PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Hematologi dan Limfatik adalah blok kedelapan pada semester III
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based
Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode
Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario A yang
memaparkan kasus Ny. Lili yang dibawa ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan lelah dan sering kesemutan di kedua tungkai sejak 2 bulan yang lalu
dan bertambah berat sejak 1 minggu terakhir. Ny. Lili selama 1 tahun terakhir
tidak pernah makan makanan yang bersumber dari hewan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem
pembelajaran
KBK
di
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
Moderator
: Falaah Islama
Sekertaris
Notulen
Waktu
Pukul
Peraturan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
Skenario A Blok 8
Ny. Lili, 35 tahun, diantar keluarga ke poliklinik penyakit dalam dengan
keluhan mudah lelah dan sering kesemutan di kedua tungkai sejak 2 bulan yang
lalu dan bertambah berat sejak 1 minggu terakhir. Menurut keluarga, nafsu
makan Ny. Lili seperti biasa yaitu hanya makan nasi dan sayur-sayuran. Ny.
Lili selama 1 tahun terakhir tidak pernah makan makanan yang bersumber dari
hewan.
Satu bulan yang lalu Ny Lili pernah dibawa berobat ke dokter praktik
umum dan dikatakan mengalami kurang darah sehingga ia diberi vitamin. Ny.
Lili tinggal bersama anaknya yang bekerja sebagai buruh harian lepas.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan Umum :
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Pemeriksaan Labotarorium :
Darah. Hb: 8,1 g/dL, RBC: 3.800.000/mm3, Leukosit: 8000/mm3, LED:
10mm/jam, Hitung Jenis: 0/1/20/58/20/1, Ht: 30 vol%
GDS: 100mg/dl, MCV: 110fl, MCH: 35%, MCHC 39%.
Gambaran darah tepi: Hiperkrom Makrositer.
Pemeriksaan Lanjutan :
Fe serum: 90 gram, Iron Banding Cappacity: 300gram/dL, kadar serum B12:
80pg/ml.
2.2 Klarifikasi Istilah
1.
Mudah lelah
2.
Kesemutan
3.
Kurang darah
4.
Vitamin
5.
Konjungtiva pucat
6.
7.
Glositis
JVP
Widyatama, 2009).
: Pembacaan gula darah sewaktu (Dorland,
9.
MCV
2014).
: Mean Corpuscular Volume atau volume
10.
MCH
11.
MCHC
8.
Concentration
atau
konsentrasi
Hb
12.
Hiperkrom makrositer
13.
14.
15.
darah
yang
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak
teraba
5. Pemeriksaan Labotarorium :
Darah. Hb: 8,1 g/dL, RBC: 3.800.000/mm3, Leukosit: 8000/mm3, LED:
10mm/jam, Hitung Jenis: 0/1/20/58/20/1, Ht: 30 vol%
GDS: 100mg/dl, MCV: 110fl, MCH: 35%, MCHC 39%.
Gambaran darah tepi: Hiperkrom Makrositer.
6. Pemeriksaan Lanjutan :
Fe serum: 90 gram, Iron Banding Cappacity: 300gram/dL, kadar serum
B12: 80pg/ml.
1b. Apa hubungan jenis kelamin dengan keluhan Ny. Lili pada kasus?
Jawab:
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan pada sebuah jurnal,
didapati hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian anemia.
Perempuan lebih dominan mengalami kekurangan darah/anemia dengan
gejala mudah lelah, sering pusing dari pada laki-laki, hal ini karena
perempuan mengalami menstruasi, menyusui, dan hamil yang dapat
meningkatkan kebutuhan faktor pembentuk sel darah merah seperti zat
besi (Fe), kobalamin (vitamin B12), dan asam folat (vitamin B9).
Menstruasi yang menyebabkan anemia adalah menstruasi yang
siklusnya lebih dari normal. (Sudoyo Aru W, 2009)
Sintesis:
Jadi didapati hubungan antara jenis kelamin perempuan dengan
keluhan mudah lelah dan kesemutan yang merupakan bagian dari gejala
anemia. Perempuan lebih banyak angka kejadian anemia karena
perempuan mengalami siklus biologis menstruasi, hamil, melahirkan
sebagai alat gerak bagian bawah yang berfungsi sebagai penopang berat
tubuh saat akan berjalan dan berdiri.
Berdasarkan anatomi bagian tungkai bawah ini terdapat os patella,
tibia, fibula, ossa tarsi (cuneiforme, cuboideum, naviculare, talus,
calcaneus), ossa metatarsalia, dan ossa digitorum (phalanges).
Articulatio yang terdapat pada tungkai bawah adalah art. genus (art.
femorotibialis, art femoropatelaris), art. tibiofibularis, art. talocruralis,
dan lain-lain (Sobotta, 2014).
Musculus yang terdapat pada tungkai bawah: M. Popliteus (di art.
genus), M. Soleus, M. Fibularis longus, M. Tibialis anterior, M.
Extensor digitorum, M. Extensor digitorum longus, M. Fibularis brevis,
M. Extensor hallucis longus, M. Extensor digitorum brevis, dan lainlain (Sobotta, 2014).
1f. Bagaimana patofisiologi mudah lelah?
Jawab:
Patofisiologi mudah lelah berdasarkan kasus:
Berkurangnya jumlah eritrosit yang dihasilkan berarti jumlah O2
semakin berkurang sehingga distribusi O2 ke sel-sel tubuh misalnya
sel-sel otot juga tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk digunakan
dalam metabolism sel-sel otot. Akibatnya energy yang dihasilkan oleh
sel-sel otot untuk berkontraksi semakin berkurang mudah lelah.
(Guyton, 2008).
1g. Bagaimana patofisisiologi sering kesemutan?
Jawab:
Parasthesia disebabkan karena adanya gangguan atau hambatan dari
saraf atau dan pembuluh darah yang mensuplai darah ke saraf.
Patofisiologi parasthesia:
Tidak ada intake protein hewani defisiensi vitamin B12 (kobalamin)
dalam tubuh gangguan siklus metil, gangguan pembentukan Sadenosil hemosistein menjadi S-adenosil metionin gagal terbentuk
myelin basic protein demyelinisasi neuron hambatan saraf
parasthesia.
Parasthesia ini biasanya memang terjadi pada tungkai bawah kaki yang
termasuk dalam sistem saraf perifer.
Sumber: (Hoffman, 2013) dan (Salomon, 2005).
Sintesis:
Berdasarkan beberapa jurnal yang memaparkan fisiologis vitamin B12
beserta penyakit ikutannya, maka kesemutan (parasthesia) termasuk
kedalam nyeri neuropati. Yang mana penyebab umum kesemutan ini
adalah kurangnya diet vitamin B12.
2. Menurut keluarga, nafsu makan Ny. Lili seperti biasa yaitu hanya makan nasi
dan sayur-sayuran. Ny. Lili selama 1 tahun terakhir tidak pernah makan
makanan yang bersumber dari hewan.
2a. Bagaimana angka kecukupan gizi Ny. Lili?
Jawab:
Berat badan = 42 kg
Tinggi badan = 160 cm
Umur = 35 tahun
IMT Ny. Lili = 42 kg = 42 = 16,40 (underweight)
(1,6) 2,16
BMR menurut Harrist Benedict
BMR = 655,1 + (9,65 x BB) + (1,85 x TB) - (4,68 x U)
= 655,1 + (9,65 x 42) + (1,85 x 160) - (4,68 x 35)
= 655,1 + 405,3 + 296 - 163,8
= 1.192,6 kkal
Aktivitas ringan = 1,55 x 1192,6 = 1848, 53 kkal
Aktivitas sedang = 1,70 x 1192,6 = 2027, 42 kkal
Aktivitas berat = 2 x 1192,6 = 2385, 2 kkal
Kebutuhan aktivitas ringan
Karbohidrat
= 0,5 x 1848, 53 = 231, 06 gr
4
Protein = 0,2 x 1848, 53 = 92, 42 gr
4
Lemak = 0,3 x 1848, 53 = 61, 61gr
9
Kebutuhan aktivitas sedang
Karbohidrat = 0,5 x 2027, 42= 253, 42 gr
4
Protein = 0,2 x 2027, 42 = 101, 371 gr
4
Lemak = 0,3 x 2027, 42 = 67, 58 gr
9
Kebutuhan aktivitas berat
Karbohidrat = 0,5 x 2385, 2 = 298, 15 gr
4
Protein = 0,2 x 2385, 2 = 119, 26 gr
4
Lemak = 0,3 x 2385, 2 = 79, 50 gr
Laporan Tutorial Skenario A Blok VIII
10
9
Angka kecukupan gizi juga dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
11
12
13
b. (Leukosit)
dan
makrofag
dapat
membunuh
bakteri
yang
c. Trombosit (platelet)
14
Fungsi
Air
Elektrolit
Protein plasma
15
Fibrinogen
b. Elemen Padat
Konstituen
Fungsi
Eritrosit
Netrrofil
Eosinofil
Basofil
Monosit
Limfosit B
Menghasilkan antibody
Limfosit T
Trombosit
Hemostasis
16
dan
mendistribusikan
banyak
panas
yang
17
18
19
20
21
thalassemia.
Kurangnya produksi sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan
karena makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi,
terutama besi, asam folat, vitamin B12, vitamin C, dan zat gizi
lainnya.
22
lain :
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena
kekurangan zat besi. Zat besi dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin
dalam pembentukan sel darah merah (Allen & Sabel 2001). Anemia
defisiensi besi ditandai dengan pengecilan ukuran sel darah merah
(microcytic) dan penurunan kadar Hb (hypochromic). Anemia
defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang paling umum
terjadi di negara sedang berkembang, khususnya Indonesia,
meskipun defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12 dan protein,
serta vitamin-vitamin lainnya dan trace elements berperan pula
terhadap terjadinya anemia. Faktor risiko utama anemia gizi besi
yaitu rendahnya intik besi, penyerapan besi yang rendah karena
tingginya konsumsi komponen fitat atau fenol, dan periode
kehidupan ketika kebutuhan besi tinggi (misalnya pertumbuhan dan
kehamilan).
Anemia akibat defisiensi asam folat. Folat atau vitamin B9
merupakan zat gizi yang ditemukan terutama pada buah-buahan
citrus dan sayuran berdaun hijau. Bila secara lama kurang
mengkosumsi pangan jenis tersebut maka dapat mengalami
defisiensi asam folat. Ketidakmampuan menyerap asam folat dari
pangan juga dapat mengalami defisiensi asam folat. Kekurangan
asam folat dapat menyebabkan terjadinya anemia megaloblastic,
yaitu sel darah merah lebih besar dari normal dan memiliki nukleus
23
hanyalah
oleh
suatu
berbagai
kumpulan
macam
gejala
yang
penyebab.
Pada
eritrosit
darah
penghancuran
oleh
sumsum
(perdarahan);
eritrosit
di
dalam
dan
tulang;
3).
tubuh
2).
Proses
sebelum
Tabel 1
A.
24
C.
Gangguan
enzim
eritrosit
(enzimopati):
sebagainya.
Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau
lain
untuk
gambaran
eritrosit
atau
anemia
morfologik
hapusan
25
dapat
dibuat
dengan
melihat
darah
tepi.
Dalam
II.
Etiologi
Anemia hipokromik mikrositer
a. Anemia defisiensi besi
b. Thalassemia mayor
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca perdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan hematologik
26
MCH < 27 pg; 2) anemia normokromik normisiter, bila MCV 80-95 fl;
MCH 27-34 pg; 3) anemia hiperkromik makrositer, bila MCV > 95 fl.
3e. Apa dampak kurang darah (anemia)?
Jawab:
Fatique, exhaustion, kelemahan, kurang energi
Gejala-gejala kardiovaskular (seperti palpitasi)
Pucat, pada membran mukosa dan konjuntiva
Takikardia, hipotensi
Hipertropi jantung pada kasus kronik
(Huch & Breymann, 2005)
3f. Bagaimana ciri-ciri seseorang yang mengalami kurang darah?
Jawab:
Ciri fisik yang dapat bila seseorang mengalami gejala kurang darah
adalah:
1) Pucat konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan, jaringan di
2)
3)
4)
5)
6)
7)
bawah kuku
Lemah
Lesu
Cepat lelah
Kaki terasa dingin
Sesak nafas
Pada anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatis
27
28
29
bentuk
metilkobalamin,
adenosilkobalamin,
dan
30
kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini
digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara
normal. Untuk bisa mendapatkan asupan vitamin tidaklah sulit, bisa
dikatakan kebanyakan makanan yang kita konsumsi setiap hari telah
mengandung vitamin hanya saja mungkin kita tidak menyadari besar
kecilnya kandungan vitamin yang kita konsumsi setiap hari.
Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya ada dua macam, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
Vitamin yang larut dalam air hanya ada dua yaitu: Vitamin B dan C.
Sedangkan vitamin A, D, E, dan K, mereka larut dalam lemak. Cara
kerja vitamin yang larut dalam lemak dan yang larut dalam air berbeda.
a. Vitamin yang larut dalam lemak : Vitamin yang larut dalam lemak
akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati.
Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh
tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat
disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis
vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam
tubuh.
Larut lemak dan pelarut lemak
Kelebihan disimpan tubuh
Dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu
Tidak selalu perlu ada dalam makanan
Diabsorpsi melalui sistem limfe
b. Vitamin yang larut dalam air : Berbeda dengan vitamin yang larut
dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan
dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh,
vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan
beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin
ini akan segera dibuang tubuh bersama urin. Oleh karena hal inilah,
tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.
Sedikit disimpan tubuh
Dikeluarkan melalui urin
Gejala defisiensi cepat
Harus selalu ada dalam makanan
Sumber: (Sjahmien Moehji, 2009) dan (Kurniawan, 1998).
31
Sintesis:
Jadi berdasarkan kelarutannya, vitamin diklasifikasikan menjadi
dua yaitu, vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K) dan
vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C).
3j. Apa dampak kekurangan vitamin bagi tubuh?
Jawab:
Tidak makan makanan berasal dari hewan menyebabkan tubuh
kekurangan protein hewani. Tak hanya itu akan mengalami defisiensi
mineral dan vitamin yang bersumber utama dari makan hewani. Mineral
dan vitamin tersebut sebgai berikut :
Vitamin /
Fungsi
Sumber
Dampak defisiensi
Kofaktor untuk
Hanya
Gangguan asam
metiltransferase,
ditemukan
folat, gangguan
Cobalamin
makanan
(Vitamin
metabolisme folat.
berasal dari
sel, gangguan
B12)
Sintesis metionin.
hewan :
pembentukan myelin
Mielinasi saraf.
daging, ikan,
saraf (neuropati),
Metabolisme asam
telur, susu,
anemina makrositik
lemak
Untuk diferensiasi sel,
hati
Hati, daging,
mempengaruhi
susu dan
pertumbuhan,
produk
olahannya,
telur, ikan
pigmen visual di
berlemak,
retina.
Absorpsi kalsium dari
minyak ikan
Disintesis
saluran cerna,
kulit ketika
mineralisasi tulang
terpajan sinar
untuk menjamin
UV. Sumber :
hemostasis kalsium
ikan
dan fosfat
berlemak,
Mineral
Vitamin A
(retinol)
Vitamin D
32
Gangguan
penglihatan
Osteoporosis
minyak ikan,
hati, susu
dan
olahannya,
telur, daging
Daging, ikan,
telur.
Pembentukan Hb,
Fe (zat besi)
berfungsi sebagai
bagian dari pengaturan
enzim
Absorpsi Fe
rendah dari
Anemia sehingga
sumber :
menyebaban mudah
legu, serelia,
polongpolongan,
sayuran
Kepala
Leher
33
Thorax
Abdomen : Datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Interpretasi
Keadaan umum
Kurangnya hemoglobin per satuan darah (Hb
teroksigenasi tampak merah dan memberi
warna pada kulit) dan pembuluh darah
superficial berkontriksi untuk mengalirkan
IMT: 16,4
Kepala:
Konjungtiva pucat
dan
vasokontriksi
untuk
organ vital.
Suatu kondisi peradangan yang terjadi pada
lidah
yang
deskuamasi
menghasilkan
ditandai
papila
daerah
dengan
terjadinya
filiformis
sehingga
kemerahan
yang
mengkilat.
34
Mekanisme glossitis:
Defisiensi vitamin B12 sintesis DNA terganggu gangguan jaringan
saraf atrofi pada lidah deskuamasi papilla filiformis permukaan
lidah rata tanpa papilla-papila lidah tampak licin, kering, dan
mengkilat glossitis (Hoffman, 2013).
Mekanisme underweight:
Tubuh memerlukan asupan makanan karbohidrat, protein, dan lemak
yang seimbang. Sedangkan Ny. lili hanya mengonsumsi nasi sebagai
karbohidrat dan sayur-sayuran sehingga kecukupan gizi yang
diperlukan oleh tubuh Ny. Lili tidak mencukupi. Asupan gizi yang tidak
mencukupi dapat menyebabkan berat badan menjadi dibawah normal
(Guyton, 2008).
5. Pemeriksaan Labotarorium :
Darah. Hb: 8,1 g/dL, RBC: 3.800.000/mm3, Leukosit: 8000/mm3, LED:
10mm/jam, Hitung Jenis: 0/1/20/58/20/1, Ht: 30 vol%
5a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
Jawab:
Hasil Pemeriksaan
Hb : 8,1 gr/dl
Normal
Pr : 12 - 16 % g/dl
Interpretasi
Anemia
Lk : 13,5 18 g/dl
4.200.000 5.200.000
Anemia
5000-10.000/ mm3
Normal
LED : 10 mm/jam
Wintrobe
Normal
35
Basofil : 0-1
Neutrofil batang
0/1/20/58/20/1
Eosinofil : 0-5
meningkat
Monosit : 2-6
70-120 mg/dL
Normal
MCV 110 fl
82-98 fl
Meningkat :
MCH 35 %
27-32 %
Makrositer
Meningkat :
MCHC 39%
32-36 %
Hiperkrom
Meningkat
warna eritrosit
Hiperkrom makrositer
36
Normal
Pr : 65-165 g/dl
Interpretasi
Normal
Lk : 75-175 g/dl
250-450 g/dl
Normal
200-850 pg/ml
Rendah
37
6b. Bagaimana
mekanisme/patofisiologi
pemeriksaan
lanjutan
yang
abnormal?
Jawab:
Defisiensi B12, karena
vit. B12 terdapat di
makanan yang
bersumber dari hewan
Penurunan kadar
B12 dalam tubuh
38
Differential diagnosis
Anemia
Anemia
Anemia
Defisiensi Besi
Defisiensi B9
Defisiensi B12
Gejala
Tampak pucat
+
+
+
Mudah lelah (5L)
+
+
+
Paresthesia (neuropati)
+
Pemeriksaan Fisik
Glositis
+
+
Telapak tangan pucat
+
+
+
Konjungtiva pucat
+
+
+
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin
Eritropenia
+/n
+
Trombositopenia
+
+
MCV
+
+
MCH
+/n
+
MCHV
+/n
+
Pemeriksaan Lanjutan / Pemeriksaan Khusus
Fe serum
+
ITBC
+
N
n
B12 serum
+
Sumber: (I Made Bakta, 2013) dan (Soewarno, 2009).
9. Apa jenis pemeriksaan penunjang yang sesuai pada kasus?
Jawab:
1. Pengukuran kadar vitamin B12 serum dan asam folat. Serum vitamin
B12 < 100 pg/ml dan folat < 3 ng/ml
2. Respons terhadap replacement therapy dengan folat/B12 fisiologik
3. Ekskresi methymalonic acid urine meningkat pada defisiensi vitamin
B12
4. Ekskresi formioglutamic acid (FIGLU) urine meningkat pada
defisiensi asam folat
5. Tes supresi deoxyuridine, baik pada defisiensi B12 atau folat dijumpai
supresi
6. Tes untuk menilai absorpsi vitamin B12 yaitu schilling test.
(Bakta, 2006)
10. Bagaimana working diagnosis pada kasus?
Jawab:
Working diagnosis pada kasus dapat ditentukan juga berdasarkan
matriks perbandingan pada tabel 3. Dari tabel tersebut, didapati bahwa
anemia defisiensi vitamin B12 (kobalamin) paling banyak mendapatkan tanda
39
plus. Sehingga bisa disimpulkan bahwa working diagnosis pada kasus ini
adalah anemia defisiensi vitamin B12.
Anemia defisiensi vitamin B12
a)
Gambaran klinis
Glositis dan keilosis angular serta, jika berat, sterilitas (pada kedua
jenis kelamin) dan pigmentasi kulit melanin reversibel.
b)
Temuan laboratorium
Uji
biokimiawi
memperlihatkan
peningkatan
bilirubin
serum
40
lambung
memproduksi
autoantibodi
yang
intrinsik
di
ileum,
serta
mengakibatkan
dengan
bertambahnya
usia.
Penurunan
HCl
intestinum,
neoplasma
dan
gangguan
granulomatosa
Infeksi bakteri dan parasit yang berkompetisi dengan
kobalamin
Diphylobotrium latum, bakteri blind loop syndrome
c) Kerusakan pada pancreas
Enzim pankreas berfungsi sebagai pemutus ikatan antara
kompleks kobalamin-protein R, sehingga kerusakan pankreas
dapat mengakibatkan kegagalan proses tersebut.
3) Peningkatan kebutuhan
Kehamilan, hipertiroid, keganasan
4) Obat-obatan
a) Penghambat sintesis DNA
- Analog purin (6-tioguanin, azatioprin), analog pirimidin (5-
fluorourasil)
Antivirus (zidovudin)
41
42
Metionin
Homosistein
etil
Tetrahidrofolat
tetrahidrofolat
43
folat
(5-metiltetrahidrofolat)
menjadi
tetrahidrofolat.
44
Kuratif/ farmakologi
Terapi utama pada defisiensi B12 adalah pemberian vitamin B12:
Hydroxycobalamin intramuscular 200 mg/ hari, atau1000 mg/ minggu
selama 7 minggu
Dosis pemberian 200 mg/ bulan atau 1000 mg/3 bulan
Non farmakologi
Perbaikan gizi berupa mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin
B12 misalnya daging.
Sumber: (Bakta, 2006).
45
Artinya:
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Q.S Abasa:24)
Sumber: (Al-Quran).
2.5 Kesimpulan
46
47
Tidak terbentuknyaTidak
Myelin
terbentuknya
Basic Protein
tetrahidrofolat
(MBP)
untuk prekursor DNA
Demyelinisasi neuron
Parasthesia
Eritropoiesis inefektif
Mudah lelah
48
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
Aru, Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Aslinia, F. 2009. Megaloblastic anemia and other causes of macrositosis. Clinical
Medicine and Research.4:236-241
Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Bakta, I Made. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Butensky, E., Paul, H., Bertram, L. 2008. Nutritional Anemia. Nutrition in
Pediatrics. Canada: Hemiltan, Ontario. Edisi 4.
Dorland, Newman. 2014. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Hasibuan, I. Z. 1997. Persalinan Ibu Anemia di RSU Dr. Pirngadi Medan. Tesis
Bagian Obstetri dan Genekologi. Medan: FK USU.
Hoffbrand V., Mehta A. 2008. At a Glance Hematologi. Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Hoffman, Ronald dkk. 2013. Hematology: Basic Principles and Practice 6th Edition.
Jakarta: Elsevier.
Huda, Syamsul. 2013. Anemia. website:.http://skp.unair.ac.id/ [Diakses pada 23
september 2014].
KDU (Standar Kompetensi Dokter). 2012. Konsil Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Kurniawan, Anie. 1998. Gizi Seimbang. http://www.gizi.co.id/.PDF. Diakses pada
tanggal 15 september 2015.
Lewis SM, Bain BJ, Bates I.2006. Dacie and Lewis Practical Haematology.9th ed.
Toronto.
49
Mclean E, Allen L, Neumann C.2007. Low plasma vitamin B-12 in Kenyan school
children is highly prevalent and improved by supplemental animal source
foods. J Nutr .137:67682.
Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. 1995. Biokimia Harper. Edisi ke22. Jakarta: EGC.
Paulsen. F, Waschke. 2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia Edisi 23. Jakarta: EGC.
Permono, Bambang., dkk. 2012. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
Price, Sylvia dan Lorraine Wilson. 2014. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
PenyakitVolume 1 Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Setiati S, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.Edisi 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sherwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2014. Fisiologi Manusia: Sebuah Pendekatan
Terintegrasi Edisi 6. Jakarta: EGC.
Solomon LR. 2005. Cobalamin-responsive disorders in the ambulatory care setting:
unreliability of cobalamin, methylmalonic acid, and homocysteine testing.
Blood. 105(3):978-985.
Solomon, L., 2006. Disorders of cobalamin (Vitamin B12) metabolism: Emerging
concepts in pathophysiology, diagnosis and treatment. Blood Reviews.
Stabler SP, Allen RH, Savage DG, Lindenbaum J. 2000. Clinical spectrum and
diagnosis of cobalamin deficiency. Blood. 76(5): 871-881.
Stabler, S. 2013. Vitamin B12 deficiency. The New England Journal of Medicine.
368:149-160.
Isselbacher. 2000. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.
50