dokter menanyakan tentang penciuman penderita apakah baik atau
terganggu
6. Telinga
Lihat bagaimana keadaan daun telinga penderita biasa atau abnormal. Apakah ada
benjolan atau benjolan pada daerah lobus yang merupakan tophus/ tophi, yang
disebabkan penimbunan Na-Nitrat yang dijumpai pada penderita gout atau pirai.
Kemudian perhatikan liang telinga, apakah ada keluar secret yang berupa nanah ataupun
serumen.
Apakah ada nyeri tekan pada Processus mastoideus yang merupakan tanda-tanda
mastoiditis. Terakhir lakukan test pendengaran yang dilakukan dengan suara berisik
dengan jarak 6 meter.
BAB IV
PEMERIKSAAN LEHER
Pemeriksaan leher terdiri dari inspeksi, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan pertama adalah
dengan inspeksi melihat kelainan berupa asimetri, pulsasi-pulsasi, tumor atau pembengkakan dan
pembatasan pergerakan. Dengan meregangkan dan pembengkokan leher ke lateral otot
sternocleidomastoideus menjadi tegang dan membuat batas yang jelas antara triangular anterior
dan posterior. Dengan begini pembesaran thyroid, pembesaran kelenjar limfe atau kelainan
struktur yang lain menjadi lebih jelas. Leher penderita Turner sindrom dan Klipel sindrom
mempunyai karakteristik lipatan-lipatan kulit seperti fan yang terentang ke lateral dari leher ke
bahu. Kelainan ini disebut webbed neck.
Pemeriksaan selanjutnya ialah palpasi untuk mengenal tulang rawan thyroid, kelenjar thyroid,
oto sternocleidomastoideus, a.carotis, kelenjar limfe, v.jugularis dsb.
Palpasi struktur submandibularis dilakukan dengan meletakan satu jari di dalam mulut. Dasar
mulut dan kelenjar ludah submandibular dan kelenjar limfe dapat diraba dengan mudah. Batu
pada saluran kelenjar ludah juga dapat diraba dengan cara ini.
Pada palpasi thyroid yang normal didapatkan satu massa yang licin, keras, bergerak bila
penderita menelan. Pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa berdiri di belakang penderita.
Ujung-ujung jari kedua tangan diletakkan pada jaringan thyroid sedangkan trakea memisahkan
tangan pemeriksa. Kemudian penderita disuruh menelan dan thyroid menggelincir diantara jarijari tangan pemeriksa memberi kesan tentang besarnya, batasnya, dan keras lunaknya thyroid.
Untuk memeriksa setiap lobus dan polenya dilakukan pemeriksaan sebagai berikut : pemeriksa
menarik otot sternocleidomastoideus dan dengan tangan yang satu lagi mempalpasi lobus atau
pole thyroid.
Jika pole di bawah tidak dapat teraba mungkin pole ini terletak di bawah sternum dan dapat
diperiksa dengan perkusi. Pembesaran thyroid dapat disebabkan oleh Graves disease, colloid
goiter, cyste thyroid dll.
Auskultasi thyroid pada Graves Disease didapati systolic bruit. Bruit ini juga didapati pada
penyakit jantung dengan cardiac murmur yang dirambatkan melalui a.carotis. Systolic thrill yang
synchronous dengan bruit dapat diraba pada beberapa penderita.
Thyroid bruit dan thrill hampir pathognomonis Graves disease dan arang didapati pada colloid
goiter dan penyakit thyroid lain.
Arteri carotis dapat berpulsasi yang disebabkan oleh :
-
Aorta insufisiensi
Anemi
Hipertiroidism
Aneurisma a.carotis
Premature contraction
Auricular fibrillation
Pada auskultasi a.carotis bisa didapati systolic bruit yang disebabkan oleh obstruksi
karena arteriosklerosis.
Tempat auskultasi ini adalah di atas dan di daerah clavicula setentang a.innominate dan
subclavian, kemudian di atas a.carotis dan bifurcation. Kalau didengar daerah sistolik
harus dibedakan dengan desah aorta.
Pada inspeksi penting diperhatikan adanya pulsasi-pulsasi v.jugularis yang dapat
disebabkan :
-
Cardiac failure
Hodgkin disease
Lymphative leukemia
Pediculous capitis
Pada Hodgkin pembesaran kelenjar pada mulanya terpisah-pisah dan keras dan selalunya
bilateral membentuk horse collar yaitu suatu massa disekitar leher. Pembengkakan
kelenjar ini sering unilateral. Pada scrofula kelenjar limfa yang membesar itu melekat
satu sama lain dan dapat berfluktuasi dan pecah.
Pada lymphatic leukemia pembesaran kelenjar terpisah.
Pembesaran kelenjar pada pediculous capitis dan infeksi scalp menyebabkan pembesaran
kelenjar dibagian posterior.
Pembesaran di leher dapat juga disebabkan oleh :
-
Lymphoma
Tumor seperti :
Sarcoma
Asimetri daripada leher dapat disebabkan oleh torticollis atau wryneck yang
menyebabkan deviasi yang karakteristik dari kepala ke satu sisi. Torticollis ini dapat
disebabkan oleh :
-
Kelainan congenital
Poliomyelitis dapat menyebabkan atrofi otot trapezius pada satu sisi dan menyebabkan
asimetri yang jelas pada permukaan belakang leher.
Cervical rib kadang-kadang dapat diraba pada leher dan rigidity selalu dijumpai pada
meningitis.
BAB V
PEMERIKSAAN SALURAN PERNAFASAN
Pendahuluan
Pemeriksaan thorax terdiri dari anamnesa, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Dengan pemeriksaan
fisik ini kita hanya dapat menentukan kelainan susunan jaringan atau diagnosis structural, yang
berupa kelainan infiltrate, kelainan jaringan ikat, dan kelainan cairan atau yang serupa dengan
itu. Untuk menegakkan diagnose maka gejala-gejala yang didapat pada pemeriksaan fisik ini
dianalisa dengan hasil-hasil pemeriksaan lain misalnya pemeriksaan foto thorax, pemeriksaan
fungsi paru, pemeriksaan fungsi pleura dan lain-lain.
Gejala-gejala pernafasan yang menunjukkan tempat penyakit seperti batuk, dyspnoe, nyeri dada,
hemoptyisis, dan lain-lain sering dikeluhkan penderita. Tetapi tak jarang pula tanda-tanda klinis
seperti cyanosis dan clubbing jari-jari yang dikeluhkan penderita yang seharusnya jadi
pengamatan dokter yang memeriksa.
Tanda-tanda klinis seperti tidak hanya berasal dari penyakit paru tetapi dapat juga disebabkan
oleh penyakit kardiovaskular, penyakit saraf, dan penyakit darah. Tetapi sebaliknya tanda-tanda
itu dapat sebaiknya diperhatikan lebih dahulu sebelum pemeriksaan thorax secara sistematis.
Anatomi paru
Paru-paru terdiri dari paru kanan dan paru kiri yang masing-masing terdiri dari beberapa lobus.
Paru kanan terbagi atas 3 lobus yaitu lobus atas, tengah dan bawah, sedangkan paru kiri terdiri
dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah serta lingula.
Tiap lobus paru terdiri pula atas beberapa segmen dan masing-masing segmen ini menerima
percabangan bronkus tersendiri (bronchial tree), arteri pulmonalis, dan vena pulmonalis.
Segmen brnchopulmonal :
Paru kanan : Lobus atas terdiri dari
1. Segmen apical
2. Segmen anterior
3. Segmen posterior
1. Segmen lateral
2. Segmen medial
1. Segmen apical
2. Segmen medial basal
3. Segmen anterior basal
4. Segmen lateral basal
5. Segmen posterior basal
Paru kiri :
Superior division
1. Apical segmen
2. Posterior segmen
3. Anterior segmen
Inferior division
1. Superior lingular
2. Inferior lingular segmen
Lobus bawah :
1. Apical segmen
2. Antero-basal segmen
3. Lateral-basal segmen
4. Posterior-basal segmen
Anatomi Topografi
Ada beberapa garis-garis dan tulang-tulang yang dapat dipakai sebagai orientasi :
Beberapa garis-garis :
1. L. Midsternalis
4. L.Axillaris posterior
5. L.Midaxillaris
6. L. Sternalis
7. L. parasternalis
Keluhan utama
Mengenai keturunan
Dalam melakukan anamnesa kita mengenal 6 gejala pernafasan yang utama, yaitu :
-
Dyspnoe
Batuk
Sputum
Hemopthysis
Nyeri dada
Wheezing
Dyspnoe
Dyspnoe adalah keluhan yang baru kita ketahui jika ditanyakan ataupun diberitahukan penderita
kepada kita. Dyspnoe ini merupakan perasaan tidak enak sehubungan dengan kebutuhan
pernafasannya bertambah. Dyspnoe ini dapat disebabkan penyakit paru-paru, penyakit jantung,
anemi, dan juga gangguan psikis. Bentuk dyspnoe, lamanya dyspnoe, gejala-gejala ikutan dan
waktu timbulnya dyspnoe merupakan informasi yang penting untuk diagnose.
Dyspnoe dapat terjadi pada waktu istirahat maupun waktu bekerja. Dyspnoe pada waktu istirahat
jelas tidak normal, sedangkan dyspnoe setelah exercise harus ada hubungannya dengan beratnya
pekerjaan.
Batuk
Batuk dapat merupakan batuk kering (tidak dengan sputum) dan batuk produktif yaitu dengan
sputum. Selain daripada itu mengenai waktu batuk dapat terjadi dalam waktu yang pendek
ataupun paroxysmal dan selanjutnya perlu diperhatikan juga karakter suara batuk.
Batuk kering terjadi bila selaput lendir larynx, trakea, atau bronki mengalami pembendungan
(congested) baik dengan eksudat ataupun tanpa eksudat oleh karena infeksi, iritasi debu, atau
asap rokok dsb. Batuk yang produktif menunjukkan ada eksudat yang bebas di dalam saluran
pernafasan seperti pada bronchitis kronis dan bronkiektasis dan caverna.
Batuk yang pendek didapati pada infeksi seperti common cold dan pada pleuritis karena nyeri
pada waktu bergerak. Batuk panjang atau paroxysmal adalah karakteristik bronchitis dan
whooping cough.
Karakter suara batuk harus diperhatikan. Pada tumor di dalam thorax seperti aneurysma dapat
menekan trakea menyebabkan batuk yang sifatnya metallic keraw disebut brassy cough. Jika
tumor itu melibatkan recurrent laryngeal nerve menyebabkan batuk yang hilang sefat
eksplosivenya dan menjadi panjang dan wheezing seperti lembu. Batuk seperti ini disebut
bovine cough.
Sputum
Sputum merupakan bahan informasi yang penting. Sputum harus dikumpulkan didalam sputum
cup selama 24 jam dan dinilai mengenai jumlah, konsistensi, dan warna sputum. Sputum dalam
jumlah yang banyak didapati pada bronkiektasis, abses paru, dan empyema yang pecah ke dalam
bronkus. Sputum yang encer tidak berwarna dalam jumlah banyak didapati pada keadaan yang
jarang yaitu alveolar cell carcinoma paru.
Berdasarkan konsistensinya sputum dibagi dalam beberapa jenis :
1. Mucoid sputum : yaitu sputum yang bahannya seperti gel, berwarna abu-abu hitam
disebabkan campuran dengan carbon dari udara.
2. Pus, yang hanya terjadi pada abses paru empyema.
3. Mucopus adalah satu jenis sputum yang paling sering. Sputum ini ditandai dengan
bentuknya seperti gel berwarna kuning atau hijau akibat dari infeksi saluran pernafasan.
4. Haemorrhagic sputum yang dapat berupa darah seluruhnya atau hanya diolesi oleh darah.
Pada pneumonia campuran sedikit darah dengan sputum memberikan bentuk yang klasik
yaitu rusty.
Pada oedema paru akut sputumnya merah jambu dan berbuih. Begitu pula sputum dari
tumor paru yang terdiri dari campuran darah dan lendir merupakan agar merah kismis.
Dalam keadaan lain darah sedikit hanya merupakan garis pada sputum.
5. Pus yang menyerupai coklat yang berasal dari abses amuba hati yang dikeluarkan bila
ada hubungannya dengan bronkus.
6. Bahan padat yang merupakan lendir yang kental yang didapati pada asthma.
7. Sputum yang cair yang sering disebabkan oedema pulmonum akut merupakan sputum
yang encer berbuih berwarna merah muda.
Haemoptysis
Membatukkan darah merupakan haemoptysis. Jumlahnya dari berupa garis sampai beberapa liter
dan dapat berupa darah murni atau campuran sputum atau cairan air ludah.
Dari anamnesa penderita tidak selalu mudah untuk menentukan apakah darah yang dibatukkan
atau dimuntahkan. Jika sudah jelas darah keluar dari mulut maka harus diperiksa mulut dan
tenggorokan untuk melihat kelainan-kelainan lokal seperti epistaksis, pendarahan gusi atau
pembendungan pharynx yang dapat menyebabkan pendarahan sedikit di dalam mulut.
Penyebab yang sering menimbulkan haemoptoe adalah tuberculosis paru, mitral stenosis dan
bronkiektasis, tetapi juga pada orang setengah umur karsinoma bronkus sering jadi penyebab.
Haematemesis
Didahului batuk
Konfirmasi bronkoscopy
Konfirmasi gastroscopy
Wheezing :
Wheezing adalah suara pernafasan yang dapat didengar tanpa bantuan alat. Wheezing biasanya
lebih keras pada waktu ekspirasi daripada inspirasi dan menunjukkan penyempitan saluran nafas
perifer seperti pada asthma, bronchitis kronis dan emphysema. Udara yang mengandung asap
rokok dan debu dapat mengakibatkan wheezing pada penderita asthma.
Kebanyakan penderita asthma terbangun dari tidurnya karena serangan sesak nafas dan
wheezing. Perasaan tercekik di dada jika berhubungan dengan wheezing, lebih besar
kemungkinan disebabkan asthma daripada ischemi heart disease. Lebih-lebih jika didapati pada
orang muda.
Nyeri dada :
Nyeri dada dapat dibagi dalam dua bagian yaitu nyeri dada bagian tengah dan nyeri dada bagian
lateral. Nyeri dada bagian tengah biasanya substernal dan karakteristiknya ialah bertambah berat
pada waktu batuk seperti trakeitis, kelainan mediastinal dan Ca bronkus yang melibatkan
kelenjar para trakeal.
Nyeri dada yang dirasakan dibagian lateral dada sifatnya menusuk dan bertambah pada waktu
bernafas seperti pleuritis sicca. Nyeri dada yang lain disebabkan oleh pneumonia, infarct paru,
trauma dada dan keganasan.
Pemeriksaan umum :
Tanda-tanda diagnostic dapat diperoleh dari gejala-gejala umum dan gejala-gejala spesifik dari
pemeriksaan thorax. Gejala-gejala umum terdiri atas :
-
Clubbing jari-jari
Flapping tremor
Cyanosis
Stridor
Clubbing jari-jari ditandai dengan hilangnya sudut antara kuku dan nail bed. Tanda-tanda ini
pertama kali dapat dilihat di jari telunjuk.
Hypertrophic pulmonary osteorthopathy adalah gejala ikutan clubbing yang jarang berupa
pembengkakan yang sakit daripada pergelangan tangan dan sendi kaki yang diikuti dengan
pembentukan tulang baru subperiosteal pada tulang-tulang panjang.
Clubbing didapati pada :
-
Bronchialcarcinoma
Bronkiektasis
Empyema
Flapping tremor jelas kelihatan dengan memflexikan jari-jari tangan ke arah punggung tangan
dan didapati pada penderita dengan retensi carbon dioxide akut. Tetapi tanda ini juga didapati
pada encephalopathy.
Cyanosis dapat berupa perifer dan central. Cyanosis central adalah tanda biru yang penting dan
dapat dilihat pada lidah warna biru yang abnormal. Cyanosis central ini baru kelihatan jika
kejenuhan 50%. Hal ini lebih jelas pada polycythaemia daripada anemi. Sulphaemoglobinaemia
dan methemoglobinaemia yang merupakan pigmen darah yang abnormal juga menyebabkan
cyanosis sentral. Cyanosis perifer biasanya mengikuti cyanosis sentral.
Stridor adalah suara yang bersifat musical yang kedengaran pada waktu inspirasi akibat dari
penyempitan glottis, trakea atau bronki besar. Hal ini akan lebih jelas jika penderita disuruh
batuk dan sesudah itu bernafas dalam dengan mulut terbuka. Penyempitan ini biasanya
disebabkan oleh tumor didalam atau diluar nafas.
Pemeriksaan thorax :
Sebaiknya penderita diperiksa dalam keadaan duduk. Jika berbaring maka pemeriksaan tidak
dapat sempurna dilakukan sebab paru-paru tidak dapat berkembang dengan sempurna dan bisa
terjadi asimetris. Selain daripada itu dengan berbaring maka suara perkusi yang sonor bisa
menjadi beda.
Jadi sedapat-dapatnya harus mendudukkan penderita walaupun harus dengan membantu
mendudukkannya.
Inspeksi :
Inspeksi adalah pemeriksaan pertama yang dapat dilakukan dengan hanya melihat penderita.
Kelainan paru-paru atau diluar paru-paru dapat menyebabkan kelainan respirasi. Sebaliknya
kelainan paru dapat menyebabkan kelainan di luar paru, misalnya clubbing daripada jari,
cyanose, pembendungan pembuluh darah di leher, dada, perut dan kaki, oedema di muka dan di
kaki dan ascites dapat terjadi karena tumor mediastinum.
Dengan inspeksi kita dapat meramalkan kelainan-kelainan pada pemeriksaan-pemeriksaan
selanjutnya, misalnya thorax emfisematus, thorax paralitikus ataupun pectus excavatum.
Pernafasan Cheyne Stokes yaitu satu type pernafasan apneu dandyspneu. Pada fase dyspnoe
mula-mula pernafasan lambat dan dangkal kembali caknya kemudian beransur-ansur lambat dan
dangkal kembali dan demikian seterusnya.
Pernafasan ini didapati pada kelainan otak atau pada keadaan coma.
Pernafasan Kausmall yaitu satu type pernafasan yang dalam dan cepat yang didapati pada
penderita koma diabetikum.
Pernafasan Biot adalah pernafasan yang tidak teratur diikuti dengan periode apneu yang lama.
Simetri thorax dalam pergerakan :
Simetri thorax dalam keadaan statis belum menjamin simetri dalam pergerakan. Misalnya
seorang dengan fibrosis dan emphysema yang dalam keadaan tidak bergerak simetris, tetapi
dalam pergerakan menjadi asimetri.
Kelainan local :
Kelainan-kelainan local dapat berupa kelainan pada kulit, subcutis, otot, tulang-tulang. Kelainan
kulit misalnya cacat karena luka bakar menghalangi pergerakan thorax.
Pembendungan darah vena dapat dijumpai pada tumor di dalam mediastinum. Pada tulang iga
dan sternum dapat dijumpai kelainan congenital, misalnya pectus excavatum dan pectus
carinatum. Pectus carinatum ialah penonjolan sternum seperti dada ayam.
Kedua kelainan tersebut familier. Bila pectus excavatum besar dapat mendorong jantung kanan
ke kiri dan bila kelainan itu besar dapat menyebabkan pernafasan penderita terganggu karena
mekanisme batuk terganggu.
Daerah supra clavicula dapat menjadi cekung karena schwarte dikutup pleura dan fibrosis
dipuncak pasti supraclavicula bisa menggelembung pada emphysema, pembesaran kelenjar dsb.
Sela iga menyempit seluruhnya pada thorax paralitik, dan menyempit sebagian dada schwarte,
fibrosis, dan kelainan-kelainan dinding thorax (bekas luka bakar, mastectomy). Sela iga melebar
pada emphysema.
Kelainan-kelainan tulang punggung dapat berupa kyphosis angualair, kyphosis arcuaie dan
scoliosis.
Kyphosis mencurigakan adanya spondylitis.
Kyphosis arcuair biasanya didapati pada orangtua.
Scoliosis ke kanan dan ke kiri karena kebiasaan duduk yang tidak benar dan karena trauma.
Kelainan tulang punggung dapat juga karena schwarte, fibrosis atau emphysema paru.
Pada inspirasi iga-iga tetap seperti biasa atau agak menggembung. Tetapi mulai dari sela iga 5 ke
bawah tampak pencekungan pada tiap inspirasi. Hal ini disebabkan oleh karena inertia
diaphragm merintangi perkembangan thorax bagian distal.
Rintangan ini bisa juga disebabkan oleh jaringan fibrosis. Pencekungan sela iga satu sampai ke
empat selalu menunjukkan kelainan jaringan paru.
Palpasi :
Palpasi adalah pemeriksaan dengan perabaan dengan tangan yang dapat menentukan :
1. Kelainan dinding thorax :
Kulit, subcutis, otot-otot, tulang, suhu badan, basah kering kulit, aliran pembuluh darah,
v.jugularis, sifat benjolan, radang dan tumor.
2. Kelainan yang lebih dalam :
-
Keadaan mamma
Letak trakea
3. Pergerakan thorax :
Pergerakan thorax yang berkurang pada satu sisi menunjukkan keadaan patologis.
Pemeriksaan pergerakan thorax ini dilakukan dengan palpasi dengan jari-jari pada sisi
thorax sedangkan ibu jari diletakkan sejajar dekat garis tengah sehingga letakkan
simetris. Pergerakan yang asimetris dapat dilihat bila penderita duduk sedangkan si
pemeriksa duduk di tengah berhadapan sehingga dengan posisi ini dapat diperiksa bagian
depan dan belakang dari thorax.
4. Fremitus suara
Fremitus adalah pemeriksaan getaran suara yang dapat diraba pada dinding thorax bila si
penderita mengucapkan kata-kata misalnya 77. Pada palpasi ini kedua tangan diletakkan
simetris pada thorax kiri dan kanan dan getaran yang diraba itu dibandingkan kiri dan
kanan. Getaran tersebut dapat diraba lemah, normal atau mengeras.
Fremitus suara ini terjadi karena getaran dari pita suara yang merambat melalui bronkus
sampai ke dinding dada.
Dalam perambatan getaran ini melalui dua media yang daya hantarnya berbeda yaitu
udara yang terdapat didalam paru dan jaringan padat yaitu jaringan paru dalam suatu
keseimbangan dalam batas-batas waktu tertentu. Udara mempunyai daya penghantar
yang kurang baik daripada benda padat. Jadi bila udara bertambah maka penghantaran
udara berkurang, sedangkan bila benda padat yang bertambah maka penghantaran getaran
akan bertambah baik, sehingga fremitus akan mengeras.
Keras atau lemahnya suara tergantung pada beberapa hal :
Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan ketokan pada dinding dada baik langsung ataupun dengan
landasan yang disebut plessimeter. Ketokan dilakukan dengan jari tengah yang dibengkokkan
pada sendi kedua dari ujung jari tegak lurus sedangkan sebagai landasan dipergunakan dari
tangan kiri yang diletakkan rapat pada kulit. Perkusi langsung biasanya dilakukan pada tulangtulang iga sedangkan perkusi dengan landasan dilakukan pada sela iga.
Dengan perkusi ini dimaksudkan menimbulkan bising karena getaran udara dalam jaringan paru
perifer dengan perkusi yang perlahan sedangkan untuk jaringan paru yang lebih dalam dilakukan
perkusi yang lebih kuat. Dengan perkusi ini udara dalam jaringan paru turut bergetar atau
beresonansi sehingga menimbulkan bising. Jadi dengan perkusi ini kita sebenarnya ingin
mengetahui ada tidaknya resonansi ataupun derajat resonansinya. Dengan demikian perkusi ini
dapat menentukan adanya kelainan-kelainan paru ataupun menentukan batas paru-paru sebagai
organ yang mengandung udara dengan organ-organ lain yang padat dan tidak mengandung udara
seperti batas jantung dan batas paru hati.
Sebagai dasar perkusi ini adalah bising pada perkusi paru yang normal yang mengadung udara
dalam perbandingan tertentu dengan jaringan paru. Bising karena resonansi inilah yang disebut
sonor. Dalam keadaan penyakit, udara dalam paru bisa bertambah dan bisa pula berkurang dalam
perbandingannya dengan jaringan paru.
Jika udara dalam paru bertambah maka resonansi akan bertambah pula sehingga bising yang
terdengar disebut hiper resonan atau hipersonor yang didapati pada keadaan emphysema paru.
Sebaliknya jika udara dalam paru berkurang maka resonansi akan berkurang pula sehingga
bising yang terdengar disebut sonor memendek atau redup. Keadaan ini didapati pada kelainankelainan konsolidasi atau infiltrat misalnya pada pneumonia dan lain-lain.
Selanjutnya bila udara dalam paru hilang sama sekali maka tidak akan ada resonansi sehingga
pada perkusi terdengar suara beda (pekak). Hal ini juga didapati pada perkusi organ-organ
misalnya jantung dan hati. Jadi dengan perkusi ini kita bisa menentukan batas paru hati maupun
batas jantung.
Kelainan paru yang menyebabkan suara beda ialah efusi pleura, kolaps paru, fibrosis, penebalan
pleura (schwarte), peninggian diaphragma, dan tumor.
Batas paru hati dilakukan perkusi dengan ketokan pada garis medioclaviculer dari atas ke bawah.
Perubahan suara perkusi dari sonor menjadi sonor memendek dinamakan batas paru hati relatif.
Selanjutnya dengan perkusi agak lemah dilakukan ke bawah dari batas ini sampai perubahan
suara perkusi dari redup menjadi beda dinamakan batas paru hati absolute, yang biasanya pada
sela iga 6. Batas inipun tidak tetap oleh kerana berubah bersama pernafasan. Pada inspirasi paru
mengembang dan mengisi sinus diaphragmatika.
Rongga tersebut sekarang berisi jaringan paru yang bila diperkusi menimbulkan suara sonor.
Sebaliknya pada expirasi jaringan paru tidak mengisi sinus lagi sehingga suara perkusi menjadi
beda. Oleh karena itu batas paru hari berubah selama respirasi yang disebut peranjakan.
Auskultasi :
Dengan auskultasi dimaksud ialah pemerikasaan dengan mempergunakan alat stetoskop yang
diletakkan pada dada penderita dan mendengarkan bising pernafasan dan bising tambahan.
Bising pernafasan dan bising tambahan ini terjadi karena arus udara keluar masuk paru.
Pada bising pernafasan harus diperhatikan :
1. Lama inspirasi atau expirasi
2. Tingginya nada inspirasi atau expirasi
3. Sifat umum bising tersebut
Bising tracheal
Bising bronchial
Bising vesikuler
Bising amforik
Bising tracheal dapat didengar pada leher dan tidak dipergunakan secara klinik.
Bising vesikuler adalah bising karena arus udara keluar broncheolus dan alveolus dan dapat
didengar dengan stetoskop pada dada dan merupakan bising lemah pada inspirasi dan lebih
lemah lagi pada expirasi. Bising vesikuler ini adalah bising yang didapati pada orang sehat.
Bising bronchial adalah bising karena udara keluar masuk melalui bronchus dan dapat didengar
sekiranya stetoskop dapat diletakkan langsung pada bronkus.
Sifat bising ini adalah pada expirasi bising itu lebih lama dan nadanya lebih tinggi daripada
bising vesikuler yang normal. Bising bronchial ini dalam keadaan normal tidal dapat didengar
oleh karena ditutupi bising vesikuler.
Selain daripada itu bising bronchial ini untuk mencapai dinding dada harus melalui dua
penghantar yaitu udara dalam alveoli dan dinding dada. Udara dalam alveoli itu merupakan
penghantar yang buruk.
Bila jaringan paru itu oleh karena penyakit disebuk oleh sel misalnya pada infiltrat akut, maka
jaringan itu berubah menjadi penghantar yang lebih baik sehingga bising bronchial itu dapat
didengar, sedangkan bising vesikuler sendiri tidak akan terjadi.
Penyebab-penyebab bising bronchial yang sering ialah :
1. Kelainan-kelainan paru berupa konsolidasi atau infiltrat akut yang terdapat misalnya
pneumonia dsb
2. Kelainan berupa lapisan efusi pleura yang tipis
3. Kelainan yang berupa kolaps paru
Penyebab bising bronchial yang jarang ialah :
1. Pneumothoraks (kadang-kadang)
2. Rongga yang besar dekat permukaan atau dinding dada
Bising amforik yaitu bising yang terjadi ketika meniup botol yang terjadi ketika karena adanya
rongga yang besar yang letaknya perifer dan mempunyai hubungan terbuka yang luas dengan
bronchus.
Bising ini selalu didapati pada keadaan penyakit misalnya adanya kaverna.
Sebagai pegangan mengenai sifat bising pernafasan ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Bising vesikuler didengar sebagai huruf F
Bising bronchial sebagai huruf KH
Bising tracheal sebagai huruf KH hanya nadanya lebih tinggi
Bising amforik sebagai huruf WU kadang-kadang nadanya lebih tinggi sekali dan nyaring
(metallic)
Bising tambahan :
Ada 4 macam suara tambahan yaitu :
1.
2.
3.
4.
Crepitatio
Ronchi basah
Ronchi kering
Gesekan pleura (pleura friction)
Crepitatio adalah bising yang terjadi karena terbukanya alveolus yang sebelumnya mengempis,
pada setiap inspirasi. Jadi bising ini hanya didengar pada waktu inspirasi. Jadi bising ini hanya
pada waktu inspirasi yaitu seperti rambut yang digesekkan diantara jari-jari tangan dekat telinga.
Ronchi basah terjadi karena terbukanya alveoli yang berisi cairan exudat atau gelembunggelembung udara melalui mucus dalam bronchi yang besarnya bermacam-macam.
Jadi bronchi basah ini merupakan suara yang terputus-putus yang terdengar pada waktu inspirasi
atau expirasi karena arus udara.
Ronchi basah ini dibagi 3 jenis menurut tempat kejadiannya, yaitu :
Ronchi basah halus (kecil)
Ronchi basah sedang
Ronchi basah besar
Ronchi basah yang sedang dan besar terjadi karena gelembung-gelembung udara melalui
bronchus sedang dan besar yang mengandung cairan mucus.
Suara ronchi ini juga seperti suara air mendidih yang sedang ataupun besar. Ronchi basah ini
dapat dijumpai pada :
Ronchi basah kecil pada : pneumonia, tuberculosis, kolaps paru, oedema paru, dan lain-lain.
Ronchi basah sedang : Bronchitis, fibrosis dan bronchiectasis
Ronchi basah besar : bronchiectasis
Ronchi kering adalah bising kontinu dan sifat musical dan terjadi karena udara melalui bronchus
yang basah dan menyempit oleh mucus yang liat. Bising ini biasanya terdengar pada waktu
expirasi dan sifatnya seperti siulan (sibilantes) bila penyempitan terjadi bronchus kecil dan
bisingnya menderu (sonores) bila penyempitan terjadi pada bronchus besar. Bising ini bisa
didapati :
-
Gesekan pleura terjadi ketika pleura mendapat radang sehingga permukaannya menjadi kasar.
Bising ini susah mengenalnya. Tetapi bila disamping itu juga ada pleuritic pain maka dengan
menunjukkan dengan satu jari tempat yang sakit dan melakukan auskultasi dengan hati-hati akan
dapat didengar bising gesekan pleura ini akan hampir sama dengan rhonchi basah terutama pada
waktu akhir inspirasi. Gesekan pleura ini dapat dibedakan dengan rhonchi basah karena rhonchi
basah selalu berubah bila batuk.
Bising-bising lain yang bisa didapati ialah :
Bising crepitatio pada emphysema subkutis yang terjadi karena subcutis mengandung udara
sehingga menimbulkan bising bila dipijat. Bising ini dapat didengar bila memijat dengan mulut
stetoskop. Dan bising ini dapat disamakan seoerti suara sepotong biskuit yang diremas dekat
telinga.
Bising derakan yaitu bising yang terjadi karena gerakan otot-otot atau sendi-sendi dari bagianbagian thorax. Bising ini mirip gesekan pleura.
Pada anak-anak dan dewasa yang asthenis karena bronchus lebih kecil sehingga arus
udara lebih cepat.
Pada permulaan pneumonia sebab bronchiolus menyempit dan disebut bising vesikuler
keras.
BAB VI
PEMERIKSAAN JANTUNG
1. Anamnesis/keluhan
2. Inspeksi
3. Palpasi
4. Perkusi
5. Auskulatasi
Anamnesis/keluhan :
Untuk mencurigai adanya kelainan jantung beberapa hal yang penting kita tanyakan :
-
Jantung berdebar-debar
Sakit di daerah dada terutama bagian kiri
Sesak nafas kalau berjalan (dyspnoe deffort). Kalau istirahat (dyspnoe drepos atau
harus mengambil posisi duduk kalau sesak (ortopnoe)
Batuk-batuk, sesak nafas yang tiba-tiba di tengah malam (paroxysmal nocturnal dyspnoe)
Mudah capek
Terasa denyut jantung makin kuat
Perubahan posisi suara makin kuat misalnya miring ke kiri, duduk dan lain-lain
Apakah sejak kecil sudah diberi tahu dokter ada kelainan jantung
Apakah ada riwayat sakit jantung pada keluarga
Apakah ada diantara keluarga darah tinggi, mati mendadak, lumpuh badan, perokok,
penderita DM, kegemukan
Inspeksi :
Syarat :
-
Normal : ictus hanya merupakan pulsasi yang terlokalisir pada daerah tertentu
Melebar : bila pulsasi ini melebar/menyebar, tidak terlokalisir lagi
Ictus +/- : Normal : ictus + artinya ictus/pulsasi ada bila terjadi sinkronis systole yang
dapat dibuktikan dengan perabaan pulsasi pada arteri radialis atau arteri carotis
Patologis : bila ictus (-) artinya ictus berlawanan dengan adanya systole jantung, dibuktikan
dengan tidak adanya sinkronisasi dengan pulsasi arteri. Hal ini terjadi pada percarditis.
Bila ictus tidak jelas : tidak kelihatan ictus baik waktu systole maupun diastole, mungkin pada
emphysema paru, orang gemuk,dan wanita.
Getaran-getaran = vibrasi fremissement di luar daerah ictus
-
Ictus bisa tidak jelas lagi kelihatan bila vibrasi telah meluas sampai ke daerah ictus. Vibrasi ini
biasanya menunjukkan keadaan patologis terutama bila diastolic. Kelainan cardiologis yang
mungkin dijumpai adalah kelainan pada katup-katup jantung baik karena reuma enes ataupun
kelainan congenital.
Pada saat inspeksi daerah jantung perlu pula kita perhatikan daerah-daerah di luar jantung yang
kadang-kadang dapat menggambarkan kelainan-kelainan patologis pada jantung misalnya,
pulsasi yang kuat pada daerah suprasternalis, a. carotis, jari-jari , a. radialis, a. cubiti dan lainlain.
Palpasi
Tehnik : Untuk palpasi iktus dapat kita pakai jari ke 2 dan ke 3 phalanx II-III yang diletakkan
pada daerah ictus. Bila ictus ada,segera kita rasakan berupa tendanganpada jari-jari kita. Untuk
membedakan ictus +/- dapat kita bandingkan tendangan tadi pada tangan kanan dengan
bersamaan meraba pulsasi a.radialis/a.carotis dengan tangan kiri. Bila kedua tendangan dirasakan
bersamaan ini maka berarti ictus +, bila berlawanan nilai ictus -. Sedangkan bila tendangan kita
rasakan kita nilai ictus + yang arti klinisnya bisa normal atau patologis ictus apexbeat.
Kesan yang diambil :
a. Ictus + artinya normal
b. Ictus artinya patologis seperti pada pericarditis
c. Ictus tidak ada artinya normal pada orang gemuk dan patologis pada kelainan paru dan
dinding thoraks
d. Ictus kuat angkat : orang kurus, ada kelainan patologis pada jantung, fungsi jantung
bertambah, thyrotoxicosis, anemia, pembesaran, dll
e. Ictus melebar : getaran tendangan pada daerah ictus meluas ke daerah sekitarnya. Hal ini
dapat disebabkan kelainan organis pada jantung
Getaran=vibrasi=fremissement
Tehnik : Untuk merasakan getaran ini dapat kita gunakan ujung metatarsal dan phalanx I dari
jari-jari tangan kanan. Kita letakkan tangan kanan kita pada daerah precordial, dicari di daerah
mana ada getaran-getaran. Terjadinya getaran ini mungkin pada waktu systole dan diastole. Hal
ini dapat dipastikan dengan sinkronisasi vibrasi dengan pulsasi arteri. Sebaiknya pada saat ini
pasien disuruh tahan nafas untuk tidak mengaburkan getaran-getaran yang timbul akibat gerakan
pernapasan.
Vibrasi yang berasal dari jantung dapat disebabkan kerusakan aktup-katup ataupun kelainan
bawaan. Pada saat palpasi ini,kadang dapat juga teraba suatu gesekan pericard pada penderita
pericarditis.
Kita harus mencari lokalisasi-lokalisasi dari vibrasi pada setiap tempat di thoraks terutama yang
dapat menggamabarkan (refleksi) dari kelainan organ terutama bagian-bagian katup aorta, mitral,
tricuspidal, pulmonal yang dapat dicari sebagai berikut :
Mitral
Aorta
Pulmonal
Tricuspidal
Vibrasi ini sering teraba di bagian depan thoraks, jarang sampai ke daerah thoraks belakang.
Perkusi
Tehnik perkusi dengan jari-jari tangan serupa dengan pemeriksaan paru-paru. Umumnya tangan
kiri (jari II) phalanax III dipakai sebagai plessimeter (diletakkan pada dada) sedangkan jari III
dengan posisi bengkok dan gerakan pada pergelangan tangan merupakan percusser. Untuk
menentukan batas-batas jantung diperlukan ketokan/percussion yang lebih kuat dari pada perkusi
pada paru-paru.
Foto perkusi..
Batas-batas jantung terdiri dari :
-
Normal
: Batas kiri sedikit medial l. midclavicularis kiri dan ini hampir bersamaan
dengan terabanya ictus cordis.
Batas kanan
ditentukan oleh perubahan suara sonor beda. Penentuan agak sukar oleh
karena sternum ikut bergetar.
Normal : pada pertengahan sternum, l. midsternalis
Batas atas
Batas diatas adalah batas relatif. Untuk menentukan batas-batas absolut yaitu bagian jantung
yang sebenarnya langsung menempel pada dinding thoraks ialah dengan melakukan perkusi yang
lebih hati-hati dari daerah batas relatif kearah medial. Biasanya keadaan ini sukar ditentukan
pada banyak faktor-faktor yang mengganggu penilaian seperti adanya udara dalam paru-paru
antara jantung dan dinding thoraks, adanya peradangan-peradangan dalam paru-paru sehingga
nilai-nilai ini tidak rutin kita cari.
Auskultasi
Sebelum dipakai harus dicek stetoskop dengan cara menghembus atau mengetok pada ujung
stetoskop.
Syarat :
-
Daerah-daerah auskultasi :
Untuk mendapatkan suara-suara dari jantung memang memerlukan latihan yang cukup tekun.
Yang kita harapkan adalah suara-suara yang di timbulkan oleh jantung sendiri.
Bunyi jantung
Sifat
: - Low pitched
Terjadinya
: Segera setelah BJ I
- Oleh karena penutupan katup-katup aorta dan pulmonal pada akhir
sistolik.
Sifat
Terjadinya disebabkan :
-
Sifat
Bunyi jantung IV
Atrial Sound
-
Daerah Pulmonal
Dapat didengar BJ I-II berasal/pancaran suara-suara dari katup pulmonal (P1 & P2) pada
daerah sela iga II kiri dekat sternum.
Normal : P2 > P1
Daerah Aorta
Dapat memancarkan suara-suara dari katup Aorta (A1,A2) pada daerah sela iga II kanan
dekat sternum
Normal : A2 lebih keras dari A1. A2 > A1
Daerah Tricuspidal
Suara-suara didaerah ini memancarkan suara-suara dari katup Tricsupidal pada daerah
Presternal kiri pada bagian bawah ( sela iga V-VI kiri).
Palpasi :
-
Ictus melebar kekiri tanpa kebawah, mungkin pergeseran jantung karena proses paru-paru
bagian kanan (pneumothorax) ataupun proses dibawah diafragma seperti ascites.
Ictus melebar kekiri dan kebawah disebabkan pembesaran jantung kiri.
Ictus kuat angkat, melebar dapat menggambarkan kelainan-kelainan pada katup-katup.
Fibrasi-fibrasi didaerah mitral baik systolic dan diastolic juga sering menggambarkan
kelainan-kelainan organis.
Getaran-getaran didaerah Pulmonal, Aorta, Tricuspidal juga menggambarkan kelainankelainan organis.
Gesekan preicard juga menggambarkan suatu preicarditis.
Kadang-kadang palpasi juga dapat member petunjuk adanya gangguan irama jantung yang
kencang (tachycardia), lambat (bradicardia) ataupun aritmia yang tidak teratur.
Pulsasi Epigastrium pada penderita penyakit paru-paru kronis dapat mencurigai adanya
pembesaran jantung kanan (CPC).
Perkusi :
Kemungkinan-kemungkinan :
a. Batas jantung bagian kiri melebar kekiri berarti :
- Pembesaran jantung kiri.
- Penarikan jantung kekiri.
- Pendorongan jantung kekiri.
b. Batas jantung kiri makin ke medial berarti :
- Pendorongan jantung kekanan (pneumothorax kiri)
- Penarikan jantung oleh proses intra thoracal dikanan
- Emphysema paru-paru bagian kiri
c. Batas jantung kanan bertambah kekanan :
- Pembesaran jantung kekanan
- Pendorongan jantung kekanan
- Penarikan jantung kekanan
d. Batas jantung sukar ditentukan :
- Emphysema paru-paru
- Orang yang terlalu gemuk
e. Batas jantung kanan makin kekiri :
- Pendorongan jantung kekiri (pneumothorax kanan)
Auskultasi :
Kelainan bunyi jantung
a. Bunyi jantung 1 : Mengeras s/d mengentak
- Pembesaran jantung
- Mitral stenosis
- Gangguan rytme jantung misalnya pada paroxysmal tachycardia, atrial flutter.
b. BJ I melemah
- Melemahnya fungsi Myocard (myocarditis, IMA)
- Kegagalan sirkulasi perifer
- Konduksi Atrio Ventricular bertambah panjang
c. BJ I berubah
- Gangguan rytme jantung misalnya prematurebeat, Atrial Fibrillasi, Heart Block.
Bunyi jantung premature ini bisa lebih berat atau lebih lemah dari bunyi jantung
normal.
d. Reduplikasi BJ I Splitted = Doubling pada daerah apex terdengar sebagai trupp = trupp
sulit dibedakan dengan irama gallop dan BJ III. Hal ini dapat dijumpai pada MS, AV
Block dab Bundle Branch Block.
Fotoo
Patologis BJ II.
Perubahan-perubahan BJ II sering kita jumpai pada Pulmonal dan Aorta.
Normal P2 > A2 pada orang muda. Pada umur pertengahan P2=A2.
Pada umur tua A2 > P2.
a. P2 mengentak (accentuated)
Pertanda peninggian tekanan dalam sirkulasi Pulmonal
- MS MI
- DC kiri
- Penyakit paru-paru (Lobar pneumonia), Emphysema paru-paru, Fibrosis paru-paru.
- Emboli paru-paru
- Penyakit jantung congenital
b. P2 melemah
- DC kanan
- Pulmonary stenosis
c. A2 mengentak
- Hypertension systemic
- Hilangnya elastisitas Ao (lues, arteriosclerosis)
d. A2 melemah (berkurangnya aliran darah dalam Ao)
- Ao stenosis
Mitral stenosis
DC kiri
Kegagalan sirkulasi perifer
Gangguan irama (AF, prematurebeat)
Systemic hypotension (anemia berat)
Penyakit-penyakit katup Aorta
e. A2 dan P2 mengentak
Bila ada peninggian tekanan sirkulasi perifer dan sirkulasi paru-paru
f. BJ II splitting = reduplikasi (terbelah) ini lebih sering pada BJ II dari pada BJ I.
Makna : BJ II terbelah
- Bila P2 splitted pada masa expirasi kuat ini adalah normal
- P2 splitted dinilai patologis pada :
Pulmonary hypertension
Systemic hypertension
Bundle branch block
BJ III : normal dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda, patologi pada orang tua, pericarditis
constrictive.
-
Pericarditis contrictiva
Fotoooooooo..
______________________________________________ foto
GALLOP RYTHME = Irama gallop = congklang kuda. Terbaik didengar pada daerah ictus
kadang pada sela iga II-IV sekat sternum bagian kiri atau kadang harus dicari pada suatu lokasi
tertentu.
a. Proto diastolic = Early diastolic = veatricular gallop = BJ III
b. Prasystolic pada akhir diastolic
c. Kadang-kadang terjadi systolic gallop okfibrasi Aorta yang melebar waktu ejeksi
ventricle antara BJ I BJ II.
Irama diastolic gallop sering kita dengar pada :
-
Penyakit hipertensi
Penyakit jantung koroner
Myocarditis
Payah jantung
Suakr didengar
Irama timbul antara BJ I & BJ II
Paling baik didengar pada daerah apex
Irama ini jarang dan tidak mempunyai arti klinis
Opening Snap :
Adalah suara tambahan berasal dari katup jantung atriaventricular, di saat darah dari atrium
mengalir ke ventrikel.
-
Dapat didengar pada sela iga III dan IV kiri, kadang-kadang sela iga II kiri
Sifatnya high pitched
Fotooo
Terdapat pada : MS dan Tricuspidal stenosis, Fungsional opening snap dijumpai pada MS relatif
seperti terjadi pada MI, PDA, VSD.
Tricuspidal stenosis relatif pada ASD. Opening snap terdengar setelah BJ II. Maka dekat jarak
OS dengan BJ II makin besar stenosis dan sebaliknya.
Foto..
Gambar I menunjukkan skema terjadinya desah pada stenosis katup. Aliran darah AB. Pada saat
melalui daerah stenosis terjadi gangguan aliran darah dan ini menimbulkan desah diastolic.
Gambar II menunjukkan skema pada suatu insuffisiensi dimana terjadi regurgitasi aliran yang
bertentangan dengan aliran yang sebenarnya. Jadi terjadi aliran BA. Dan ini menimbulkan desah
sistolik.
Sifat-sifat bising (desah).
Bila kita mendengar suatu desah harus kita pertanyakan 5 hal :
1.
2.
3.
4.
5.
1)
Tricuspidal
Seluruh costae
Amat sukar didengar dengan stetoskop tapi dapat didengar jika dicari dengan teliti.
Sulit didengar dengan stetoskop tapi dapat didengar tanpa dicari dengan teliti.
Mudah didengar.
Desah sudah terdengar keras
Amat keras : stetoskop harus diletakkan pada dada
Amat keras : stetoskop tanpa diletakkan pada dada
KLASIFIKASI DESAH :
A) 1. Fisiologi
2. patologis
Desah fisiologis
B) 1. Intra cordis
2. Extracardiac (cardiopulmonary)
:
-
Desah patologis :
-
Terjadinya pada fase sistol yaitu segera atau pertengahan (early systole dan mid systole)
Biasanya desah ini lemah dan halus menghembus dan menutupi BJ I
Tidak terlalu terikat pada tempatnya, bisa di apex, di ICR II
Biasanya bersifat fisiologis, bisa patologis
Biasanya tidak ada kelainan-kelainan irama nadi
Fotooo..
Tipe Ejektion :
1. Terjadi bila :
Jalan keluar ventrikel menyempit
Jalan keluar normal tetapi volume darah bertambah seperti pada AST, Anemia,
Thyrotoxicosis, Bradikardinal (low murmur)
Jalan keluar ventrikel normal serta volume darah normal namun pembuluh darah Aorta
dan Pulmonum melebar.
Volume darah menyebar tetapi katup Aorta Sclerosis
Tak diketahui penyebab (bising innocent)
Bising yang terjadi pada saat pengeluaran darah dari ventrikel (masa ejeksi) tetapi tidak segera
diambil setelah BJ I dan berakhir beberapa saat sebelum BJ II dan mencapai maksimal pada
pertengahan fase sistolik.
Pengeluaran darah dari ventrikel ini dapat pula menyebabkan suatu nada (sound) disebut
Ejection sound Ejection click seperti pada prolaps mitralis.
2. Pansystolic (Holosystolic)
Terjadi pada fase systolic dan seluruh fase ini, segera mulai setelah BJ I dan berakhir pada BJ
II.
Fotoooo.
Etiologi :
- Mitral Insuffisiensi
- Tricuspidal Insuffisiensi
- VSD
- PDA
- Ductus Arterius
3. Late Systolic
Fotooooooo..
Jantung Normal
Desah Diastolic :
1. Terjadi pada fase diastolik
2. Sifatnya kasar terkadang mengeletar (disertai adanya fremissement pada palpasi)
3. Lokalisasinya lebih terikat pada suatu tempat dimana intensitas desah diastoliknya paling
tinggi
4. Desah diastolik selalu bersifat patologis
5. Biasanya disertai oleh irama yang tidak teratur
Dimana dapat didengar desah diastolik ?
Fotooo
1. Daerah Apex :
a) Kelainan struktur katup mitral (MS)
Biasanya desah ini keras.
Mungkin jelas bila pasien miring kekiri
Sering disertai Thrill diastolic
Kadang lokasi tidak di apex tetapi lebih medial lagi pada suatu tempat terlokalisir
dan ini harus dicari dengan cermat.
b) Aorta insuffisensi desah terdengar di ICR II kanan kadang-kadang terdengar desah
presistolik di apex tanpa MS (Austin Flint)
2. Daerah Pulmonal :
Pulmonal Insuffisiensi
Dilatasi Pulkonary arteri
Peninggian tekanan pada a. Pulmonalis
Aorta regurgitasi
Biasa disertai P2 mengeras/mengentak
Sering juga pada MS terdengar desah diastolic didaerah Pulmonal, oleh karena Pulmonal
Insuffisiensi relatif (Graham Steel)
3. Daerah Aorta :
a. Kelainan katup aorta (Rheumatic, Lues, Klasifikasi)
Sering dimulai segera setelah BJ II
b. Aorta Insuffisiensi Relatif yang terdapat pada keadaan :
MITRAL STENOSIS
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
Perkulasi
Auskultasi
Terdengar opening snap pada apex atau lebih ke Medial lagi dekat sternum
Kadang-kadang ada gangguan irama jantung
Desah diastolic yang sifatnya kasar pada daerah apex atau terlokalisir pada suatu
temapt (presystolic atau middiastolic)
Desah tidak menjalar
:
-
Mudah capek
Inspeksi
Jantung berdebar-debar
Kadang-kadang batuk-batuk
Palpasi
:
-
Perkulasi
Auskultasi
:
-
AORTA STENOSIS
Anamnesis
Inspeksi
Palpasi
:
-
Perkulasi
Auskultasi
:
-
Inspeksi
:
-
Palpasi
Perkulasi
Auskulatasi
:
-
BJ II (A2) mengeras
Desah diastolik dengan punctum maksimum pada aorta atau sela iga III-IV
kiri dan menjalar ke apex
Sifat desahnya halus dan lembut
Pulsus seller
Denyut kapiller
Bising durozier
Pistol short sound
Pulpasi pembuluh darah suprasternal, karotis
TRICUSPIDAL INSUFFISIENSI
Sebagai penyakit organis jarang dijumpai oleh karena Rheumatic namun sebagai efek sekunder
terhadap penyakit-penyakit katup lain (Mitral) yang menyebabkan pembesaran jantung kanan
mungkin sering sebagai penyerta. Sebagian juga kelainan-kelainan congenital pada katup-katup
Tricuspidal dapat dijumpai.
Inspeksi
:-
Perubahan-perubahan pada bagian kiri tidak jelas, sehingga iktus kordis tidak
berubah
Palpasi
:-
Perkulasi
:-
Auskulatasi
:-
TRIKUSPIDAL STENOSIS
1. Kongenital
: Atresia
2. Aquisita : - Organis oleh karena Rheuma sering bersamaan dengan kelainan mitral dan
aorta
- Fungsional berasal dari thrombus atau vegetasi bacterial yang menutup katup
trikuspidaslis
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ascites
Hepar membesar
Auskultasi
pada MS
: Desah diastolik pada daerah tricuspidal yang sifatnya seperti desah diastolik
Inspeksi
Palpasi
: - Teraba fibrasi pulmonalis pada sela iga III kiri parasternal (akibat pelebaran
a.pulmonalis = Pulmonal Regurgitasi Relatif)
-
Perkulasi
Auskultasi
Desah sistolik type ejection pada sela iga II-III parasternal kiri disebabkan
bertambahnya aliran darah yang mengalir dalam a.pulmonalis (flow murmur)
Bila lobang (defek) besar dapat terdengar suatu bising middiastolik oleh
karena darah yang mengalir tadi masuk ke ventrikel (flow murmur)
Palpasi
Perkusi
:
-
Auskultasi
: Desah Pansistolik
Palpasi
-
Perkusi
Auskultasi
Palpasi
-
Auskultasi
-
Desah sistolik
Gus seperti suara mesin (Machinery murmur) yang keras terdengar pada sela iga II-III kiri
murmur
PULMONAL STENOSIS
Kelainan patologis pada katup pulmonal menurut penyelidikan halm toussing adalah jarang
terjadi.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
:
-
Precordial heaving
Thrill systolic daerah sela iga III kiri (Pulmonal)
Auskultasi
:
-
Desah sistolik tipe ejection yang kasar dengan punctum maksimum pada sela
iga II parasternal kiri
P2 melemah
Daerah ini dapat menjalar ke clavicula ujung lateral (acromba)
DIAGNOSA FUNGSIONAL
Payah jantung = Dekompensasi Kordis = DC
Dikenal beberapa bentuk klinis :
a. DC kiri
b. DC kanan
c. DC kiri + kanan = CHF = Congestive Heart Failure
DC Kiri :
Inspeksi/keluhan :
Palpasi
Perkusi
:
-
Aukultasi
:
-
DC Kanan :
Inspeksi/keluhan :
Palpasi
-
Dapat terjadi sebagian lanjut dari DC kiri dimana semua penderita sesak-sesak tetapi bila
sudah ikut pula terjadi DC kanan maka sesak berkurang atau menghilang
Keluhan batuk-batuk, kadang berdarah
Keluhan-keluhan dari saluran pernafasan yang biasa yang sudah lama
Sianosis
Oedema pretibial, dorsum pedis, oedema yang luas (anasarca)
Ascites
Mudah kenyang dan rasa sakit pada bagian atau perut kanan, gembung-gembung, mualmual, nafsu makan berkurang
Pembendungan pada vena-vena dileher : V. Jugularis
:
Tanda-tanda pembesaran jantung tekanan (batas kanan)
Pulpasi kuat pada Epigastrium/bagian bawah sternum
Peninggian tekanan vena jugularis (TVJ meninggi)
Hepar membesar (hepatomegali)
Ascites
Oedema
Vibrasi / Thrill sesuai dengan penyebabnya missal MS
Jugularis Reflux (+)
Perkusi
-
:
Batas jantung kanan melebar ke kanan
Mungkin dijumpai tanda-tanda hydrothorax di paru-paru
Hepar membesar, ascites
Asukultasi
-
Kriteria mayor
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kriteria minor
:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Mayor dan Minor criteria : bila BB akan berkurang 4.5 kg dalam 5 hari setelah diobati
Diagnosa pasti : 2 kriteria mayor
1 kriteria mayor + kriteria 2 minor
PJI = PJK
HHD
PJT = THD
PJA
Asimptomatik
Angina pectoris
Acute Koroner Insufisiensi
Myocardiac infarct
Gangguan irama jantung
DC
: suatu sindroma klinik berupa nyeri dada mendadak pada waktu exercise yang
lokasinya terletak pada substernal dan dapat menjalar ke apex leher, dagu, tangan
kiri, yang dapat hilang setelah istirahat atau makan obat nitrit.
Seperti tekanan
Seperti ditimpa beban berat
Rasa sesak
Rasa terbakar
Rasa masuk angin
Rasa ditusuk-tusuk
Dapat dipresipitasi oleh exercise, udara dingin, emosi, rokok, mengedan, bicara banyak,
gangguan pencernaan.
Inspeksi
Palpasi
Tak ada yang khas kecuali penderita ini ada mengidap penyakit-penyakit organis (Ao Stenosis)
atau fungsional yang lain seperti hipertensi dsb.
Perkusi
Auskultasi
3. Akut Koroner Insufisiensi = Unstable angina = Pre Infark. Keadaan ini lebih parah dari
keadaan Angina pectoris baik dari segi keluhan, seringnya serangan, lamanya serangan.
Inspeksi
-
Penderita merasa sakit di dada (chest pain) yang mirip AP dengan lama serangan lebih
dari 15-30 menit.
Penderita berkeringat, ketakutan, pucat.
Memegang/menekan daerah precordial
Mual, muntah
Palpasi
-
:
Kadang-kadang disertai tanda-tanda shock dengan nadi halus dan cepat
Bunyi jantung lemah
Mungkin dapat diketahui adanya penyakit-penyakit dasar
Kadang-kadang demam
Perkusi
: analog dengan AP
Auskultasi
4. Myocard infarct
Gawat jantung ini segera mungkin dicurigai, dikenali, dan ditanggulangi oleh karena angka
kematian yang sangat tinggi
Inspeksi
Nyeri dada
Pucat, ketakutan
Sesak nafas
Berkeringat banyak
Mual,muntah kadang mencret
Kolik abdomen
Palpasi
-
:
Denyut jantung sangat lemah, kadang iktus tak teraba.
Badan dingin berkeringat
Kadang-kadang demam (sub-febris)
Nadi yang cepat, halus kadang lambat irregular
Perkusi
Analog dengan Akut Koroner Insufiensi. Kadang-kadang ada tanda-tanda DC kiri yang akut
dengan pembesaran ke kiri maupun DC kanan.
Aukultasi
-
Bunyi jantung halus seperti jauh kedengaran = muffle heart sound : bunyi jantung I dan II
sukar dibedakan.
Desah sistolik
Gallop rythme
Pericardial friction rub
Kadang-kadang edema paru (ronchi basah)
Sering dipakai adanya gabungan antara PJK dengan PJH terutama pada Atherosclerosis Heart
Disease dimana kriteria PJH disertai dengan adanya AP, MCI.
PENYAKIT JANTUNG THYROID (PJT)
Pada penderita-penderita PJT terutama thyrotoxicosis dapat memperberat kerja jantung dengan
akibat-akibatnya.
Kriteria :
-
Hb rendah (5g%)
Ada tanda-tanda DC atau tidak
Sesak nafas
Batuk-batuk, berdahak
Riwayat perokok berat
Sianosis
Asites
Pembendungan vena-vena dileher
Oedema
Kadang-kadang kesadaran menurun
:
Perkusi
-
:
Batas paru hati menurun
Batas jantung makin sukar ditentukan
Pembesaran jantung kanan
Hepar membesar
Asites
Auskultasi
Kelainan jantung :
- HR sepat, kadang dijumpai aritmia
- P2 mengeras
- Bunyi jantung mungkin melemah
Kelainan paru :
- Emphysema paru dengan suara pernafasan melemah sampai menghilang
- Ronchi kering, basah, wheezing
SA node
Sistem konduksi
Sesuatu fokus ektopik pada atrium
Sesuatu fokus ektopik pada ventrikel
Secara diagnose fisik memang susah untuk mendiagnosa pasti jenis aritmia. Diagnosa pasti jenis
aritmia harus dibuktikan dengan EKG.
Secara diagnose fisik kita harus mampu mengenali adanya gangguan irama jantung.
Klasifikasi
I.
II.
III.
IV.
I.
Tachycardia
Bradicardia
Gangguan pada konduksi
Aritmia
Tachycardia
a. Sinus takikardi
b. Atrial takikardi (paroksismal, Flutter Fibrilasi)
c. Ventrikel takikardi (paroksismal, fibrilasi)
a. Sinus takikardi
- Biasanya HR > 100 x/menit
Anamnesis / inspeksi :
-
Palpasi
-
:
Denyut jantung cepat dengan iktus lebih kuat
Badan terasa panas/dingin berkeringat
Pols cepat/halus
Stimulasi n. vagus, HR menurun
Perkusi : Tergantung pada penyakit penyebab dan sampai sejauh mana keterlibatan jantung
Auskultasi
-
b. Atrial takikardi
Serangan takikardi sering terjadi pada atrial berupa serangan mendadak cepat dan
berhenti mendadak.
Inspeksi / keluhan :
Palpasi
-
:
Debaran jantung cepat
Nadi cepat dan lemah
TD menurun
Perkusi
-
:
Tergantung pada penyakit dasar intra/extra cardial
Kadang-kadang dijumpai pembesaran jantung
Auskultasi
Denyut jantung cepat kadang tidak dapat dihitung. Untuk kepastian dibuat EKG pada saat
serangan.
Palpasi
: tergantung pada penyakit dasar (mungkin penyakit-penyakit katup jantung,
sclerotic heart disease, hipertensi, thyrotoxicosis)
Perkusi
Auskultasi
Dapat didengar pada daerah ictus suatu denyut jantung yang kacau disebut kacau serambi yang
menyebabkan VR (ventricle rate) cukup tinggi juga. Jika AF cepat biasanya desah-desah sebagai
tanda-tanda dari penyakit dasar organis tidak dapat didengar jelas.
Diagnose pasti jenis aritmia adalah EKG
Ventricular Tachycardi
Adalah suatu takikardi ventrikel disebabkan oleh focus ektopik yang berkumpul dan asalnya dari
ventrikel.
Etiologi :
-
Keluhan :
-
Chest pain
Shock syndrome
Sesak nafas
Kesadaran menurun
Palpasi :
-
Ventricular Fibrilasi
Keadaan ini lebih berat daripada ventricular tachycardia. Hal ini disebabkan oleh ektopik beat
yang banyak dan tidak teratur datangnya sehingga respon dari ventrikel sudah tidak menentu lagi
dan ventrikel seperti bergetar saja. VR; 130-300 x/menit.
Etiologi : komplikasi
-
MCI
Sindroma Adams Stokes
Intoksikasi digitalis
Lanjutan ventricular tachycardia
Perangsang listrik
Katekolamin dosis tinggi
Klinis :
Inspeks/keluhan :
-
II.
Sinus Bradikardia
Adalah suatu keadaan dimana irama jantung normal dari SA node tetapi dengan kecepatan
60 x/menit
Etiologi :
Fisiologis : pada waktu hamil, atlit
Patologis :
-
Klinis :
-
Palpasi :
-
Iktus lambat
Tergantung pada penyakit dasar
HR lambat 60 x/menit
Tergantung pada penyakit dasar
Diagnosa pasti adalah EKG karena secara PD sukar membedakan dengan A-V block.
III.
b. Complete AV Block
Partial AV Block
Kerusakan biasanya pada Bundle of Hiss, sehingga hantaran rangsang dari atrium tidak sampai
ke ventrikel (terlambat). Sehingga dapat terjadI :
Block 2 : 1 = tiap 2 denyut atrium diikuti 1 denyut ventrikel
Block 3 : 1 = tiap 3 denyut atrium diikuti 1 denyut ventrikel
Block 4 : 1 = dst
Secara klinis pada auskultasi dengan hati-hati kita dapat mendengar bunyi jantung normal, tibatiba bunyi jantung hilang kemudian timbul lagi. Bila hal ini terjadi secara regular maka disebut :
Reguler Irregularity. Dengan pendengaran yang terlatih dapat didengar suatu denyut yang berasal
dari atrium yang berupa suara yang lemah diantara denyut ventrikel yang kuat.
Complete Heart Block
Semua rangsang SA node terlambat untuk mencapai ventrikel sehingga ventrikel berkontraksi
sendiri bebas dari pengaruh atrium. Sehingga timbul keadaan dengan denyut ventrikel rendah
sedangkan sebenarnya denyut atrium normal.
Klinis : penderita mengeluh lemah, pening, tiba-tiba tak sadar atau sincope, kejang, kadangkadang memberikan gejala Adams Stokes Syndrome.
Palpasi : denyut jantung lemah, lambat, pols lambat.
Perkusi : tergantung pada penyakit dasar.
Auskultasi :
-
Etiologi :
Biasanya menggambarkan suatu keadaan kerusakan serius dari myocard seperti pada penyakit
jantung koroner, penyakit jantung sistemik, diphtheria, lues, dan penyakit-penyakit infeksi lain.
Kerusakan terjadi pada cabang-cabang dari Bundle of Hiss ke daerah ventrikel kanan dan kiri.
Biasanya secara klinis tidak ada yang khas. Dan hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan
EKG.
IV.
Aritmia Jantung
1. Sinus Aritmia (Sinus Aritmia Respiratoir)
Keadaan ini adalah suatu gangguan irama jantung disebabkan pengaruh pernafasan
dimana terjadi penambahan denyut jantung selama fase inspirasi dan pengurangan denyut
jantung selama fase ekspirasi. Hal ini mungkin disebabkan peninggian pengaruh Vagus.
Hal ini dapat didengar bila kita perhatikan benar-benar frekuensi denyut jantung pada
saat kita suruh bernafas inspirasi dalam dan ekspirasi dalam.
Kita dapat merasakan denyut jantung pada saat inspirasi lebih tinggi bila dibandingkan
pada saat ekspirasi. Hal ini dapat kita bandingkan bila os kita suruh menahan nafas, maka
perbedaan tadi tidak dijumpai.
Secara klinis tidak ada artinya dan keluhan tidak ada.
Palpasi :
-
Diantara denyut jantung yang regular, tiba-tiba ada denyut jantung yang lain dari yang biasa,
dengan compensatory pause yang lebih lama daripada sebelumnya.
Diagnose pasti adalah dengan pemeriksaan EKG.
Fotoooo.
BAB VII
PEMERIKSAAN SALURAN PENCERNAAN
A. PEMERIKSAAN MULUT
I.
Bibir :
Pada pemeriksaan bibir ini harus diperhatikan keadaan daripada bibir tersebut, antara lain :
- Warnanya : pada keadaan anemia bisa berwarna pucat. Sedangkan pada sianosis
berwarna pucat kebiruan.
- Ketebalannya : tampak sangat tebal pada penderita myxedema dan akromegali.
- Bibir menonjol terbalik : mukosa bibir berada disebelah luar ini khas pada penderita
miopati.
- Bibir pecah-pecah dan retak-retak : terutama pada penderita-penderita avitaminosis
atau demam.
Pada pemeriksaan rongga mulut selanjutnya sebaiknya dipakai penerangan dengan
senter/battery dan spatel lidah.
II.
III.
Gigi :
Terutama harus diperiksa mengenai :
- Jumlahnya, apakah lengkap atau berkurang
- Warnanya : discoloration sehubungan dengan dental hygiene
- Keadaannya : apakah ada caries / gigi yang busuk
- Dan lain-lain
Gusi :
Perlu diperhatikan :
- Tanda-tanda : mudah berdarah bila ditekan dengan memakai kapas
- Pus : dapat diketahui dengan menekan sisi daripada gusi tersebut akan keluar nanah
IV.
Warnanya : bisa pucat pada keadaan anemia dan bisa berupa kebiru-biruan pada
keracunan timah/Pb
Lidah :
Yang harus diketahui mengenai lidah :
- Kering/basah : kering/basahnya dapat menentukan keadaan hidrasi dari tubuh.
Kalau lidah kering menunjukkan keadaan dehidrasi.
- Warnanya : bisa kotor seperti lumpur pada perokok berat, oleh karena mempunyai
kebiasaan bernafas melalui mulut. Dan juga bisa dijumpai adanya beslag berwarna
putih atau kecoklatan yang sering dijumpai pada penyakit-penyakit infeksi (mis.
Tifus abdominalis).
- Permukaan : bisa menjadi licin sekali oleh karena atrofi dari papil-papil lidah, ini
bisa dijumpai pada penderita anemi pernisiosa atau anemia defisiensi besi dan
lainnya.
Juga penting diketahui fungsi persyarafan lidah. Mis. bila os disuruh mengeluarkan
lidahnya, ujung lidah akan menyimpang ke sisi lesi pada waktu lidah dikeluarkan,
ini menunjukkan kerusakan pada N. XII unilateral. Lidah juga bisa mengalami
tremor yang menunjukkan adanya kecemasan, delirium, tremens atau demensia
paralitika.
B. PEMERIKSAAN ESOFAGUS
Yang penting dalam hal ini adalah anamnesis dari keluhan si penderita. Missal adanya
kesulitan menelan/disfagia atau keluhan makanan yang keluar lagi tanpa ada rasa muntah
sama sekali yang disebut regurgitasi.
C. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Untuk memudahkan pemeriksaan abdomen ini terlebih dahulu penting doketahui garis besar
anatomi organ-organ yang berada di dalam rongga abdomen ini.
Abdomen mencakup bagian tubuh mulai dari arkus kosta sampai garis lipat paha. Dan
abdomen ini terbagi atas 9 bagian yang dipisahkan oleh 2 garis vertical dan 2 garis
horizontal.
Dengan demikian abdomen terbagi atas :
- Bagian atas : Hipokondrium kanan
Epigastrium
Hipokondrium kiri
- Bagian tengah : Lumbal kanan
Umbilikal
Lumbal kiri
- Bagian bawah : Iliaka kanan
Hipogastrium
Iliaka kiri
Berdasarkan pembagian abdomen seperti ini maka secara garis besarnya kita dapat
memprojeksikan organ-organ pada permukaan abdomen yaitu :
Perlu diingat bahwa sikap tubuh dan pernafasan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap letak dari pada organ-organ tersebut. Sebaiknya pemeriksaan abdomen ini
penderita harus berada dalam keadaan kandung kencing yang kosong. Dan penderita
berbaring terlentang dengan bantal pada kepala ketaknya tidak terllau tinggi. Pada
pemeriksaan abdomen, yang terpenting adalah inspeksi dan palpasi, sedangkan perkusi
dan auskultasi kurang banyak kegunaannya.
Inspeksi abdomen
Yang perlu diperhatikan pada inspeksi ini adalah :
1.
2.
3.
4.
Bentuk perut
Keadaan dinding perut / permukaan perut
Gerakan dinding perut
Denyutan pada dinding perut
1. Bentuk perut
- Normal bentuk daripada perut adalah simetris. Bila terjadi penimbunan cairan di
dalam rongga peritoneum, perut akan membesar juga secara simetrik missal asites
(perut kodok)
- Pada kehamilan, tumor dalam rongga perut, tumor ovarium, dan lain-lain. Bentuk dari
perut menjadi membesar tidak simetrik
- Pada keadaan pembengkakan hati, limpa, ginjal, kandung empedu dan lain-lain
terlihat pembesaran setempat daripada abdomen
2. Keadaan dinding perut / permukaan perut
- Dalam hal ini yang pertama-tama harus diperhatikan adalah keadaan kulit daripada
abdomen.
- Kulit menjadi keriput/mengerut. Menunjukkan pernah ada distensi yang hebat dari
dinding perut, misalnya :
o Wanita yang berulang kali melahirkan
o Penderita asites yang telah sembuh
- Pelebaran daripada vena abdomen terlihat benjolan berliku-liku menyatakan adanya
penyumbatan pada vena porta atau vena cava inferior.
Pada penyumbatan vena porta, vena-vena melebar dan jalannya berliku-liku tampak
disekitar pusat dan semua mengarah ke pusat disebut kaput medusa.
Pada pembesaran perut (mis. oleh karena asites) perut menjadi tegang, licin dan tipis
dan berkilat.
Kalau ada ikterus, warna perut menjadi kuning, dan pada wanita yang telah berulang
kali melahirkan terdapat garis-garis bekas pembesaran perut yang disebut striae.
Daerah umbilikus yang berwarna biru atau agak kekuning-kuningan menunjukkan
adanya proses perdarahan di daerah intraperitoneal, mis. pankreatitis akut ini disebut
Cullen sign dan Brey Turner sign bila dijumpai dilipatan paha.
Sedangkan adanya benjolan-benjolan kecil disekitar umbilikus mungkinmerupakan
tanda adanya proses metastase keganasan dari intraabdominal.
PALPASI ABDOMEN
Pada pemeriksaan ini penderita harus berbaring terlentang dengan kepada sedikit ditinggikan (di
atas bantal), kedua lengan berada disisinya dan kedua lututnya ditekukkan dan bernafas tenang
dengan mulut terbuka.
Untuk pemeriksaan bagian bawah dari abdomen sebaiknya kedua tungkai diluruskan. Bila
penderita sudah bernafas dengan tenang dan dinding perut bergerak seirama dengan pernafasan
maka pemeriksaan secara palpasi ini dapat dimulai.
Mula-mula dilakukan palpasi dengan menggunakan satu tangan, diletakkan tangan-tangan dan
jari-jari harus sama kuatnya menekan dinding perut. Tekanan ini harus ringan saja. Jangan
menekan hanya dengan ujung jari saja, tetapi harus dengan telapak tangan dan juga sendi-sendi
metakarpo falangeal.
Umumnya pada hati yang normal tidak teraba pada palpasi, tepinya biasanya tajam,
permukaan rata, konsistensi keras kenyal.
Tepi hati
Tepi hati sukar diraba pada pembesaran hati oleh karena perlemakan. Tepi hati regular pada
pembesaran oleh karena dekompensasio. Sedangkan pada pembesaran hati oleh karena
neoplasma tepinya menjadi ireguler.
Permukaan hati
Permukaan hati menjadi tidak rata dan berbenjol-benjol kecil pada sirosis hepatis. Sedangkan
pada neoplasma hati permukaannya berbenjol-benjol besar.
Derajat pembesaran hati
Derajat pembesaran hati biasanya ditentukan dengan memakai ukuran beberapa sentimeter
teraba hati dibawah arkus kosta atau BAC atau prosessus xiphoideus (BPX) yaitu dengan
menarik garis lurus dari linea media clavicularis sampai ke tepi arkus kosta. Dari sini diukur
beberapa cm pembesaran hati yang dapat diraba tersebut.
Pembesaran hati yang sangat hebat kadang-kadang dapat kita jumpai pada kelainan :
-
Neoplasma
Abses hati
Sirosis hati
Dekompensatio kordis
Penyakit-penyakit darah
Hepatitis
Penyumbatan saluran empedu
Nyeri tekan
Rasa nyeri tekan pada hati dapat kita buktikan dengan memperhatikan muka penderita
apakah ia tampak kesakitan, selain menanyakan apakah timbul rasa sakit pada waktu hatinya
diraba.
Rasa nyeri dapat dijumpai keadaan :
-
Konsistensi hati
Konsistensi hati menjadi lunak pada pembesaran hati oleh perlemakan, sedangkan pada
neoplasma, dekompensatio kordis konsistensinya keras. Pada abses hati bisa teraba fluktuasi.
Palpasi kandung empedu
Palpasi dilakukan dibawah arkus kosta kanan antara prosesus xiphoideus dan pinggang
kanan. Dan dilakukan dengan jari-jari yang menekan ringan pada dinding perut. Pada
keadaan peradangan kandung empedu, dengan palpasi empedu ini dapat diraba adanya
massa/nyeri tekan dan bila penderita disuruh menarik nafas dalam/panjang, sehingga
kandung empedu
Dan pada saat tersebut penderita akan menahan nafas secara tiba-tiba, ini disebut tanda
Murphy.
Palpasi limpa
Limpa dalam keadaan normal tidak teraba. Sebaiknya palpasi limpa dimulai dari daerah
hipogastrium menuju hipokondrium kiri. Bila sangat membesar sampai umbilikus atau iliaka
kanan. Bila dengan cara ini limpa tidak teraba, sebaiknya dilakukan palpasi secara bimanual,
yaitu telapak tangan kanan diletakkan di daerah hipokondrium kiri penderita dengan jari-jari
menuju ke samping atas.
Tangan kiri penderita diletakkan di pinggang kiri penderita, dengan tangan kanan pemeriksa
menekan sambil menggerakkan tangan itu sedikit demi sedikit ke bawah tulang iga. Pasien
disuruh tarik nafas dalam. Penekanan dilakukan pada puncak inspirasi. Tangan kiri pemeriksa
merupakan landasan bagi tekanan yang dilakukan oleh tangan kanan.
Dengan cara ini kita dapat menentukan : tepi, konsistensi, dan permukaan limpa yang
membesar tersebut.
Cara menentukan derjat pembesaran limpa :
Dipakai apa yang disebut garis schuffner. Garis ini menghubungkan titik potong antara linea
medioklavikularis dengan arkus kosta kiri dengan spina iliaka anterior superior kanan.
Garis ini dibagi dalam 8 bagian yang sama (S1-S8). Palpasi untuk mencari pembesaran limpa
dilakukan sepanjang garis ini. Bila pemeriksaan limpa sampai umbilikus mis. S4 dan bila
pembesaran limpa sampai spina iliaka anterior superior disebut S8 (Gb. 4)
Bila pembesaran limpa kearah bawah, sebaiknya dipalpasi dengan ukuran haccket yaitu
hacket 1 sampai dengan hacket VIII (H I H VIII)
Cara palpasi limpa juga dapat dilakukan memiringkan penderita ke kanan dan satu tangan
pemeriksa menarik tangan kiri penderita kearah kanan kemudian palpasi dilakukan dengan
tangan kanan penderita.
Dalam hal ini juga dapat dilakukan dengan tangan kiri pemeriksa di pinggang kiri penderita
dan penderita ditarik kearah kanan dan selanjutnya dilakukan palpasi.
Palpasi kolon
Biasanya kolon tidak bisa diraba kecuali bila berisi udara atau feces. Dalam hal ini palpasi
dapat teraba benjolan yang berbentuk sosis. Jika kolon descenden menjadi tegang (spastic
colon) akan teraba sebagai suatu pipa karet di daerah fosa iliaka kiri yang menjulur ke
daerah hipokondrium kiri.
Letak tumor
Umumnya letak tumor dan organ-organ di abdomen dapat diraba sesuai dengan letak daripada
organ tersebut di rongga abdomen, misalnya tumor hati dapat kita raba di daerah hipokondrium
kanan. Tumor lambung dapat diraba di daerah epigastrium.Akan tetapi dalam hal ini tidaklah
mudah untuk menentukan letak yang tepat dari suatu tumor di abdomen tersebut, oleh karena
tumor-tumor yang teraba tersebut merupakan sebagian saja dari tumor yang lokalisasinya dalam
sekali.Dengan palpasi ini harus ditentukan batas-batas benjolan-benjolan yang dijumpai sehingga
letaknya menjadi jelas.
Konsistensi
Biasanya konsistensi dari tumor adalah keras, kecuali tumor tersebut berupa kista. Demikian juga
halnya bila terjadi infiltrasi oleh sel-sel tumor pada limpa dan hati,maka konsistensinya menjadi
keras.
Bentuk
Bila dijumpai tumor pada hati,limpa atau ginjal akan menyebabkan pembesaran hati pada organorgan tersebut akan berubah bentuknya hingga sukar sekali untuk ditandai dengan palpasi.
Dalam keadaan seperti ini adalah sulit untuk dapat menentukan tempat asal tumor.
Mobilitas
Tumor-tumor yang berasal dari hati, limpa, lambung, kandung empedu, akan tergeser/bergerak
ke bawah oleh dorongan diafragma pada puncak inspirasi. Sebaliknya tumor-tumor: pancreas,
usus, uterus, ovarium tidak akan bergerak bila penderita bernafas dalam.
Tumor dalam dinding perut pergerakannya terbatas. Bila dinding perut sudah kendor, akan
timbul kesukaran menentukan letak tumor tersebut apakah intraabdominal atau pada dinding
perut.Dalam keadaan seperti ini, penderita disuruh mengangkat kepalanya. Sewaktu kepala
diangkat, dahi dari penderita ditekan, sehingga terangkatnya kepala menjadi agak tertahan
akibatnya otot-otot dinding perut menjadi tegang.
Bila tumor terdapat pada dinding perutmaka tumor akan tetap teraba waktu otot-otot perut
ditegangkan. Sebaliknya bila tumor tersebut terdapat dalam rongga abdomen, dengan
penegangan otot-otot tersebut tumor akan hilang.
e.
diketok-ketok oleh jari pemeriksa.Bila terdapat cairan bebas dalam rongga abdomen maka
akan teraba adanya getaran cairan yang disebut dengan undulasi. (Gb. 5)
Perkusi Abdomen
Dengan perkusi abdomen dpat diketahui :
Pembesaran organ
Adanya udara bebas
Cairan bebas dalam rongga abdomen
a. Seperti diketahui sura yang terdengar pada perkusi abdomen adalah timpani .kalau terjadi
pembesaran limpa dan hati bunyi perkusi akan terdengar redup pada daerah tersebut.
b. Daerah pekak hati (Liver demping) akan menghilang bila didapati udara bebas didalam
rongga abdomen (misalnya perforasi lambung atau duodenum).Dan bunyi perkusi yang
berlebihan akan dijumpai bilamana usus mengandung udara yang sangat banyak.
Sedangkan pekak hati tidak dapat menghilang.
c. Dengan perkusi kita dapat tentukan adanya cairan dalam rongga perut.Dalam hal ini
perkusi pada daerah banyak mengandung cairan akan menghasilkan bunyi pekak. Bila
penderita dalam keadaan berbaring telentang maka cairan akan terkumpul di tempat
terndah yaitu di kedua sisi perut.Dengan perkusi daerah ini akan menunjukkan bunyi
pekak yang dikenal dengan pekak sisis. Jika pekak ini disebabkan oleh cairan maka
dengan memiringkan penderita ke sisi lain bunyi perkusi akan menjadi timpani.Ini
terjadi keran berpindahnya cairan ke tempat lain yang lebih rendah.Bunyi perkusi pekak
yang bisa dihilangkan dengan merubah posisi penderita disebut Shifting dullnes yang
menunjukan adanya cairan dan tingginya didalam rongga abdomen.
Pemeriksaan dengan shifting dullness ini tidak akan ditemukan bila cairan bebas dalam
rongga perut terlau banyak (cross asites).Dalam hal ini perut membuncit terutama pada
kedua sisi.dan dengan perkusi penderita dalam sikap duduk,batas atas dari cairan tersebut
akan berbentuk konkaf .Untuk cairan asites yang sedikit dapat dilakukan knee chest.
Auskultasi Abdomen
Dengan aukultasi dapat ditentukan:
-Bunyi peristaltic
- Bunyi gerakan cairan
- Bising pembuluh darah
a. Bunyi peristaltic usus bisa menjadi hilang bila terjadi kelumpuhan usus (mis Ileus
paralitikus. Dan bunyi peristaltic menjadi keras dan lebih sering pada diare. Sedangkan
bunyi peristaltic usus menjadi bernada tinggi pada penyumbatan usus.(mis Obstruksi
ileus):metallic sound
b. Gerakan cairan dapat didengar dengan auskultasi pada daerah hipogastrium kiri sambil
menggerakkan kedua sisi penderita secara bergantian. Pada orang sehat 5jam setelah
menelan cairan lambung akan menjadi kosong.Bila setelah 5 jam lambung masih penuh
dengan cairan kemungkinan ini disebabkan adanya pylorus stenosis.
c. Bising pembuluh darah terdengar apabila ada lumen arteri menyempit atau aorta
abdominalis membesar setempat (aneurysma).Aneurysma aorta ini tampak sebagai
benjolan besar yang berdenyut dan terdengar sistolik.Pada aukultasi daerah hati kadang2
bisa didengar adanya bising pembuluh darah yang disebut sebagai arterial mur-mur atau
hepatic bruit. Hal ini sangat patognomonik untuk karsinoma hati (hepatoma) kadang2
dapat terdengar bising gesekan (friction rub) pada perihepatitis.
BAB VIII
PEMERIKSAAN ANO-REKTAL
Pendahuluan:
Sesudah pemeriksaan abdomen kita kemudian memeriksa daerah inguinal,anus,rectum dan alat
kelamin. Pemeriksaan tidak sempurna bila tidak disertai pemeriksaan ano rectal dan alat kelamin
terutama bagian luar.
Hal ini seringkali dilupakan sehingga kadang2 terdapat kegagalan dalam pemeriksaan
fisis.umunnya indikasi pemeriksaan anorektal adalah seperti berikut.:
Adanya iritasi di region mucocutaneus seperti perasaan gatal /terbakar oleh kerana
kelainan lokal,sistemik ,kelainan kulit yang umum dan kelainan intestinal
Sakit sewaktu buang air besar ,tenesmus,adanya fissure fistula,hemorrhoid
abses,karsinoma rekti ,buang air besar yang keras, kelainan daerah pelvis seperti cystitis
dan prostatitis.
Perubahan dari buang air besar seperti mencret berisi darah , lendir dan lain2.
Melena dan hematochezia
Kelainan lokal/pembengkakan ,adanya massa ,pembengkakan dengan rasa sakit dan
memar.
Penyakit regional ,akut appendicitis ,prostatitis /hipertrofi prostate ,karsinoma kandung
kencing , kelainan organ kelamin wanita dan kelainan peritoneal.
Tiap keluhan mengenai daerah sekitar kelamin :hernia inguinalis ,nyeri didaerah inguinal
waktu bersetubuh,nyeri di daerah inguinal pruritus disekitar alat kelamin.
Tiap keluhan dan tanda yang dapat dihudungkan atau tidak adanya denyutan a.femoralis
seperti thrombosis arteri pada kaki ,claudicatio intermitens ,arteritis primer solid edeme
unilateral pada tungkai maupun ganggren pada jari kaki .
Tiap keluhan mengenai wazir,bisul sekitar anus,fistula ani,paraplegi inferior dan
incontinensia urin et alvi
Dalam rangka pemeriksaan klinis umum pemeriksaan kelamin dan sekitarnya dilkukan dengan
jalan inspeksi,palpasi dan kadang2 auskultasi.Untuk melakukan tindakan ini si pemeriksa boleh
memakai sarung tangan.Sebelum pemeriksaan seperti hal tersebut diatas,perlu juga diperhatikan
sesudah pemeriksaan abdomen adalh pemeriksaan kelenjar lipat paha/daerah inguinal yang
berhubungan erat dengan pemeriksaan anorektal
Pemeriksaan lipatan paha/region inguinale
1. Inspeksi
Disini perlu diperhatikan adanya pembengkakan dengan permukaan yang licin ataupun
berbenjol-benjol.
Biasanya kita menjumpai suatu hernia yang dapat terjadi pada satu sisi atau kedua sisi
dan bila penderita disuruh mengedan atau menutup daerah mulut benjolan bertambah
besar.
Pembengkakan yang lain adalah kelenjar limph lipat paha dengan benjolan tidak teratur
yang dapat ditetapkan dengan palpasi.hal ini dapat disebabkan oleh infeksi ,tumor ,abses.
2. Palpasi
A.Palpasi hernia
Bila dipalpasi umumnya lembek,biasanya terdiri dari jaringan omentum dan jaringan
lemak,tetapi bila terisi usus dapat ditetapkan dengan bantuan auskultasi (adanya
peristaltic usus)
Pada pria dapat dilakukan langsung palpasi untuk mengetahui keadaan kanalis inguinalis
(gambar 1)
Dengan jari teluntuk skrotum kita desak ke dalam arah canalis inguinalis yaitu arah
lateral dan atas dari a/v epigastric.Normal ring ini tidak tertembs oleh jari,tapi bila celah
melebar dapat dirasakan pelebarannya dan sangat lemah sehingga jari kit dapat masuk
B.Palpasi kelenjar getah bening
Dapat ditetapkan pembesaran kelenjar limfe misalnya oleh kerana infeksi
,keganasan,tuberkulose,penyakit alat kelamin dan lain2.
C. Palpasi/auskultasi a.Femoralis
Normal a.femoralis berdenyut dan denyutan terdengar keras terutama pada hipertensi
,aorta insufisiensi dan penyakit Basedow
Pada aorta insufisiensi dapat didengar dengan stetoskop adanya bising Durozoir
(sistolik) yang dengan penekanan yang perlahan-lahan bisisng bertambah keras pada
penekananan yang kuat bising menghilang.
Pada palpasi a/v femoralis terletak medial dari a.femoralis dan bila ada nyeri tekan pada
daerah v.femoralis menyangkakan adanya thrombophlebitis/thrombose dan jangan lupa
membandingkan denyut a/v femoralis kiri dan kanan.
Pemeriksaan Ano-Rectal
INSPEKSI
Inspeksi anorektal dapat dilakukan dgn pasien dalam keadaan berbaring telentang dengan kedua
lutut difleksikan dan saling berjauhan (litotomi position) atau pasien berbaring pada sisi kiri atau
kanan dengan kedua tungkai dalam keadaan fleksi maksimal disendi panggul dan lutut(Sims
position).(gb 2 dan 3)
Pada inspeksi ini perhatian ditujukan kepada:
adanya lubang anus (atresia ani pada bayi)
Hemoroid externa
Condylomata
Fissura Ani/fistel
Eczem/bekas garukan
Berbagai penggembungan pada perineum (abses)
Tanda-tanda abnormal disekitar anus atau dalamnya hendaknya dicatat dan lokasinya disebut
menurut arah jarum jam dengan jam 12 pada simfisis.
PALPASI
Palpasi pada pemeriksaan anorektal ini adalah palpasi biasa untuk menentukan bentuk,besar,
konsistensi, dan nyeri tekan pada setiap kelainan atau penggembungan setempat.
Tetapi di sini diperlukan pemeriksaan palpasi digital yang dilakukan dengan jari telunjuk yang
dimasukkan ke dalam rectum. Tindakan ini dinamakan juga rectal toucher /examination.
Rectal Toucher/ Examination
Sebelum tindakan ini dilakukan pasien harus diberitahukan lebih dahulu dan waktu si pemeriksa
hendak memasukkan jari telunjuknya pasien diminta bernafas dalam dengan mulut terbuka agar
perineum menjadi lemas dan tonus anus tidak keras. Posisi pasien dapat dalam Sims position
atau Lithotom position.
Dalam melakukan tindakan ini tangan pemeriksa bersarung tangan dan memakai alat pelincir
seperti vaselin, glycerin, dll.
Sewaktu rectal toucher ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Anal sphincter, untuk ini perlu kita tentukan tonus dari sphincter apakah terasa sempit
yang berhubungan dengan diare yang lama.
BAB IX
PEMERIKSAAN ALAT KELAMIN (GENITALIA)
1. Alat kelamin laki-laki.
Yang memegang peranan pada pemeriksaan fisik alat kelamin adalah inspeksi dan palpasi.
Inspeksi :
1. Inspeksi glans penis, kalau-kalau ada retraksi preputium yang selalu terjadi pada
stenosis meatus urethra, balanitis, kondiloma akuminata, dan Ca glans penis.
2. Meatus urethrae. Yang diperhatikan adalah peregangan bibir meatus yang terdapat
pada kondiloma akuminata intra urethra.
3. Inspeksi scrotum. Testis kiri biasanya lebih rendah dari testis kanan.
Palpasi :
1. Palpasi penis dan urethra untuk mengetahui adanya benjolan di permukaan dorsum
penis dan adanya indurasi pada urethra.
2. Palpasi kelenjar limfa inguinal. Pembesaran kelenjar inguinal dapat disebabkan oleh
Ca penis, chancroid, sifilis, balanitis, tumor-tumor scrotum, anus dan tungkai. Bisa
juga oleh sebab-sebab sistemik seperti limfoma dan leukemia.
3. Palpasi isi skrotum. Palpasi dilakukan pada waktu berdiri dan telentang. Varikokel
yang isinya tidak keluar pada posisi telentang menunjukan adanya obstruksi v.renalis
kiri. Urutan palpasi isi scrotum adalah mulai dari testis, epididymis, funikulus
spermatikus, dan canalis inguinalis externus (medialis).
4. Palpasi testis yang tidak turun. Palpasi dilakukan dengan tangan yang hangat dan
anak lebih baik berada di pangkuan ibunya. Testis kristorkismus yang sebesarnya,
testis retraktil dapat ditarik ke bawah sampai ke dasar scrotum. Testis retraktil adalah
testis yang turun normal tetapi letaknya sering tinggi tersangkut di canalis inguinalis
karena spasme muskularis kremaster atau letaknya tinggi di skrotum.
Auskultasi :
Auskultasi isi skrotum adalah untuk mendengarkan bunyi usus yang menunjukkan
adanya suatu hernia.
Pemakaian pencahar yang semberono, fisur ataupun radang, nervosiras dan penderitapenderita yang sensitif.
Sedangkan relaksasi sphincter berhubungan dengan perineum yang longgar sewaktu
persalinan, internal hemorrhoid atau prolapsus mukosa. Sedangkan pula keadaan yang
berat diduga kelainan neurologi.
2. Anal kanal, kekakuan dan fibrosis dari lingkaran anal disertai dengan penyempitan
kanal sering dijumpai oleh karena pembentukan jaringan ikat yang disebabkan proses
radang trauma. Hemorrhoid interna dapat ditentukan dengan terabanya seperti lipatan
mukosa yang berjalan longitudinal.
3. Rectal wall dan lumen, pada waktu ini dapat diraba keadaan-keadaan :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
4. kelenjar prostat dan semiluna vesikales. Dapat diraba besar, konsistensi, bentuk, nyeri
tekan.
5. uterus dan adneksa. Dengan bantuan pemeriksaan bimanual dapat ditentukan posisi,
besar, bentuk, konsistensi, nyeri tekan dan pergerakan dari uterus. Terutama dipakai pada
penderita yang masih gadis. Dengan ini dapat juga ditentukan adanya peradangan pada
adnexa.
6. rongga pelvis. Sering digunakan untuk diagnose appendicitis ataupun abcess.
Pemeriksaan lainnya adalah dengan memakai alat Anuscopi dan Rectosigmoidoscopy.
Penyakit-penyakit anus dan rectum :
1. Pruritus ani, yang dapat disebabkan adanya parasit, infeksi jamur, hemorrhoid, fissure.
2. Hemorrhoid interna dan externa yang biasanya ditandai dengan berak darah.
3. Fissure in Ano
11. Erysipelas, peradangan yang meluas dengan cepat disertai demam dan menggigil,
genitalia kelihatan merah dan bengkak disertai perasaan berdenyut dan terbakar di daerah
tersebut.
12. Pruritus vulvae dapat terjadi pada vaginitis monilia, vaginitis trikomonas, lekoplakia, dan
likhen sklerosis et atropikans. Moniliasis sering ditemukan pada wanita yang menderita
diabetes, wanita hamil dan pemakai obat kontrasepsi oral.
13. Pedikulosis pubis dan scabies menyebabkan papula-papula kecil berwarna merah yang
khas.
14. Granuloma inguinale menyebabkan lesi papuler yang dapat mengalami ulserasi dan
meluas ke lipat paha.
15. Lomfogranula venerum oleh virus, mula-mula sebagai papula kecil yang akan menjadi
ulkus yang dapat menyerang vulva, lipa paha dan rectum.
16. Sifilis
17. Kondiloma akuminata
18. Karsinoma vulva.
Pemeriksaan dengan speculum :
Apabila dipandang perlu, maka pemeriksaan vagina berikut cervix uteri boleh dilakukan
dengan speculum, kecuali pada perawan. Pasien diatur sedemikian serupa sehingga inspeksi
dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Sebelumnya dilakukan dulu vaginal toucher sampai
tepat di belakang hymen dan tekan hati-hati ke bawah.
Pada saat yang sama suruh penderita mengedan. Perhatikan sejauh mana urethra dan
dinding belakang vagina menonjol dan apakah cervix dapat dilihat. Prolapsus urethra disebut
ureterokel, atau detached urethra, yang kalau penderita batuk air kemih bisa keluar. Penonjolan
dinding belakang vagina disebut rektokel dan kalau dinding depan yang menonjol disebut
sistokel.
Jika penderita mengedan ke bawah cervix terlihat pada introitus disebut prolapsus atau
prosidensia uterus. Sebelum memakai speculum, speculum harus dibasahi dulu dengan air
hangat. Air merupakan bahan pelican yang disukai oleh karena tidak mengganggu bila dibuat
sediaan Papanicolou.
Warna epitel vagina normal berubah-berubah sesuai dengan fase siklus haid. Lesi-lesi
pada mukosa vagina seperti endometriosis, vaginitis monilia, vaginitis trikomonas, Ca primer
vagina, Ca sekunder (metastase) sebagai perluasan dari Ca servix. Choriocarsinoma juga dapat
mengenai vagina. Sarcoma primer terutama pada anak-anak disebut sarcoma batrioldes.
Perhatikan bentuk cervix, jenis sekresi pada ostium externum, konfigurasi ostium
externum dan warna epitel biasanya berwarna pucat. Sekresi bergantung pada siklus haid. Lesi
yang sering dijumpai pada cervix adalah erosion cervix. Cervicitis gonoroika, peradangan yang
mencolok disertai dengan secret yang kental, bernanah, dan berwarna kuning.
Polip cervix merupakan penonjolan yang berbentuk seperti lidah keluar dari ostium
externum. Bisa dijumpai kelainan lain seperti endometriosis, lekoplakia, dan Ca sel skuamosa
cervix, yang merupakan kanker ginekologik yang sering ditemukan, disamping adenokarsinoma
cervix.
Palpasi :
Pemeriksaan ini dilakukan dengan vaginal toucher yaitu dengan memasukkan jari
telunjuk dan jari tengah pelan-pelan kedalam vagina. Kemudian dengan tangan kiri abdomen
ditekan ke bawah. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui tentang dinding vagina, varikokel,
rektokel, ulserasi, dll. Dapat diketahui tentang besarnya cervix, posisinya, konsistensinya,
mobilitas, dan iregularitasnya. Demikian juga dapat diketahui tentang letak dari uterus, besarnya,
pergerakannya, dan adanya nyeri tekan. Juga untuk mengetahui tentang fornices dan rectum
apakah ada metastase, dll.
tuanya khawatir mengenai bentuk penis dan preputiumnya yang tidak wajar. Demikian juga
dengan epispadi.
Kelainan preputium umumnya adalah phimosis dan paraphimosis. Radang dari glans
penis (Balanitis) sering berhubungan dengan adanya iritasi local.
Dysuria yang umumnya dianggap keluhan dari urethritis dan cystitis, bisa juga dijumpai
pada ulserasi meatus externa urethrae. Luka ini sering dijumpai pada orang-orang yang disunat
dan dapat menyebabkan stenosis.
Gonorrhoe adalah penyakit yang sering menyebabkan urethritis, sebagai kelanjutannya
dapat berkembang abscess periurethral yang akhirnya menimbulkan fistel. Tidak sering pula
dijumpai penderita dengan keluhan bahwa kulit depannya bengkak oleh karena ereksi penis yang
terlalu lama (priapismus) sehingga preputium tertarik.
Pada penis ini perlu juga diperhatikan adanya chancroid, granuloma inguinale,
lymphogranuloma venereum, cebaceous cyst, carcinoma, dan lain-lain.
Scrotum testis
Pada infeksi dapat diketahui pembengkakan, perubahan warna kulit dan penebalan atau
atropi kulit skrotum. Apabila skrotum longgar relief testis dapat dilihat.
Pemeriksaan skrotum dilakukan apabila ada keluhan nyeri di skrotum, pembengkakan
pada skrotum atau adanya luka. Nyeri dan pembengkakan beserta gejala kemerah-merahan pada
kulit skrotum yang timbul secara akut adalah gejala dari urethritis posterior akibat infeksi
gonococcus.
Apabila tidak disertai kencing nanah pada umumnya disebabkan komplikasi cystitis.
Nyeri pada skrotum dapat juga diartikan adanya nyeri pada testis. Terutama pada penyakit
demam dengan gejala exanthema akut, pemeriksaan skrotum dan testis harus dilakukan dengan
cermat. Membengkaknya testis sering berhubung dengan penyakit parotitis epidemika.
Orchitis adalah radang yang mengenai testis dapat disebabkan oieh infeksi dari gonorrhea
ataupun infeksi lainnya dan bila dibiarkan dapat menyebabkan atropi dari testis.
Pada kulit skrotum dapat juga ditemukan varises, dilatasi dab bertambahnya vena-vena.
Skrotum membesar ipsilateral menandakan adanya sumbatan pada aliran vena, misalnya oleh
tumor colon atau sigmoid ataupun di vena iliaka.
Varikokel yaitu plexus vena sekitar testis yang longgar umumnya mudah dikenal dengan
inspeksi saja. Skrotum yang mengandung varicocele kedudukannya lebih rendah dan relief, vena
dapat dilihat seperti sejumlah cacing berada di skrotum. Hal ini lebih jelas jika kta mengadakan
palpasi.
Pola vena pada skrotum lebih jelas tampaknya apabila skrotum membengkak oleh karena
adanya hydrocele dapat ditentukan lebih pasti dengan transiluminasasi. Juga dengan jalan
palpasi hydrocele dapat dipastikan dengan mudah. Pembesaran skrotum dapat terjadi oleh karena
hernia inguinalis yang turun ke dalam skrotum. Juga dikenal pembesaran lainnya oleh karena
tumor (lihat gambar).
Inspeksi alat kelamin wanita :
Dalam rangka pemeriksaan klinis umum inspeksi kelamin wanita dilakukan terhadap
introitus dan labia saja. Apabila dipandang perlu dan si pemeriksa mempunyai speculum maka
pemeriksaan vagina berikut cervix uteri boleh dilakukan jika penderita bukan seorang gadis.
Sebaiknya posisi penderita sedemikian rupa sehingga inspeksi dapat dilakukan dengan
cepat dan mudah. Lutut penderita satu dengan yang lain hendaknya ditempatkan berjauhan
sejauh mungkin. Apabila penderita tidak gemuk maka posisi ini dapat terlihat dengan mudah
clitoris, meatus urethrae, introitus, dan labia. Dengan membuka labia dapatlah dilakukan inspeksi
dengan jelas dalam hal ini peril diperhatikan adanya pembengkakan, perubahan warna,
perdarahan, pertumbuhan jaringan, dan lain-lain. Clitoris dapat membesar secara tidak wajar
pada sindroma hyperplasia glandula adrenalis.
Meatus urethra externa yang penting disini adanya keluhan disuria yang merupakan
keluhan utama adanya urethritis yang dapat disebabkan oleh gonorrhea yang menimbulkan
nanah pada meatus urethrae externa. Pada tria disuria, polakisuria, dan low back pain untuk
memeriksa meatus urethrae externa.
Kemungkinan lain dengan keluhan tersebut adalah prolaps urethra yang sering pada
orang tua, urethreocele pada orang tua yang telah banyak melahirkan yang dapat didiagnosa
dengan pertolongan palpsi, vulva, labia dan introitus. Dapat terjadi chancre atau condylomata
sekitar labia yang merupakan manifestasi syphilis stadium dua.
Cairan yang berada dari introitus dapat ditinjau warna dan viscositas kalau perlu
pemeriksaan mikrobilologis dan sitologi. Adanya peradangan dapat dilihat dengan pertolongan
penyinaran dengan lampu.
Apabila terdapat penggembungan daerah dinding anterior terutama sewaktu mengedan
kemungkinan adanya cystocele. Apabila dinding posterior yang menggembung kemungkinan
adanya rectocele.
Cervix, normal bervariasi dan besarnya tergantung dari umur dan melahirkan. Normal
terlihat silindikal, meruncing, dan secara kasar seperti ibu jari dengan axis memanjang dan
kebelakang. Pada inspeksi didapat kelainan seperti perdarahan, lacerasi, inflamasi, polip,
leukoplakia, dan carcinoma.
Palpasi
Dalam hal ini diperlukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher) dengan memasukkan
telunjuk dan jari tengah pelan-pelan pada daerah vagina. Kemudian dengan tangan kiri daerah
abdomen ditekan ke bawah.
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui dinding vagina, adanya varicocele, rectocele,
ulcerasi, dan lain-lain.
Cervix, besar, adanya konsistensi, mobilitas apakah ada irregularitas/noduler. Badan
uterus, untuk ini diperhatikan letak, besarnya pergerakan, nyeri tekan. Fornix, rectum, apakah
ada metastase dan lain-lain.
BAB X
PEMERIKSAAN PENYAKIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH SERTA
PEMERIKSAAN PENDERITA HIPERTENSI
1. ANAMNESIS
A. Keluhan utama pada umumnya akan terdiri dari keluhan umum, rasa sakit, gangguan
miksi, perubahan jumlah dan bentuk urine.
Keluhan umum dapat berupa lemah, lekas merasa capek, lesu, anoreksia, mual
dan muntah serta rasa gatal dikulit. Gejala ini sering pula diikuti diare, dehidrasi
ataupun sembab baik dimuka ataupun juga dikaki dan diperut. Sakit kepala
terutama didaerah tengkuk dapat pula dijumpai pada penderita dengan hipertensi.
Rasa sakit didaerah pinggang dapat dikeluhkan pada keadaan perbendungan urine.
Kolik ginjal ditandai dengan rasa nyeri yang selalu di mulai didaerah lumbal,
pada sudut antara iga 12 dengan vertebra (sudut costovertebral), menjalar keperut
bagian bawah, sela paha, skrotum/labia dan tungkai atas. Rasa sakit ini selalu
berupa serangan yang dapat disertai rasa mual, muntah dan banyak keringat.
Gerakan tubuh akan memperberat rasa sakit. Di antara serangan masih dirasakan
berat di daerah pinggang.
Rasa sakit ini di daerah supra pubik atau urethra dapat terjadi peradangan
kandung kemih ataupun urethra seperti pada pengeluaran pus darah ataupun batu.
Rasa sakit ini menjalar ke bawah abdomen, perineum, dan glans penis. Kadangkadang rasa sakit ini timbul sewaktu, baik pada awal, selama ataupun pada akhir
miksi, yang menetes-netes dan sering seperti rasa terbakar. Keadaan ini disebut
stranguria yang sering dijumpai pada sistitis maupun urethritis.
Palpasi kandung kemih : secara bimanual diatas simfisi pubis teraba mass yang
bulat/pyriformis kadang-kadang sampai ke umbilikus. Batas pinggir dikonfirmasi
dengan perkusi. Pembesaran ini harus dibedakan dari uterus ataupun kista
ovarium.
Memeriksa ascites.
Pemeriksaan rectal : dengan jari bersarung tangan melalui dubur
Pemeriksaan prostat : edema retromalleolar dan pretibial dan atau dorsum pedis.
Juga dinilai reflex berserta tanda-tanda neurologis lainnya seperti neuropati,
kejang-kejang otot,dll.
II. PEMERIKSAAN PENDERITA HIPERTENSI
1. ANAMNESIS
Pada dasarnya adalah tanpa keluhan kecuali yang sudah melibatkan organ sasaran. Untuk
itu anamnesis yang lengkap meliputi hal-hal berikut :
a. Lamanya hipertensi:
Bilakah diketahui terkahir tekanan darah normal, bagaimana penjalanan klinik
hipertensi selama ini.
b. Pengobatan hipertensi terdahulu :
Jenis obat dan takaran, kepatuhan berobat dan memakan obat, efek samping obat.
c. Pemakaian obat yang dapat menaikan tekanan
simpatomimetik, steroid ataupun banyak makan garam.
darah
seperti
estrogen,
2.pemeriksaan fisik
Pemeriksaan juga harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh.
Kepala : sembab pada mata, moon face
Mata : pemeriksaan fundus
Leher :tekanan vena jugularis ,struma
Thorax : jantung pembesaran,suara tambahan
Paru krepitasi ,ronki basah basal
Abdomen :striae
Hepatomegali,ascites
Palpasi ginjal ,kandung kemih.
Auskultasi : bruit dikiri dan kanan atas umbilikus
Punggung :nyeri tekan /ketok di daerah sudut costovetebra
Ekstremitas :edema pretibial/retromalleolar,kelemahan otot,paralisa,reflex anggota gerak.
Nadi perifer : perlu diperiksa apakah denyut nadi perifer simetris yaitu dipergelangan tanagn
,dilipat paha a.femoralis,dan denyut nadi a.dorsum pedis.
Pemeriksaan fundus (funduscopy ) ini adalah untuk melihat sejauh mana sudah pengaruh
hipertensi kepada arteriola dengan melihat perubahan2 di pembuluh darah retina yang dapat
dilihat melalui celah pupil mata dengan alat ophtalmoscop.perubahan ini dibagi menurut Keith
dan Waegner sbb:
Keith Waegener (KW1) :arteriola lebih menebal,reflex cahaya menguat dan lumen menyempit
KW2: arteriola lebih menebal ,lumen lebih sempit dan ada crossing phenomenonyaitu pada
persilanagn arteriol dan venule terjadi penekan vena sehingga dapat seperti menghilang.
Ditempat lain arteriol dapat sedemikian kecil sehingga daoat menyerupai KAWAT PERAK
ATAU PERUNGGU.(silver wire dan copper wire)
KW3: Seperti KWII dengan lumen lebih sempit dan ada cotton wool exudat setra pendrahan
sepanjang sisi arteriol yang mnyerupai nyala api (flamed shaped hemorrhage.)
KWIV :sepeti KWIIItetapi lebih luas dan berat disertai demam dari optic disc
KW I dan II dihubungkan dengan hipertensi jinak (BENIGNA HIPERTENSION) sedang pada
KWII dan KWIV merupakan tanda hipertensi ganas (MALIGNA HYPERTENSION)
-air raksa diturunkan sampai nol kemudian dinaikkan lagi seperti semula dan dilakukan
auskultasi.pada penurunan didengar suara Korotkoff yang terdiri dari 5 fase:
Korotkoff 1 : keras berupa ketokan,ini tekanan sistolik selanjutnya intensitas suara beransur
meningkat.
Korotkoff 2 :suara seperti mendesah atau mendesir
Korotkoff 3: intensitas suara semakin menigkat
Korotkoff 4 : Tiba-tiba suara melemah
Korotkoff 5 : suara hilang
Tekanan diastolik ditetapkan pada korotkoff 5 pada orang dewasa ,sedang pada anak biasanya
pada korotkoff 4.pada keadaaan tertentu pada orang dewasa korotkoff 5 sukar ditentukan seperti
pada kehamian,usialanjut ,hipertiroid dll. Maka tekanan diastolik pada korotkoff 4.
Pda aritmia jantung tekanan diastolik ditetapkan dri beberapa pengukuran dan diambil rata-rata
dari korotkoff 4 dan 5 .
Pengukuran tekanan darah ditungkai dilakukan atas indikasi :
-denyut nadi a.radialis tak teraba atau lemah
-denyut a.radialis lebih cepat atau kuat dari arteri femoralis.
Caranya adalah dengan berbaring bila mungkin telungkup dan kaki ditekuk sedikit. Stetoskop
diletakkan pada fossa poplitea.tekanan sistolik diperoleh 10-40mmHg lebih tinggi dari yang di
lengan.
BAB XI
SISTEM SKELETAL (RANGKA)
System skeletal adalah satu system yang bukan hanya sebai penyokong tubuh dan melindungi
oragan2 vital tetapi juga untuk terlaksananya pergerakan yang lebih luas dari sendi2 sumbu
rangka dan anggota gerak
I.
Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi tulang belakang dapat dilakukan dari arah belakang dan
samping penderita. Bila tulang belakang sehat, maka dari arah belakang terlihat
susunan tulang tersebut akan membentuk garis lurus di bagian tubuh, sedangkan
dari arah samping akan terlihat:
- Lengkungan (curvature) di bagian leher cekung kea rah dorsal, di bagian
thorak cekung kea rah frontal dan di bagian lumbal cekung kea rah dorsal.
- Tampak penonjolan tulang vertebra servikalis keVII yang jelas di bagian
belakang dan bawah leher.
II.
Kepekaan perabaan akan lebih teliti bila mata dipejamkan sehingga otot yang spasme bila
dikenali. Spasme otot-otot ini bisa terjadi pada kompresi fraktur, fraktur lamina, Whiplash lesion
maupun pada HNP (hernia nuklie pulposis). Untuk mengetahui tempat nyeri tekanan yang lebih
tepat bisa dilakukan test menunjuk yaitu meminta penderita untuk menunjukkan dengan
jarinya tempat yang sakit.
Bila penderita benar mengalami kelainan orgamnik, maka ia akan dapat menunjukkan dengan
tepat lokasi rasa sakit tersebut seperti pada HNP, gangguan pada sendi sacroiliac.Dan kalau
penderita menunjuk dengan ragu-ragu dan menunjuk tidak pada satu tempat yang sama untuk
beberapa kali menunjukkan dapatlah dikatakan bahawa kelainan organic tidak ada (jelas).
Pemeriksaan perkusi tulang belakang
Cara ini dapat dilakukan dengan mengetukkan jari pada hujung prosesus spinosus yang pada
keadaan normal tidak akan terjadi rasa sakit.Sedangkan bila ada suatu proses patoligik setentang
dengan prosesus yang diketok maka akan timbul rasa sakit seperti pada HNP, fraktur ,
peradangan TBC, tumor dalam kanalis vertebralis dll.
III.
Foto
Pada waktu membungkuk ke belakang, jarak proc spinosus (sesamanya) akan
bertambah dekat dengan sudut yang terbentuk 30.
Bila penderita memiringkan badan kea rah lateral kiri dan kanan maka normal
akan terbentuk sudut 30. (Gbr II). Pada keadaan patologis, maka akan
terjadi pembatasan pergerakan dan menimbulkan rasa sakit sekitar tulang
belakang. Pembatasan gerakan ini pada akhirnya akan menimbulkan fiksasi
seperti pada HNP, fraktur /proses osteolytik, osteoporosis dan spondilitis tbc.
Pada keadaan terjadi fiksasi pada seluruh tulang vertebra, dapat terjadi kiposis
dari bawah leher sampai sacrum penderita akan bungkuk dan ini dijumpai
pada spondilitis ankilopeitika.
2. Pemeriksaan Anggota gerak
Dalam pemeriksaan anggota gerak ini dapat dilakukan dengan cara:
I.
Inspeksi
II.
Palpasi
III.
Menguji pergerakan, kekuatan dan koorinasi otot
Untuk menguji koordinasi otot, sensibilitas dan pemeriksaan reflex akan diuraikan
dalam bab berikut:
I.
Inspeksi
Pada inspeksi anggota gerak ini meliputi:
a. Inspeksi kulit anggota gerak.
b. Inspeksi bentuk anggota gerak ( bagian anggota-anggota gerak)
Bercak merah-coklat, atau putih seperti panu yang tidak ada rasa (anesthesia)
adalah khas untuk penyakit lepra.
Kulit yang mengkilat, atrofi, dan tegang ditemukan pada penyakit
scleroderma.
Kelainan lain yang harus diperhatikan yaitu ; luka pada kulit, pertumbuhan
rambut ketiak dan lain-lain.
Pemeriksaan kuku pada anggota gerak mempunyai arti klinis yang penting,
kuku yang cekung, tipis dan rapuh (koilonikia) akibat anemia defisiensi besi.
Bentuk kuku yang cembung dan ujung jari bulat disebut clubbing fingers,
biasanya diikuti cyanosis berhubungan dengan kelainan jantung bawaan,
bronkiektasis, emfisema paru, gangguan pencernaan yang kronis (steatorea,
M.Chron dan colitis ulserativa)
Kerusakan kuku lainnya, kuku tidak rata dan ada cekungan melintang
berwarna putih (mati) biasanya disebabkan infeksi jamur setempat.
Perubahan bentuk tangan lebih sering dijumpai dan biasanya disebabkan oleh
penyakit antara lain; osteoarthritis, rheumatoid arthritis, arthritis psoriatika, gout
arthritis, hipertrofik pulmonary osteoarthropathy yang diikuti clubbing fingers.
2. Bentuk anggota gerak bawah
a. Bentuk panggul
Perubahan bentuk pada daerah sendi panggul dapat diketahui dengan
membaringkan penderita dalam posisi menelentang (supine) dan diperhatikan dari
arah kaki. Kemudian penderita disuruh melipatkan kedua tungkai pada sendi paha
(fleksi) dan diamati tinggi pada kedua lutut. Tinggi kedua lutut ini biasa tidak
sama misalnya oleh fraktur leher sendi paha, dislokasi dan atrofi otot tungkai.
Pada radang sendi panggul, tungkai atas sisi yang sakit akan berada pada posisi
adduksi dan sendi panggul sedikit terangkat disertai lordosis lumbalis yang
berlebihan.
b. Bentuk lutut
Pembengkakan pada lutut adalah kelainan yang selalu ditemukan pada
pengamatan.
Perubahan pada bentuk lutut ini bisa disebabkan oleh ; radang sendi, radang
selaput sendi, trauma, osteoarthritis, deformitas lutut, charcot (akibat disorganisasi
yang luas). Pembengkakan lutut charcot tidak merasa sakit. Sedangkan pada
proses infeksi rasa sakit akan menonjol disamping pembengkakan yang hiperemis
dan panas.
c. Tungkai bawah dan kaki
Perubahan bentuk pada daerah ini biasanya berupa pembengkakan yang simetris
atau asimetris. Oedema pada tungkai dapat berupa ;
Pitting oedema, pembengkakan yang lunak dan bila ditekan tidak segera
menimbul. Oedema ini ditemukan pada penyakit; dec kordis, nefrotik syndrome,
sirosis hepatis, dan malnutrition.
Solid oedema, pembengkakan yang tidak lunak dan kulit menebal yang
biasanya terdapat pada satu sisi saja. Ini bisa ditemukan pada penyakit filariasis,
akibat tersumbatnya aliran limfa oleh parasit penyebab. Oedema ini pun bisa
ditemukan pada penderita dengan hemiparesis dengan kelumpuhan tungkai.
Atrofi otot-otot tungkai bawah
Memperlihatkan bentuk tulang tibia jelas terlihat.
Atrofi otot-otot ini bisa terjadi pada penyakit polineurodegenerasi, distrofi muskulorum
progresif, poliomyelitis, dan myopati.
Pada penyakit Rakitis tulang tibia kiri dan kanan bisa membentuk lengkungan O yang disebut
genu valrum atau membentuk X yang disebut genu valgum.
Deformitas pergelangan kaki secara inspeksi dapat terlihat perubahan bentuk akibat oedema
ataupun arthritis. Deformitas bentuk kaki dapat dilihat kemungkinan adanya;
-
Acromegali yaitu kaki yang besar dari ukuran normal yang disebabkan oleh kelainan
hormone hipofise.
Talipes Calcaneovalgus, dimana kaki mengalami putaran eversion dan dorsofleksi yang
berat, sehingga bagian dorsal kaki mendekati bagian anterolateral tibia.
Clubfoot dan Talipes equinovarus, yaitu suatu kelainan congenital yang klasik.
Metatarsus varus adalah kelainan kaki dengan empat cirri khas yaitu ;
Adduksi forefoot
Memendeknya tendon Achilles sehingga terjadi kontraktur fleksi dari plantar
Inversion dari kaki
Torsio (terputarnya) tibia kearah dalam
Kelainan-kelainan ini penting diperhatikan sebab selalu disertai pula kelainan pada bagian lain
seperti dislokasi sendi panggul, spina bifida. Kadang-kadang pada kelainan metatarsus varus ini
hanya metatarsal I saja yang mengalami adduksi dan ini disebut Metatarsus Primus Varus.
-
Pes calvus adalah bentuk lain dari kaki, dengan lengkung kaki yang berlebihan sehingga
penderita berjalan dengan bertumpu pada ujung/ bagian depan kaki. Hal ini biasanya
akibat penyakit syaraf seperti : poliomyelitis, ataxia freidrich. Siringomielia, spina bifida,
dan peroneal muscular atrofi.
Flatfoot (pronated foot/pes planus), adalah kelainan dengan pronatio dan eversion dari
kaki pada umur dewasa. Pada bayi dan anak-anak keadaan ini adalah normal yang pada
perkembangannya akan menjadi bentuk yang sempurna.
Hallux vagus adalah keadaan dimana terjadi adduksi metatarsal I dan exostosis pada
dorsum dan medial dari kepala metatarsal I (caput metatarsal I) sehingga terjadi deviasi
ke lateral dari ibu jari kaki. Hal ini biasanya disebabkan oleh kronik bursitis pada
metatarsal I tadi.
Deformitas jari secara inspeksi bisa dilihat adanya gambaran clubbing (drum stick) yang disebut
clubbing foot, yang faktor penyebabnya juga sama seperti clubbing fingers.
II.
a. Palpasi nadi
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada arteri radialis yaitu pada pergelangan tangan
bagian volar. Tetapi bisa juga dilakukan pada bagian lain seperti :
A. Brachialis; yaitu pada sisi ulnar tendon m. Biseps didaerah lipatan siku dengan
lengannya diluruskan.
A.Subclavis; yaitu diraba di fossa supraclavicularis dekat tepi atas clavicula.
A.Dorsalis pedis; yaitu diraba didepan pergelangan kaki antara tulang metatarsal I dan II
A. Tibialis posterior; yaitu diraba disekitar malleolus medialis.
A.Poplitea; yaitu diraba di fossa popliteal.
A.Femoralis; yaitu diraba di daerah inguinal bawah ligamentum inguinale (proparti).
Pada keadaan biasa nadi-nadi tersebut diatas akan mudah ditemukan/ dipalpasi, kecuali pada
keadaan anggota gerak mengalami solid oedema ataupun penyakit pembuluh darah arteri
yaitu Pols Less (Takayasus Arteritis).
a. Konsistensi otot-otot
Tujuan pemeriksaan ini terutama untuk mengetahui adanya gangguan sistema
neuromuskuler. Konsistensi ini bisa diintrepretasi dengan otot-otot yang Lembek o.k.
atrofi otot akibat parese.
Bisa pula otot-otot mengalami hipertrofi, pseudohipertrofi atau mengalami spasme
/kekejangan seperti pada torticollis, tetanus dan distonia muskulorum.
b. Kelenjar limfa
Palpasi pada kelenjar ini untuk menentukan adanya pembesaran kelenjar setempat
ataupun menyebar yang akan memberikan banyak interpretasi klinis seperti akibat
peradangan ataupun pertumbuhan ganas dan penyakit darah. Dalam palpasi ini ditentukan
pembesarannya, konsistensinya, mobilitinya, nyeri tekannya kelenjar tersebut.
Palpasi kelenjar ini dapat dilakukan pada lipat ketiak dan lipat paha kiri dan kanan.
III.
Untuk menguji pergerakan dan kekuatan otot dapat dilakukan pemeriksaan pergerakan
pasif maupun aktif.
Pada pergerakan aktif si penderita menggerakkan anggota geraknya sesuai dengan
kehendak si pemeriksa dan si pemeriksa meneliti apakah ada gangguan yang membatasi
pergerakan tersebut. Sedangkan gerakan pasif adalah pergerakan anggota gerak penderita
yang dilakukan si pemeriksa. Pada keadaan normal gerakan aktif dan pasif dapat
dilakukan penderita dengan sempurna.
I.
Cara menguji gerakan-gerakan anggota gerak ini tertera pada gambar berikut.
a. Untuk anggota gerak atas, bahu dan lengan dapat dilakukan pemeriksaan
sebagai berikut (gbr III)
Fotoo.
b. Untuk anggota gerak bawah, paha dan lutut, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Gbr. IV
Foto
Pada periarthritis humeroscapularis gerakan pasif dan aktif disendi bahu, dibatasi oleh nyeri
sekitar olekranon, coracoidea atau tuberositas humeri.
Keadaan lanjut dari keadaan ini akan menyebabkan bahu tidak dapat digerakan frozen
shoulder sehingga penderita tidak dapat menyisir rambut, mengancingkan bajunya dan
sebagainya.
Adanya atropi otot pada arthritis ataupun periarthritis akan menyebabkan penderita mengeluh
akan kelemahan otot dengan pergerakan yang tidak sempurna.
2. Menguji kekuatan otot-otot Extremitas Superior.
a. Untuk menguji kekuatan otot-otot bahu dapat dilakukan beberapa cara :
Untuk otot trapezius :
Penderita diminta untuk mengangkat bahunya sedangkan pada bahu diberi tekanan
untuk menahan gerakan tersebut.
Foto.
Untuk otot biseps brachii dan otot brachialis; penderita diminta menekuk lengannya
pada sendi siku dan pemeriksa menahan pergerakan ini dengan menarik pergelangan
tangan penderita.
Untuk pemeriksaan otot Brachioradialis yaitu, lengan penderita dipronasikan sedikit
sehingga ibu jari menunjuk ke atas dan lengan ditekuk pada sendi siku dan pemeriksa
menahan gerakan tersebut dengan menarik pergelangan tangannya.
Otot Triceps brachii; diuji kekuatannya dengan melakukan flexi lengan kemudian
penderita diminta meluruskan kembali lengannya, sementara si pemeriksa menahan
gerakan tersebut dengan menekan bagian dorsal pergelangan tangan.
Otot interosei valares; otot-otot ini melakukan pergerakan dapat diperiksa dengan
menjepitkan sehelai kertas diantara dua ujung jari penderita dan ia disuruh menahan
kertas tersebut sewaktu si pemeriksa menariknya.
Otot interosei dorsalis; diperiksa dengan menyuruh penderita mengembangkan jarijarinya yang diluruskan dan si pemeriksa menahan gerakan tersebut.
Otot abductor ibu jari tangan; disini penderita disuruh meluruskan jari-jarinya dan
kemudian disuruh mengabduksi ibu jarinya. Gerakan ini ditahan pemeriksa dengan
jalan menekan ibu jari tersebut ke dalam.
Otot adduksi ibu jari tangan; disini juga penderita meluruskan jari-jarinya dan
kemudian disuruh mengadduksi ibu jarinya, dan gerakan ini ditahan pemeriksa
dengan menarik ibu jari tersebut keluar.
Pada kelumpuhan otot-otot lengan perlu diperhatikan sikap anggota gerak yang
lumpuh untuk memudahkan menegakkan diagnose. Apabila lengan penderita seolaholah menjuntai dibahunya dan jelas atropik, maka kita berhadapan dengan seorang
penderita kelumpuhan oleh karena kerusakan plexus brachialis bagian atas.
Apabila otot-otot tangan lumpuh dan atropik, sedangkan jari-jarinya dalam sikap
menekuk ke dalam (Claw Hand) dan juga ditemukan Horner Sindrom pada sisi
yang lumpuh maka keadaan ini melukiskan lesi plexus brachialis bagian bawah.
Foto..
Sikap tangan yang seolah-olah menjuntai dari pergelangan tangan (wrist drops) serta
sikap jari-jari yang lunglai (finger drops) merupakan kelumpuhan dari pada nervus
Radialis. Dan bila terdapat Claw Hand tanpa adanya Horner Sindrom, merupakan
tanda khas untuk kerusakan nervus Ulnaris. Tangan dengan atropi otot eminensia
tenar menunjukkan pula kerusakan nervus Medianus.
Foto
Tindakan Laseque ini pada satu tungkai akan mengakibatkan tungkai yang lainnya
bergerak dan menekuk pada sendi panggul dan lutut disebut dengan tindakan Bruzinski II positif.
Tindakan ini biasanya positif bila penderita mengalami meningitis (peradangan selaput otak).
Pada meningitis juga akan positif yaitu tindakan yang disebut tindakan Kernig., adalah tindakan
yang dilakukan dengan menekukkan tungkai pasien pada sendi panggul dan lutut yang flexi, dan
positif jika menimbulkan rasa nyeri waktu lutut yang fleksi tadi diluruskan.
Dalam melaksanakan pemeriksaan pergerakan secara pasif ini, pemeriksaan akan selalu
merasakan tahanan gerakan dari penderita. Keadaan ini menggambarkan tonus otot anggota
gerak tersebut. Bila tahanan ini tidak ada, maka tonus ototnya adalah lemah sampai menghilang.
Sedangkan bila tahanan terasa jelas, maka tonus ototnya adalah meninggi dan dikatakan dengan
istilah kaku. Bila kekakuan itu sampai pada tiap tahap pergerakan pasif yang dilakukan, maka
disebut dengan keadaan spastisitas. Sedangkan bila kekakuan kadang-kadang meninggi dan
kadang-kadang mengurang secara berurutan disebut dengan rigiditas yang juga dikenal dengan
fenomena Cogwheel.
Setelah tonus otot diperiksa, maka seterusnya dinilai tenaga otot dengan darejat : 0 =
tidak dapat bergerak sama sekali, 1 = pergerakan minimal, 2 = tidak dapat melakukan pergerakan
dengan maximal, 3 = dapat melakukan pergerakan dengan sempurna tetapi tidak ada tahanan
terhadap pemeriksa, 4 = bila tahanan ada tetapi masih kurang, 5 = bila tahanan cukup dan
pergerakan sempurna.
a. Menguji otot-otot yang melakukan gerakan sendi panggul.
Flexi tungkai pada sendi panggul terutama dikerjakan oleh m.psoas dan m.iliakus. sedangkan
extensi dilaksanakan oleh berbagai otot diantaranya m.gluteus maximus. Adduksi pada sendi
panggul dilaksanakan oleh m.adduktor magnus dan adduksi oleh otot-otot abductor diantaranya;
m.gluteus medius dan m.gluteus minimus. Pada gerakan ekso dan endorotasi sendi panggul akan
dilakukan oleh berbagai otot yang juga melaksanakan pergerakan sendi lutut.
Pemeriksaan m.psoas dan m.iliakus; penderita disuruh mengangkat pahanya dengan lutut
tertekuk dan si pemeriksa menahan pergerakan itu dengan menekan lutut penderita.
Pemeriksaan m.gluteus maximus; penderita diperiksa dalam posisi tengkurap dan disuruh
mengangkat pahanya dengan lutut tertekuk sedikit sambil si pemeriksa menahan gerakan dengan
menekan lipatan lutut.
Foto
Pemeriksaan m.gluteus minimus dan medius ;penderita dalam posisi telentang (supine)
dengan tungkainya lurus dan penderita disuruh menahan pergerakan itu dengan menekan
bagian paha atau lutu bagian lateral penderita.
c.
Otot otot ekstensor ;penderita disuruh berbaring telentang dan tungkai ditekuk pada
sendi lutut ,lalu penderita disuruh meluruskan tungkainya serta pemeriksa menahan
gerakan itu dengan menekan pergelangan kaki pasien .
Otot-otot flexor : penderita disuruh berbaring terlentang dengan tungkai ditekuk separuh
pada sendi lutut. Kemudian oenderita disuruh menekukkan tungkainya lebih lanjut,
sedangkan pemeriksa menahan gerakan itu dengan menarik pergelangan kaki penderita.
Pada pemeriksaan ini yang selalu dilakukan adalah pemeriksaan otot-otot untuk
dorsoflexi dan plantar flexi. Untuk dorsofleksi yang berkerja adalah otot tibialis anterior dan
untuk plantar fleksi yang bekerja adalah otot gastrocnemius, soleus, dan plantaris.
Otot-otot dorsofleksi ; penderita dibaringkan telentang dengan tungkai yang lurus dan
penderita disuruh melakukan dorsofleksi dan si pemeriksa menahan pergerakan itu
dengan menahan pada dorsum kaki penderita.
4.
Otot-otot plantar fleksi ; penderita dalam posisi terlentang dengan tungkai yang lurus
kemudian penderita disuruh melakukan plantar fleksi dan pemeriksa menahan pergerakan
itu dengan menekan pada telapak kaki penderita.
Suatu pergerakan yang baik dan sempurna dari anggota gerak haruslah merupakan
gerakan banyak otot-otot yang terkoordinasi, dan gerakan koordinasi ini akan diaatur oleh
susunan saraf dan otak kecil (serebelum). Gangguan koordinator dari gerakan anggota gerak
adalah manifestasi dari kerusakan di bagian susunan saraf dan serebelum tersebut. Suatu hal
yang harus diketahui dalam pemeriksaan ini adalah keadaan ; ataxia, dismetria, disdiadokinesis
dan ataxia badan (trunkal ataxia).
Ataksia : adalah pergerakan yang tidak lancer dan terputus-putus serta tidak teratur. Ada dua
yaitu : ataksia sensorik (cerebrellar) dan ataxia paretic.
Dismetria : pergerakan yang dilakukan berselang seling dan berulang-ulang meskipun dapat
lancar dan tangkas.
Untuk mengetahui bagaimana pergerakan sendi umumnya, maka disini dikutip System
Pemeriksaan Pergerakan Sendi (cara untuk mengetahui pergerakan sendi).
SENDI
CARA PERGERAKAN
Rahang
Bahu
Siku
flexi
Pergelangan tangan
Jari (interfalang)
Paha
Lutut
fleksi
Jari kaki
BAB XII
PEMERIKSAAN SISTEM SARAF
Pemeriksaan-pemeriksaan reflex perlu dilakukan terutama pada penderita-penderita dengan
gnagguan saraf otak maupun saraf perifer seperti pada penderita koma, stroke, neuropati
diabetic, dll. Reflex adalah jawaban motorik atas rangsangan sensorik.
Pembagian reflex :
1) Reflex tendon (reflex regang otot, periosteum, dalam)
2) Reflex permukaan
Kedua reflex ini termasuk reflex fisiologis ( reflex segmental sederhana )
3) Reflex patologis
Cara perujutan reflex:
1) Rileksasi sempurna
Pasien harus rilekas dengan posisi seenaknya. Anggota gerak yang akan diperiksa harus
terletak sepasif mungkin tanpa pasien perlu mengeluarkan tenaga untuk mempertahankan
posisinya.
2) Harus ada ketegangan optimal pada otot yang akan diperiksa.
Untuk mencapai ini otot harus dalam kependekan minimal dan kepanjangan maksimal.
Hal tersebut dapat dicapai apabila posisi yang baik untuk menimbulkan reflex biceps,
triceps, dan brakioradialis adalah pasien dalam keadaan duduk, lengan bawah dan tangan
berada diatas paha.
3) Rangsangan regangan yang cukup.
Penggunaan palu reflex merupakan suatu keharusan. Palu diketokkan diatas tendon
dengan kekuatan yang sama. Untuk ini cara pengetokkan palu perlu diperhatikan yaitu
menjatuhkan palu dengan gerakan fleksi sendi tangan. Jari pemeriksa sebaiknya ditaruh
diatas tendon otot dan palu diketokkan diatas jari tersebut. Cara ini mempunyai kelebihan
karena pemeriksaan dapat memastikan keadaan rileksasi atau ketegangan optimal dari
otot serta merasakan kontraksi ototnya. Konsentrasi pasien terhadap anggota gerak yang
diperiksa perlu dialihkan karena ini akan mempengaruhi hasil reflex. Pengalihan
konsentrasi dapat dilakukan dengan berbicara dengan pasien sambil memeriksa atau
minta pasien untuk menarik tangan kanan dengan tangan kiri sekuatnya melalui jari-jari
tangan (Jenderassik). Ini untuk memeriksa angota gerak bawah. Untuk anggota gerak
atas, pasien dialihkan perhatiannya dengan meminta pasien supaya mengatupkan gigigeliginya sekuatnya.
Penilaian reflex :
Penilaian reflex tergantung dari faktor :
1) Kecepatan kontraksi otot dan relaksasinya
2) Kekuatan kontraksi otot
3) Derajat pemendekan otot
Nilai reflex :
1) Areflexi, berarti tidak ada kontraksi otot.
Reflex = C
2) Hiporefleksi, berarti ada kontraksi otot tetapi tidak terjadi gerakan pada sendinya.
Reflex =
3) Relfeksi normal = +
4) Hiperrefleksi, bila kontraksi dan gerakan sendi berlebih.
Reflex = ++
Pemeriksaan khusus :
1) Reflex tendon.
I.1
Reflex biceps ( n. muskulokutaneus, C 5-6)
Dalam keadaan duduk : lengan bawah pronasi rileks diatas paha.
Dalam keadaan berbaring : lengan ditaruh diatas bantal, lengan bawah dan tangan
diatas abdomen
Taruh ibu jari pemeriksa diatas tendon biceps, tekan bila perlu untuk meyakinkan
regang otot optimal, sebelum mengetok.
I.2
I.3
I.4
I.5
Reflex tumit, reflex gastroknemius dan soleus (n. tibialis L5, S 1-2)
Dalam posisi duduk : sama dengan posisi reflex biceps, kaki dorsofleksi optimal
untuk mendapatkan regangan otot cukup.
Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi
paha keluar. Ketok tendon utmit dengan palu reflex.
: respon normal berupa fleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biceps
Reflex brakioradialis : fleksi dari siku dan tampak ekstensi lemah jari tangan.
Reflex triceps
Reflex lutut
Reflex tumit
2) Reflex permukaan
2.1. Reflex kulit
2.1.1
2.1.2
2.1.3
2.1.4
2.1.5
2.2.
2.3.
Reflex kornea
Lihat bab saraf otak
3. Reflex patologik
Gerakan reflek yang tidak didapat pada keadaan normal
III.1
Reflex Babinski
Dengan sebuah benda yang berujung tajan seperti kunci, telapak kaki digores
dari arah tumit menyusur bagian lateral menuju pakai ibu jari.
Respon refleks : dilakukan positif bila terjadi dorsofleksi dari ibu jari dan biasa
disertai dengan pemekaran dari jari-jari lainnya. Tanda babinski ini dapat
ditimbulkan juga dengan reflek lain.
III.2
Reflex Chaddock
Tanda babinski akan timbul dengan menggoreskan bagian bawah dari maleolus
Lateral kaki kearah depan
III.3
Reflex Oppenheim
Dengan mengurut tulang tibia dengan ibu jari-jari telunjuk dan jari tengah.
Positif bila timbul tanda Babinski.
III.4
Reflex Gordon
Otot gastroknemius dicubit positif akan timbul tanda Babinski
III.5
Reflex Schaffer
Tanda Babinski dapat ditimbulkan dengan memijit tendom Achilles
III.6
Reflex Rossolimo
Reflex patologik ini ditimbulkan dengan mengetok bagian basis telapak jari-jari
kaki. Sebagai respon positif akan tampak fleksi dari jari-jari kaki.
III.7
Reflex Mendel reshterew
Dengan mengetok bagian dorsal basis jari-jari kaki akan disaksikan getaran
fleksi jari-jari kaki.
III.8
Reflex Haffman-Tromner
Refleks patologik ini positif bila timbul gerarkan mencengkram pada pertik kuku
jari telunjuk atau jari tengah jari tangan.
III.9
Reflex leri
Bila pada pergelangan tangan dilakukan hiperfleksi maksimal, maka pada
keadaan normal akan terjadi fleksi dari siku lengan.
Keadaan patologik bila fleksi keadaan lengan ini tidak terjadi (refleks negatif)
III.10
Reflex Mayor
Respon pada refleks reli akan terjadi pada hiperfleksi basis jari tengan tangan
penilaian sama seperti refleks reli.
III.11
Klonus
Bila refleks hiperaktif, refleks ini dapat terjadi berulang terus-menerus. Bila
pemeriksa mempertahankan suatu tegangan tertentu pada otot termaksud.
Teoritis pada dijumpai pada semua otot, tetapi dalam praktek hanya penting
untuk otot gastroknemiun dan soleus pada tumit.
Dalam keadaan tungkai refleks pemeriksa mendadak melakukan dorsofleksi kaki
dan tetap mempertahankan posisi dorsofleksi ini untuk sementara waktu.
Klonus merupakan manifestasi refleks regang otot yang hiperaktif.
2. Tanda Kernig
Cara pemeriksaan : pasien berbaring dan dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian
ekstensi pada sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri.
Penilaian : tanda ini positif bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135 derajat
disertai spasme otot paha, biasanya diikuti rasa nyeri.
3. Tanda Laseque
Ada yang menyebut sebagai straight leg raising test karena istilah ini menggambarkan
cara pemeriksaannya.
Cara pemeriksaan : pasien dalam rileks berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pada
pinggul sewaktu tungkai dalam ekstensi.
Selama fleksi sendi pinggul di lakukan perlahan-lahan ditanyakan pada pasien apakah
ianya merasa nyeri tersebut terjadi.
Penilaian : tanda ini biasa sudah timbul rasa nyeri dilekuk iskiadikus atau adanya tahapan
pada dilakukan fleksi kurang dari 60% derajat. Perlu dilakukan penilaian sesisi atau
kedua sisi.
4. Tanda Brudzinski-leher (Brudzinski I)
Cara pemeriksaan : pasien berbaring telentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
di bawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien. Kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Penilaian : tanda ini positif bila terjadi fleksi
involunter pada kedua tungkai yang tidak plegi.
5. Tanda Brudzinski kontralateral-tungkai (Brudzinski II)
Cara pemeriksaan : pasien berbaring telentang dan dilakukan fleksi pasif pada sendi
panggul (seperti waktu percobaan kernig).
Penilaian : tanda ini positif bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi
panggul dan lutut kontralateral (lebih jelas terlihat bila sendi lutut sesisi dalam posisi
ekstensi).
2. Sensibilitas dalam
Syarat pemeriksaan :
1. Pada kasus yang tidak disangka ada kelainan sensibilitas, pemeriksaan dapat
dilakukan dengan singkat, tetapi pada kasus yang tersangka ada kelainan
sensibilitas pemeriksa perlu secara teliti dan menyeluruh.
2. Pada saat pemeriksaan selalu perlu dipertimbangkan riwayat, penyakit,
keluhan pasien dan gejala lain yang telah ditemukan.
3. Pemeriksaan dilakukan secara berganti-ganti, tetapi tidak teratur (random)
untuk mencegah konsentrasi pasien dan gejala lain yang telah di tunjukan
pada satu tempat saja.
4. Pada waktu tertentu selama pemeriksaan pasien diminta untuk menunjukkan
tempat yang sedang di periksa untuk mempertahankan perhatian pasien dan
sekaligus mencari topognosis.
Mencatat hasil pemeriksa khusus
Hasil pemeriksaan dicatat di atas peta sensibilitas.
Kelainan sensibilitas yang ditemukan perlu diberi tanda pada tubuh pasien, kemudian tanda ini
dipindahkan ke peta sensibilitas.
Tanda untuk kelainan sensibilitas rasa raba ialah garis terputus-putus. (-----------------)
Tanda untuk kelainan rasa nyeri ialah huruf V (VVVVV)
Tanda untuk kelainan rasa suhu ialah huruf X (XXXXX)
Digerakkan jari dilakukan dengan kecepatan sedang.
Alat pemeriksaan :
1. Kapas yang digulung memanjang, jarum, sebuah roder dan dua buah botol masingmasing berisi air dingin (kira-kira 10 darejat celcius) dan air panas (kira-kira 43 darejat
celcius).
2. Garpu penala
3. Sebuah caliper atau jangka
Bila ditemukan kelainan rasa nyeri, pemeriksaan perlu diulang mulai dari dua arah, arah
yang terganggu ke arah yang normal.
Kelainan radikuler (berasal dari spinalis) pemeriksaan dilakukan dari dua arah, arah yang
terganggu ke arah yang normal dan sebaliknya. Pemeriksaan dengan tusukan yang
kontinu perlu dilakukan pada daerah yang terganggu.
1.3 pemeriksaan rasa suhu :
dengan mempergunakan dua botol berisi air dingin (10 derajat celcius) dan air panas (43
derajat celcius) kulit pasien dirangsang secara berganti-ganti dan pasien diminta
menyebut panas atau dingin. Pemeriksaan dilakukan mulai dari daerah kepala turun
ke bawah. Bila ditemukan kelainan rasa suhu, batas kelainan ditentukan dengan
pemeriksaan dari daerah yang terganggu menuju daerah yang normal dengan cara
merangsang kulit secara kontinu (botol diputar diatas kulit) kemudian merangsang kulit
secara interval.
2. Pemeriksaan sensibilitas dalam :
Pemeriksaan fungsi perlu adanya sensibilitas permukaan dan dalam yang normal setidaktidaknya bila terganggu hanya dalam derajat yang ringan.
3.1 streognosis (lihat juga fungsi luhur) :
mengenal bentuk dan ukuran benda yang diraba tanpa dilihat pasien harus pernah
mengenal benda tersebut dan sensibilitas permukaan dalam tidak terganggu. Bila
pasien tidak mengenal tersebut sebagai astreognosis. Sedangkan pengenalan bentuk
dan ukuran tanpa dapat menyebutkan nama benda tersebut disebut dengan agnosis
taktil.
1. Observasi
Sebelum melakukan test, perlu diobservasi gerakan-gerakan yang dilakukan oleh selama
anamnesis, selama ia menanggalkan pakaian, mengambil benda dan gerakan lain. Perlu
diperhatikan kecepatan, ketangkasan dan ketepatan dari gerakan-gerakan tadi.