Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan, dari tahun 2011 hingga 2014, jumlah
anak korban pornografi dan kejahatan online di Indonesia telah mencapai 1.022 anak dengan 28%
di antaranya korban pornografi online, 21% korban pornografi anak online, 20% korban prostitusi
anak online, 15% korban objek cd porno, dan 11% korban kekerasan seksual online.6
Perspektif Islam terhadap pornografi
QS An-Nur (24): 3031 menjelaskan bahwa Allah swt. telah memerintahkan kepada kaum
muslimin untuk menjaga pandangan dari aurat atau kehormatan dari orang lain. Senada dengan ayat
ini, hadits riwayat Al Baihaqi menerangkan bahwa Rasulullah saw. melarang seseorang melihat
aurat orang lain meski dengan sesama jenis kelamin, dengan syahwat atau tidak. Salah satu hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, HR Bukhari no. 6122, menjelaskan bahwa Allah telah
menetapkan bahwa zina juga dapat dilakukan dalam bentuk penglihatan, pembicaraan, atau
pemikiran yang mengundang syahwat. Meskipun tidak ada ayat yang menjelaskan ancaman bagi
seseorang yang menonton pornografi, dapat dipastikan dari penjabaran sebelumnya bahwa
pornografi dapat mendorong seseorang untuk melakukan perzinahan berupa tindakan kejahatan
pornografi dan seks bebas sehingga pornografi menjadi sesuatu yang harus dihindari.7 QS Al-Isra
(17): 32 menjelaskan bahwa tidak dibenarkan seseorang untuk mendekati zina karena zina
merupakan suatu hal yang keji dan buruk.8
Kajian efek pornografi bagi anak ditinjau dari aspek biologi dan psikologi
Kecenderungan anak-anak untuk melakukan tindakan asusila akibat terekspos konten
pornografi secara terus menerus dapat dijelaskan dari sudut pandang biologi dan psikologi. Pada
usia yang masih belia, fungsi otak belum sepenuhnya berfungsi secara optimal, terutama pada
bagian pre frontal cortex (PFC). Saat seseorang menerima sesuatu yang bersifat 'adiktif' seperti
pornografi, bagian sistem limbik pada otak akan aktif dan menghasilkan senyawa dopamin yang
memberikan rasa senang dan candu. Dopamin secara alami akan dialirkan ke bagian otak depan
(frontal lobes), termasuk PFC. Candu yang berlebihan terhadap pornografi akan menyebabkan
terakumulasinya dopamin di bagian otak depan dan terjadinya inaktivasi PFC yang berujung pada
penurunan volume (volume loss) dan gangguan fungsional pada PFC. Penurunan fungsi dari PFC
akan menyebabkan fungsi eksekutif pada otak anak menurun sehingga anak tidak bisa
berkonsentrasi, menimbang baik buruk suatu hal, dan mengambil suatu keputusan, dan, buruknya
lagi, dapat menyebabkan anak kecanduan pornografi seumur hidupnya dan terlibat dalam seks
bebas. Kerusakan bagian otak akibat pornografi serupa dengan orang yang mengalami benturan
fisik dan pengonsumsi NAPZA, bahkan lebih parah. 9,10 Beberapa studi menyatakan bahwa
seseorang yang aktif menonton video pornografi akan mengalami penyusutan striatum (bagian otak
yang mengatur motivasi) serta peningkatan aktivitas ventral striatum, sisi belakang cingulate depan
(anterior), dan amygdala pada otak yang umumnya terjadi pada pecandu narkoba.11,12,13
Melindungi netizen muda sebagai generasi digital native dari pornografi di dunia maya
Pornografi di dunia maya menjadi suatu hidden danger yang selalu siap 'menyerang' netizen
muda dan harus diwaspadai, mengingat dampaknya yang sangat 'membunuh' secara psikologis pada
anak dan remaja. Perlindungan generasi digital native dalam menghadapi dunia maya sangat perlu
dilakukan dari berbagai aspek, terutama dari aspek moral dan teknis, untuk mencegah pengaruh
negatif konten pornografi pada anak-anak. Bentuk perlindungan yang diterapkan tidak hanya secara
teknis, namun juga melalui edukasi.
Orang tua sebagai pihak yang paling dekat dengan anak memiliki tanggungjawab terhadap
pendidikan seks kepada anak dan remaja.14 Orang tua diharapkan agar lebih berperan dalam
memberikan pendidikan seks kepada anak melalui bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti
oleh anak untuk mencegah anak mencari sumber informasi yang salah. 15 Proses pemahaman anak
terhadap seks dan pornografi sangat diperlukan karena, meskipun terbukti efektif, perlindungan
secara teknis seperti pemblokiran situs porno, pengaturan DNS c pada jaringan rumah, dan pengaturan akun pada komputer terkadang meninggalkan celah yang dapat ditembus oleh anak-anak yang
lebih 'melek' teknologi.16 Di samping itu, pendidikan seks dan kesehatan reproduksi pada anak
sekolah juga perlu diterapkan oleh lembaga pendidikan formal dan informal mengingat hal ini
belum sepenuhnya diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
CATATAN KAKI
a
Istilah netizen didefinisikan oleh Merriam-Webster17 sebagai seseorang yang aktif menggunakan
internet melalui jalur yang umum digunakan dan dapat dipertanggungjawabkan (proper and
responsible way).
b
istilah digital native pertama kali diperkenalkan oleh Marc Prensky18 yang menggambarkan
pemahaman siswa-siswi pada era digital ini seolah mereka adalah 'penutur asli' dari bahasa digital
pada komputer, video games, dan internet. Singkatnya, istilah digital native merujuk pada generasi
yang telah mengenal dunia digital sejak usia dini.
REFERENSI
1
Aryani K. Analisis penerimaan remaja terhadap wacana pornografi dalam situs-situs seks di media
review.toptenreviews.com/internet-pornography-statistics.html
3
SEMAI ORG. Bahaya pornografi pada anak. [berkas video]. 2015 Jul 30 [diakses 2016 Jul 08].
Pornography
statistics.
Family
Safe
Media.[Diakses
2016
Jul
07].
Tersedia
padahttp://www.familysafemedia.com/pornography_statistics.html.
5
Studi terakhir: kebanyakan anak Indonesia sudah online, namun masih banyak yang tidak
menyadari potensi resikonya. UNICEF [artikel online]. 2014 Feb 18 [diakses 2016 Jul 07].
Tersedia: pada www.unicef.org/Indonesia/Id?media_22169.html
6
Setyawan D. KPAI: ribuan anak Indonesia jadi korban pornografi internet. KPAI [artikel online].
Annafi. Hukum nonton film porno. Eramuslim [artikel online]. 2009 Apr 9 [diakses 2016 Jul 10].
How can I advise someone who is addicted to pornography ?. Islam Question and Answer [artikel
online]. 2003 Sep 19 [diakses 2016 Jul 10]. Tersedia pada https://islamqa.info/en/42165
9
SEMAI ORG. Bahaya pornografi: merusak otak. [berkas video]. 2015 Jul 30 [diakses 2016 Jul 08].
Del Arco A, Mora F. Neurotransmitters and prefrontal cortex limbic system interactions:
implications for plasticity and psychiatric disorder. J. Neural Transm. 2009. 116(8): 941-952.
11
Liputan 6. Menelisik otak para penggemar film porno. Liputan 6 [berita online]. 2015 Sep 16
Kuhn S. Gallinat J. Brain structure and functional connectivity associated with pornography
Voon V, Mole TB, Banca P, Laura P, Laurel M, Mitchell S, Lapa TR, Karr J, Harrison NA, Potenza
MN, Irvine M. Neural correlates of sexual cue reactivity in individuals with and without compulsive
Wibowo RS. Fungsi orang tua dalam sosialisasi pendidikan seks kepada remaja. Solidarity. 2014.
3(1): 56-63.
15
Payanti N, Kurniawati T. Hubungan pemberian pendidikan seks oleh orang tua dengan perilaku
seks pranikah remaja. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 2012. 8(1): 41-51.
16
O'leary A. So how do we talk about this ? : when children see internet pornography. The New York
Times
[berita
online].
2012
Mei
[diakses
2016
Jul
07].
Tersedia
pada:
http://www.nytimes.com/2012/05/10/garden/when-children-see-internet-pornography.html.
17
18
Prensky M. Digital natives, digital immigrants. On The Horizon. 2001. 9(5): 1-6.