Anda di halaman 1dari 2

Hipertensi Sekunder

Sekitar 5%-10% pasien hipertensi diketahui penyebabnya (tabel 3). Dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dapat diketahui penyebabnya.
Tabel 1. Penyebab hipertensi sekunder
Penyebab
Penyakit parenkim ginjal
Penyakit retrovaskuler
Aldoteronisme
Penyakit tiroid
Feokromositoma
Sindroma cushing
Obat
Kehamilan

Prevalensi
5
0,5-5
0,5-1
0,5-1
<0,2
<0,2
0,1-1
0,1-1

Dengan menanyakan riwayat keluarga, riwayat hipertensi sebelumnya, dan refrakter dengan
pengobatan dapat mengarahkan diagnosis hipertensi sekunder.
Gejala Klinis
Bergantung pada tingginya tekanan darah gejala yang timbul dapat berbeda-beda.
Kadang-kadang gejala didominasi penyakit dasarnya dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti sakit kepala
(biasanya oksipital), epistaksis, pusing dan migren. Pada survey hipertensi di Indonesia, tercatat
berbagai keluhan yang dihubungkan dengan hipertensi seperti pusing, cepat marah, dan telinga
berdenging merupakan gejala yang sering dijumpai, selain gejala lain seperti mimisan, sukar
tidur, dan sesak napas. Rasa berat di tengkuk, mata berkunang-kunang, palpitasi, dan mudah
lelah juga banyak dijumpai.
Gejala lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi ginjal tidak jarang dijumpai. Selain itu
juga dapat ditemukan gejala penyakit yang mendasarinya (misalnya sakit kepala, palpitasi,
diaphoresis, dan pusing postural pada feokromositoma)
Penyebab Parenkim Ginjal
Penyebab hipertensi yang disebabkan penyakit parenkim ginjal adalah yang terbanyak. Penyakit
ini berasal dari penyakit-penyakit glomerular, tubulointerstisial dan penyakit ginjal polikistik.
Banyak kasus yang terjadi adalah karena retensi air dan garam, tapi sekresi renin dan angiotensin
juga ikut berperan. Hipertensi yang terjadi akan menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh
karena itu target tekanan darah adalah <130/80 mmHg untuk mengurangi risiko penurunan

fungsi ginjal. Dilatasi arteriol efferent dengan penghambat ACE akan mengurangi progresivitas
penurunan fungsi ginjal. Calcium antagonist juga dapat digunakan di samping diet rendah garam.
Penyakit Renovaskuler
Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan penyebabnya adalah fibromuskular hyperplasia.
Penyebab lain adalah aterosklerosis yang menyebabkan stenosis arteri renalis proksimal.
Mekanismenya adalah produksi renin yang meningkat karena aliran darah ke ginjal yang
berkurang dan akhirnya retensi garam dan air. Penyakit renovaskular harus dipikirkan bila:
1. Usia di bawah 20 tahun.
2. Terdengar bruits pada auskultasi epigastrium.
3. Jika terdapat aterosklerotik di aorta dan arteri perifer (15-25% pasien dengan gejala
aterosklerotik di ekstremitas didapatkan stenosis arteri renalis)
4. Jika terjadi penurunan fungsi ginjal yang cepat setelah pemberian ACE inhibitor.
5. Hipertensi resisten dengan 2 atau lebih obat.
6. Cenderung menjadi hipertensi maligna.
7. Riwayat merokok.
8. Edema paru berulang.
9. Ukuran ginjal yang tidak sama >1,5 cm.
10. Hipokalemi dan alkalosis (curiga hipoaldosteronisme)
Tidak ada tes yang ideal untuk skrining hipertensi karena penyakit renovaskular. Walaupun
demikian pemeriksaan arteriografi dapat dilakukan. Pemeriksaan lain adalah captopril
challenge test dan USG Doppler.
Persiapan captopril challenge test:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kecurigaan hipertensi renovaskular.


Kreatinin tidak lebih dari 2,5 mg/dl, penyakit cerebrovascular dan tidak ada edema.
Antihipertensi dan diuretic distop >10 hari atau diganti labetolol/kalsium antagonis.
Captopril 50 mg. monitor tekanan darah.
Darah diambil setelah 60 menit pemberian captopril.
Captopril >5,7 mg/ml/jam merupakan menunjukkan hasil yang positif.

Pengobatan
Tujuan adalah perbaikan tekanan darah. Percutaneus transluminal renal angioplasty (PTRA)
dapat mengatasi stenosis sekitar 80%.

Anda mungkin juga menyukai