Oleh :
Kelompok 5 / 2A2
Yuniar Eka Savitri
145070300111020
145070300111034
Wismi Hardiyanti H.
145070301111001
145070301111002
Hermita Dian P.
145070301111049
Novalia Intan K.
145070301111050
145070307111005
BAB 1
PENDAHULUAN
ready to cook food dan meningkatkan convenience dalam penyiapan makanan cepat
saji. Jadi tujuan lain pengolahan suhu rendah selain memperpanjang masa simpan
juga untuk membuat makanan cepat saji yang diolah sedemikian rupa kemudian
disimpan pada suhu rendah sehingga ketika dibutuhkan maka produk tersebut dapat
dimasak dengan mudah.
BAB 2
TINJAUAN BAHAN
1. Tepung Panir
Tepung panir adalah jenis tepung yang terbuat dari remah-remah roti,
teksturnya kasar jika dibandingkan jenis tepung lain. Biasanya digunakan
untuk membuat tekstur makanan menjadi lebih renyah, dan makanan yang
digoreng lebih cepat matang tanpa perlu menyerap banyak minyak. Tepung
panir biasanya digunakan untuk melapisi nugget, kroket dan sebagainya.
Tepung roti/panir ada beberapa jenis yg berbeda tekstur dan warnanya
sehingga beda pula kegunaanya. Tepung roti banyak dijual dipasaran, tetapi
membuat sendiri juga cukup mudah karena umumnya terbuat dari roti tawar
yang dikeringkan.
Tepung Roti Putih Basah
Biasanya digunakan untuk campuran isian ayam atau daging gulung,
mengentalkan adonan puding, cake atau saus yang bercita rasa manis.
Membuatnya, cabik-cabik roti yang tidak dikeringkan lalu proses dengan food
processor sampai halus, segera olah menjadi masakan.
ke dalamnya.
6. Gulirkan pada tepung roti sehingga semua bagian tertutup tepung.
7. Masukkan udang dalam kemasan, perhatikan cara penataannya
sehingga mudah diambil setelah penyimpanan.
8. Beri label, simpan beku.
Penyimpanan pada suhu rendah terbagi menjadi dua jenis yaitu penyimpanan
di chiller dan penyimpanan di freezer. Perbedaan yang mendasar terhadap keduanya
ialah perbedaan suhu ruangan diantara keduanya, dimana suhu freezer jauh lebih
dingin daripada suhu di chiller. Penyimpanan di chiller biasanya diikuti dengan
fermentasi, pasteurisasi dan pengemasan bahan pangan, dan perlu diingat bahwa tidak
semua bahan makanan dapat disimpan dalam chiller. Pada penyimpanan freezer suhu
mencapai -21 oC s.d 24oC Diana dalam keadaan ini, air di bahan makanan berubah
menjadi krisal es. Terdapat dua macam Kristal es yang terbentuk dalam penyimpanan
ini yaitu Kristal es yang kecil dan halus, biasanya terbentuk pada saat quick freezing
dan Kristal es ini tidak merusak sel dari bahan pangan. Kristal yang berbentuk besar
dan tajam biasanya terbentuk dari hasil slow freezing, dimana kristal es ini dapat
merusak sel dari bahan makanan dan perlu dihindari.
Adanya penyimpanan bahan pangan di suhu rendah memberikan pengaruh
terhadap bahan pangan itu sendiri, misalnya terjadi freezer atau chiller burn dimana
bahan makanan berubah warnanya seolah-olah seperti terbakar (menjadi lebih gelap).
Terjadi dehidrasi terhadap bahan makanan karena adanya proses sublimasi. Adanya
luka karena dingin(cold injury) yang ditandai denan perubahan warna bahan pangan,
perubahan pH, dan metabolism di bahan pagan yang menjadi tidak stabil. Namun
dalam penyimpanan jenis sangat kurang atau sedikit sekali menyebabkan kehilangan
zat gizi di dalam bahan makanan.
BAB 4
Minggu
Warna
Aroma
ke0
Putih
kulitnya keabu-abuan
tidak terlalu segar
Keabu-abuan,
kulitnya Amis busuk
Tekstur
Lunak
Sangat Keras
berwarna abu-abu
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
A. Proses Penurunan Mutu Udang
Penurunan mutu udang dimulai setelah udang mati dan terus berlangsung
tanpa kontrol. Pada suhu yang tinggi (32,2C-38,5C) udang dapat tidak berubah
selama enam jam pasca panen. Akan tetapi apabila dilakukan penanganan suhu
rendah misalnya dengan disimpan dalam es, maka mutu kesegaran dapat bertahan
hingga beberapa hari.
Salah satu yang menyebabkan mutu udang rendah (menurun) adalah
timbulnya bercak hitam atau melanosis pada kulit udang yang biasa disebut dengan
black spot. Black spot atau bercak hitam akan tetap timbul meskipun udang langsung
didinginkan setelah dipanen. Umumnya bercak hitam akan timbul antara 2-4 hari
setelah panen. Noda itu mulai berkembang dari bagian kepala lalu meluas ke
membran kulit pada ruas-ruas tubuh hingga sirip ekor. Pada tingkat lanjut meluas ke
bagian kaki dan akhirnya keseluruh bagian tubuh. Udang yang bermutu baik akan
memperlihatkan penampakan yang segar, dengan warna dan bau yang khas udang.
Namun setelah penampakannya pucat dan lembek dengan bau yang sangat amis
cenderung busuk, udang sudah dikatakan busuk.
Adapun ciri-ciri organoleptik udang yang berkualitas tinggi atau masih segar
adalah sebagai berikut :
1. Kulit berwarna terang dan bening, utuh belum ada bagian yang patah atau
lepas, belum mengalami perubahan warna, kulit masih melekat pada daging
dengan kuat.
2. Mata bulat dan tampak hitam pekat
3. Daging
teksturnya
kenyal
(menandakan
tahap
rigor
mortis
masih
berlangsung), daging dan bagian tubuh lain berbau segar dan rasanya manis
4. Bila ditaruh dalam air maka udang akan tenggelam
5. Tidak terdapat bercak hitam (black spot)
Sedangkan udang yang telah mengalami pembusukan dapat diketahui ciriciri organoleptiknya sebagai berikut :
1. Kulit berwarna merah kecoklatan, pucat dan berlendir banyak, kulit sudah
terlihat kendur dan mudah terkelupas
2. Mata tampak tidak hitam pekat dan terdapat sedikit warna putih
3. Daging bertekstur lunak dan lembek serta berbau busuk
4. Warna kemerah-merahan sebagai tanda telah mengalami oksidasi
e. Black Spot
Black spot yaitu noda atau bercak-bercak hitam pada kulit udang yang terjadi
beberapa jam setelah kematian. Noda ini mulai berkembang dari kepala lalu meluas
ke membran kulit penghubung sirip tubuh, punggung hingga sirip ekor. Pada tingkat
lanjut, meluas juga ke sirip dan kaki. Adanya black spot pada udang sangat
dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi substrat tyrosine pada kulit khitin udang,
oksigen molekuler, dan enzim Tyrosynase. Enzim oksidatif tyrosine akan diubah
menjadi melanin berearna hitam yang menutupi hampir seluruh permukaan kulit.
Proses mikrobiologi sangat erat hubungunnya dengan proses kimiawi,
keduanya berjalan hampir bersamaan dan saling mempengaruhi proses pembusukan
daging udang. Aktivitas mikrobiologi ini mengakibatkan terjadinya penguraian
beberapa senyawa dalam daging, diantaranya:
Penguraian senyawa protein oleh bakteri akan menghasilkan senyawasenyawa volatil yang menghasilkan bau busuk seperti belerang (H2S),
Amoniak(NH3), putresin dan kadaverin.
Dari penguraian oleh bakteri ini yang paling berarti untuk menentukan tingkat
kesegaran udang adalah amoniak (NH3) dan monoamino paling sederhana dan
dikenal sebagai basa yang mudah menguap yakni metilamin, dimetilamin dan
trimetilamin (senyawa belerang yang mudah menguap, yaitu H2S) dan senyawa siklik
seperti alkohol, amino dan senyawa heterosiklik yang menghasilkan bau yang busuk.
B. Hal-hal yang Berhubungan dengan Penurunan Mutu Udang
Perilaku penanganan
Proses penurunan mutu udang akan terpengaruhi oleh banyak faktor yang
berbeda-beda. Faktor internal sangat menentukan sekali terhadap laju penurunan
mutu akan tetapi faktor-faktor dari luar pun tidak boleh kita abaikan. Cara
penanganan udang setelah ditangkap atau dipanen sangat menentukan pula terhadap
pola penurunan. Kondisi ini akan mempercepat laju penetrasi bakteri apalagi
ditambah pula dengan kondisi yang tidak saniter, bakteri akan cepat sekali
mengkontaminasi daging.
kimia
dan
hilangnya
kadar
air
dari
bahan
pangan.
supaya
konstan.
sehingga dalam jangka waktu tertentu masih bisa dikonsumsi dengan layak dan tidak
membahayakan konsumen.
Tetapi tidak menutup kemungkinan selama proses packing akan terjadi
penanganan yang salah sehingga tujuan dari packing itu sendiri tidak dapat tercapai.
Penanganan yang salah sering terjadi misalnya dalam pemilihan polybag maupun
inert carton atau master carton. Terkadang polybag yang digunakan sudah bocor
akibat dari perlakuan setelah proses pembekuan. Hal itu akan memicu udara untuk
masuk ke dalam polybag sehingga akan terjadi reaksi antara udara dengan produk
yang pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi pada produk.
Adanya proses oksidasi yang terjadi akan mengakibatkan produk menjadi tengik atau
akan mengalami perubahan warna. Perubahan warna tersebut merupakan salah satu
indikator
terjadinya
proses
penurunan
mutu
pada
udang.
Pada proses packing, produk akan dilewatkan pada sebuah metal detector yang
berfungsi untuk mengecek apakah produk mengandung unsur-unsur logam ataupun
benda benda asing lainnya. Karena kandungan logam yang sedikit saja dalam
produk akan membuat produk menjadi tidak layak ekspor atau akan dihold.