Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
Perencanaan Bangunan Lepas Pantai
http://salmon260.blogspot.co.id/2014/04/bab-i-konsep-perencanaan-1.html
BAB I
KONSEP PERENCANAAN
1.1 Umum
Untuk memanfaatkan laut dan berbagai sumber daya alam yang ada di
dalamnya, diperlukan sistem-sistem rekayasa yang dirancang dengan
sepenuhnya memperhatikan tugas pokok sistem tersebut di laut dan dengan
memperhatikan lingkungan laut tempat kerja sistem-sistem tersebut. Salah satu
subsistem penyusun sistem rekayasa maritim yang terpenting adalah
strukturnya, dengan ciri pokok yang membedakan adalah sebuah struktur
anjungan lepas pantai dibuat dan dirakit di sebuah tempat, kemudian dipakai di
tempat yang lain sama sekali. Hal ini berarti proses perancangan tidak hanya
harus memperhatikan keadaan dan tugas as installed at its intended location,
namun juga harus memperhatikan bagaimana struktur dibuat dan diangkut ke
tempat yang telah ditentukan.
Sekalipun keandalan (reliability) struktur anjungan lepas pantai bukan satusatunya kriteria perancangan yang harus diperhatikan, di samping
kemampurwatan, biaya fabrikasi dan bahkan disposability, keadaan struktur
anjungan lepas pantai jelas merupakan kriteria yang penting. Hal ini
mencerminkan bahwa keselamatan baik personil, lingkungan hidup dan
investasinya sendiri, sebagian akan dinyatakan sebagai fungsi dari keandalan
struktur tersebut. Sekalipun keselamatan sebuah anjungan lepas pantai tidak
hanya ditentukan oleh keandalan strukturnya, keandalan struktur memberi
sumbangan besar bagi keandalan sistem rekayasa maritim tersebut secara
menyeluruh. Hal ini disebabkan karena subsistem struktur memberi wadah bagi
penempatan subsistem-subsistem lain. Sebuah anjungan lepas pantai berfungsi
untuk menyediakan suatu bidang kerja horisontal tempat manusia dan berbagai
peralatan (elektrikal, mekanikal, pneumatic dan lain-lain) sehingga dapat bekerja
secara normal tanpa terganggu lingkungan laut secara langsung.
Persyaratan keselamatan dapat dipandang dari dua sudut. Pertama, dari sudut
pemerintah (tercermin dalam atau sebagian diwakili oleh Rules dan
Recommended Practice, seperti API RP2A), yaitu Safety First, Within Economic
Bound. Kedua, dari sudut perancang struktur atau pemilik, yang bermaksud
menerapkan design by first principles, yaitu Economic First, Within Safety Limits.
Risalah ini mengambil sudut kedua, tanpa mengabaikan sudut yang pertama.
Kecenderungan terakhir yang membutuhkan perancangan anjungan lepas pantai
pada perairan yang semakin dalam, memerlukan peninjauan ulang atas metodemetode perancangan yang ada selama ini. Dengan eksplorasi pada kedalaman
1000meter, rancangan-rancangan baru ini menunjukkan laju pertumbuhan
ukuran anjungan lepas pantai. Adalah amat penting untuk menentukan seberapa
jauh pengetahuan yang ada kini dapat diekstrapolasi untuk mampu dipakai
menganalisis anjungan-anjungan di laut dalam tersebut. Juga penting untuk
memahami metode-metode analisis yang paling mutakhir yang dapat
memberikan taksiran perilaku struktur anjungan secara lebih akurat
Perhatian khusus diperlukan untuk memahami kelemahan langkah-langkah
analitik yang berbeda. Proses perancangan yang banyak dipakai sekarang
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan Karakteristik Lingkungan (angin, arus, gelombang); lebih realistis
apabila karakteristik ini ditentukan secara statistik.
2. Memilih konfigurasi awal (tataletak, geometri, bahan, ukuran); dengan
mentransformasikan besaran-besaran lingkungan menjadi besaran-besaran
beban. Langkah ini memasukkan unsur ketidakpastian baru.
3. Menentukan respons struktur anjungan akibat beban-beban tersebut. Langkah
ini telah dibantu oleh perangkat-perangkat analisis yang semakin akurat, untuk
perilaku struktur linier. Ketidakpastian terbesar adalah pada taksiran sifat-sifat
tanah dan umur (fatique life) struktur. Petunjuk-petunjuk perancangan untuk dua
hal terakhir ini relatif masih langka dan tidak begitu dapat diandalkan akibat
data eksperimental yang sedikit jumlahnya serta kebutuhan untuk
mengembangkan teknik-teknik analisis yang lebih memadai.
4. Membandingkan besaran-besaran respon (tegangan, lendutan, frekuensi
natural dan lain-lain) dengan besaran-besaran ijin (allowable quantities)
sebagaimana ditentukan oleh peraturan dan dianjurkan dalam recommended
practice. Apabila besaran-besaran respon melebihi besaran-besaran ijin, maka
langkah kedua diulang kembali, demikian seterusnya.
1.2 Pengembangan Konsep Struktur Anjungan Lepas Pantai
Konsep Struktur pada dasarnya adalah jenis, tataletak (layout) dan geometri
struktur. Pemilihan konsep struktur merupakan tahapan pertama yang amat
penting bagi keberhasilan struktur anjungan untuk melakukan fungsi utamanya.
Pemilihan konsep struktur dilakukan pada tahap perancangan konsep. Tahap ini
memiliki potensi penghematan terbesar bila dibandingkan dengan tahapan
perancangan yang lebih hilir. Banyak faktor yang mempengaruhi cost
effectiveness sebuah anjungan lepas pantai. Dari sekian faktor itu hanya
beberapa yang berhubungan langsung dengan fungsi khusus yang ditugaskan
bagi anjungan yang ditinjau. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses seleksi
konsep struktur, yaitu (McClelland & Reifel,1986):
1. Fungsi utama
2. Ukuran
3. Kedalaman
4. Karakteristik pondasi yang dibutuhkan
5. Lokasi geografis.
BAB II
TEORI & PROSES PERENCANAAN
FIXED JACKET PLATFORM
data atau informasi yang lebih akurat. Data tersebut mewakili gejala alam yang
mungkin timbul selama pengoperasian bangunan lepas pantai dalam bentuk
angka. Kondisi lingkungan di mana struktur bangunan lepas pantai akan
dioperasikan, harus dibedakan dalam dua kategori, yaitu Kondisi Lingkungan
Normal atau kondisi yang diperkirakan sering terjadi dan Kondisi Lingkungan
Ekstrim.
Salah satu kondisi lingkungan yang utama adalah kedalaman perairan. Dalam
banyak hal, data ini merupakan tolok ukur berbagai persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penentuan konfigurasi struktur bangunan lepas pantai. Muka air
pasang dan muka air surut juga merupakan parameter penting yang
mempengaruhi kedalaman perairan.
Terdapat beberapa gejala alam yang merupakan bagian dari beban lingkungan
yang dialami oleh struktur bangunan lepas pantai di lokasi pengoperasian,
antara lain Gelombang, Angin dan Arus.
2.1.2.1 Gelombang
Gelombang merupakan sumber utama dari beban lingkungan yang diderita
oleh anjungan lepas pantai. Dalam perancangan konstruksi bangunan lepas
pantai, karakteristik gelombang yang digunakan adalah pada kondisi lingkungan
normal, terutama untuk menentukan parameter gelombang rata-rata; sedangkan
kondisi lingkungan ekstrim yang diperkirakan terjadi pada perulangan periode
100 tahun. Parameter-parameter yang diperoleh dari gelombang adalah tinggi
gelombang, periode gelombang, panjang gelombang dan elevasi puncak
gelombang serta parameter lainnya yang mendukung.
2.1.2.2 Angin
Parameter angin yang utama adalah kecepatan angin. Data angin yang
diperoleh harus disesuaikan dengan kecepatan angin pada ketinggian standar
(ketinggian acuan/referensi) yaitu 10m atau 33ft di atas permukaan air rata-rata
dengan interval waktu yang ditentukan. Terdapat dua tipe kecepatan angin, yaitu
Gust (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu kurang dari satu menit)
serta Sustained (kecepatan angin rata-rata dalam interval waktu satu menit atau
lebih). Namun penting pula diperhatikan frekuensi dan lama berlangsungnya
kecepatan angin di lokasi.
2.1.2.3 Arus
Seperti halnya angin, parameter utama dari arus adalah kecepatannya. Selain
itu, arah terpaan arus juga merupakan variabel penting yang berguna dalam
perencanaan pengoperasian anjungan lepas pantai. Perhitungan arus memiliki
banyak pengaruh terhadap penentuan letak dan arah kedudukan sandaran kapal
serta gaya dinamis yang diderita anjungan lepas pantai.
Struktur bangunan lepas pantai dapat juga dibedakan jenisnya berdasarkan lama
pemakaiannya, yaitu:
a. Konstruksi Permanen atau konstruksi yang dibangun untuk dioperasikan dalam
jangka waktu yang lama pada suatu lokasi kerja (biasanya 20 sampai 30 tahun)
dan tidak dimaksudkan untuk dipindahkan ke lokasi kerja yang lain
b. Konstruksi Bergerak (Mobile Unit) atau konstruksi yang dibangun untuk
dioperasikan hanya beberapa waktu saja (beberapa minggu atau bulan),
kemudian berpindah tempat untuk dioperasikan di lokasi kerja yang lain.
Gambar 2.8 memperlihatkan bentuk dan bagian-bagian yang penting dalam
konstruksi bangunan lepas pantai, khususnya Fixed Jacket Offshore Platform.
Diameter tiang pancang dapat ditentukan dari Tabel 2.1. dengan terlebih dahulu
menentukan besarnya kapasitas aksial yang dapat didukung oleh tiap tiang
pancang dengan pendekatan matematis sebagai berikut;
P = WTOTAL / n ....................................................................... (2.04)
dengan P : Kapasitas Beban Aksial
W : Berat Total Geladak
n : Jumlah Kaki Struktur yang direncanakan
Rentang kapasitas dalam Tabel 2.1 di atas adalah taksiran pendekatan dan
sangat tergantung pada karakteristik tanah dasar laut; juga dibatasi oleh
kemampuan untuk melakukan instalasi tiang pancang hingga kedalaman yang
diperlukan.
Ukuran awal tiang pancang ditentukan berdasarkan taksiran beban aksial dan
lateral maksimum dan karakteristik tanah. Taksiran beban aksial dan geser
maksimum yang bekerja pada tiang pancang dapat dilakukan dengan
menganggap struktur anjungan sebagai benda kaku dan kemudian menaksir
beban operasional, berat struktur sendiri dan beban gelombang. Ukuran awal
tiang selanjutnya dipilih dengan prosedur sebagai berikut :
1. Memilih diameter luar tiang pancang.
2. Kedalaman penetrasi tiang pancang dihitung. Beban aksial maksimum
dikalikan dengan sebuah angka keamanan, sekaligus dengan
mempertimbangkan harga-harga koefisien tanah. Langkah 1 dan 2 diulang-ulang
sampai kedalaman penetrasi yang wajar diperoleh yang dapat dicapai oleh
peralatan pemancangan yang tersedia.
3. Tebal dinding tiang pancang dipilih berdasarkan momen lengkung dan lateral
maksimum.
4. Dengan memilih modulus tanah tertentu yang sesuai untuk daerah dengan
lendutan lateral maksimum, momen sepanjang tiang pancang dapat dihitung
dengan menggunakan prosedur analisa tiang pancang elastis dengan beban
lateral. Tiang pancang dapat dianggap terjepit pada daerah mudline. Tegangan
kombinasi akibat beban momen dan beban aksial, dihitung dan penampang
tiang pancang diperiksa terhadap harga-harga tegangan ijin.
Untuk menentukan tebal dinding tiang pancang, menurut gPedoman Rancang
Bangun Bangunan Lepas Pantai di Perairan Indonesiah oleh BKI halaman II-24,
digunakan Tabel 2.2.
Fungsi utama struktur lepas pantai adalah pengeboran, baik itu minyak maupun
gas bumi. Untuk itu, pada struktur lepas pantai aktivitas pengeboran
ditempatkan pada geladak pengeboran. Pada geladak ini ditempatkan fasilitasfasilitas pengeboran seperti Drilling Derrick.
Analisa teknik yang utama untuk menentukan kemampuan kerja suatu struktur
khususnya struktur bangunan lepas pantai, dimulai pada analisa kondisi
pembebanan yang bekerja. Perhatian yang khusus ditujukan pada hal ini
terutama yang menyangkut ketepatan atau akurasi pada kondisi pembebanan
terhadap struktur bangunan lepas pantai.
Pada struktur bangunan lepas pantai, terdapat beberapa kondisi pembebanan
yang bekerja, yakni;
a. Beban Mati (Dead Load); merupakan beban-beban dari komponen-komponen
struktur pada keadaan kering serta beban dari peralatan, perlengkapan dan
permesinan yang tidak berubah terhadap kondisi operasi yang bagaimanapun.
b. Beban Hidup (Live Load); merupakan berat keseluruhan peralatan,
perlengkapan dan permesinan yang dapat mengalami perubahan selama kondisi
operasional berlangsung.
c. Beban Lingkungan (Environmental Load); merupakan beban yang ditimbulkan
oleh lingkungan (alam) dimana struktur bangunan lepas pantai tersebut
dioperasikan.
d. Beban Fabrikasi (Fabrication Load); merupakan beban-beban yang diakibatkan
oleh pembuatan/fabrikasi, pengangkutan, peluncuran dan pemasangan/instalasi
di lokasi operasi
e. Beban Dinamis (Dynamic Load); merupakan beban yang ditimbulkan oleh
reaksi terhadap gelombang, arus, angin, gempa bumi, permesinan dan lain-lain
yang bersifat siklis.
Khusus untuk kondisi pembebanan lingkungan, dikategorikan dalam dua kondisi
khusus yakni;
1. Kondisi Pembebanan Lingkungan Normal; merupakan kondisi yang sering
terjadi di lokasi operasi struktur bangunan lepas pantai
2. Kondisi Pembebanan Lingkungan Ekstrim; merupakan kondisi yang jarang
terjadi di daerah operasi struktur bangunan lepas pantai
Terdapat dua tipe beban lingkungan dalam tahap perancangan, yakni;
1. Beban Lingkungan Rancang; yang diperhitungkan berdasarkan kondisi
lingkungan yang telah ditentukan dalam perancangan dengan mengambil tolok
ukur dampak pembebanan yang terburuk
2. Beban Lingkungan Operasional; yang diperhitungkan berdasarkan kondisi
lingkungan yang lunak atau bahkan merupakan kondisi batas yang bila
dilampaui akan menghentikan operasional struktur bangunan lepas pantai
Kedua tipe beban tersebut harus dikombinasikan dengan Beban Hidup dan
Beban Mati serta beban lingkungan lain untuk memperoleh perhitungan beban
yang akurat.
Untuk beban temporer atau beban sementara (beban akibat fabrikasi dan
instalasi) harus dikombinasikan juga dengan Beban Mati serta beban lingkungan
lain, berdasarkan kemungkinan-kemungkinan yang diperkirakan. Adapun beban
Tinggi Gelombang (H); terukur dalam satuan jarak secara vertikal arah Z dari
puncak tertinggi sampai lembah terdalam profil gelombang yang terjadi
Adapun parameter yang digunakan dalam menganalisa gelombang adalah
karakteristik gelombang, kedalaman laut serta parameter lainnya seperti
percepatan dan kecepatan gelombang yang diperoleh dari persamaan teori
gelombang.
2.3.1.2 Penentuan Teori Gelombang Yang Sesuai
Teori gelombang yang digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalahmasalah hidrodinamika, terutama dalam menganalisa struktur bangunan lepas
pantai adalah teori gelombang Airy, Stokes, Cappelear, Stream Function, Celerity
Potential, Soliton dan Cnoidal.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui teori gelombang yang
sesuai dalam perhitungan adalah nilai perbandingan kedalaman perairan dengan
panjang gelombang (h/), grafik hubungan antara H/ dengan h/ serta grafik
hubungan antara H/T2 dengan h/T2, sebagai berikut:
Pada Gambar 2.14 dan 2.15 tergambarkan nilai h/T2 dengan indikator H/T2. Pada
kedua gambar tersebut, kedalaman tidak dilambangkan dengan notasi h namun
dengan notasi d (dengan variabel g yang tetap).
berkisar antara 0,6 . 1,0 dan CI berkisar antara 1,5 . 2,0 (Sarpkaya &
Isaacson,1981). Oleh karena dalam perhitungan ini yang akan ditentukan adalah
beban rancang maksimum, maka nilai yang digunakan adalah CD = 1,0 dan CI =
2,0. Adapun gaya yang bekerja sepanjang pile dari y = 0 sampai y = y adalah;
()dy yfFy0=........................................................................... (2.08)
Dengan demikian dapat diperoleh model distribusi gaya gelombang yang bekerja
pada tiang pancang sebagai berikut; Wave ForceDistributionSWLxCySea Floor y
=0
Gambar 2.17 di atas dapat ditentukan kecepatan dan percepatan air pada pile,
yaitu;
. Kecepatan Partikel Air Arah Normal (m/dtk)
Wn = [u2 . v2 . (cxu + cyv)2]1/2 ............................................ (2.09)
. Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk)
unx = u . cx (cxu + cyv) .......................................................... (2.10)
. Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Y (m/dtk)
uny = v . cy (cxu + cyv) .......................................................... (2.11)
. Kecepatan Partikel Air Arah Sumbu Z (m/dtk)
unz = . cz (cxu + cyv) .............................................................. (2.12)
dengan
cy = cos
cx = sin cos .................................................................. (2.13)
cz = sin sin
Adapun komponen percepatan dapat dihitung dengan:
. Percepatan Partikel Air Arah Sumbu X (m/dtk2)
Besar dan arah dari arus pasut pada permukaan air umumnya diperoleh dengan
mengukur besarnya arus pada daerah setempat. Adapun variasi kecepatan arus
dapat dihitung dengan persamaan;
UT = U0 (y/h)1/7 .................................................................... (2.22)
dengan UT : kecepatan arus pada ketinggian y dari permukaan (m/dtk)
U0 : kecepatan arus di permukaan laut (m/dtk)
h : kedalaman laut (m)
y : kedalaman yang ditinjau (m)
2.3.2.2 Gaya Arus
Gaya arus pada struktur mempunyai kombinasi dari gaya angkat (lift) dan gaya
drag. Gaya lift baru diperhitungkan bila pembebanan terjadi pada selinder
panjang dengan perbandingan panjang-diameter yang besar. Besar gaya arus
pada struktur adalah;
fL = ...CL.D.UT2 ............................................................... (2.23)
fD = ...CD.D.UT2 .............................................................. (2.24)
dengan fL : gaya angkat persatuan panjang (N/m)
fD : gaya drag persatuan panjang (N/m)
CL : koefisien gaya angkat
:CD/3 (BKI,1991)
CD : koefisien gaya drag
D : diameter batang struktur (m)
Untuk obyek yang kedudukannya miring maka persamaan gaya angin yang
lebih konservatif (N) adalah;
F = .. .Cw.A.V2 Cos ..................................................... (2.26)
BAB III
PROSEDUR PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
Prosedur perancangan Fixed Jacket Platform, pada dasarnya terbagi dalam dua
macam, yakni Prosedur Umum dan Prosedur Khusus.
BAB IV
CONTOH PERANCANGAN
FIXED JACKET PLATFORM
= 1,3inchi
b. Brace K, N
Diambil nilai perbandingan kl/r = 80, k = 0,8 (Tabel 2.4)
. kl/r = 0,8 x 723,822/0,35d
80 = 579,057/0,35d
. l = panjang tak ditumpu yang terpanjang
= 18,38 = 723,822inchi
. r = 0,35d
sehingga d = 20,681 = 21inchi
Ketebalan brace dapat ditentukan menurut Tabel 2.3; dipilih rasio D/t = 40,
sehingga;
D/t = 40
t = 21/40 = 0,5inchi
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3; dipilih rasio D/t = 35,
sehingga;
D/t = 35
t = 21/35 = 0,6inchi
c. Brace Sekunder
Untuk struktur penyangga lain yang lebih sekunder maka rasio kl/r dapat
diambil yang terbesar, atau mengambil sekitar 2/3 dari diameter brace utama.
Rasio ketebalannya adalah d/t = 40, sedangkan rasio ketebalan pada
sambungannya adalah dalam rentang 35-40 atau dengan menambah sekitar
0,1inchi dari ketebalan brace sekunder.
d. Skirt Pile
Untuk skirt pile maka rasio kl/r diambil yang terbesar atau mengambil sekitar 2/3
dari diameter tiang pancang.
D = 36 x (2/3)
= 24inchi (61cm)
Dari Tabel 2.2 diperoleh ketebalan untuk pile dengan diameter 24inchi adalah
0,5inchi. Diameter skirt pile sleeves diambil dengan menambah 5cm dari
diameter skirt pile:
D = 61 + 5
= 66cm = 26inchi
Rasio ketebalan skirt pile sleeves-nya adalah D/t = 45, sehingga diperoleh :
D/t = 45
t = 26/45 = 0,6inchi
D/t = 40
t = 36/40 = 0,9inchi.
b. Pengikat Kaki Geladak (Brace)
Diambil nilai perbandingan kl/r = 80, k = 0,8 (Tabel 2.4)
. kl/r = 0,8 x 668,143/0,35d
80 = 534,514/0,35d
. l = panjang tak ditumpu yang terpanjang
= 16,97 = 668,143inchi
. r = 0,35d
sehingga d = 19.09 = 20inchi.
Ketebalan brace geladak ditentukan menurut Tabel 2.3, dipilih rasio D/t = 40,
diperoleh;
D/t = 40
t = 20/40 = 0,5inchi.
Ketebalan sambungan brace ditentukan menurut Tabel 2.3, dipilih rasio D/t = 35,
sehingga diperoleh;
D/t = 35
t = 20/35 = 0,6inchi.
. Kontrol Nilai Perencanaan
= 22,24ksi (153,35Mpa)
dengan S = 8,53inchi3
sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
b. Pelat Geladak
Rumus-rumus yang bisa digunakan untuk menentukan jenis baja pelat geladak
adalah :
Mmaks = ql2/12
b = Mmaks /S ,
S = l.t2 (m)/6
Dengan Mmaks adalah momen maksimum yang bekerja tiap 1m lebar pelat
geladak, q adalah distribusi beban geladak (distribusi beban geladak dikalikan
jarak antar balok geladak), l adalah jarak antar balok geladak, fb adalah
tegangan yang bekerja pada pelat serta Fb adalah tegangan akibat momen
lengkung yang diizinkan (syarat batas adalah fb < Fb).
. Pelat Geladak pada daerah Produksi
Mmaks = 42384,92 x 0,7052/12 dengan l = 0,705m (27,75inchi)
= 1,76 kNm (1,29kip-ft)
q = 60127 x 0,705 = 42384,92N/m
Digunakan pelat baja mutu A36, t = 7/16inchi (11 mm), Fb = 24ksi (165Mpa).
Dengan S = 27,75 x (7/16)2/6 = 0,885inchi3
fb = 1,29 x 12 (inchi) /0,885
= 17,54ksi (120,95Mpa)
Sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
. Pelat Geladak pada daerah Pengeboran
Mmaks = 15367,21 x 0,7052 /12 dengan l = 0,705m (27,75inchi)
= 0,64kNm (0,47kip-ft)
q = 21800 x 0,705 = 15367,21N/m2
Digunakan pelat baja mutu A36, t = 1/4inch (6mm), Fb = 24ksi (165Mpa).
Dengan S = 27,75 x (1/4)2/6 = 0,289inchi3 maka,
fb = 0,47 x 12 (inchi)/0,289
= 19,47ksi (134,27Mpa)
Sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
. Pelat Geladak pada daerah lainnya (akomodasi dan heliport)
Mmaks = 1786,89 x 0,7052 /12 dengan l = 0,705m (27,75inchi)
= 0,07kNm (0,05kip-ft)
q = 2535 x 0,705 = 1786,89N/m2
Digunakan pelat baja mutu A36, t = 1/8inchi (3mm), Fb = 24ksi (165Mpa)
Dengan S = 27,75 x (1/8)2/6 = 0,072inchi3
fb = 0,05 x 12 (inchi)/0,072
= 9,06ksi (62,45Mpa)
Sehingga didapatkan fb < Fb (perancangan aman dan memenuhi)
4.3 Resume Penghitungan Konstruksi Rancangan
Penghitungan kontruksi rancangan kemudian dihimpun dalam satu resume
sebagai berikut.
Percepatan partikel air horisontal dan vertikal dapat dicari untuk tiap elemen.
Sebagai contoh elemen 60 dengan y = 6,93m ; x = 0,813 (untuk t = 0 detik):
ax = kc2/2 . R51 sin n (kx - t) n
ax = 5,033 . (0,08493 . sin (0,0386) - 0,00117 . sin 2(0,0386) - 0,00001 . sin
3(0,0386) + 7,188 . 10-8 . sin 4(0,0386) -7,752 . 0-10 . sin 5(0,0386))
= 0,016 m/det2/2) S51ay = (-kc2 cos n (kx - t) n
ay = - 5,033 . (0,02701 . cos (0,0386) + 0,00026 . cos 2(0,0386) - 2.743 . 10-6 .
cos 3(0,0386) + 8,096 . 10-8 . cos 4(0,0386) . 3,928 . 10-10 . cos 5(0,0386))
2 = -0.137 m/det
= sin 10,0250 . cos 450 = cos 10,0250 = sin 10,0250 . sin 450
= 0,123 = 0,985 = 0,123
Selanjutnya kecepatan dan percepatan dapat ditentukan sesuai persamaan
(2.09), (2.10), (2.11), (2.12), (1.23), (1.24) seperti berikut :
Wn = [u2 . v221/2 . (cxu + cyv)]
= [0,6192 . 0,0082 . (0,123 . 0,619 + 0,985 . 0,008)21/2]
= 0,613m/dtk
unx = u . cx (cxu + cyv)
= 0,619 . 0,123 . (0,123 . 0,619 + 0,985 . 0,008)
= 0,609m/dtk
uny = v . cy (cxu + cyv)
= 0,008 . 0,985 . (0,123 . 0,619 + 0,985 . 0,008)
= -0,075m/dtk
u = . cnzz (cxu + cyv)
= - 0,123 . (0,123 . 0,619 + 0,985 . 0,008)
= -0,01m/dtk
anx = ax . cx (cxax + cyay)
= 0,016 . 0,123 . (0,123 . 0,016 + 0,985 . -0,137)
= 0,032m/dtk2
any = ay . cy (cxax + cyay)
= -0,137 . 0,985 . (0,123 . 0,016 + 0,985 . -0,137)
2 = -0.006m/dtk = . canzz (cxax + cyay)
= . 0,123 . (0,123 . 0,016 + 0,985 . -0,137)
= 0,016m/dtk2
Gaya persatuan panjang pada elemen 26 (D = 0,965m, L = 13,201m) dapat
dihitung dengan persamaan (2.17), (2.18) dan (2.19) sebagai berikut:
3 (CD = 1,0; C = 2,0; = 1,025ton/m) I
fx = ...CD.D.Wn.unx + .C.(.D2/4).aInx
= 0,233kN/m
fy = ...CD.D.Wn.uny + .C.(.D2/4).aIny
= -0.032 kN/m
fz = ...CD.D.Wn.unz + .C.(.D2/4).aInz
= 0,021 kN/m
Dengan persamaan (2.20), maka gaya normal persatuan panjang pada elemen
26 adalah:
f = (fx2 + fy22 + f)1/2z
= 0.236kN/m
Gaya total pada elemen 26 (Pers. (2.21)) untuk masing-masing arah adalah:
F = fxx . L Fy = fy . L F = f . L zz
= 3,079kN = -0,42kN = 0,283kN
untuk elemen yang sebagian di bawah dan sebagian di atas permukaan air,
maka L = (h - yj) /cos .
Untuk selanjutnya perhitungan gaya gelombang pada elemen yang lain secara
lengkap diberikan dalam bentuk tabel pada Lampiran B.
4.4.2 Beban Arus
Untuk menyederhanakan perhitungan, arus dianggap bergerak horisontal
dengan arah searah sumbu global-X (nol derajat). Gaya arus dihitung pada
elemen dengan pusat beban berada di pertengahan elemen (untuk elemen yang
berada di bawah air) dan pusat beban berada di permukaan air (untuk elemen
yang sebagian berada di atas permukaan air).
4.4.2.1 Kecepatan Arus
Kecepatan arus (pers. (2.22)) pada elemen 26 dengan y = 6,93m dan U =
0,21m/dtk adalah sebagai berikut: o
1/7UT = U(y/h)0
= 0,4903m/dtk
4.4.2.2 Gaya Arus
Perhitungan gaya arus, sebagai contoh elemen 26 (y = 6,93m dan D = 0,965m).
Dengan = 1,025ton/m3, C = 1,0 dan C. CDLD/3 = 0,333, maka gaya angkat (f)
dan Gaya drag (fLD) (pers. (2.23) dan (2.24)) adalah sebagai berikut :
fL = ...CL.D.UT2
= 0,004kN/m
fD = ...CD.D.UT2
= 0,013kN/m
Jadi,
F total = f+ fD L
= 0,017kN/m.
Untuk elemen lain, perhitungan kecepatan dan gaya arus masing-masing elemen
dapat dilihat pada Lampiran B.
= 269,5m2
A = 2 . (617,5 + 269,5) tot
= 1774m2
F = 0,5 . . C . A . V2
= 101688,687N
. Deck Tower (C = 0,5)
Atot = 74,831m2
F = 0,5 . . C . A . V2
= 1429,806N
Gaya angin total yang bekerja pada geladak dan bangunan atas :
F = 1677,213 + 101688,687 + 1429,806
= 104,796kN
4.5 Resume Penghitungan Beban Lingkungan
Dari hasil perhitungan beban-beban lingkungan yang bekerja pada anjungan
lepas pantai, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
. Beban gelombang terbesar terjadi pada daerah permukaan laut sebesar 4.5kN
pada elemen 173 & 188, hal ini disebabkan karena kecepatan dan percepatan
partikel air yang semakin besar pada daerah permukaan.
. Jika ditinjau dari arah datangnya gelombang, maka gelombang terbesar dari
arah samping anjungan (sudut 90 terhadap anjungan) karena jumlah
komponen struktur yang terkena hempasan gelombang lebih banyak.
. Arus yang terjadi pada permukaan lebih besar daripada arus yang terjadi di
kedalaman hal ini dipengaruhi oleh media pembangkit arus yang lebih banyak
dan besar berada di permukaan yaitu gelombang dan angin. Beban arus terbesar
terjadi pada elemen yang kurang lebih tegak lurus terhadap arah datang angin
yaitu sebesar 0,029kN.
. Beban angin terbesar terjadi pada geladak sebesar 101,688kN; hal ini
disebabkan karena luas tangkap bidang angin pada daerah ini lebih luas dari
tempat lainnya.
BAB V
SISTEMATIKA LAPORAN
Dipergunakan, Teori Gaya Gelombang), Beban Arus (Kecepatan Arus, Gaya Arus)
dan Beban Angin
B. Perhitungan Beban Lingkungan; berisikan perhitungan beban-beban yang
bekerja terhadap struktur seperti yang ada pada poin A