Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BIOLOGI

(EVOLUSI)

ANNISA APRILIA ATHIRA


XII IPA 5

Mendeskripsikan Keterkaitan antara Mutasi


dan Evolusi
Perubahan yang bersifat evolusioner melalui seleksi alam
yang dikemukakan oleh Darwin terjadi di dalam populasi suatu
organisme. Berarti evolusi bersifat komunal (terjadi serempak dalam
suatu komunitas). Akan tetapi, secara jelas Darwin menyatakan
bahwa setiap individu dalam populasi merupakan objek evolusi.
Seleksi alam terjadi pada individu yang mampu berkembang biak
dan menghasilkan variasi. Dijelaskan pula bahwa setiap varian yang
cocok dengan lingkungan akan melanjutkan keberadaannya di alam
ini.
Gejala alam yang mengarah pada bentuk dan struktur tubuh
dari populasi suatu organisme sehingga mengalami evolusi disebut
mutasi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Hugo de Vries,
seorang ahli botani Belanda bahwa variasi genetik merupakan
akibat dari mutasi gen yang menyebabkan terjadinya evolusi.
Mutasi dapat mengubah informasi genetik terhadap individu
baru dan menambah jumlah variasi dalam suatu populasi. Banyak
sekali mutasi terjadi dalam organisme yang telah mampu
beradaptasi dengan alam dan hanya sedikit mutasi yang
mendatangkan keuntungan bagi individu-individu yang
mengalaminya. Sebaliknya, banyak mutasi yang merusak dan
menyebabkan kematian. Organisme yang telah mampu beradaptasi
dengan alam, tiba-tiba harus memiliki bagian-bagian tubuh yang
tidak harmonis dengan lingkungan. Tentu saja organisme tersebut
harus tersisih dari lingkungannya.
Sebenarnya mutasi dapat dikatakan sebagai sumber
terbentuknya varian karena hasil mutasi tetap dapat diwariskan.
Dengan demikian, perubahan sifat pun tampak pada varian dari
generasi ke generasi. Namun, tidak semua produk mutasi dapat
menghasilkan keturunan (subur) sebab umumnya mutan bersifat
steril. Dari hasil penelitiannya, Darwin mengemukakan pendapatnya
bahwa variasi-variasi yang dapat diwariskan merupakan bahan
mentah dari perubahan struktur yang bersifat revolusioner,
termasuk variasi akibat mutasi. Bukti-bukti menunjukkan bahwa
mutasi terjadi secara sembarang tempat, sembarang waktu, di luar
keteraturan sistem kehidupan sehingga menambah keragaman jenis
makhluk hidup. Apa pun hasil mutasi, sebenarnya Sang Maha
Pencipta tidak pernah sia-sia menciptakan sesuatu.
Sama halnya dengan gen-gen lainnya, gen mutan di dalam
populasinya juga mengalami seleksi alam terus-menerus.
Sementara melewati proses seleksi, seluruh varian memiliki risiko
mutasi menjadi varian baru, yang sesuai ataupun tidak sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Namun, jangan lupa bahwa pada

setiap organisme selalu ada gen yang diwariskan dari tetua kepada
keturunannya dan gen ini tidak mengalami mutasi, tidak juga
mengalami kepunahan akibat seleksi alam. Artinya, di sepanjang
lintas evolusi ada saja gen yang eksis secara abadi, selalu adaptif
terhadap berbagai perubahan alam sehingga kita dapat melihat
dengan jelas adanya kekerabatan struktur tubuh di antara berbagai
kelompok organisme. Persis seperti yang digambarkan oleh
Linnaeus dan Darwin, evolusi biologi itu seperti sebuah pohon yang
memiliki cabang utama dan ranting-rantingnya.

Menjelaskan Studi tentang Evolusi Organisme


Tertentu

Kupu-kupu Biston betularia

Ada 2 jenis Biston betularia: bersayap terang dan bersayap


gelap

Gambar kiri sebelum Revolusi industri, kupu bersayap gelap


lebih gampang terlihat. Gambar kanan setelah Revolusi Industri,
kupu bersayap terang yang lebih gampang terlihat. Ini
mempengaruhi pergeseran peluang predasi.

Sekitar tahun 1850 yaitu masa sebelum berkembangnya

revolusi industri di Inggris, kupu Biston berwarna cerah lebih banyak


daripada yang berwarna gelap. Tetapi setelah berlangsungnya
revolusi industri, ternyata kupu yang berwarna gelap lebih banyak
daripada yang berwarna cerah. Hal ini dimungkinkan karena
sebelum revolusi industri pohon di habitatnya masih bersih,
sehingga kupu berwarna cerah lebih adaptif, akibatnya sulit untuk
dilihat predator. Ketika berlangsung revolusi industri dan
sesudahnya, pohon dan daun habitat kupu tersebut tertutup oleh
jelaga. Ini berakibat kupu berwarna gelap lebih adaptif sehingga
sulit dilihat predator.
Sebuah tim Rusia-AS menemukan bahwa setiap tanda sayap
kupu-kupu berbeda-beda terkait erat dengan ruang geografisnya.
Warna-warna sayap pada kupu-kupu tampaknya berevolusi seperti
team strip, sehingga kupu-kupu dengan mudah mengidentifikasi
spesies lain sebagai calon pasangannya. Proses ini disebut dengan
reinforcement atau penguatan, dimana mampu mencegah spesies
yang terkait erat dari kawin silang sehingga mendorong untuk
berpisah secara genetik dan spesiasi. Itu merupakan spekulasi dari
para ilmuwan selama bertahun-tahun tanpa melihatnya di alam.
Fenomena reinforcement merupakan salah satu yang memiliki
mekanisme dari seleksi alam dalam memainkan peran dalam
spesiasi.
Evolusi pada kupu-kupu biasanya yang berperan penting
adalah adaptasi dan seleksi alam. Kupu-kupu yang tidak mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya maka disebut gagal
dalam melalui seleksi alam. Seleksi alam terjadi karena adanya
perubahan-perubahan yang ada di lingkungan sehingga kupu-kupu
harus mampu menyesuaikan diri. Evolusi kupu-kupu juga terjadi
karena isolasi geografis dan isolasi reproduksi. Suatu populasi yang
terpisah oleh pegunungan atau sungai saat bertemu kembali tidak
mampu berkembang biak, namun itu masih diragukan dalam evolusi
kupu-kupu. Isolasi reproduksi terjadi karena kupu-kupu memilih
untuk tidak berkembang biak dengan satu sama lainnya sehingga
menyebabkan isolasi genetik.

Menjelaskan Pandangan-Pandangan Baru terhadap


Teori Evolusi
A.

Teori Evolusi Sintesis

Sekelompok ilmuwan yang bersikukuh mempertemukan


Darwinisme dengan ilmu genetika dengan segala cara berkumpul
dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh The Geological
Society of Amerika atau Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika,
pada tahun 1941. Setelah dilakukan pembicaraan panjang, mereka

setuju untuk membuat penjelasan baru tentang Darwinisme.


Beberapa tahun setelah itu, beberapa ahli menghasilkan sebuah
sintesis yang merupakan hasil perpaduan dari berbagai bidang
mereka menjadi sebuah teori evolusi lain yang diperbaharui.
Para ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori
baru ini termasuk ahli genetika, yaitu G. Ledyard Stebbins dan
Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr dan Julian
Huxley, ahli palaentologi George Gaylond Simpson dan Glenn L,
serta ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall
Wright. Mutasi adalah kerusakan yang terjadi untuk alasan yang
tidak diketahui, dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk
hidup. Makhluk hidup yang mengalami mutasi memperoleh bentuk
yang tak lazim dan menyimpang dari informasi genetik yang
mereka warisi Konsep mutasi acak diharapkan bisa menjawab
pertanyaan tentang asal usul variasi menguntungkan yang
menyebabkan makhluk hidup berevolusi sesuai dengan teori
Darwin, sebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa
menjelaskannya, tetapi hanya mencoba menghindarinya dengan
mengacu pada teori Lamarck. Kelompok The Geological Society of
America (Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika) menamai teori
baru ini dan membuat rumusan dengan menambahkan gagasan
mutasi pada teori seleksi alam Darwin sebagai teori evolusi sintesis.
Dalam waktu singkat teori ini menjadi dikenal dengan nama neoDarwinisme. Namun, terdapat sebuah masalah besar. Memang
benar bahwa mutasi mengubah informasi genetik makhluk hidup,
tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak merugikan bagi
makhluk hidup bersangkutan.
Menurut para penganut neo-Darwinisme, saat ini
permasalahan mutasi masih menjadi kebuntuan besar bagi
Darwinisme. Meskipun teori seleksi alam menganggap mutasi
sebagai satu-satunya sumber dari perubahan menguntungkan, tidak
ada mutasi dalam bentuk apapun yang teramati dan benar-benar
menguntungkan yang memperbaiki informasi genetik. Satu
kebuntuan lain bagi neo-Darwinisme datang dari catatan fosil.
Bahkan pada masa Darwin, fosil telah menjadi rintangan yang
penting bagi teori ini. Sementara Darwin sendiri mengakui tak
adanya fosil spesies peralihan. Dia juga meramalkan bahwa
penelitian selanjutnya akan menyediakan bukti atas bentuk
peralihan yang hilang ini.
B.

Teori Dalam Krisis

Teori Darwin pernah jatuh terpuruk dalam krisis karena


hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempatan pertama
abad ke-20.Di saat gema buku Darwin tengah berkumandang,
seorang ahli botani Austria bernama Gregor Mendel menemukan

hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak


dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel
mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal
kelahiran ilmugenetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan
kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur
molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori
evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari
kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan
Darwin.
Sel merupakan satuan terkecil makhluk hidup, tidak mungkin
muncul secara kebetulan dalam kondisi primitif tanpa kendali di saat
Bumi masih muda seperti yang dipaksakan kaum evolusionis
kepada kita agar percaya. Dalam laboratorium tercanggih di abad
ini sekali pun, hal itu mustahil terjadi. Asam-asam amino, yaitu
satuan pembentuk berbagai protein penyusun sel hidup, tak mampu
dengan sendirinya membentuk organel-organel di dalam sel seperti
mitokondria, ribosom, membran sel, ataupun retikulum endoplasma
apalagi membentuk sebuah sel yang utuh. Oleh sebab itu,
pernyataan bahwa sel pertama terbentuk secara kebetulan melalui
proses evolusi, hanyalah hasil rekaan yang sepenuhnya didasarkan
pada daya khayal.
Seorang ahli biokimia Australia yang bernama Prof. Michael
Denton menyanggah teori Darwinisme. Dalam bukunya Evolution: A
Theory in Crisis (1985) yang artinya evolusi sebuah teori dalam
krisis, Denton menguji teori ini ditinjau dari berbagai cabang ilmu
dan menyimpulkan bahwa teori seleksi alam sangatlah jauh dalam
memberikan penjelasan bagi kehidupan di bumi. Tujuan Denton
dalam mengajukan sanggahannya bukanlah untuk menunjukkan
kebenaran dari pandangan lain, tetapi hanya membandingkan
Darwinisme dengan fakta-fakta ilmiah. Selama dua dasawarsa
terakhir, banyak evolusionis lain menerbitkan karya-karya penting
yang mempertanyakan keabsahan teori evolusi Darwin.
C.

Teori Harun Yahya

Menurut pandangan Harun Yahya, konsep kehidupan yang


berasal dari benda mati bertentangan denganhukum dasar biologi.
Dalam hal ini, Harun Yahya memberikan gambaran bahwa sel hidup
merupakan hasil pembelahan dari sel hidup juga dan bukan dari
pembelahan sel mati. Harun Yahya membantah gagasan yang
menyatakan bahwa kehidupan muncul dari kehidupan sebelumnya.
Gagasan tersebut mengandung arti bahwa makhluk hidup yang
pertama kali muncul di bumi berasal dari kehidupan yang ada
sebelumnya. Harun Yahya mengungkapkan pendapatnya dari sudut
pandang berbeda yang menyatakan bahwa di alam semesta ini ada
pencipta (creator) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu bantahan

Harun Yahya tersebut merupakan bagian dari pendapatnya dalam


meruntuhkan Teori Evolusi Darwin.
Dalam karyanya, Harun Yahya mengungkapkan bahwa Teori
Evolusi yang dikemukakan oleh Darwin merupakan gagasan yang
tidak ilmiah. Ada beberapa hal yang dijadikan dasar bagi Harun
Yahya untuk membantah Teori Evolusi Darwin.Yang pertama, masih
minimnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa
Darwin dan Lamarck untuk menjelaskan fenomena asal usul
kehidupan.Ilmu genetika dan biokimia pada masa Darwin belum ada
sehingga mempersempit penjelasan Darwin tentang evolusi dari
sudut pandang genetika dan biokimia.Yang kedua, komposisi dan
susunan unsure genetic pada makhluk hidup yang sangat rumit
menunjukkan ketidakabsahan mekanisme evolusi kehidupan.
Menurut Harun Yahya, kerumitan yang ada dalam setiap unsure
genetic tersebut merupakan hasil rancangan Sang Pencipta alam
semesta ini.

TUGAS BIOLOGI
(BIOTEKNOLOGI)

ANNISA APRILIA ATHIRA


XII IPA 5

Anda mungkin juga menyukai