Anda di halaman 1dari 6

Kajian atau Deskripsi Budaya Masyarakat Suku Marind-Anim

Suku marind-anim merupakan salah satu suku yang berada di wilayah Papua. Marindanim bertempat di Kabupaten Merauke, merupakan kabupaten yang terluas dan tertimur dari
Indonesia.
Dalam suku marind-anim terdapat pula konsep seksualitas yang mempengaruhi
penyebaran HIV/AIDS serta penyakit menular seks lainnya. Suku ini percaya bahwa
hubungan seksual dapat meningkatkan kesuburan, namun yang menjadi salah adalah
hubungan seksual yang dilakukan tidak hanya dengan satu pasangan. Kegiatan seksualitas
suku marind-anim ini dilakukan dengan banyak orang tergantung upacara adat apa yang
sedang dilakukan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa upacara adat yang dilakukan suku
marind-anim yang dapat meningkatkan penyebaran penyakit menular seksual:
1. Upacara Mite-Ndiwa
Dalam budaya mayo yang di anut suku marind-anim yang dimaksud dengan mite-ndiwa
adalah upacara yang digunakan untuk mendidik kaum pria dalam mengatur keseimbangan
antara manusia dan lingkungan dengan menggunakan kekuatan roh ilahi (ndiwa). Kelapa
muda yang digunakan dalam upacara ini sebagai bentuk perlambangan dari ndiwa itu sendiri
dan belahan nipah digunakan sebagai perlambangan dari roh yang dapat berbicara. Kelapa
muda ini kemudian akan dibelah dan daging buahnya akan dicampur dengan sperma dari
hasil senggama terputus laki-laki dengan perempuan, yang kemudian campuran ini akan
dibagikan kepada semua peserta upacara untuk diminum agar mendapatkan kekuatan ilahi.
1. Upacara Bambu Pemali (Barawa)
Bambu pemali menurut aliran mayo merupakan proses belajar untuk melakukan seks. Pada
upacara inilah terjadi hubungan seks secara bebas. Upacara ini menggambarkan pengusiran
terhadap dewa pelindung atas perintah tanawi geize (setan purba) dengan cara menggosokkan
sperma di tiang rumah. Sehingga pada upacara ini laki-laki dan perempuan dianjurkan untuk
bersetubuh agar sperma dapat keluar.
1. Upacara Ezam Uzum
Upacara dengan dimana setiap hiasan yang digunakan ada hubungannya dengan seks. Dalam
upacara ini, kepala suku diharuskan untuk melakukan hubungan seksual sebanyak 3-5 kali
dengan janda. Tujuannya untuk mendapatkan sperma untuk melakukan upacara ezam uzum.
Sperma dalam suku marind-anim memiliki makna kesucian untuk mengusir setan yang
mengganggu, bisa untuk membunuh, dan menyembuhkan orang.
1. Upacara Kambara
Aliran mayo percaya bahwa ada alawi yang bertugas untuk mengatur keseimbangan. Alawi
ini kemudian akan menyuruh seseorang (Tik Anem) untuk menyebarkan penyakit dan
membunuh orang yang berlebih pada suatu desa. Tik Anem ini memakai sebuah kekuatan
dalam sperma untuk melakukan tugasnya tersebut. Sehingga sebelum pembunuhan dilakukan
pada upacara kambara, akan dilakukan pengadilan terlebih dahulu oleh zambanem. Pemilihan
zambanem ini dinilai dari keperkasaan orang tersebut. Zambanem yang terpilih itu kemudian

akan melakukan hubungan seksual dengan wanita yang ada di desa tersebut untuk
mengumpulkan spermanya. Satu wanita yang terpilih akan melakukan hubungan seksual
dengan 5 zambanem.
1. Upacara Perkawinan
Sebelum dilakukan pernikahan, suku madrind-anim akan melakukan pemisahan tempat
tinggal. Anak laki-laki pada rumah laki-laki dan anak perempuan pada rumah perempuan.
Setelah dewasa mereka akan bertemu pada suatu pesta seks yang merupakan rangkaian
upacara. Pesta seks ini selalu dilakukan dalam acara meningkatkan kesuburan, membuka
kebun, awal kegiatan pengayauan dan perkawinan. Upacara perkawinan ini melibatkan lakilaki dan perempuan dalam pesta heteroseksual bebas. Pemahaman dari upacara ini hubungan
seksual dilakukan secara religious. Calon pengantin perempuan harus melakukan hubungan
seksual dengan sepuluh laki-laki dari kerabat suaminya sebelum menikah. Hal ini dilakukan
untuk peningkatan kesuburan wanita, semakin banyak cairan sperma yang wanita dapat maka
makin subur dan kuat wanita tersebut.
Upacara-upacara seperti diatas bagi kaum marind-anim sudah biasa dilakukan. Upacara ini
tidak memandang status dari peserta upacara apakah masih single atau sudah berumah
tangga. Semua ini terjadi karena pemahaman dari suku ini yang salah. Bagi kaum wanita
marind-anim, selain untuk menambah kesuburan, sperma juga untuk kecantikan. Mereka juga
percaya bahwa sperma yang tinggal dan terkumpul di dalam tubuhnya akan membantu
pertumbuhan tubuh mereka Persetubuhan yang dilakukan secara heteroseksual sebelum
menikah pun sudah banyak dilakukan dalam upacara-upacara adat.
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.3.1 Resiko infeksi berhubungan dengan perilaku seksual yang salah ditandai dengan adanya
upacara yang memperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual secara bebas.
3.3.2 Resiko trauma berhubungan dengan kegiatan seksual yang tidak diinginkan dan ekstrem
ditandai dengan keharusan adat untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak
pasangan.
3.3.3 Pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan pasangan lebih dari satu ditandai
dengan adanya laki-laki dan perempuan yang berkeluarga tetap melakukan hubungan seksual
dengan orang lain saat upacara adat, dan keharusan bersenggama dengan 10 kerabat dari
calon suami sebelum melakukan perkawinan.
3.3 Perencanaan Keperawatan Lintas budaya
1. Resiko infeksi berhubungan dengan perilaku seksual yang salah ditandai dengan adanya
upacara yang memperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual secara bebas.
Tujuan (NOC) : Mencegah infeksi penyakit menular kelamin
Kriteria Hasil : Masyarakat tidak lagi melakukan seks bebas, seks hanya
dengan satu pasangan, pemakainan alat pengaman missal kondom.

Intervensi (NIC)

1. Tentukan motivasi pasien untuk berubah


2. Kuatkan perubahan untuk berfokus pada kebutuhan kesehatan
3. Tentukan kebiasaan yang akan di control
4. Ubah kebiasaan buruk secara bertahap missal tidak melakukan hubungan seksual
dengan banyak orang
5. Lakukan program rutin untuk mengubah kebiasaan missal pendidikan kesehatan.
6. Fasilitasi keluarga dalam proses modifikasi kebiasaan seksual yang sesuai dan sehat.
7. Informasikan rencana tindakan dan modifikasi yang akan dilakukan pada tim
kesehatan lain.

2. Resiko trauma berhubungan dengan kegiatan seksual yang tidak diinginkan dan ekstrem
ditandai dengan keharusan adat untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak
pasangan.
Tujuan (NOC) : Mencegah terjadinya kekerasan yang mengakibatkan trauma
Kriteria Hasil :
Intervensi (NIC)

1. Tentukan keinginan eksplisit berhubungan dengan kebiasaan seksual sesuai dengan


tingkat pendidikan masyarakat
2. Diskusikan dengan masyarakat mengenai akibat yang tidak dapat diterima mengenai
kebiasaan seksual.
3. Diskusikan dampak negative dari perilaku seksual yang tidak diinginkan.
4. Lakukan pendekatan secara perlahan sesuai dengan masalah yang ada
5. Berikan penjelasan mengenai konsekuensi yang telah ditetapkan mengenai kebiasaan
seksual yang tidak diinginkan.
6. Ajarkan kebiasaan seksual yang benar sesuai dengan latar belakang masyarakat.
7. Berikan bimbingan kepada masyarakat yang melakukan penyalahgunaan seksualitas.

3. Pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan pasangan lebih dari satu ditandai dengan
adanya laki-laki dan perempuan yang berkeluarga tetap melakukan hubungan seksual dengan
orang lain saat upacara adat, dan keharusan bersenggama dengan 10 kerabat dari calon suami
sebelum melakukan perkawinan.
Tujuan
`

: Masyarakat akan melakukan hubungan seks dengan


pasangan resminya.

Kriteria Hasil : tidak ada seks bebas, hanya dengan pasangan tunggal
Intervensi

1. Diskusikan akibat nyata dari kesalahan seksualitas


2. Diskusikan pengetahuan masyarakat mengenai seksualitas secara umum
3. Diskusikan rencana perubahan pada kegiatan seksual
4. Berikan informasi sebenarnya mengenai mitos seksual yang beredar dan kesalahan
informasi
5. Diskusikan alternative solusi untuk mengubah kebiasaan
6. Berikan penjelasan mengenai kegiatan seks yang sehat
7. Kolaborasikan dengan ahli terapi sex.
4. Tindakan Keperawatan Lintas budaya
1. Resiko infeksi berhubungan dengan perilaku seksual yang salah ditandai dengan adanya
upacara yang memperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual secara bebas.
Tindakan

1.
2.
3.
4.

menentukan motivasi pasien untuk berubah


mengkuatkan perubahan untuk berfokus pada kebutuhan kesehatan
menentukan kebiasaan yang akan di control
mengubah kebiasaan buruk secara bertahap missal tidak melakukan hubungan
seksual dengan banyak orang
5. melakukan program rutin untuk mengubah kebiasaan missal pendidikan kesehatan.
6. mefasilitasi keluarga dalam proses modifikasi kebiasaan seksual yang sesuai dan
sehat.
7. menginformasikan rencana tindakan dan modifikasi yang akan dilakukan pada tim
kesehatan lain.
2. Resiko trauma berhubungan dengan kegiatan seksual yang tidak diinginkan dan ekstrem
ditandai dengan keharusan adat untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak
pasangan.
Tindakan :

1
2
3
4
5
6
7

menentukan keinginan eksplisit berhubungan dengan kebiasaan seksual sesuai


dengan tingkat pendidikan masyarakat
mendiskusikan dengan masyarakat mengenai akibat yang tidak dapat diterima
mengenai kebiasaan seksual.
mendiskusikan dampak negative dari perilaku seksual yang tidak diinginkan.
melakukan pendekatan secara perlahan sesuai dengan masalah yang ada
memberikan penjelasan mengenai konsekuensi yang telah ditetapkan
mengenai kebiasaan seksual yang tidak diinginkan.
mengajarkan kebiasaan seksual yang benar sesuai dengan latar belakang
masyarakat.
memberikan bimbingan kepada masyarakat yang melakukan penyalahgunaan
seksualitas.

3. Pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan pasangan lebih dari satu ditandai dengan
adanya laki-laki dan perempuan yang berkeluarga tetap melakukan hubungan seksual dengan
orang lain saat upacara adat, dan keharusan bersenggama dengan 10 kerabat dari calon suami
sebelum melakukan perkawinan.

Tindakan :
1.
2.
3.
4.

mendiskusikan akibat nyata dari kesalahan seksualitas


mendiskusikan pengetahuan masyarakat mengenai seksualitas secara umum
mendiskusikan rencana perubahan pada kegiatan seksual
memberikan informasi sebenarnya mengenai mitos seksual yang beredar dan
kesalahan informasi
5. mendiskusikan alternative solusi untuk mengubah kebiasaan
6. memberikan penjelasan mengenai kegiatan seks yang sehat
7. mengkolaborasikan dengan ahli terapi sex.
5. evaluasi
Resiko infeksi berhubungan dengan perilaku seksual yang salah ditandai dengan adanya
upacara yang memperbolehkan untuk melakukan hubungan seksual secara bebas.
S:
O:
A
P
Resiko trauma berhubungan dengan kegiatan seksual yang tidak diinginkan dan ekstrem
ditandai dengan keharusan adat untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak
pasangan.
S:

O
A
P
Pola seksualitas tidak efektif berhubungan dengan pasangan lebih dari satu ditandai dengan
adanya laki-laki dan perempuan yang berkeluarga tetap melakukan hubungan seksual dengan
orang lain saat upacara adat, dan keharusan bersenggama dengan 10 kerabat dari calon suami
sebelum melakukan perkawinan.
S
O
A
p

Anda mungkin juga menyukai